Anda di halaman 1dari 91

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK


(PPOK)
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG

Presentase kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tahun 2012 sebesar 68%
dan lebih dari 49% kematian terjadi pada usia dibawah 70 tahun. Penyakit Paru
Kronik termasuk asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menyumbang
10,7% dari seluruh penyebab kematian (WHO Global Report on NCD, 2014).
1,4 juta orang diperkirakan meninggal karena penyakit paru kronik yang meliputi
PPOK sebesar 86% dan asma sebesar 7,8% (WHO-SEAR, 2008).
Diperkirakan pada tahun 2006 jumlah pasien PPOK sedang hingga berat di negara-
negara Asia Pasifik mencapai 56,6 juta jiwa dengan prevalensi 6,3%. Negara dengan
prevalensi PPOK berkisar 3,5-6,7% seperti China dengan angka kasus mencapai
38,160 juta jiwa, Jepang (5,014 juta jiwa), dan Vietnam (2,068 juta jiwa) (The Asia
Pacific Chronic Obstructive Pulmonary Disease Roundtable Group, 2006).
LATAR BELAKANG (2)

PPOK menduduki peringkat keempat penyebab kematian dan diprediksi akan


meningkat menjadi peringkat ketiga dalam 20 tahun kedepan.
Riskesdas (2013) menunjukkan jumlah penderita PPOK di Indonesia sebesar 3,7%
dan diperkirakan akan menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
semakin meningkat dikarenakan meningkatnya pencemaran udara, jumlah
perokok, dan usia harapan hidup.
Penyebab kematian akibat penyakit saluran pernapasan di Indonesia berjumlah
109.700 orang atau menempati urutan ke-4 setelah China, India, dan Amerika
Serikat.
Salah satu penyakit pernapasan yang menimbulkan kematian adalah PPOK
sebanyak 73.100 (66,6%) dan akan meningkat seiring dengan banyaknya jumlah
perokok, karena 90% penderita PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
LATAR BELAKANG (3)

Secara global 60-85% penderita PPOK tidak mengetahui penyakitnya karena


tidak memeriksakan diri secara serius ke layanan kesehatan karena menganggap
batuk dan sesaknya hal biasa akibat merokok. Disisi lain petugas kesehatan hanya
mengatasi keadaan akutnya dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan untuk
mencari diagnosis utama yang tepat.
Perawat di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama harus mampu
melakukan pemenuhan kebutuhan terutama oksigen secara komperhensif dan
melakukan deteksi dini serta meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan
penanganan keperawatan secara mandiri
PENGELOLAAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
PENGERTIAN

PPOK merupakan penyakit paru kronik yang umumnya dapat dicegah dan diobati,
ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara dalam saluran napas yang
persisten dan progrosif, yang berhubungan dengan meningkatnya respon inflamasi
kronik pada saluran napas dan parenkim paru karena paparan partikel atau gas
berbahaya.

Eksaserbasi dan komorbid pada PPOK berperan dalam memperberat


penyakitnya. Dampak dari eksaserbasi diantaranya: perburukan gejala, pengaruh
pada aktivitas sehari-hari, menurunkan status kesehatan, dapat mengakibatkan
perawatan Rumah Sakit, dan memperlambat kesembuhan.
FAKTOR RISIKO DAN KOMORBIDITAS

Faktor genetik Paparan partikel asap rokok Debu organik atau anorganik Polusi udara di luar atau
dalam ruangan

Jenis kelamin Usia Infeksi saluran napas Status ekonomi


PATOFISIOLOGI

Inflamasi saluran Hambatan aliran udara


napas/ parenkim Perubahan struktur
terutama ekspirasi
paru dan gangguan
paru/ pembuluh bersihan mukus
karena kolaps dini
darah paru saluran napas kecil

Penyakit penyerta
(komorbiditas) PPOK: jantung
koroner, osteoporosis, Hiperinflasi bertambah Udara ekspirasi
glaucoma dan katarak, karena kegiatan/ terperangkap dan
kaheksia dan malnutrisi, eksaserbasi akut yang menimbulkan
anemia, disfungsi otot perifer, mengakibatkan sesak
hiperinflasi paru
dan sindrom metabolik napas bertambah
HUBUNGAN PPOK DENGAN PENYAKIT
PENYERTA (KOMORBID)
MANIFESTASI

