Anda di halaman 1dari 29

KUMPULAN TUGAS PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN ANAK

Disusun oleh
NAMA MAHASISWA
NIM: SN14

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

LAPORAN PENDAHULUAN
APPENDISITIS

Disusun oleh:
SRI SULARTI
NIM: SN142033

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
A.

KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai
sensasi ingin defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley,
Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi
sekresi (Wong, 2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina,
2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui
tinja (Behrman, 1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare
adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja
dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih
dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau
bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan
b.

frekuensi dan kualitas defekasi.


Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu.

2. Etiologi
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
a. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri
maupun adanya infeksi.

1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli


dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium
difficile dapat diberikan terapi antibiotik.
2) Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis)
yang paling sering.
3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus
urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan,
antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome,
enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
b. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab
berikut ini:
1) Sindrom malabsorpsi
2) Defek anatomis
3) Reaksi alergik
4) Intoleransi laktosa
5) Respons inflamasi
6) Imunodefisiensi
7) Gangguan motilitas
8) Gangguan endokrin
9) Parasit
10) Diare nonspesifik kronis
c. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi,
penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi,
sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan
yang tidak tepat
3. Manifestasi Klinik
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut.
4) Demam.
b. Diare kronik
1) Lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
2) Penurunan BB dan nafsu makan.
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

Bentuk klinis diare


Diagnose
Diare cair akut

Didasarkan Pada Keadaan


a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14

Kolera

hari
b. Tidak mengandung darah
a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01

atau 0139
Disentri
a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten
a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi

Klasifikasi
Dehidrasi berat

a. Dominan darah dan lender dalam tinja


b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
Tanda-tanda atau gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda:
a.
b.
c.
d.

Beri

a.
b.
c.
d.

diare

Letargis/tidak sadar
dengan dehidrasi berat
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan perut kembali sangat lambat

( 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda:
atau sedang

Pengobatan
cairan untuk

a. Beri anak dengan cairan

Rewel gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap atau haus
Cubitan kulit kembali dengan lambat

dengan makanan untuk


dehidrasi ringan
b. Setelah
rehidrasi,
nasehati

ibu

untuk

penangan dirumah dan


Tanpa dehidrasi

Tidak

terdapat

cukup

tanda

kapan kembali segera


untuk a. Beri cairan dan makanan

diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan


atau berat

untuk menangani diare


dirumah
b. Nasehati

ibu

kapan

kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
4. Komplikasi
Sebagai akibat diare baik yang akut maupun khronis, maka akan terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan
keseimbangan asam basa.
b. Gangguan gizi.
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena:
1) Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia (sebagai
gejala penyakit) atau dihentikannya beberapa macam makanan o1eh
orang tua, karena ketidaktahuan. Muntah juga merupakan salah
satu penyebab dari berkurangnya masukan makanan
2) Gangguan absorpsi
Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi dari nutrien mikro
maupun makro. Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa dan
fruktosa) dan lemak yang kemudian dapat berkembang menjadi
malabsorpsi asarn amino dan protein. Juga kadang-kadang akan
terjadi malabsorpsi vitamin baik yang larut dalam air maupun yang
larut dalam lemak (vitamin B12, asam folat dan vitamin A) dan
mineral trace (Mg dan Zn).
Selama diare akut karena kolera dan E. coli terjadi penurunan
absorpsi karbohidrat, lemak dan nitrogen. Pemberian masukan
makan makanan diperbanyak akan dapat memperbaiki aborpsi
absolut sampai meningkat dalam batas kecukupan walaupun
diarenya sendiri bertambah banyak. Metabolisme dan absorpsi

nitrogen hanya akan mencapai 76% dan absorpsi lemak hanya


50%.
3) Katabolisme
Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi metabolisme
dan fungsi endokrin, pada penderita infeksi sistemik terjadi
kenaikan panas badan. Akan memberikan dampak peningkatan
glikogenesis, glikolisis, peningkatan sekresi glukagon, serta
aldosteron, hormon anti diuretik (ADH) dan hormon tiroid. Dalam
darah akan terjadi peningkatan jumlah kholesterol, trigliserida dan
lipoprotein. Proses tersebut dapat memberi peningkatan kebutuhan
energi dari penderita dan akan selalu disertai kehilangan nitrogen
dan elektrolit intrasel melalui ekskresi urine, peluh dan tinja
4) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna sebagai
Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita campak
dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli. Dapat
disimpulkan bahwa diare mempunyai dampak negatif terhadap
status gizi penderita
c. Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahanan isi
usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan
kerusakan mukosa usus keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan
pencernaan karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya
hidrolisis nutrien yang kurang tercerna sehingga dapat menimbulkan
peningkatan hasil metabolit yang berupa substansi karbohidrat dan
asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah ekologi kimiawi isi
lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri tumbuh lampau,
yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh lampau
akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam empedu
sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan

kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula


disertai dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik
yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban
ekologi isi usus
5. Patofisiologi dan Pathway
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
a. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel
b.

usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan
kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan

c.

usus yang lebih kecil.


Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat
unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang
disebabkan oleh gangguan malabsorpsi.

Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis,


misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui
stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang
ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit
Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik
(Elizabeth J. Corwin, 2007).

PATHWAY
Pathway diare

Infeksi

Makanan

Psikologi

Berkembang di usus

Toksik tidak dapat


diserap

Ansietas

Hipersekresi air &


elektrolit

Hiperperistaltik

Isi usus

Penyerapan makanan
di usus

Diare

Frekuensi BAB

Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan &
elektrolit berlebihan
Gangguan
Kekurangan
volume
Dehidrasicairan
keseimbangan
cairan

Resiko integritas
syok
Kerusakan
(hipovolemik)
kulit

Ketidakseimbanga
n nutrisi: kurang
Nafsu makan
dari kebutuhan
tubuh

(Nurarif, Amin &


Kusuma, H., 2013)

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


Penatalaksanaan diare akut pada anak:
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya
rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak
tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu
liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan
dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan
segala akibatnya
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma 1,025
x BB x 4 ml
0,001

Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
a) Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
b) Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
c) Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
Total
BB (kg)

PWL

NWL

CWL

Kehilangan

< 1 bln

150

125

25

Cairan
300

3-10

1 bln-2 thn

125

100

25

250

10-15

2-5 thn

100

080

25

205

15-25

5-10 thn

080

025

<3

Umur

25
130
Sumber: Ngastiyah
(1997)

Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
NWL: Normal Water Lose(ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan,
pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah
yang terus menerus
1)

Cairan per oral


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringansedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa

2)

Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
a) Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg:

(1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).
(2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
(3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
(1) 2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral
d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24
jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3
1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e) Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).
b.

Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan


misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas
kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a.
BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b.
BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c.
BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d.
BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e.
BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB 20)
Kebutuhan Asam amino
a. BBLR 2,5 3/ Kg BB
b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
a.
Kalium 1,5 2,5 meq/ kg BB
b.
Natrium 2,5 3,5 meq/ kg BB
c. Obat-obatan

Obat

Pemakaian dan

Dosis

pertimbangan

Opiat
Tingfur opium

TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 tts, Untuk

diare

akut

dan

q.i.d. dicampur dengan air


nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
Paregorik

D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/
III
hari

Kodein

D: PO: 15-30 mg, q.i.d.

Agen-agen

Untuk diare

opiat

related
Difenoksilat
atropin (Lomotil)

dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d.


Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg,
setiap hari dalam dosis terbagi

Untuk diare akut, nonspesifik.


Obat golongan V.
Dosis untuk anak bervariasi
sesuai dengan umur.

4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap


hari
Loperamid (Imodium)

D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk

diare.

Obat

bebas

mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan


Tidak melebihi 16 mg/ hari.
B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis
Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi
mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben
Kaolin-Pektin

Sesuai dengan label

(Kaopectate)

Untuk

diare.

Diberikan

setelah setiap kali buang air


cair. Obat bebas.

Garam-garam

bismut Sesuai dengan label

(Pepto-Bismol)

Untuk

diare,

gangguan

lambung. Dalam bentuk cair


atau tablet.

Kombinasi
Difenoksilat

dengan Lihat agen-agen opiat related

Lihat agen-agen opiat related

Sesuai dengan label

Mengandung paregorik dan

atropin (Lomotil)
Parepektolin

kaopecatate
Donnagel

D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung

atropin

dan

15-30 mg setelah setiap kali kaopectate


buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
Donnagel P-G

D: PO: 15 mg, setiap 3 jam

Mengandung opium, atropin,


dan kaopectate

Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR:


tingtur; >: lebih dari; tts: tetes
B.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu
tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare
2) Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi
BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuhkembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),
psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare.
Pada penderita kurang gizi serangan diare lebih sering terjadi karena
semakin buruk keadaan gizi bayi maka semakin sering dan berat diare
yang diderita. Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dimana sebagian besar penularan melalui fekal oral yang
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih dan jamban yang
keluarga yang memenuhi syarat. Faktor susunan makanan juga
berpengaruh terhadap terjadinya diare yang disebabkan karena
kemampuan usus dalam mencerna makanan. Riwayat penyakit dahulu
dan riwayat imunisasi juga sangat berpangaruh terhadap diare
e. Riwayat psikososial keluarga

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga. Kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anak. Setelah menyadari penyakit anaknya
mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah
f. Kebutuhan dasar
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola

nutrisi

diawali

dengan

mual,

muntah,

anoreksia,

menyebabkan penurunan berat badan pasien.


