OLEH :
Gambar 2.1
Anatomi Payudara (No Title, 2012)
b. Fisiologi Payudara
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat
menarke; pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya
berbentuk rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi
susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan
progesteron.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan
yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa
pubertas, dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya
duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran
payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit
lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama
menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga
menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan
nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan
menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus
lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana
alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui
duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak
beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun
akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan
menggantung (No Title, 2012).
3. Etiologi Ca Mamae
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Faktor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth, 2015 :
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya
terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika
kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
c. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali
lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang
mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang
telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko
sepertiganya.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara
disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai
risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun berisiko hampir dua kali lipat.
h. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun,
wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun
dengan cepat setelah penghentian medikasi.
j. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang
(lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko.
Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian estrogen
meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan kanker
payudara.
k. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara
dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal Prancis dan Itali,
angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa
wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker
payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa faktor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat.
Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan
lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan
pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara
dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015).
4. Klasifikasi Ca Mamae
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)
a. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus, kelenjar
yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya
disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.
b. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan
di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong susu
dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti
ke jaringan kelenjar limfe.
c. Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola
dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan
cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai dengan
massa.
Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National
Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam
NANDA, 2015).
a. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup
99% selama 5 tahun kedepan.
b. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam
kelenjar getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan
hidup 92% selama 5 tahun kedepan.
c. Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah-
pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82%
selama 5 tahun kedepan.
d. Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan
dapat berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.
e. Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah bening
melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.
f. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan,
juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory
breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup
44% selama 5 tahun kedepan.
g. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,
atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5
tahun kedepan.
6. Patofisiologi Ca Mamae
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak
berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel
kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel
normal (Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada
jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit,
menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke
jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian
timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan
menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler
kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak
dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang
rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai
respon tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker
itu sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah
marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut
yang akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).
7. Penatalaksanaan Ca Mamae
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara medis
diantaranya: (tasripiyah,2012)
1) Pembedahan
Pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk mengangkat
tumor, (meminimalkan resiko rekurensi lokal) dan untuk menentukan
stadium dari tumor. Ada 3 cara pembedahan atau operasi payudara yaitu :
a) Mastektomi Radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu operasi
mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara.mingikuti
Operasi ini harus selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi.
Biasanya lumpektomi direkoendasikan pada orang yang tumornua besar
tidak lebih dari 2cm dan pada letaknya selalu di pinggir payudara.
b) Mastektomi Total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang
dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara saya, tatapi bukan
untuk mengangkat kelenjar yang ada di ketiak.
c) Dengan cara metode Modified Mastekromi Radikal, yaitu sebuah
operasi yang dilakukan untuk pengangkatan seluruh dari isi payudara,
dan juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada, seluruh selangka
san tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar ketiak.
2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan apabila
adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan, yang kemoterapi
ajuvan ini diberikan kepada pasien pemeriksaan histopatolik pasca bedah
mastektomi ditemukan suatu metastasis di suatu atau di beberapa kelenjar.
3) Radioterapi
Yaitu Radioterapi yang berfungsi untuk penderiita kanker payudara dan
biasanya juga digunakan sebagai alat terapi yng kuratif dengan cara
mempertahankan mammae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan atau
terapi paliatif.
4) Terapi Hormonal
Yaitu sebuah Pertumbuhan pada kanker payudara yang sangat bergantung
kepada suatu suplai hormone estrogen, dan juga oleh karena itu terapi ini
adalah tindakan berfungsi untuk mengurangi dalam pembentukan hormone
yang dapat menghambat laju dari perkembangan semua sel kanker itu,
akan tetapi terapi hormonal itu biasanya disebut juga dengan sebuah terapi
anti estrogen karna terapi ini system kerjanya terapi ini sangat menghambat
atau juga dapat menghentikan kemampuan dari hormone estrogen yang
sudah ada di dalam menstimulus perkembangan kanker payudara.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mempertahankan integritas karingan yang adekuat (kulit, membrane
mukosa)
2) Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
3) Memperagakan toleransi aktivitas yang meningkat dan keletihan yang
menurun
4) Penderita dapat menunjukan citra tubuh dan harga diri.
b) Incisi biopsy
c) Eksisi biopsy
9. Komplikasi Ca Mamae
Carcinoma Mammae bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh, carcinoma
mammae bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya, dan
juga melalui saluran limfe dan aliran darah.Tempat yang paling sering untuk
metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama
tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati (Irianto, 2015) dalam (Laksono,
2018).
10. WOC
Faktor resiko :
Genetic
Hormonal
Merokok, alcohol, pola
makan
Hyperplasia pada sel mammae
CA MAMMAE
Tindakan pembedahan
Pre Op Post Op
Efek anestesi
Ketidakefektifan Pola
Stress psikologi Massa tumor Fisiologi Psikologi
Nafas
mendesak jaringan
Insisi jaringan
Perubahan
mammae
Nyeri akut bentuk mammae
Defisit
Ansietas Gangguan Citra
Pengetahuan
Terputusnya Tubuh
Kerusakan
integritas otot/jaringan sekitar
kulit/jaringan aksila
Pendidikan
kesehatan
Resiko Infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang
timbul dan diri sendiri maupun luar (lingkungan) (Nursalam, 2015). Menurut (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi Kusuma 2016) diagnosa
keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI, 2017):
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa tumor
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan,
deformitas dinding dada
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (tekanan
jaringan mammae)
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk tubuh
karena proses penyakit (mammae asimetris)
f. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
h. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas,
supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2015).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) mendefinisikan intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan umum : Manajemen nyeri (I.08238)
adanya penekanan masa tumor Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
diharapkan ekspetasi tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,
Definisi : Pengalaman sensorik atau menurun. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
emosional yang berkaitan dengan Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan aktual atau 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
fungsional, dengan onset mendadak meningkat 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau lambat d berintensitas ringan 2. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
hingga berat dan konstan, yang 3. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berlangsung lebih d 3 bulan. 4. Sikap protektif menurun tentang nyeri
5. Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
1) Data Mayor : 6. Kesulitan tidur menurun respon nyeri
Subjektif : Mengeluh nyeri, Merasa 7. Menarik diri menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
depresi (tertekan) 8. Berfokus pada diri sendiri menurun hidup
Objektif : Tampak meringis, 9. Diaforesis menurun 8. Monitor keberhasilan terapi
Gelisah, Tidak mampu menuntaskan 10. Perasaan depresi (tertekan ) menurun komplementer yang sudah diberikan
aktivitas. 11. Perasaan takut mengalami cedera 9. Monitor efek samping penggunaan
2) Data Minor : berulang menurun analgesik.
Subjektif : Merasa takut mengalami 12. Anoreksia menurun
cedera berulang 13. Perineum terasa tertekan menurun Terapeutik :
Objektif : Bersikap protektif 14. Uterus teraba membulat menurun 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
(mis.menghindari nyeri), Waspada, 15. Ketegangan otot menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Pola tidur berubah, Anoreksia 16. Pupil dilatasi menurun hypnosis, akupresur, terapi music,
17. Muntah menurun mual menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
18. Frekuensi nadi membaik teknik imajinasi terbimbing, kompres
19. Pola nafas membaik hangat/dingin, terapi bermain)
20. Tekanan darah membaik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
21. Proses berpikir membaik rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
22. Fokus membaik pencahayaan, kebisingan)
23. Fungsi berkemih membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
24. Perilaku membaik 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
25. Nafsu makan membaik dalam pemilihan strategi meredakan
26. Pola tidur membaik nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 Ketidakefektifan pola nafas Tujuan umum : Manajemen jalan napas (I.01011)
berhubungan dengan keletihan otot Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
pernapasan, deformitas dinding dada diharapkan ekspektasi pola napas 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
membaik. usaha napas)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi Kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
yang tidak memberikan ventilasi 1. Ventilasi semenit meningkat gurgling, mengi,wheezing, ronkhi kering)
