Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN DEMAM MORBILI

OLEH:
NI MADE DEWI AYU VIRGAYANTI P07120218023
KADEK LINDA VENIAWATI P07120218023

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK


KESEHATAN DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
2021
A. Konsep Dasar Morbili
1. Definisi
Morbili ialah penyakit infeksi virus yang akut dan menular yang pada umumnya
menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium prodromal, stadium erupsi dan
stadium konvalensi (Suriadi, 2010).

Morbili adalah virus akut menular yang disebabkan oleh virus morbili
(paramiksovirus) yang terdapat pada sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal selama 24 jam setelah timbul bercak-bercak (Pudiastuti, 2011).

Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh demam tinggi dan
ruam makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari leher, wajah, badan,
anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012).
2. Penyebab / Faktor Fredisposisi

Penyakit Campak (morbili) disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular,
yaitu paramiksovirus. Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan,
darah dan urine dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak
langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20
hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga hari
ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral) (Pudiastuti
2011 dan Suriadi 2010).
3. Patofisiologi

Lesi esensial campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus


dan saluran cerna dan pada konjungtiva yang tersebar oleh virus morbili melalui
udara. Proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi
sekitar kapiler. Terjadi reaksi inflamasi berupa peningkatan suhu tubuh dan
metabolisme tubuh sehingga terjadi resiko defisit volume cairan. Virus morbili
menyebar ke berbagai organ melalui hematogen. Reaksi radang menyeluruh
berupa bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukal
dan faring. Pada saat reaksi radang pada saluran cerna maka hygiene harus
sangat dijaga agar tidak menyebabkan diare pada anak. Reaksi inflamasi akan
meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial ditandai
dengan pilek, batuk serta peningkatan frekuensi nafas. Hal tersebut dapat
menjadi komplikasi berupa bronkopneumonia oleh infeksi bakteri sekunder.
4. Pohon masalah
5. Klasifikasi

Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal)Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala
sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium ErupsiGejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhubadan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkanbekas(hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUIVolume
2,2006).
6. Gejala Klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10-20 hari dan kemudian
timbul gejala – gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
a. Stadium prodromal (Catarrhal)
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam, malaise,
batuk, konjungtivitis, koriza, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema, terletak di mukosa bukalis
berhadapan dengan molor bawah, timbul dua hari sebelum munculnya rash.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk – batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
papula disertai meningkatnya suhu badan. Mula mula eritema muncul
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang – kadang terdapat perdarahan ringan di
bawah kulit, pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah belakang leher.
c. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malise, limfadenopati.
7. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi
a) Keadaan umum lemah
b) Kesadaran komposmentis
c) Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah, telinga,
leher dan pada badan.
d) Konjungtiva anemis
e) Fotopobia
f) Turgor kulit tidak elastis
g) Mukosa bibir kering
h) Peningkatan produksi sekret
2) Palpasi
Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula dan
daerah leher belakang
3) Perkusi
a) Kadang terdapat distensi abdomen
b) Peristaltik usus meningkat
4) Auskultasi
Pada anak dengan morbili biasanya mengalami komplikasi
broncopneumonia, sehingga hasil auskultasi didapatkan suara ronchi

8. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium
a) Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat)
b) Leukosit menurun (leukopenia)
2) Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan
adanya broncopneumonia.
9. Diagnosa
- Gangguan integritas kulit
- Pola napas tidak efektif
- Gangguan rasa nyaman
- Risiko infeksi
10. Terapi / tindakan penanganan

Menurut Rampengan (2008) dan Suriadi (2010), penatalaksanaan medis yang


dapat dilakukan pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:
a. Memperbaiki keadaan umum.
b. Pemberian vitamin A: <6 bulan : 50.000 IU/hari ≥ 2 hari
6-11 bulan : 100.000 IU/hari ≥ 2 hari
> 12 bulan: 200.000 IU/hari ≥ 2 hari
c. Istirahat baring selama suhu tubuh meningkat dan pemberian antipiretik.
d. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang berisiko tinggi atau terdapat
infeksi sekunder.
e. Pemberian obat batuk.
f. Pemberian sedativum.
g. Kortikosteroid dosis tinggi.
11. Komplikasi