Terdapat pajanan bahan/gas berbahaya, terutama asap rokok dan polusi


udara baik di dalam/luar ruangan, serta di tempat kerja
Onset (awal terjadinya penyakit) berusia pertengahan, karena
membutuhkan wakt lama dalam pajanan bahan/gas berbahaya
Perkembangan gejala bersifat progresif lambat, semakin lama semakin
memburuk
Tempat penyempitan (obtruksi) saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversible
Sering mendapatkan infeksi saluran napas dan membutuhkan waktu lama
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Fisis


Gejala: batuk berdahak dan sesak napas PPOK ringan pemeriksaan fisis bisa
Gejala berlangsung lama dan semakin normal
memberat Pada tahap lanjut ditemukan tanda-tana:
Sesak napas bertambah saat beraktivitas dada cembung, sela iga melebar,
Ada riwayat merokok atau pajanan polusi hipersonor, suara napas melemah, sianosis,
dan clubbing finger
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang standar: pemeriksaan faal paru
dengan spirometri
Pemeriksaan penunjang tambahan: foto
toraks, EKG, lab kimia darah
DIAGNOSIS (2)

Diagnosis PPOK dinilai berdasaarkan komponen-komponen:


1. Keterbatasan aliran udara pada jalan napas atau fungsi paru yang dinilai
berdasarkan spirometri
2. Gejala sesak, yang dinilai berdasarkan COPD Assesment Test (CAT) score
atau Modified Medical Research Council Questionaire for Assesing the
severity of Breathlessness (mMRC)
3. Eksaserbasi yang dinilai berdasarkan jumlah eksaserbasi dalam 1 tahun
terakhir
DIAGNOSIS (3)
DIAGNOSIS (4)
Diagnosis PPOK di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas):
Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang
 Keluhan: sesak napas bertambah  Secara umum: penampilan pink puffer  Pasien jalan selama 6
saat aktivitas, kadang disertai atau blue bloater, pernapasan pursed-lips menit atau 400 m.
mengi, batuk kering atau breathing, tampak vena jugularis/edema Evaluasi keluhan lelah
dengan dahak yang produktif, tungkai bila telah terjadi gagal jantung yang timbul atau
dan rasa berat di dada kanan bertambah sesak
 Riwayat penyakit: keluhan klinis  Toraks  Pemeriksaan darah Hb,
bertambah berat dari waktu ke Inspeksi: barrel chest, penggunaan otot leukosit
waktu bantu napas, dan pelebaran  Foto toraks
 Faktor predisposisi: usia >45 sela iga  Faal paru dengan arus
tahun, riwayat merokok aktif Perkusi: hipersonor pada emfisema puncak respirasi bila
atau pasif, terpajan zat beracun Auskultasi: suara napas vesikuler, ada memungkinkan
(polusi udara, debu pekerjaan), ronki atau mengi saat
batuk berulang pada masa bernapas, ekspirasi memanjang
kanak-kanak, BBLR
DIAGNOSIS BANDING
KOMPLIKASI

Gagal napas Infeksi berulang Kor pulmonal


TATALAKSANA

1. Berhenti merokok, farmakoterapi, latihan fisik, terapi oksigen, vaksinasi


influenza dan pneumokok, antibiotic untuk mengatasi eksaserbasi, lung
volume reduction surgery/bronchoscopy lung volume reduction surgery,
palliative care, end of life care, hospice care
2. Terapi pemeliharaan dengan long-acting bronchodilators merupakan terapi
utama untuk menstabilkan PPOK, mencegah progresifitas, dan mencegah
eksaserbasi
TATALAKSANA (2)
TATALAKSANA (3)
TATALAKSANA (4)
Tatalaksana PPOK di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Tujuan:
1. Mengurangi laju beratnya penyakit
2. Mempertahankan PPOK yang stabil
3. Mengatasi eksaserbasi ringan
4. Merujuk ke spesialis paru atau rumah sakit
5. Melanjutkan pengobatan dari spesialis paru atau rumah sakit
rujukan
TATALAKSANA (5)

Penatalaksanaan di Puskesmas dibagi menjadi 2:


1. Penatalaksanaan PPOK stabil
a.Obat-obatan: bronkodilator, kortikosteroid, ekspektoran, mukolitik, antitusif
b.Edukasi: mengurangi pajanan daktor risiko, berhenti merokok
c. Nutrisi: keseimbangan nutrisi antara protein lemak dan karbohidrat diberikan porsi sedikit
tapi sering
d.Rehabilitasi: latihan bernapas dengan pursed-lips, latihan ekspektorasi, latihan pernapasan
dan ektremitas

2. Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi


Derajat ringan: poliklinik rawat jalan
Derajat sedang: obat-obatan perinjeksi kemudian dilanjutkan peroral
Derajat berat: obat-obatan secara intravena dan bila memungkinkan dirujuk ke rumah sakit
RUJUKAN PPOK
Tujuan rujuk dan rujuk balik PPOK
a.Menilai fungsi faal paru dan derajat berat PPOK melalui rujukan rutin
b.Menegakkan diagnosis dan optimalisasi terapi dengan meninjau ulang
tingkat keparahan obstruksi saluran napas
c.Menurunkan angka mordibitas dan mortalitas penderita PPOK yang
memenuhi kriteria perawatan intensif di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
melalui rujukan urgent dan emergency
d.Memberikan kemudahan, efisien, dan pelayanan berkelanjutan yang
komperhensif dalam jangka panjang serta mencegah fragmentasi
pelayanan kesehatan bagi penderita PPOK melalui rujuk balik
RUJUKAN PPOK (2)
Kriteria PPOK yang dirujuk dari FKTP ke FKRTL

Rujukan rutin
RUJUKAN PPOK (3)
Prinsip pengelolaan PPOK di FKRTL
RUJUKAN PPOK (4)
Kriteria PPOK yang dirujuk balik dari FKRTL ke FKTP

Rujukan rutin
REHABILITASI

Bertujuan untuk meningkatkan toleransi terhadap pelatihan dan memperbaiki


kualitas hidup pasien PPOK.
Rehabilitasi hanya dilakukan di Rumah Sakit untuk pasien PPOK derajat 3 dan 4
yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai gejala pernapasan
berat, beberapa kali masuk ruang gawat darurat, kualitas hidup yang menurun.
Program rehabilitasi terdiri dari 3 komponen:
a.Latihan fisis: untuk memperbaiki efisiensi dan kapasitas sistem transportasi
oksigen guna peningkatan efisiensi distribusi darah dan peningkatan cardiac
output dan stroke volume
b.Latihan psikososial
c.Latihan pernapasan: untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas
FAKTOR RISIKO DAN
DETEKSI DINI PPOK
FAKTOR RISIKO
1. Faktor genetik penjamu dan/atau individu
Usia
Jenis kelamin
Defisiensi α-1 antitripsin
Gangguan pengeluaran hasil metabolism
Gangguan bersihan mukosilier
Respons imunologis individu
 Pertumbuhan dan perkembangan paru dikaitkan dengan masa kehamilan
berat badan lahir dan pajanan masa anak
Penyakit penyerta
 Riwayat infeksi pernapsan beratt sejak usia dini, berulang and tidak tuntas
Stres oksidatif
2. Perillaku individu-kebiasaan merokok
3. Faktor lingkungan (polusi udara)
DETEKSI DINI

Kelompok Individu Berisiko Kelompok Masyarakat


Memiliki riwayat pajanan: rokok, Masyarakat yang bekerja/ tinggal
polusi udara, lingkungan tempat di daerah pertambangan, pabrik,
kerja penghalusan batu, penggeridaan
logam keras, penggergajian kayu,
Usia pertengahan daaerah pasca erupsi gunung
berapi, daerah kebakaran hutan dan
Memiliki gejala dan keluhan pekerja khusus (salon, cat,
batuk berdaha, sesak napas, fotokopi), polantas, karyawam
gejala berlangsung lama penjaga pintu tol, dll
umumnya semakin berat
PENGENDALIAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
UPAYA PROGRAM PENANGGULANGAN PPOK

Upaya Promotif
 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
 Pemberdayaan Masyarakat

Upaya Preventif
 Menilai profil faktor risiko dan besaran masalah kasus PPOK di populasi
 Meyusun dan mengadopsi kebijakan pengendalian penyakit tidak menular
 Mengientifikasi cara yang paling efektif untuk mengimplementasikan kebijakan
UPAYA PROGRAM PENANGGULANGAN PPOK (2)