adekuat. 2. Kapasitas vital meningkat 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Diameter thoraks anterior-posterior
1) Data Mayor : meningkat Terapeutik :
Subjektif : Dispnea 4. Tekanan ekspirasi meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
Objektif : Penggunaan otot bantu 5. Tekanan inspirasi meningkat dengan head-tilt dan chin- lift (jaw-
pernapasan Parshall, Fase ekspirasi 6. Dispnea menurun thrust jika curiga trauma servikal)
memanjang, Pola napas abnormal 7. Penggunaan otot bantu napas 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
(mis. takipnea, bradipnea, menurun 3. Berikan minum hangat
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- 8. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
stokes) 9. Ortopnea menurun 5. Lakukan penghisapan lender kurang dari
10. Pernapasan pursed-lip menurun 15 detik
2) Data M inor : 11. Pernapasan cuping hidung menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Subjektif : Ortopnea 12. Frekuensi napas membaik penghisapan endotrakeal
Objektif : Pernapasan pursed-lip 1, 13. Kedalaman napas membaik 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
Pernapasan cuping hidung, 14. Ekskursi dada membaik forsep McGill
Diameter thoraks anterior-posterior 8. Berikan oksigen, jika perlu
meningkat, Ventilasi semenit
menurun, Kapasitas vital menurun, Edukasi :
Tekanan ekspirasi menurun, 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
Tekanan inspirasi menurun, jika tidak kontraindikasi
Ekskursi dada berubah. 2. Ajurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolabor asi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
4 Kerusakan integritas jaringan Tujuan umum : Perawatan luka (I.14564)
berhubungan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
mekanik (tekanan jaringan diharapkan ekspetasi integritas kulit dan 1. Monitor karakteristik luka
mammae) jaringan meingkat. 2. Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik
Kriteria hasil : 3. Lepaskan balutan dan plester secara
Definisi : Kerusakan kulit (dermis 1. Elastisitas meningkat perlahan
dan/atau epidermis) atau jaringan 2. Hidrasi meningkat 4. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, 3. Perfusi jaringan meningkat perlu
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi 4. Kerusakan jaringan menurun 5. Bersihkan dengan cairan nacl atau
daniatay Definisi ligamen). 5. Kerusakan lapisan kulit menurun pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
6. Nyeri menurun 6. Bersihkan jaringan nekrotik
1) Data mayor : 7. Perdarahan menurun 7. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
Subjektif : (tidak tersedia) 8. Kemerahan menurun perlu
Objektif : Kerusakan jaringan 9. Hematoma menurun 8. Pasang balutan sesuai jenis luka
dan/atau lapisan kulit. 10. Pigmentasi abnormal menurun 9. Pertahankan teknik steril saat melakukan
11. Jaringan parut menurun perawatan luka
2) Data minor 12. Nekrosis menurun 10. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
Subjektif (tidak tersedia) 13. Abrasi kornea menurun drainase
Objektif : Nyeri, Perdarahan, 14. Suhu kulit membaik 11. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
Kemerahan, Hematoma. 15. Sensasi membaik atau sesuai kondisi pasien
16. Tekstur membaik 12. Berikan diet dengan kalori 30-35
17. Pertumbuhan rambut membaik kkal/kgbb/hari dan protein 1,25-1,5
gram/kgbb/hari
13. Berikan suplemen vitamin dan mineral
14. Berikan terapi tens, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debridement, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
Jika perlu
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahn perilaku dari criteria hasil yang ditetapkan,
yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2015). Evaluasi ini sangat
penting karena manakala setelah dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai atau
tercapai sebagian, maka harus di reassesment kembali kenapa tujuan tidak tercapai
(Purwanto, 2016). Dalam evaluasi menggunakan metode SOAP (subyektif,
obyektif, assessment, planning).
DAFTAR PUSTAKA
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018).
Kanker Payudara.
Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas
hidup pada pasien kanker payudara yang menjalankan kemoterapi. Health
Sciences and Pharmacy Journal, 3(2), 54.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138
No Title. (2012).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.
Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Carsinoma Mammae Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.