Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CLOSED SUCTION SYSTEM DALAM

MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL VENTILATOR ASSISTED


PNEUMONIA (VAP) PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR

Kata kunci : Closed suction system, open suction system, nosokomial


infection VAP
Tujuan : Mengidentifikasi keefektifan closed suction system terhadap
pencegahan infeksi nosokomial VAP pada pasien terpasang
ventilator.
Desain : Quasi eksperimen
Teknik sampling : purposive sampling
Formulasi analisa PICO :
(P) Keefektifan penggunaan closed suction system (CSS) dalam mencegah
Population / infeksi nosokomial ventilator assisted pneumonia (VAP) yang
problem dilakukan pada seluruh pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dengan jumlah pasien yang
terpasang ventilator sebanyak 30 pasien secara acak dialokasikan
kelompok intervensi (n = 15) atau kontrol (n = 15).
(I) Penelitian ini menggunakan Quasi-experimental dengan
Intervention rancangan post test design, rancangan ini melibatkan kelompok
eksperimen menggunakan closed suction system dan kelompok kontrol
menggunakan open suction system. Kedua kelompok dilakukan post
test setelah 3 hari pemakaian ventilator, untuk melihat kejadian infeksi
nosokomial VAP (Notoatmodjo, 2010). Melalui desain ini dapat dilihat
bagaimana keefektifan penggunaan closed suction system dalam
mencegah terjadinya infeksi nosokomial VAP pada pasien dengan
Ventilator.
Dalam melakukan pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan alat ukur dengan lembar observasi. Lembar observasi
berisi tentang ada atau tidaknya kejadian infeksi nosokomial VAP.
Hal-hal yang diobservasi adalah suhu tubuh, leukosit darah, sekret
trakhea, oksigenasi/PaO2, Ro thorax, dan kultur sputum bila ditemui
gejala klinis. Skor dari lembar observasi dikatakan terjadi infeksi
nosokomial VAP bila skornya > 6 (Jones & Fix, 2009).
Penggunaan ventilasi mekanik menimbulkan efek samping dan
komplikasi, salah satunya adalah infeksi jalan nafas. Infeksi jalan nafas
yang berhubungan dengan pemakaian ventilator dikenal dengan
Ventilator Assisted Pneumonia (VAP) (Jones, 2009). Hal ini
diakibatkan salah satunya karena tindakan suction yang dilakukan
untuk mempertahankan efektifnya jalan nafas, merangsang batuk,
membersihkan sekret pada pasien yang terpasang endotracheal tube
(Smith, 2004). Tindakan suction merupakan suatu prosedur
penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang kateter
suction melalui selang endotracheal. Selang kateter suction yang
digunakan ada dua tipe yaitu Closed Suction System (CSS) dan Open
Suction System (OSS). Penggunaan CSS digunakan pada pasien yang
terpasang endotracheal atau ventilator, terutama dalam pencegahan
hipoxemia dan infeksi nosokomial VAP ( Ozcan, 2006).
(C) Telah dilakukan perbandingan dengan beberapa jurnal lain yaitu:
Comparison 1. Hubungan Tehnik Closed Suction System (CSS) dan Open
Suction System (OSS) Terhadap Angka Kejadian VAP Pada
Pasien Yang Terpasang Ventilasi Mekanik Di Ruang ICU RS
Sari Asih Ciledug Tahun 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tehnik
Closed Suction System ( CSS ) dan Open Suction System ( OSS )
Terhadap Angka Kejadian VAP Pada Pasien Yang Terpasang
Ventilasi Mekanik Di Ruang ICU RS Sari Asih Ciledug. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross
Sectional. Pengambilan sampel berjumlah 60 responden, dimana 30
responden kelompok tehnik CSS dan 30 responden kelompok tehnik
OSS. Data penelitian ini diambil dengan cara melakukan observasi
kepada pasien secara langsung. Setelah ditabulasi data yang
dianalisis dengan komputerisasi menggunakan Uji Chi Square
dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil uji statistik diperoleh p value
0.000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tehnik
suctioning dengan kejadian VAP. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR = 0,055 menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan
tehnik open suction system (OSS) memiliki peluang terjadinya VAP
5,5 kali dibandingkan dengan pasien yang menggunakan tehnik
closed suction system (CSS). Melihat hasil penelitian ini maka
diharapkan perawat dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam merawat pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik dan menurunkan angka kejadian VAP pada pasien yang
terpasang ventilasi mekanik.