Upaya Kuratif
 Tatalaksana PPOK secara umum seperti edukasi, program upaya berhenti
merokok, obat-obatan, terapi oksigen, nutrisi, vaksinasi, dan tindakan invasive

Upaya Rehabilitatif
 Latihan fisis secara umum untuk kebugaran
 Psikososial
 Latihan otot pernapasn
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU DENGAN PPOK

Pengkajian
 Aktivitas dan isirahat: keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/ kehilangan
masa otot
 Sirkulasi: peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung, distensi vena jugular,
edema dependen, bunyi jantung redup, warnakulit/ membrane mukosa, pucat
 Integritas ego: ansietas, ketakutan peka rangsang
 Makanan/cairan: turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat
 Hygine: kebersihan buruk, bau badan
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
DENGAN PPOK (2)
 Pernapasan: cepat, ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu
pernapasan, gerakan diafragma minimal, bunyi napas ronkhi atau mengi,
hipersonan, kesulitan bicara, pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-
abu keseluruhan, tabuh pada jari-jari
 Keamanan : riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor
lingkungan, adanya infeksi berulang, kemerahan/berkeringat
 Seksualitas: penurunan libido
 Interkasi sosial: ketidakmmapuan untuk membuat/ mempertahankan suara
karena distress pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan
dengan anggota keluarga lain
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
DENGAN PPOK (3)
Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokonstriksi, dan
iritan jalan napas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspnea, kelemahan,
efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya
pernapasan dan insufiensi ventilasi dan oksigenasa
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK
DENGAN MASALAH PPOK
1. Pemeriksaan anggota kelompok Kemungkinan diagnosis keperawatan:

2. Pengkajian sub variabel kelompok  Risiko meningkatnya prevalensi PPOK


 Pola hidup populasi tidak sehat: perokok,
Pelayanan kesehatan kelompok
kurang latihan
Kondisi lingkungan  Manajemen pengobatan ISPA tidak
Aktivitas dan perilaku kelompok adekuat
 Prevalensi tinggi: ISPA, asma, alergi
Sarana pendukung: rekreasi, berulang
transportsi
 Program penanggulangan PPOK tidak
optimal
ASUHAN KEPERAWATAN
KELOMPOK DENGAN
MASALAH PPOK (2)
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK DENGAN
MASALAH PPOK (3)
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK DENGAN
MASALAH PPOK (4)
FISIOTERAPI DADA
Bertujuan membantu pasien untuk memobilisasi sekresi jalan
napas melalui perkusi, vibrasi, dan postural drainage
Langkah-langkah
 Menentukan adakah kontraindikasi dilakukannya fisioterapi
dada (osteoporosis acute exacerbation COPD, pneumonia tanpa
ada produksi sputum berlebih, kanker paru, edema serebral
 Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam setelah makan
 Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
 Dekatkan dengan pasien alat yang dibutuhkan (suction, tempat
sputum, tisu)
 Monitor status pernapasan dan jantung (frekuensi, irama, suara
napas, dan napas dalam)
 Monitor jumlah karakter sekresi
 Menentukan bagian paru yang banyak menampung sekresi
FISIOTERAPI DADA (2)
Posisi bagian paru yang akan di drainage lebih di atas, buat modifikasi untuk pasien yang tidak
toleransi untuk posisi yang diprogramkan
Gunakan bantal untk menopang/mensupport posisi pasien yang dirancang
Strike chest rhythmically and in rapid succession using cuppedhands over area to be drainage for 3-
5 minute, hindarkan perkusi over spine, ginjal, mamae wanita, insisi, dan pada kerusakan tulang
rusuk
Lakukan pneumatic, acoustical, elektrik perkusor dada
Secara cepat lakukan vibrasi dengan tangan, jangan bahu dan lengan pada area aliran sambil
pasien mengeluarkan udara atau batuk 3-4 kali
Instruksi pasien untuk membuang sekresi via napas dalam
Anjurkan batuk selama dan setelah prosedur
Suction loosened secretions
Monitor toleransi pasien selama dan setelah prosedur (pulse oximetry, tanda vital, tingkat
kenyamanan)
MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN
PPOK
PERAN DAN TUGAS TENAGA KESEHATAN
PENCATATAN DAN PELAPORAN
ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
PENGERTIAN ASMA

Asma mrpkn penyakit jalan


nafas obstruksi intermiten,
reversible, dimana trakea &
bronkus berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli
tertentu (Brunner & Suddarth,
2001).

11-16 April 2011 52


LANJUTAN...............

 Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan  ciri meningkatnya respon trachea
dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American Thoracic Society, 1962)
KLASIFIKASI ASMA

Berdasarkan penyebabnya :

Asma alergik (ekstrinsik)


Asma non alergik /idiopatik
Asma gabungan

11-16 April 2011 54


KLASIFIKASI
1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur.  sering dihubungkan dengan
redisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin,
atau adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
ETIOLOGI
1. Genetik : Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga yang juga
menderita penyakit alergi.
2. Presipitasi :
a. Alergen : Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
 Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-
obatan
 Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh:
perhiasan, logam, dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca/ Musim misalnya : Cuaca lembab, hawa dingin, musim hujan, musim kemarau,
musim bunga.
c. Stress : Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma
yang sudah ada.
d. Olah raga/aktivitas jasmani yang berat.
TANDA DAN GEJALA ASMA

Pada saat bebas serangan, tdk ditemukan gejala klinis


Saat serangan tiba :
Klien tampak bernapas cepat dan dalam (ekspirasi lebih panjang
daripada inspirasi)
Gelisah
Duduk dgn menyangga ke depan
Tampak penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Sesak napas
Bunyi mengi (whezing)

11-16 April 2011 57


LANJUTAN

Batuk,
Pada sebagian klien merasa nyeri dada
Pada serangan lebih berat ditemukan sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, takikardia & pernapasan cepat dan dangkal.

Serangan asma seringkali dialami klien pd malam hari atau dini hari.
Komplikasi yg mungkin terjadi Pneumothoraks, Emfisema, Bronkhitis kronis,
Gagal napas, Atelektasis, Hipoksemia, Fraktur iga.

11-16 April 2011 58


PATOFISIOLOGI ASMA

Terpaparnya saluran pernafasan oleh agen-agen yg merangsang timbulnya serangan antibodi yg


dihasilkan
Antibodi tsb akan menyerang sel-sel mast dlm paru
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dgn antibodi sehingga
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast spt: histamin, bradikinin & prostaglandin serta zat
anafiklaksis yg bereaksi lambat

11-16 April 2011 59


LANJUTAN

Pelepasan mediator ini dlm jaringan paru mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan nafas yg
menyebabkan konstriksi otot-otot yg mengelilingi bronkus shg menyebabkan penyempitan jalan
nafas
Pembengkakan membran yg melapisi bronkus & peningkatan sekresi kelenjar mukosa, dpt
mengakibatkan obstruksi jalan nafas
Efek gabungan semua faktor ini akan menyebabkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.

11-16 April 2011 60


KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:


1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat.  Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapat udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema  gangguan pernapasan karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
PENATALAKSANAAN
1. Prinsip umum Penatalaksanaan asma bronkhial adalah:
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit
asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawat.
2. Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisioterapi
 Beri O₂ bila perlu
LANJUTAN................

b. Pengobatan farmakologik
 Bronkodilator:  melebarkan saluran nafas. Terbagi 2 gol
• Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin), Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol
(berotec), terbutalin (bricasma).
• Santin (teofilin), Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
 Kromalin : Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma
yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
 Ketolifen : Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini dapat diberikan
secara oral.
MANAGEMEN ASMA

1. Pengertian : identifikasi, penanggulangan dan pencegahan reaksi


peradangan atau penyempitan saluran udara (airway passage)
2. Kegiatannya/ Langkah-Langkah :
a. Menentukan status pernapasan dasar/ awal yang digunakan sebagai point pembanding
b. Mendokumentasikan hasil pengukuran status pernapasan dasar dalam pencatatan klinik
c. Membandingkan status pernapasan terakhir dengan status pernapasan sebelumnya untuk
mendeteksi perubahan status pernapasan klien

11-16 April 2011 64


LANJUTAN................
d. Peroleh hasil pengukuran spirometry sebelum dan sesudah penggunaan
bronchodilator
e. Monitor PERF (peak expiratory flow rate) jika sesuai
f. Monitor reaksi asma
g. Tentukan pemahaman klien/ keluarga tentang penyakit dan managemennya
h. Perintahkan klien/ keluarga untuk mendapatkan pengobatan antiradang dan
bronkodilator dan penggunaan pengobatan yang sesuai
i. Ajarkan tehnik yang sesuai tentang pengobatan dan penggunaan peralatan
misalnya inhaler, nebulizer, peak flow meter.
LANJUTAN.................

j. Menentukan kepatuhan (compliance) terhadap program pengobatan


Asma
k. Anjurkan klien mengungkapkan perasaan tentang diagnosa,
pengobatan/ penanggulangan dan dampaknyaa terhadap gaya
hidupnya
l. Identifikasi kendala pengetahuan (known triggers) dan reaksi terhadap
pola hidup/ kebiasaan
m. Ajarkan klien mengidentifikasi dan menghindarkan kendala jika
memungkinkan
n. Menuliskan perencanaan dengan klien untuk mengelola exacerbations

11-16 April 2011 66


LANJUTAN.................
o. Membantu mengenali tanda/ gejala tentang munculnya reaksi asma dan respon
pelaksanaan tindakan yang sesuai
p. Monitor frekwensi, irama, kedalaman dan upaya respirasi
q. Catat timbulnya, karakteristik dan lamanya batuk
r. Observasi pergerakan dinding dada, mencakup kesimetrisan, penggunaan otot
bantu dan adanya retraksi otot subclavikulae dan intercostae
s. Auscultasi bunyi napas, catat area penurunan/ tidak adanya atau penyimpangan
suara ventilasi
t. Mengelola pengobatan sesuai dengan kebijakan serta SOP

11-16 April 2011 67


LANJUTAN...........

u. Auscultasi bunyi paru setelah pengobatan untuk menentukan hasilnya


v. Berikan minum cairan hangat yang sesuai
w. Bimbing tehnik bernapas dan relaksasi
x. Gunakan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan selama serangan
asma
y. Informasikan kepada klien dan keluarga tentang kebijakan dan prosedur
asuhan serta penanggulangannya
z. Rujuk ke hasil pemeriksaan medis jika memungkinkan
aa. Tentukan jadwal reguler untuk follow up care
ab. Instruksikan & monitor pelaksanaan prosedur emergency
ac. Resepkan dan perbaharui tatalaksana asma jika memungkinkan.

11-16 April 2011 68


ASKEP KLIEN INDIVIDU DENGAN MASALAH
KESEHATAN ASMA

11-16 April 2011 69


PENGKAJIAN ASKEP. INDIVIDU

a. Riwayat kesehatan masa lalu


 Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
 Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b. Aktivitas
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
 Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas sehari-
hari           
 Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
 Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
 Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
 Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
 Adanya bunyi napas mengi
 Adanya batuk berulang
PENGKAJIAN ASKEP. INDIVIDU
d.Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah
Adanya peningkatan frekuensi jantung
Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e.Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
f. Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
Penurunan berat badan karena anoreksia
g.Hubungan sosial
Keterbatasan mobilitas fisik
Susah bicara atau bicara terbata-bata
Adanya ketergantungan pada orang lain
KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d. : bronkhokonstriksi, 
bronkhospasme,  edema mukosa dan dinding bronkhus, serta
sekresi mukus yang kental
 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan
asma menetap
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian
(kesulitan bernapas)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan untuk mengefektifkan bersihan jalan napas :
1. Kaji warna dan kekentalan sputum
2. Atur posisi semi fowler
3. Ajarkan cara batuk efektif
4. Bantu klien napas dalam
5. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari (sesuai kondisi)
6. Kolaborasi tindakan fisioterapi dada dengan tehnik postural
drainase, perkusi dan fibrasi dada.
7. Kolaborasi pemberian obat bronkhodilator.
LANJUTAN................
Intervensi keperawatan untuk memperbaiki Pertukaran Gas:
1. Kaji keefektifan jalan napas
2. Kolaborasi untuk pemberian bronkodilator secara aerosol
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Kolaborasi untuk pemantauan analisa gas darah
5. Kolaborasi pemberian oksigen via nasal
LANJUTAN................

Intervensi keperawatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan nutrisi ;


1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
2. Pantau intake & output, timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu)
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis
makanan yang tepat
4. Fasilitasi pemberian diet dalam porsi kecil tapi sering.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein
serum dan albumin.
6. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin
LANJUTAN................
intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan klien :
1. Bantu mengidentifikasi sumber koping yang ada
2. Ajarkan tehnik relaksasi
3. Pertahankan hubungan saling percaya antara klien dengan perawat
4. Kaji faktor yang menimbulkan rasa cemas
5. Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya
PENGKAJIAN ASKEP KELUARGA :

1. Pengkajian kesehatan individu anggota keluarga


2. Data Identitas keluarga
3. Stress dan Koping keluarga
4. Data Kesehatan Lingkungan
5. Struktur Keluarga ( Struktur peran, value, komunikasi, kekuatan)
6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
7. Fungsi Keluarga dalam pemeliharaan Kesehatan anggota

03/27/2021 Ryt 77
KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
DGN MASALAH PENYAKIT ASMA
1.Resiko gangguan pola komunikasi keluarga b/d. Konflik dalam penanggulangan penyakit Asma
2.Tidak efektifnya pola penanganan masalah penderita asma di keluarga b/d. Perubahan hasil
terapi yang tidak memuaskan
3.Risiko gangguan keintiman/ attachment b/d. kecemasan
ALTERNATIF INTERVENSI KEP

Untuk Memperbaiki interaksi antar keluarga :


Tingkatkan sistem dukungan antar anggota keluarga
Pembinaan sistem pemeliharaan kesehatan penderita asma
Fasilitasi interaksi efektif antar anggota keluarga dalam penanganan
asma
Pertahankan pola interaksi efektif antar anggota keluarga

11-16 April 2011 79


LANJUTAN..................

Untuk mempertahankan keeffektifan pola penanggulangan penyakit


asma di keluarga :
Identifikasi berbagai faktor risiko yang mempengaruhi pola
penanganan penderita asma
Ajarkan proses penyakit asma dan prosedur penanggulangannya
Berikan dukungan keterlibatan anggota keluarga dalam penanganan
penderita asma
Lakukan pembinaan anggota keluarga sebagai care giver

11-16 April 2011 80


PENGKAJIAN KOMUNITAS
a. Penduduk (Core)
 Data Demografi penduduk (jumlah, klasifikasi umur, jenis kelamin dll),
 Prevalensi penyakit Asma, usia penderita, ras atau gender,
 Angka kematian akibat penyakit asma
 Perilaku masyarakat berkaitan dengan merokok, pola diit, pola exercise, riwayat alergi
 Dll
b. Pelayanan Kesehatan/ Sosial
 Norma sosial yang mendukung perilaku berisiko berkembangnya atau memberatnya
mas penyk asma
 Adakah upaya pencegahan penanganan masalah penyakit asma mis; skrining, deteksi
dini,
 Apakah tersedia pelayanan kesehatan untuk penanggulangan mas penyakit asma
 Dll
c. Lingkungan Fisik
• Kondisi Sanitasi lingkungan pemukiman : Rumah, Sumber air, Jamban
• Adakah polusi lingkungan yang berkaitan dengan masalah penyakit asma Mis : polusi udara,
cuaca/iklim dingin,
• Adakah efek polusi lingkungan terhadap peningkatan masalah penyakit asma
• Dll

d. Ekonomi
• Sumber / mata pencaharian/ Pekerjaan
• Apakah status sosek mempunyai dampak terhadap penanganan masalah
• Apakah faktor pekerjaan mempengaruhi insidence masalah
e. Pendidikan
• Pemanfaatan fasilitas pendidikan dan pelatihan oleh masyarakat

f. Kebijakan
• Perkembangan organisasi kemasyarakatan
• Peran serta masyarakat dlm penanggulangan masalah penyakit asma
• Kebijakan dan peraturan- peraturan kemasyarakatan terkait
penanggulangan penyakit asma
g. Komunikasi
• Pemanfaatan sarana komunikasi oleh masyarakat untuk mengkomunikasikan
masalah dan penanggulangannya
h. Keamanan dan transportasi
• Keadekuatan fungsi pengamanan dan transportasi guna
penanggulangan masalah

i. Rekreasi
• Jenis sarana / fasilitas rekreasi yang tersedia di masyarakat : OR, Kesenian, hiburan dll)
• Pemanfaatannya oleh masyarakat
KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
KOMUNITAS
Risiko meningkatnya komplikasi penyakit Asma
Faktor risiko terkait :
 Pola hidup/ perilaku populasi: kerja berat, stress psichologis
 Program penanggulangan masalah penyakit Asma tidak adekuat
 Paparan alergen
 Dll.
PENCEGAHAN PRIMER
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Dukungan 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang adekuat & aman
kesehatan klien 2. Berikan pendidikan tentang kebutuhan exercise dan bantu klien untuk
merencanakan dan melaksanakan program exercise yang sesuai
3. Ajarkan ketrampilan coping/ penanggulangan masalah

2. Modifikasi 1. Skrining faktor risiko dan lakukan pendidikan kesehatan tentang faktor
faktor risiko risiko penyakit Asma
2. Lakukan skrining dan rujuk untuk klien dengan kondisi tersangka
penyandang riwayat alergi
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang faktor resipitasi asma dan
dampaknya terhadap kesehatan
4. Monitor kondisi kesehatan klien & bantu identifikasi kondisi / situasi
yang menimbulkan stress
PENCEGAHAN SEKUNDER
NO TUJUAN INTERENSI

1. Skrining 1. Penyuluhan kesehatan tentang kebutuhan pemeriksaan kesehatan


2. Lakukan pemeriksaan kesehatan
3. Lakukan program skrining untuk kelompok resiko tinggi penyk
Asma

2. Penemuan 1. Berikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang tanda


secara dini dan gejala penyakit Asma
2. Kontribusi dalam penemuan kasus dan lakukan rujukan untuk
penentuan diagnostik yang sesuai
3. Persiapkan klien untuk prosedur penentuan diagnostik pasti
PENCEGAHAN SEKUNDER
NO TUJUAN INTERVENSI
3. Penanggula Bantu pengelolaan penyakit asma:
ngan secara 1. Berikan penanganan emergency sesuai kebutuhan :
tepat a. Ajarkan klien tentang cara penanganan serangan asma
b. Lakukan rujukan ke penanggulangan lanjutan
2. Persiapkan klien untuk prosedur penanggulangan Asma
a. Identifikasi rencana penanggulangan yang ditetapkan
b. Berikan support selama penanggulangan
c. Edukasi klien tentang pengobatan yang diterimanya : dosis, efek
samping, cara menggunakannya dll
d. Anjurkan klien mematuhi ketentuan penanggulangan yang direncanakan.
3. Bentuk self help group untuk kelompok penderita Asma
4. Monitor efek terapi yang dilakukan untuk klien asma
a. Monitor efek samping
b. Rujuk untuk follow up sesuai kebutuhan
PENCEGAHAN TERSIER
NO TUJUAN INTERENSI
1. Menurunkan 1. Motivasi klien untuk mengungkapkan tindakan kesehatan yang
faktor risiko diprogramkan
kambuh 2. Bantu klien untuk identifikasi faktor risiko yang tidak mampu dirubah
3. Bantu klien identifikasi cara menurunkan faktor risiko

2. Mencegah 1. Bantu klien untuk mempertahankan fungsi organ yang tidak teganggu :
hilangnya 2. Mencegah komplikasi fisik akibat penyakit : latihan bernapas, pemenuhan
fungsi kebutuhan nutrisi/cairan yang adekuat
organ/ aspek 3. Terima klien sebagai individu seutuhnya :
yang tidak a. Anjurkan interaksi dgn orang lain
terganggu b. Bantu orang lain yang berarti bagi klien untuk memahami penyakit klien
c. Bantu kemandirian klien semaksimal mungkin
d. Bantu identifikasi kebutuhan yg perlu dirubah dalam keluarga
PENCEGAHAN TERSIER
NO TUJUAN INTERENSI

2. Mencegah 4. Ajarkan klien untuk membuat program kemandirian dan evaluasi


hilangnya dampaknya
fungsi organ/ 5. Monitor status kesehatan klien : identifikasi perubahan-perubahan
aspek yang pada kesehatan klien dan rujuk untuk follow up sesuai kebutuhan
tidak 6. Bantu klien untuk mengatur diri sesuai kondisi penyakitnya saat ini :
terganggu a. Terima klien sesuai level perkembangan dan penyakitnya
b. Identifikasi kebutuhan perubahan lingkungan untuk
mempercepat kemandiriannya
c. Bantu klien untuk mengatur perubahan konsep dirinya
-- TERIMA KASIH --

11-16 April 2011 91

Anda mungkin juga menyukai