Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

SAKIT DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE

OLEH:

I GEDE MANIK VIKANTARA (P07120218001)


NI KADEK BRIGGITA BRILLIANTI (P07120218002)
DIAN OCTAVIANA RASTA EFENDI (P07120218003)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
SAKIT DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Menurut Nursalam, Susilaningrum, & Utami (2008) penyebab terutama beberapa
kuman usus penting, yaitu Rotavirus, Escherechia coli, Shigella, Cryptosporidium, Vibrio
cholera, Salmonella. Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya diare yaitu:
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan,
b. Menggunakan botol susu,
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja,
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamah makanan.
3. Pohon Masalah

Faktor infeksi F.malabsorbsi F.makanan F.Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan meningk. Tekanan toksin tak dapat cemas


berkembang osmotik diserap
dalam usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frekuensi BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit


berlebihan perianal

dehidrasi berat As. Metabl mual, muntah

Hipovolemia sesak nafsu makan menurun

Pola napas tidak efektif BB menurun

Gangguan Tumbang

(Sumber: Nurarif, Amin & Kusuma, H. 2015)


4. Klasifikasi
Menurut Simadibrata (2009), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare
Berdasarkan lama atau durasi waktu diare, penyakit diare dapat dibedakan
menjadi:
1. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
2. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

b. Mekanisme patofisiologik
Berdasarkan mekanisme patofisiologik yang mendasari terjadinya diare,
diare dapat diklasifikasikan menjadi diare oleh karena:
1) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik, diare tipe
ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus serta
menurunnya absorbsi. Secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan
puasa makan dan minum. Penyebab diare tipe ini antara lain karena
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae atau Escherichia coli, penyakit
yang mengahasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbsi
garam empedu) dan efek obat laksatif.
2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi atau diare osmotik, diare tipe ini
disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik, malabsorbsi
umum, dan defek dalam absorbsi mukosa usus, misal pada defisiensi
disakaridase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa.
3) Malabsorbsi asam empedu, diare tipe ini didapatkan pada gangguan
pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit- penyakit saluran
bilier hati.
4) Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit, diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transpor aktif Na+K+ATPase
di enterosit dan absorbsi Na+ dan air yang abnormal.
5) Motilitas dan waktu transport usus abnormal, diare tipe ini disebabkan
adanya hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorbsi yang abnormal. Penyebabnya antara lain pasca vagotomi dan
hipertiroid.
6) Gangguan permeabilitas usus, diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus
yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel
spesifik pada usus halus. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik,
adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi sehingga terjadi
produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air serta elektrolit ke dalam
lumen sehingga terjadi gangguan absorbsi air dan elektrolit. Infeksi dinding
usus, disebut diare infeksi, nfeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering
dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi menjadi invasif
(merusak mukosa) dan bakteri non invasif.

c. Penyakit infektif atau non-infektif


Diare infektif adalah diare yang disebabkan oleh infeksi. Agen infeksi
dalam hal ini bisa diakibatkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, maupun
infeksi oleh organ lain seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
Diare non-infektif adalah diare yang tidak ditemukan agen infeksi
sebagai penyebabnya. Dalam hal ini diare tersebut kemungkinan disebabkan
oleh faktor malabsorbsi, faktor makanan, maupun faktor psikologis.

d. Penyakit organik atau fungsional


Berdasarkan penyakit organik dan fungsional, diare dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Diare organik, adalah diare yang ditemukan penyebab anatomik,
bakteriologik, hormonal ataupun toksikologi.
2. Diare fungsional, adalah diare yang tidak dapat ditemukan penyebab organik.
5. Gejala Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), manifestasi klinis dari diare adalah :
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
4) Demam.

b. Diare kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan berat badan dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi kakikardia, denyut lemah

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).

2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).

3) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).


a. Kepala dan Wajah
Pasien berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun- ubun

biasanya cekung. Pasien yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata

normal. Bila dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong).

Sedangkan dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung. Mulut dan lidah basah

(tanpa dehidrasi), mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang), dan mulut

dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada
Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi
asam basa.
d. Abdomen dan Pinggang
Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat pembesaran pada
perut kanan bawah.
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut.
Perkusi : tympani (kembung).
Auskultasi : bising usus >30x /menit.
e. Pelvis dan Perineum
f. Ekstremitas
g. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan pemeriksaan turgor, yaitu
dengan cara mencubit daerah perut dengan kedua ujung jari (bukan kedua kuku).
Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor
kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti diare
dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat lambat bila cubitan kembali
> 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.

7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam ginjal
3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa
c. Pemeriksaan kadar Ureum dan kreatinin untuk mengetahun faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan Posfat

8. Diagnose/Criteria Diagnosis

9. Terapi/Tindakan Penanganan
a) Diare tanpa dehidrasi
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang


Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Diare dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas/RS
untuk di infus.