Menurut IDAI (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbili
adalah, sebagai berikut:
a. Laringitis akut
Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan
distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan
akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus.
Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari
lagi.
c. Ensefalitis
Biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian
ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara
30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik
maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.
d. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena
invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.
e. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus.
f. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan
fotopobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus
campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-
hari pertama sakit.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitasklien

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua,
pekerjaan, agama, alamat, danlain-lain.
b. KeluhanUtama

Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing
demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat,
nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi)
c. Riwayatkesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada
hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-
obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat
alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada
epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing,
letih atau lesu.
c. Riwayat kesehatankeluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
d. Riwayatpsikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik
(gelisah) dan keluarga biasanyacemas.
e. Riwayat sosialekonomi

Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana dari segi
ekonomi dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi klien baik di
kehidupan sosial maupun masyarakat atau selama di rumahsakit.

a. Kebiasaansehari-hari

Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum sakit
dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan dan
perawatan pasien, biasanya mencakup :
1) Nutrisi

2) Eliminasi

3) Pola istirahat/tidur

4) Polakebersihan

2. Pola-pola fungsikesehatan

a. Pola nutrisi danmetabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan
samasekali.
b. Polaeliminasi

Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.


Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan
suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga
dapat meningkatkan kebutuhan cairantubuh.
c. Pola aktivitas danlatihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur danistirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

e. Pola persepsi dan konsepdiri

Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit


anaknya.
f. Pola sensori dankognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya


tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
g. Pola hubungan danperan

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah


sakitdan klien harus bed rest total.

h. Pola penanggulanganstress

Biasanya orang tua akan nampak cemas

3. Diagnosa keperawatan

- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan Hormonal

- Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Nafas (mis,
Nyeri saat bernafas, Kelemahan otot pernafasan)

- Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan Gejala Penyakit

- Resiko Infeksi di buktikan dengan Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh


Primer (Kerusakan Integritas kulit)

4. Rencana keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI RASIONAL

1 - Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit Observasi


integritas kulit asuhan keperawatan
berhubungan selama …x… jam,
Observasi a. Untuk
dengan diharapkan integritas
mengetahui
a. identifikasi
Perubahan kulit jaringan
penyebab
penyebab
Hormonal meningkat dengan
integritas kulit
gangguan
criteria hasil :
integritas kulit Terapiotik
1. elastisitas
(mis, perubahan
b. Untuk
meningkat
sirkulasi.
mencegsah
2. hidrasi meningkat Perubahan status
terjadinya
nutrisi, penurunan
3. perfusi jaringan decubitus
kelembaban, suhu
meningkat
Edukasi
lingkungan
4. kerusakan jaringan
ekstrem, perubahan c. Untuk mencegah
menurun
mobilitas terjadinya
5. kerusakan lapisan dehidrasi
Terapiotik
kulit menurun
d. Untuk
b. ubah posisi tiap 2
6. kemerahan meningkatkan
jam jika tirah
menurun daya tahan
baring
tubuh
7. suhu kulit
Edukasi
membaik
c. anjurkan minum
air yang cukup

d. anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur

2 - Pola Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas Observasi


Tidak Efektif asuhan keperawatan
Observasi a. Untuk
berhubungan selama …x… jam,
mengetahui
a. Monitor pola nafas
dengan diharapkan Pola Nafas
frekuensi,kedala
Hambatan membaik dengan (frekuensi, man nafas
Upaya Nafas kriteria hasil : kedalaman usaha
b. Untuk
(mis, Nyeri saat nafas)
1. Penggunaan otot mengetahui
bernafas,
bantu nafas b. Monitor bunyi bunyi nafas
Kelemahan otot
menurun nafas (mis, gurgling, mengi,
pernafasan)
gurgling, mengi, wheezing,
2. Pernafasan cuping
wheezing, ronkhi ronkhi
hidung menurun
kering)
c. Untuk
3. Frekuensi nafas
c. Monitor sputum mengetaqhui
membaik
(jumlah, warna, adanya sputum
4. Kedalaman nafas
aroma) atau tidak
membaik
Terapiotik Terapiotik
5. Edukasi dada
d. Pertahankan d. Untuk mencegah
membaik
kepatenan jalan teradinya trauma
nafas dengan head- servical
tilt dan chin-lift
e. Untuk
(jaw-thrust jika
membantu
curiga trauma
pasien dengan
servical)
posisi nyeman
e. Posisikan semi-
f. Untuk
fowler atau fowler
membantu batuk
f. Berikan minuman tidak kering
hangat
g. Untuk
g. Berikan oksigen memberikan
jika perlu ogsigen
keseluruh tubuh
Edukasi
Edukasi
h. Ajarkan teknik
batuk efektif h. Agar pasien
mampu
Kolaborasi
melakukannya
i. Kolaborasi
manduiri
pemberian
Kolaborasi
bronkadilator,
ekspektoran, i. Untuk
mukolitik, jika membantu pola
perlu nafas pasien