3) Pola tidur : pola dan istirahat akan terganggu karena adanya
distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen
g. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan sistematik:
1) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
2) Perkusi : adanya distensi abdomen.
3) Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
4) Auskultasi : terdengarnya bising usus lebih dari normal
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan

3. Perenanaan Keperawatan (tujuan, criteria hasil, dan tindakan keperawatan


menggunakan pendekatan NOC dan NIC)

No
.
1.

Diagnosa
Keperaw

Tujuan dan Kriteria

atan

Kekurang Setelah dilakukan

Fluide management

an

tindakan keperawatan 1. Timbang popok/pembalut jika

volume

selama 3 x 24 jam,

cairan

diharapkan kebutuhan 2. Pertahankan catatan intake dan

berhubun

cairan dan elektrolit

gan

dalam tubuh pasien

dengan

dapat teratasi dengan

membran mukosa, nadi adekuat,

output

kriteria hasil:

tekanan ortostatik), jika diperlukan

berlebih

(00027).
-

diperlukan
output yang akurat
3. Monitor status hidrasi (kelembaban

Input dan output

4. Monitor vital sign

cairan elektrolit

5. Kolaborasikan cairan IV

seimbang.

6. Monitor status nutrisi

Menunjukkan

7. Dorong masukan oral

membran

8. Kolaborasi dengan dokter.

mukosa lembab
dan turgor
jaringan normal.

2.

Intervensi

Hasil

Ganggua

Setelah dilakukan

n nutrisi

tindakan keperawatan

kurang

selama 3 x 24 jam,

Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2. Monitor tingkat HB dan hematokrit
3. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
4. Monitor berat badan
Nutrition management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan

dari

diharapkan kebutuhan

kebutuha

nutrisi pasien dapat

n tubuh

teratasi dengan

berhubun

kriteria hasil:

gan

Berat badan ideal

dengan

sesuai dengan

intake

tinggi badan

makanan

yang
tidak

Tidak ada tandatanda malnutrisi

meningkatkan intake IV
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin
C
5. Berikan substansi gula
6. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi

Menunjukan

adekuat

peningkatan

(00002).

fungsi
pengecapan dari
menelan
-

nutrisi yang dibutuhkan pasien


3. Anjurukan pasien untuk

Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orang
tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, HB, dan kadar HT
11. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva

3.

Kerusaka

Setelah dilakukan

Pressure Management:

tindakan keperawatan

1. Anjurkan pasien untuk

integritas

selama 3 x 24 jam,

kulit

diharapkan kerusakan

berhubun

integritas kulit pasien

gan

dapat teratasi dengan

dengan

kriteria hasil:

kelembap

Integritas kulit

an

yang baik bisa

(00046)

dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
-

Tidak ada luka


atau lesi pada
kulit

Perfusi jaringan
baik

Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cidere
berulang

Mampu
melindungi kulit
dan

menggunakan pakaian yang


longgar
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi
pasien) setiap 2 jam sekali
4. Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada daerah tertekan
5. Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
6. Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat

mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
4. Evaluasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By/An .. DENGAN (DIAGNOSA


MEDIA) DI RUANG .. RUMAH SAKIT
Nama pengkaji

Tanggan dan jam Pengkajian :


Tanggal Masuk

Tempat Praktik

1.

PENGKAJIAN
a. Identitas Klien

Nama

Tempat/tanggal lahir

Nama Ayah/Ibu

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan Ibu

Alamat

Agama

Suku Bangsa

Pendidikan Ayah

No. RM

Diagnosa medik

b. Keluhan Utama

Riwayat kehamilan dan kelahiran :

Pre natal

Intra natal

Paska natal

c. Riwayat Kesehatan Masa Lampau

Penyakit waktu kecil

Pernah dirawat di RS

Obat-obatan yang digunakan

Tindakan (operasi)