10. Komplikasi
Komplikasi diare menurut Ngastiyah (2005), diantaranya adalah kehilangan
cairan dan elektrolit secara mendadak. Hal ini dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yaitu:
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalsemia
d. Asidosis
e. Hipokalemia
f. Hipoglikemia
g. Hiponatremia
h. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktase.
i. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Diare
1. Pengkajian (Data Subyektif/Obyektif)
a. Data Subyektif
Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari empat kali
dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali dengan
konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali
(dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut.
Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
b. Data Obyektif
1) Mula-mula gelisah suhu badan mungkin meningkat. Nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai tampak.
6) Dieresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam bila terjadi dehidrasi.
Urin normal pada diare tanpa dehidrasi. Urin sedikit gelap pada dehidrasi
ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu enam jam (dehidrasi
berat).
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Diare (D.0020)
b. Hipovolemia (D. 0023)

3. Rencana Asuhan Keperawatan


RENCANA
DIAGNOSIS
NO KRITERIA HASIL TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1 Diare (D.0020) Setelah dilakukan Manajemen Diare 1. Mengetahui penyebab
intervensi (I.03101) diare

Penyebab: keperawatan selama 1. Identifikasi 2. Mengetahui riwayat

Fisiologis … x24 jam, maka penyebab diare (mis: makan

1. Inflamasi Eliminasi Fekal inflamasi 3. Mengetahui warna,

gastrointestinal (L.04033) membaik gastrointestinal, volume, frekuensi dan

2. Iritasi dengan kriteria hasil: proses infeksi) konsistensi

gastrointestinal a. Kontrol 2. Identifikasi riwayat 4. Mengetahui jumlah

3. Proses infeksi pengeluaran feses pemberian makanan pengeluaran diare

4. Malabsorpsi meningkat 3. Monitor warna, 5. Memberi asupan


b. Keluhan defekasi volume, frekuensi cairan oral

Psikologis lama dan sulit dan konsistensi tinja 6. Memenuhi kebutuhan

1. Kecemasan menurun 4. Monitor iritasi dan nutrisi melalui

2. Tingkat stress c. Mengejan saat ulserasi kulit di intravena


defekasi menurun daerah perianal 7. Menghindari

Situasional menurun 5. Monitor jumlah pemberian makanan

1. Terpapar d. Distensi abdomen pengeluaran diare yang dapat


menurun 6. Monitor keamanan memperburuk keadaan
kontaminan
e. Teraba massa pada penyiapan makanan pasien
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan rektal menurun Terapeutik 8. Memenuhi kebutuhan
laksatif f. Urgency menurun 7. Berikan asupan nutrisi bayi
4. Penyalahgunaan g. Nyeri abdomen cairan oral (mis:
9. Pemberian obat yang
zat menurun larutan garam gula,
dapat menghindari
5. Program h. Kram abdomen oralit, pedialyte,
memperburuknya
pengobatan menurun renalyte) penyakit
(Agen torioid, i. Konsistensi feses 8. Pasang jalur
analgesik, membaik intravena
pelunak feses, j. Frekuensi defekasi 9. Berikan cairan
ferosulfat, membaik intravena (mis.
antasida, k. Peristaltic usus ringer asetat, ringer
cimetidine dan membaik laktat), jika perlu
antibiotic) 10. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
Gejala dan Tanda darah lengkap dan
Mayor: elektrolit
Subjektif 11. Ambil sampel feses
(tidak tersedia) untuk kultur, jika
perlu
Objektif Edukasi
1. Defekasi lebih 12. Anjurkan makanan
dari tiga kali porsi kecil dan
dalam 24 jam sering secara
2. Feses lembek bertahap
atau cair 13. Anjurkan
menghindari
Gejala dan Tanda makanan pembentuk
Minor: gas, pedas, dan
Subjektif mengandung laktosa
1. Urgency 14. Anjurkan
2. Nyeri/kram melanjutkan
abdomen pemberian ASI
Objektif Kolaborasi
1. Frekuensi 15. Kolaborasi
peristaltic pemberian obat
meningkat antimotilitas (mis.
2. Bising usus laperamide,
hiperaktif difenoksilat)
16. Kolaborasi
Kondisi Klinis pemberian obat
Terkait: antispasmodic/spas
1. Kanker kolon molitik (mis.
2. Diverticulitis papaverine, ekstak
3. Iritasi usus belladonna
4. Crohn’s disease mebeverine)
5. Ulkus peptikum 17. Kolaborasi
6. Gastritis pemberian obat
7. Spasme kolon pengeras feses (mis:
8. Colitis ulseratif atapulgit, smektit,
9. Hipertiroidisme kaolin-pektin
10. Demam typoid Edukasi
11. Malaria 18. Jelaskan tujuan dan
12. Sigelosis prosedur
13. Kolera pemantauan
14. Disentri 19. Informasikan hasil
15. Hepatitis pemantauan, jika
perlu