2. Effectiveness of suction above cuff endotracheal Tube in


preventing ventilator associated pneumonia In critical patients
in intensive care unit
Background: The mechanical ventilator is an indispensable
breathing tool in the Intensive Care Unit (ICU). But the mechanical
ventilator is associated with the risk of Ventilator Associated
Penumonia (VAP). VAP occurs due to poor hygiene of the
endotracheal tube (ETT). ETT hygiene should be maintained to
inhibit bacterial development in the lungs using suction above cuff
endotracheal tube (SACETT) to prevent VAP. Objective: To
analyze the effectiveness of SACETT in preventing Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) in critical patients in the ICU.
Methods: This was a quasy experimental study with posttest only
with control group design with 15 samples in intervention group
(SACETT and Chlorhexidine 0.2%) and 15 in control group (ETT,
Open Suction, and Chlorhexidine 0.2%) with purposive technique
sampling. The Simplified Clnical Pulmonary Infection Score
(CPIS) was used to measure VAP. Results: This study illustrates
that there was no VAP incidence in the intervention group, and as
much as 13.3% VAP in the control group. SACETT was more
effective in preventing VAP than in standard ETT on day 4 (p =
0.001). Conclusion: SACETT is more effective in preventing VAP
than standard ETT in the fourth day in patients with neurological,
cardiovascular, urinary, digestive, and immune system disorders.

3. The Application Of Close Suction To Help Ineffectiveness Of


Airway Clearance In Patients With Ventilator In The Intensive
Care Unit
Introduction: Endotracheal tube in patients with ventilator is a
foreign thing in respiratory tract secretions that can increase the
production of the airway and cause airway clearance ineffectiveness
problems that require suction action. The close suction technique is
used in patients who are using ETT type. Close suction system is
one of technique suction that applied without opening the ventilator
connector in patients with ventilator in Intensive Care Unit. The
purpose of this case study is to evaluate breath sounds, RR, SpO2
before and after implementation of technique close suction in
patients with ventilator in the Intensive Care Unit of Dr Mohammad
Soewandhie Hospital Surabaya. Method: Research method was a
case study in patients with early pulmonary edema eclampsia who
use a ventilator. The instrument used is the observation sheet.
Result: The results of the case study showed before the close
suction action Ronchi breath sounds in the right lung field left, RR
27 x / min, and SpO2 90%. After applying technique close suction
action on the first day with the results of SpO2 95%, RR 22 x / min,
still no sound Ronchi in both lung fields, day 2 with the results of
SpO2 97%, RR 20 x / min, there was the sound of a smooth Ronchi
left lung, day 3 with the results of the oxygen saturation of 100%,
RR 18 x / min and vesicular breath sounds. Discussion: Based on
these results it can be concluded that the provision of closed suction
system technique is effective in addressing the problem of
ineffectiveness airway clearance. However, in patients with
pulmonary infection that uses a ventilator with thick secretions
should be given nebulizer prior to close suction action.

4. Perbedaan Jumlah Bakteri pada Sistem Closed Suction dan


Sistem Open Suction pada Penderita dengan Ventilator
Mekanik
Kolonisasi bakteri didefinisikan sebagai mekanisme utama di dalam
patogenesis Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Penggunaan
suction merupakan salah satu strategi dalam mengurangi jumlah
kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Closed tracheal
suction system (CSS) dilaporkan memiliki keuntungan dalam aspek
mikrobiologi bila dibandingkan dengan open closed suction system
(OSS). Tujuannya untuk mengetahui efektivitas penggunaan closed
suction system dibandingkan dengan open suction system pada
penderita dengan ventilator mekanik. Metode yang digunakan
adalah penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest
Design with Consecutive Sampling Approach. Jumlah subyek adalah
30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok (15 closed suction
system, 15 open suction system). Masing-masing kelompok
diberikan oral hygiene tiap 12 jam selama 48 jam. Tiap kelompok
diambil sekret dari trakhea sebelum dan sesudah perlakuan, untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jumlah dan jenis bakteri.
Uji statistik dilakukan menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney
test. Hasil: Hitung bakteria berbeda bermakna pada kelompok I
(p=0,001) dan berbeda bermakna pada kelompok II ( p=0,005).
Analisis komparatif selisih skor sebelum dan sesudah perlakuan
kedua kelompok berbeda tidak bermakna (p=0,008). Simpulan:
Penggunaan closed suction system pada pasien dengan ventilasi
mekanik mengurangi jumlah bakteri post-intervensi secara
signifikan, demikian halnya dengan open suction system. Closed
suction system tidak lebih baik dalam mengurangi jumlah bakteri
pada penelitian ini.
5. Pengaruh Open Suction System terhadap Kolonisasi
Staphylococcus aureus pada Pasien dengan Ventilator Mekanik
di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSD dr. Soebandi Jember
Pasien dengan ventilator mekanik memiliki risiko terserang infeksi
pnumonia nosokomial yang lebih tinggi. Pneumonia nosokomial
merupakan penyumbang terbesar terhadap mortalitas di Ruang
Intensive Care Unit (ICU). Bakteri peneybab pneumonia
nosokomial terbanyak adalah Staphylococcus aureus. Tindakan utuk
mencegah terjadinya pneumonia nosokomial adalah dengan suction
salah satunya dengan Open Suction System. Jenis penelitian ini
adalah pre eksperimen dengan one group pretest-posttest design.
Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling.
Uji statistik menggunakan uji parametrik yaitu dependent ttest.
Hasil analisa data didapatkan p value = 0,025 < α dan nilai t =
+3,177 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan jumlah
kolonisasi Staphylococcus aureus sebelum dan dilakukan Open
Suction System pada pasien dengan ventilator mekanik di Ruang
ICU RSD dr. Soebandi Jember. Open Suction System dapat
meningkatkan kolonisasi Staphylococcus aureus dengan rata-rata
peningkatan 33,33 CFU/ml. Hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam memperbaiki Standart Operating
Procedure (SOP) terkait open suction system pada pasien dengan
ventilator mekanik di ruang ICU karena open suction system dapat
mencegah pneumonia nosokomial lebih baik daripada closed
suction system jika dilakukan dengan prosedur yang tepat.
(O) Setelah dilakukan penelitian tentang “Efektifitas penggunaan
Outcome closed suction system dalam mencegah kejadian infeksi nosokomial
VAP pada pasien dengan ventilator”, maka dapat disimpulkan bahwa
kejadian VAP tidak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, baik
menggunakan closed suction system dan open suction system. Kejadian
VAP dengan penggunaan closed suction system sebanyak 2 orang
(13,3%) dan kejadian VAP dengan menggunakan open suction system
adalah 5 orang (33.3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-
Square didapatkan nilai p = 0,195 berarti pada alpha 5% terlihat tidak
ada perbedaan yang signifikan, rata-rata jumlah kejadian VAP
menggunakan closed suction system dengan open suction system,
dimana closed suction system tidak lebih efektif dari open suction
system.
Dilihat dari segi cost effective, melalui analisa biaya-manfaat
secara normatif dengan standarisasi biaya operasional untuk 1 minggu
masing-masing kateter mempunyai tingkat coct effektive berbeda,
dimana penggunaan closed suction system memberikan tingkat cost
effectiveness yang lebih baik dibandingkan dengan open suction
system.
ANALISA JURNAL
DI RUANG PICU (PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT)
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
DELSHIANNE F. N.
070117B019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

Anda mungkin juga menyukai