3 - Gangguan Rasa Setelah dilakukan Terapi Relaksasi Observasi


Nyaman asuhan keperawatan
Observasi a. Untuk
berhubungan selama …x… jam,
mengetahui
a. Identifikasi
dengan Gejala diharapkan Status
penurunan
penurunan tingkat
Penyakit Kenyamanan
tingkat energi,
energi,
meningkat dengan
ketidakmampua
ketidakmampuan,
kriteria hasil :
n,
berkonsentrasi,
1. Keluhan tidak berkonsentrasi,
atau gejala yang
Nyaman menurun atau gejala yang
lain mengganggu
lain
2. Gelisah menurun kemampuan
mengganggu
kognitif
3. Kesulitan tidur
kemampuan
menurun Terapiotik
kognitif
4. Gatal menurun b. Ciptakan
Terapiotik
lingkungan tenang
5. Suhu ruangan
b. Untuk
dan tanpa
membaik
membantu
gangguan dengan
6. Pola tidur pasien merasa
pencahayaan dan
membaik tenang dan
suhu
nyaman
ruangan,nyaman,
jika Edukasi
memungkinkan
c. Untuk
membantu
Edukasi
pasiern merasa
c. Anjurkan
nyaman
mengambil posisi
d. Untuk
nyaman
membantu
d. Anjurkan rileks
merasakan
dan merasakan
sensasi rileksasi
sensasi relaksasi

4 - Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Observasi


di buktikan asuhan keperawatan
Observasi a. Untuk
dengan selama …x… jam,
mengetahui
a. Monitor tanda
Ketidakadekuat diharapkan Tingkat
gejala infeksi
gejala infeksi
an Pertahanan Infeksi menurun
Terapiotik
Tubuh Primer dengan kriteria hasil : Terapiotik
(Kerusakan b. Untuk mencegah
1. Kebersihan tangan b. Berikan perawatan
Integritas kulit) terjadinya
meningkat kulit pada area
infeksi
edema
2. Kebersihan badan
Edukasi
meningkat Edukasi
c. Agar pasien dan
3. Kemerahan c. Jelaskan tanda
keluarga pasien
menurun gelaja infeksi
mengetahui
4. Nyeri menurun Kolaborasi
tanda gejala
d. Kolaborasi infeksi
pemberian
Kolaborasi
imunisasi
d. Untuk
membantu
kekebalan tubuh
pada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta: Salemba Medika

Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia
teori& aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC

Nurarif, H, A., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosamedis & NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Pudiastuti, Ratna, Dewi.(2011). Waspadai penyakit pada anak. Jakarta: Indeks

Rampengan, SpA(K), Prof, Dr, T, H. (2008). Penyakit infeksi tropik pada anak.
Jakarta: EGC

Ranuh. (2013). Beberapa kesehatan anak. Jakarta: Sagung seto

Soedarmo, P,S,S., Garna, Herry., Hadinegoro, Sri., & Satari, Hindra. (2010). Buku
ajarinfeksi & pediatri tropis.Jakarta:IDAI

Suriadi.,Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: CV.Sagung


Seto

Wong,D,L., Hockenberry,E,M.,Wilson,D.,Winkelstein,M,L.,&Schwartz, Patricia.


(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

Widagdo.(2013). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta:


Sagung seto

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar diagnosis keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai