• Contoh:
pH <7.35 (asam) dan PaCO2 >45 mmHg (asam) maka jenis
gangguan keseimbangan asam basa adalah asisosis respiratorik.
Demikian sebaliknya bila pH >7.45 (alkalosis) clan PaCO2 <35
mmHg (basa) adalah alkalosis respiratorik.
3. LIHAT SBE (KOMPONEN METABOLIK [HC03-1, BE ATAU
SBE, DAN SID ), APAKAH NILAI PERUBAHAN SBE SESUAI
DENGAN PERUBAHAN PH. BILA SESUAI, ARTINYA
METABOLIK KECUALI BILA ADA PERUBAHAN
RESPIRATORIK YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SBE
AKIBAT MEKANISME KOMPENSASI.
Contoh:
nilai pH < 7.35 (asam) dan SBE menurun dari normal (asam) maka jenis
gangguan keseimbangan asam basa adalah asidosis metabolik.
Demikian sebaliknya, bila pH > 7.35 (basa) dan SBE meningkat lebih dari
normal (basa) adalah alkalosis metabolik
4. LIHAT BERAT RINGAN KELAINAN DENGAN MELIHAT
KADAR PACO2 DAN SBE .
5. LIHAT KOMPENSASI. UNTUK KOMPENSASI PENUH (COMPLETE
COMPENSATION), GUNAKAN RUMUS BAHWA SETIAP 3 MEQ/L SBE
SETARA DENGAN 5 MMHG PACO2.
6. LANGKAH KEENAM: PADANKAN DENGAN
KEADAAN KLINIS PASIEN.
• Berikut ini diberikan contoh kasus gangguan keseimbangan asam
basa dan langkah analisisnya.
• Kasus adalah pasien dengan pH7,15, PaCO2 60 mmHg, SBE -6
mEq/L.
• Analisisnya adalah:
1. pH 7,15: asam, asidemia/asidosis.
2. PaCO2 60 mmHg: asam, asidosis respiratorik.
3. SBE -6mEq/L: asam.
4. Kompensasi: keduanya asam (respiratorik dan metabolik) jadi tidak ada
proses kompensasi.
5. Kesimpulan: kelainan campuran asidosis respiratorik berat dan asidosis
metabolik ringan.
• pH 7,30; pH asam (asidosis);
• PaCO2 60 mmHg. PaC02 asam (asidosis respiratorik)
• SBE 7 mEq/L, SBE basa (alkalosis metabolik);
3. Langkah ketiga bila semua uji laboratorium normal, pertimbangkan keracunan sebagai
penyebab.
TATA LAKSANA
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
Hiperventilasi
Etiologi:
menyebabkan eliminasi Vasokonstriksi pembuluh
sindrom hiperventilasi
CO2 yang berlebihan darah otak menyebabkan
(panik), overventilasi pada
sehingga terjadi alkalosis hipoksia otak
ventilasi mekanik, sepsis
respiratorik
Peningkatan frekuensi
Keluhan pasien umumnya
pernapasan yang Gejala lain yang mungkin:
adalah rasa cemas
bermakna biasanya tetani, parestesia
berlebihan dan sesak atau
disebabkan kelainan otak sirkumoral atau sinkop
nyeri dada
atau metabolik
Diagnosis alkalosis
respiratorik dapat
dipastikan dengan kadar
PCO2 yang rendah
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Pada pH lebih dari 7.1 terjadi fatigue (rasa lelah), sesak napas
(pernafasan Kussmaull), nyeri perut, nyeri tulang, dan mual/muntah
• Pada pH kurang dari atau sama dengan 7.1 akan tampak gejala seperti pada pH
>7.1, efek inotropik negatif, aritmia, konstriksi vena perifer, dilatasi arteri perifer
(penurunan resistensi perifer), penurunan tekanan darah, penurunan aliran darah ke
hati, konstriksi pembuluh darah paru (pertukaran oksigen terganggu).
Tatalaksana asidosis metabolik
• Natrium bikarbonat diberikan pada asidosis metabolik berat terutama pada asidosis
metabolik yang disebabkan karena anion mineral (Tabel 7.).
• Dosis optimal natrium bikarbonat diberikan berdasarkan nilai SBE atau ΔSID dengan
perhitungan : 0,3 X BB(kg) X SBE (Δ SID) mEq, diberikan separuh dosis dengan
pertimbangan:
• 1. Natrium bikarbonat diberikan langsung intravena, sehingga dosis yang diberikan jauh
lebih besar dari target perhitungan (volume intravaskular lebih kecil dari total volume
ekstraselular).
• 2. Natrium bikarbonat akan segera menghasilkan karbondioksida yang tinggi (1mEq
natrium bikarbonat = 22 mL karbondioksida).
• 3. Karbondioksida mudah berdifusi melalui membran sel, sehingga dapat menembus
sawar darah otak , asidosis.
ALKALOSIS METABOLIK
-- Overventilation pada kasus gagal napas dapat menimbulkan alkalosis posthypercapnic.
-- Pada sebagian besar kasus, alkalosis metabolik yang terjadi umumnya luput dari diagnosis.
-- Alkalosis metabolik memberi dampak pada sistem kardiovaskular, pulmonal, dan fungsi
metabolik.
-- Curah jantung menurun, terdapat depresi ventilasi sentral, kurva saturasi oksihemoglobin
bergeser ke kiri, memburuknya hipokalemia dan hipofosfatemia, serta penurunan kemampuan
pasien menerima ventilasi mekanik.
-- Peningkatan pH serum menunjukan korelasi dengan angka mortalitas.
-- Koreksi alkalosis metabolik bertujuan meningkatkan minute ventilation, tekanan ksigen
arterial dan mixed venous oxygen tension, serta menurunkan konsumsi oksigen oleh karena
itu, sangat penting melakukan koreksi pada pasien kritis.
ALKALOSIS METABOLIK
-- Koreksi alkalosis metabolik bertujuan meningkatkan minute ventilation, meningkatkan
tekanan oksigen arterial dan mixed venous oxygen tension, serta menurunkan konsumsi
oksigen.
-- Alkalosis metabolik, disebut letal bila pH darah lebih dari 7.7.
-- Bila ada deplesi volume cairan tubuh, upayakan agar volume plasma kembali normal
dengan pemberian NaCI isotonik.
-- Bila penyebabnya hipokalemia, lakukan koreksi kalium plasma.
-- Bila penyebabnya hipokloremia, lakukan koreksi klorida dengan pemberian NaCI isotonik.
-- Bila penyebabnya adalah pemberian bikarbonat berlebihan, hentikan pemberian bikarbonat.
-- Pada keadaan fungsi ginjal yang menurun atau edema akibal gagal jantung, kor pulmonal
atau sirosis hati, koreksi dengan NaCI isotonik tidak dapat dilakukan karena dikhawatirkan
terjadi retensi natrium disertai kelebihan cairan (edema bertambah).
Pada keadaan ini dapat diberikan:
-- Antagonis enzim anhidrase karbonat untuk menghambat reabsorpsi bikarbonat terhambat.
Contoh: asetazolamid, dosis tunggal 500 mg untuk dewasa, dosis dapat diulang bila perlukan
-- Bila dengan antagonis enzim anhidrase karbonat tidak berhasil, dapat diberikan HCI dalam
larutan isotonik selama 8-24 jam, atau larutan ammonium klorida, atau larutan arginin
hidroklorida. Kebutuhan HCI dapat dihitung dengan menggunakan
Studi kasus 1 Seorang anak laki-laki umur 2 tahun, dikirim dari Puskesmas dengan
dehidrasi berat karena diare akut.
Riwayat penyakit : 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak diare dengan frekuensi lebih
dari 4 kali dan konsistensi tinja cair. Pasien di bawa ke puskesmas dan mendapat puyer
racikan standar dan oralit. Pasien tidak mau minum oralit dan diare tidak kunjung berhenti,
badan panas, mata cekung, kelihatan bertambah kurus dan napas cepat. Pasien kembali ke
Puskesmas kemudian dirujuk ke rumah sakit.
Pemeriksaan fisik: composmentis, tampak sakit. Mata: cekung. Bibir; kering. Kulit : turgor
kurang , suhu tubuh 38oC, frekuensi napas 40x/menit (cepat dan dalam), capillary refill time
> 3 detik. BB 10 Kg.
Pemeriksaan laboratorium: Hb 13 g%, Ht 40 V%, lekosit 3600, Gula darah 100 mg% ,pH
7.28, PaCO2 26 mmHg, HCO3- 18 mEq/L, SBE -10 mEq/L, Natrium 136 mEq/L, Klor 110
mEq/L
Berdasarkan pada hasil temuan, apakah diagnosis anak tersebut?,
apakah gangguan keseimbangan asam basanya?
Jawaban :
Studi kasus 2 Seorang anak perempuan umur 7 tahun, datang ke unit gawat darurat dengan
keluhan mendadak pinsan, nafas cepat dan dalam, sebelumnya pasien sering buang air kecil.
Riwayat penyakit : 2 hari sebelum masuk rumah sakit anak mengeluh sakit kepala, muntah-
muntah tidak projektil, dan sering buang air kecil, sebelumnya orang tua pasien menyatakan anak
dalam keadaan sehat. Satu hari sebelum dibawa ke unit gawat darurat pasien bertambah lemah
nafas semakin cepat dan mulut berbau pembersih cat kuku.
Pemeriksaan fisik: somnolen, tampak sakit berat. Mata: cekung. Bibir; kering. Kulit :
turgor kurang , frekuensi napas 30 kali permenit (cepat dan dalam), capillary refill time > 3 detik.
BB 20 Kg.
Pemeriksaan laboratorium: Hb 15 g%, Ht 46 V%, lekosit 3600, Gula darah 300 mg% ,pH 7.24,
PaCO2 24 mmHg, HCO3- 12 mEq/L, SBE -12 mEq/L, Natrium 135 mEq/L, Klor 100 mEq/L, K 1,2
mEq/L
Berdasarkan pada hasil temuan, apakah diagnosis anak tersebut?,
apakah gangguan keseimbangan asam basanya?
Jawaban :
Diabetic ketoacidosis.