2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Syok 1. Memonitor status


(D.0023) intervensi Hipovolemik (I.02050) kardiopulmonal
keperawatan selama Observasi 2. Mengetahui status
Penyebab: … x24 jam, maka Terapeutik oksigenasi
1. Kehilangan Status Cairan Kolaborasi 3. Mengetahui status
cairan aktif (L.03028) membaik 1. Monitor status cairan
2. Kegagalan dengan kriteria hasil: kardiopulmonal 4. Mengetahui tingkat
mekanisme a. Kekuatan nadi (frekuensi dan kesadaran dan repon
regulasi meningkat kekuatan nadi, pupil
3. Peningkatan b. Turgor kulit frekuensi napas, TD, 5. Pertahankan jalan
permeabilitas meningkat MAP) napas paten
kapiler c. Output urine 2. Monitor status 6. Mempertahankan
4. Kekurangan meningkat oksigenasi (oksimetri saturasi oksigen
intake cairan d. Pengisian vena nadi, AGD) 7. Menghindari terjadi
5. Evaporasi meningkat 3. Monitor status cairan perdarahan lebih lanjut
e. Ortopnea menurun (masukan dan
8. Memberi posisi yang
Gejala dan Tanda f. Dyspnea menurun haluaran, turgor kulit,
nyaman pada pasien
Mayor: g. Paroxysmal CRT)
9. Memenuhi kebutuhan
Subjektif nocturnal dyspnea 4. Periksa tingkat
cairan
(tidak tersedia) (PND) menurun kesadaran dan respon
h. Edema anasarca pupil 10. Membantu
Objektif menurun 5. Periksa seluruh pengeluaran urin dan
1. Frekuensi nadi i. Edema perifer permukaan tubuh memonitor keluran urin
meningkat menurun terhadap adanya 11. Memasng NGT untuk
2. Nadi teraba j. Distensi vena DOTS dekompresi lambung
lemah jugularis menurun (deformity/deformitas,
12. Pemeriksaan darah
3. Tekanan darah k. Suara napas open wound/luka
lengkap
menurun tambahan menurun terbuka,
4. Tekanan nadi l. Kongesti paru tenderness/nyeri 13. Memenuhi kebutuhan
menyempit menurun tekan, cairan
5. Turgor kulit m. Perasaan lemah swelling/bengkak)
menurun menurun 6. Pertahankan jalan
6. Membran n. Keluhan haus napas paten
mukosa kering menurun 7. Berikan oksigen
7. Volume urin o. Konsentrasi urine untuk
menurun menurun mempertahankan
8. Hematokrit p. Frekuensi nadi saturasi oksigen
meningkat membaik >94%
q. Tekanan darah 8. Persiapkan intubasi
Gejala dan Tanda membaik dan ventilasi mekanis,
Minor: r. Tekanan nadi jika perlu
Subjektif membaik 9. Lakukan penekanan
1. Merasa lemah s. Membrane mukosa langsung (direct
2. Mengeluh membaik pressure) pada
haus t. Jugular Venous perdarahan eksternal
Objektif Pressure (JVP) 10. Berikan posisi syok
1. Pengisian vena membaik (modified
menurun u. Kadar Hb Trendelenberg)
2. Status mental membaik 11. Pasang jalur IV
berubah v. Kadar Ht membaik berukuran besar
3. Suhu tubuh w. Central Venous (missal 14 atau 16)
meningkat Pressure membaik 12. Pasang kateter urine
4. Konsentrasi x. Refluks menilai produksi
urin hepatojugular urine
meningkat membaik 13. Pasang selang
5. Berat badan y. Berat badan nasogastric untuk
turun tiba-tiba membaik dekompresi lambung
z. Intake cairan 14. Ambil sampel darah
Kondisi Klinis membaik untuk pemeriksaan
Terkait: aa. Status mental darah lengkap dan
1. Penyakit membaik elektrolit
Addison bb. Suhu tubuh 15. Kolaborasi
2. Trauma/perd membaik pemberikan infus
arahan cairan kristaloid 1-
3. Luka bakar 2L pada dewasa
4. AIDS 16. Kolaborasi
5. Penyakit pemberikan infus
Crohn cairan kristaloid 20
6. Muntah ml/kgBB pada anak
7. Diare 17. Kolaborasi
8. Kolitis pemberian transfusi
ulseratif darah, jika perlu
9. Hipoalbumin
emia
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2013. Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Nurarif.A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Nursalam., Susilaningrum, Rekawati., & Sri Utami. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Simadibrata, M. 2009. Diare Akut dalam Aru W. Sudoyo (Editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna publishing.

Mengetahui
Pembimbing Tanda Tangan Mahasiswa

(Nama Pembimbing) (Nama Mahasiswa)

Anda mungkin juga menyukai