Alergi

Kecelakaan

Imunisasi

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga

Penyakit yang sedang diderita anggota keluarga

genogram

e. Riwayat Sosial

Yang mengasuh

Hubungan dengan anggota keluarga

Hubungan dengan teman sebaya

Pembawaan secara umum

Lingkungan rumah (disertai denah rumah)

f. Kebutuhan Dasar

Makanan yang disukai/tidak disukai


a. Selera makan
b. Frekuensi
c. Porsi makan

Alat makan yang digunakan

Pola tidur
a. Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda
yang dibawa tidur, dll)
b. Tidur siang

Mandi

Aktifitas bermain

Eliminasi

g. Kesehatan Saat Ini

Diagnosa Medis

Tindakan Operasi

Status Nutrisis

Obat-obatan

Aktivitas

Tindakan Keperawatan

Hasil Laboratorium

Hasil Rongten

Data Tambahan

h. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

TB/BB (%)

Lingkar kepala (< 2 tahun)

Mata

Hidung

Mulut:

Telinga

Tengkuk

Dada

Jantung

Paru-paru

Perut

Punggung

Genetalia dan anus

Ekstremitas

Kulit

Pemeriksaan neurology

Tanda vital

i. Pemeriksaaan tingkat Perkembangan

2.

Adaptasi Sosial

Bahasa

Motorik Halus

Motorik Kasar

Kesimpulan Pemeriksaan Perkembangan :


PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

b. Pemeriksaan diagnostik
Hari/Tgl/Jam

Jenis

Hasil &

Nilai

Pemeriksaan

Satuan

Normal

Analisa

c. Terapi Medis
Hari/Tgl/Jam

Jenis Pemeriksaan

Hasil

d. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal

Jenis terapi

Dosis

Pemberian

Cara

Fungsi

Pemberian

e. Ringkasan Riwayat Kesehatan

3.

ANALISA DATA
No

Hari/tgl/jam

Data Fokus

Problem

Etiologi

DS :
DO :

4.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.
2.
3.

5.

INTERVENSI
No

6.

Tgl/Jam

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawatan

kriteria hasil

Intervensi

Ttd

Respon klien

Ttd

IMPLEMENTASI
No Hari/Tgl/Jam

7.

No DX

Implementasi

EVALUASI
No

Hari/tgl/jam

Diagnosa Keperawatan

Evalausi
S
O
A
P

TTd

Lampiran 4
FORMAT SATUAN ACARA PEMBELJAARAN (SAP)
TERAPI BERMAIN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG TUMBUH KEMBANG
PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
A.

LATAR BELAKANG

B.

TUJUAN

C.

JENIS PERMAINAN

D.

MEDIA

E.

METODE

F.

PESERTA

G.

SETTING TEMPAT

H.

WAKTU PELAKSANAAN
a. Hari/tanggal

b. Waktu

c. Tempat:
I.

PENGORGANISASIAN

J.

RENCANA PELAKSANAAN
No
Kegiatan
1 Persiapan
2 Proses
3 Penutup

Waktu

K.

KRITERIA EVALUASI

L.

DAFTAR HADIR

M.

DAFTAR PUSTAKA

Subyek Terapi

Lampiran 5
FORMAT RESUME KEPERAWATAN
PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
Tanggal/jam Pengkajian

Diagnosa Medis

No. Registrasi

A.

PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
a. Nama

b. Alamat

c. Umur

d. Pendidikan

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama

b. Riwayat penyakit sekarang

B.

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


No
1

DAR

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1

(Data, Action, Respond)


DATA
Tahap pengumpulan berupa data obyektif
dan subyektif yang mendukung amsalah.
Dilengkapi pula dengan data penunjang
apabila ada.
ACTION
Tindakan keperawatan dan medis yang
sudah dilakukan untuk mengatasi masalah
RESPONSE
Penjabaran

respon

apsien

terhadap

tindakan keperawatan atau medis yang


2

Diagnosa Keperawatan 2

sudah dilakukan (S, O)


DATA
Tahap pengumpulan berupa data obyektif
dan subyektif yang mendukung amsalah.
Dilengkapi pula dengan data penunjang
apabila ada.
ACTION
Tindakan keperawatan dan medis yang

sudah dilakukan untuk mengatasi masalah


RESPONSE
Penjabaran

respon

pasien

terhadap

tindakan keperawatan atau medis yang


sudah dilakukan (S, O)
C.

PEMBAHASAN
Berisi pembahasan mengenai diagnosa keperawatan yang diambil, data yang
diperoleh, rasional tindakan yang dilakukan dan respon klien. Dituliskan pula
kesenjangan antara praktik dengan teori yang didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai