Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi masalah kehidupan, dapat menerima
orang lain apa adanya dan mempunyai sikap dan pikiran positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (Dermawan, 2013).
World Health Organitation (WHO ) (2009) memperkirakan sebanyak 450 juta orang
di seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa yang mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25%
ditahun 2030. Gangguan jiwa ditemukan disemua negara, pada perempuan dan laki-laki,
pada semua tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik pedesaan maupun
perkotaan mulai dari yang ringan sampai berat.
Menurut hasil survey Badan Kesehatan Dunia, secara global saat ini di dunia dijumpai
450 juta orang dengan gangguan jiwa, yang terdiri dari: 150 juta depresi, 90 juta
gangguan penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir
1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun.
Salah satu gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan neurologis yang mempengaruhi persepsi, cara pikir,
bahasa, emosi dan perilaku sosial klien (Iyus, 2013). Salah satu gejala dari skizofrenia
adalah halusinasi.
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar),
dimana klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya suatu objek (Iyus,
2013). Halusinasi merupakan gejala yang paling sering muncul pada klien skizofrenia
yaitu sekitar 70% (Setyo, 2008).
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori (halusinasi) dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini

1
adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat
TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan keperawatan
dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek psikologis, fisik, dan sosial
tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi modalitas yang dapat diterapkan salah satunya
adalah terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Terapi kelompok merupakan suatu
psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapis.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2008). Terapi
kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008).
Terapi aktivitas kelompok di Di Ruang Srikandi RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta
ditujukan kepada pasien dengan halusinasi. Dari 23 pasien yang berada di ruang
Srikandiyang mengalami halusinasi saat ini berjumlah 11 orang pasien dan yang pernah
memiliki riwayat halusinasi berjumlah 6 orang pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Topik: Penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mengontrol
Halusinasi
2. Tujuan
a. Tujuan umum: klien dapat menjelaskan cara Mengontrol Halusinasi
b. Tujuan khusus:
- Sesi I : Klien dapat mengidentifikasi halusinasi.
- Sesi II : Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
- Sesi III : Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat
- Sesi IV : Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
- Sesi V : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas
seperti; menyapu laintai, merapihkan tempat tidur, dsb.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai
dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak
ada (Hartono, 2012). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi
yang dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa
suara, penglihaan, pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata
(Budi Anna Keliat, 2011).
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti melihat bayangan
atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Pencerapan tanpa adanya rangsang
apapun dari panca indra, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun
yang disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik
(Wijayaningsih, 2015).
2. Klasifikasi Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart (2007), antara lain:
a. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara ketika tidak ada stimulus pendengaran. Karakteristik
ditandai dengan suara, terutama suara-suara orang. Biasanya klien mendengar
suara orang sedang berbicara apa yang sedang dipikirkan dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Penglihatan
Sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Karakteristik dengan adanya
stimulus penlihatan dalam bentuk pancara cahaya, gambaran geometric,
gambaran kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bias
menyenangkan atau menakutkan. Misalnya, seseorang merasa ada orang beridi di
belakangnya.
c. Halusinasi Penciuman
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada. Bau ini biasanya tidak
menyenangkan seperti bau daging busuk, amis, feses dan bau yang menjijikan,
seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang bau harum. Kondisi ini disebut
sebagai Phantosmia dan dapat diakibatkan oleh kerusakan saraf di bagian indra

3
penciuman. Kerusakan mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak atau
paparan zat-zat beracun.
d. Halusinasi Peraba
Sebuah persepsi atau sensai palsu terhadap sentuhan atau suatu yang terjadi
di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya merasa seperti ada
suatu yang merangkak di bawah atau pada kulit.
e. Halusinasi Pengecap
Sebuah persepsi yang salah mengenai pengecap/perasa. Biasanya
pengalaman ini tidak menyenangkan Misalnya, seorang individu mungkin
mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus-menerus. Jenis halusinasi ini
sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008) dan menurut Keliat
perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata yang cepat dan respon
verbal yang lambat
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha menghindari diri dari orang lain.
d. Tidak dapat membedakan keaadan nyata atau keadaan tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
f. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, lingkungan), ketakutan.
g. Ekspresi muka tegang, mudah teringgung, jengkel dan marah
h. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
i. Tampak tremor dan berkeringat.
4. Penyebab
Menurut Rawlins & Heacock (2008) etiologi halusinasi dapat dilihat dari 5
dimensi, yaitu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat meliputi kelima panca indra, tetapi yang paling sering
ditemukan adalah halusinasi pendengaran, halusinasi dapat ditimbulkan dari
berbagai kondisi seperti kelelahan yang luar biasa. Penggunaan obat-obatan
demam tinggi hingga terjadi delirium intoksikasi, alcohol dan kesulitan tidur
untuk jangka waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Terjadi halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebihan yang tidak
dapat diatasi. Isi halusinasi : perintah memaksa dan menakutkan (tidak dapat
dikontrol dan menentang). Sehingga menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual

4
Penunjukan penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha ego
sendiri melawan impuls yang menekan(menimbulkan kewaspadaan mengontrol
perilaku dan mengambil seluruh perhatian klien).
d. Dimensi social
Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak
memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan
akibat hilangnya control terhadap harga diri, maupun interaksi social dalam dunia
nyata sehingga klien cenderung menyendiri dan hanya tertuju pada dirinya
sendiri.
e. Dimensi spiritual
Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk social, mengalami
ketidakharmonisan berinteraksi. Penurunan kemampuan untuk menghadapi stres
dan kecemasan serta menurunnya kualitas untuk menilai keadaan sekitarnya.
Akibatya saat halusinasi menguasainya, klien akan kehilangan control terhadap
kehidupannya.
5. Intensitas Halusinasi
Berikut ini merupakan tingkat intensitas halusinasi yang dibagi dalam 4 fase:
a. Fase 1
Comforting : ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat
menyenangkan.
1) Karateristik orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti
anietas, kesepian merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan
pada penanganan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui
bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dpat dikendalikan jika
ansietanya bisa diatasi.
2) Perilaku klien
a) Tertawa tidak sesuai
b) Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara
c) Gerakan mata yang cepat
d) Respon verbal yang lambat
e) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikan
b. Fase II
Complementing : ansietas tingkat berat, secara umum halusinasi bersifat
menjijikan.
1) Karateristik
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin
merasa malu karena pengalaman sensori nya dan menarik diri dari orang lain.
2) Perilaku klien

5
a) Peningkatan syaraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya
peningkatan nadi, nafas dan tekanan darah.
b) Penurunan tingkat konsentrasi
c) Kesulitan membedakan antara halusinasi dan realita
c. Fase III
Controlling : ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi penguasa
1) Karateristik
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk pengalaman haluasinasi dan
membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir
2) Perilaku klien
a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Rentang perhatian hanya bebrapa menit atau detik
d) Berkeringat, tremor, ketidakmampuan dalam mengikuti petunjuk
d. Fase IV
Conquering panic : ansietas tingkat panic, secara umum halusinasi menjadi
lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

1) Karateristik
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak ada intervensi teraupetik
2) Perilaku klien
a) Perilaku menyerang seperti panic
b) Sangat potensial melakukan bunuh diri dan membunuh orang lain
c) Mengamuk, agitasi, menarik diri
d) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk kompleks.
6. Akhibat dari Halusinasi
Pasien yang mengalami halusinasi dapa beresiko menciderai diri sendiri dan
orang lainserta lingkungannya. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan membahayakan. Tanda dan gejalanya :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai.

B. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


1. Definisi

6
Terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk di
diskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternative penyelesaian masalah.
Kesehataan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan social
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif konsep diri yang positif dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat
dilakukan oleh perorangan lingkungan sekolah, pekerjaan,social. Lingkungan tersebut
selain menunjang upaya kesehatan jiwa. Seseorang, pada tingkat tertentu dapat
menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Keliat 2017).
Penatalaksanaan klien dengan gangguan jiwa adalah pemberian Terapi modelitas
yang salah satunya adalah Terapi Aktif Kelompok (TAK) Terapi Aktivitas Kelompok
merupakan salah satu modalitas yang dilakukan sekelompok klien yang mempunyai
masalah Keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai terget asuhan (Aziz R.dkk 2013).
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika kita ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokusterapi adalah membuat sadar diri (Keliat 2017).
2. Jenis TAK pada Pasien Halusinasi
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien dengan
halusinasi dapat berupa asuhan keperawatan individu yang terdiri dari 4 strategi
pelaksanaan halusinasi dan terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok:
stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan
terkait dengan pengalaman yang dialami seseorang. Berikut akan dijelaskan mengenai
terapi aktivitas kelompok untuk klien halusinasi:
a. Terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi umum
Dalam terapi ini, aktivitas dibagi menjadi 3 bagian yaitu TAK stimulasi
perepsi: menonton televisi/video, TAK stimulasi persepsi: membaca
majalah/Koran/artikel, TAK stimulasi persepsi: melihat gambar. Klien yang
mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perubahan sensoris persepsi dan klien
menarik diri yang telah mengikuti TAKS.
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi
Pada TAK jenis ini terdapat lima sesi yaitu mengenal halusinasi,
mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol halusinasi dengan

7
melakukan kegiatan, mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap, dan
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
c. Terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas
Terapi jenis ini merupakan suatu upaya untuk mengorientasikan keadaan
nyata klien yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu. Klien
dengan gangguan jiwa psikotik mengalami penurunan daya nilai realitas. Klien
tidak lagi mengenal tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat
mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada
klien. Untuk menanggulangi hal ini maka perlu ada aktivitas yang memberi
stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus
tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang
lain, waktu, dan tempat.

BAB III
PENATALAKSANAAN TAK

A. Kriteria Kelompok
1. Klien yang mengikuti TAK stimulasi persepsi adalah klien dengan halusinasi
2. Klien sudah kooperatif
3. Klien yang bersedia diajak untuk TAK.

B. Proses Seleksi
1. Perawat mengidentifikasi jenis TAK yang akan diberikan yaitu TAK Stimulasi
persepsi halusinasi
2. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan klien yaitu klien dengan halusinasi
3. Perawat mengidentifikasi jumlah klien dengan halusinasi untuk mengikuti TAK
Stimulasi persepsi.

C. Pembagian Tugas Terapi


1. Leader
Tugas:
a. Mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan
b. Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekpresikan persaaan, mengajukan
pendapat dan memberikan umpan balik
c. Sebagai role model
d. Memotivasi untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik,
mengungkapkan perasaan dan pikiran
e. Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan dalam
perasaan dan perilaku dengan anggota lain.
f. Membuat tata tertib bagi anggota demi kelancaran diskusi
g. Mengantisipasi jika apabila ada perubahan yang terjadi pada mood pasien
8
2. Co Leader
Tugas:
a. Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator kepemimpin
c. Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang
d. Bersama leader menjadi contoh untuk kerja sama yang baik
e. Mengambil alih tugas Leader jika Leadernya bloking.
3. Fasilitator
Tugas:
a. Membantu leader memfasilitasi dan memodifikasi anggota untuk berperan aktif
b. Menjadi contoh bagi klien selama proses kegiatan
4. Observer
Tugas:
a. Mengobservasi setiap respon klien
b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan klien
c. Memberikan umpan balik pada kelompok.

D. Pengorganisasian
 Sesi I :
1. Leader : Aldiana Waluwanja
2. Co.Leader: Kristiani Juita Manang
3. Observer : Delshianne Fransisca N.
4. Fasilitator :
- Heni Listiyowati
- Aisah Bibi.
 Sesi II :
1. Leader : Kristiani Juita Manang
2. Co.Leader: Delshianne Fransisca N.
3. Observer : Heni Listiyowati
4. Fasilitator :
- Aisah Bibi.
- Aldiana Waluwanja
 . Sesi III :
1. Leader : Kristiani Juita Manang
2. Co.Leader: Delshianne Fransisca N.
3. Observer : Heni Listiyowati
4. Fasilitator :
- Aisah Bibi
- Aldiana Waluwanja.

 Sesi IV :
1. Leader : Heni Listiyowati
2. Co.Leader: Aisah Bibi
3. Observer : Aldiana Waluwanja
4. Fasilitator :
- Kristiani Juita Manang
- Delshianne Fransisca N.
 Sesi V :
1. Leader : Aisah Bibi
2. Co.Leader: Aldiana Waluwanja

9
3. Observer : Kristiani Juita Manang
4. Fasilitator :
- Delshianne Fransisca N.
- Heni Listiyowati.
 Paisen Inti:
- Ny. Sudyah
- Ny. Luh Ida
- Ny. Anik
- Ny. Farida
- Ny. Riris
- Ny. Warti.
Cadangan :
- Ny. Sulami
- Ny. Eka.

E. Pelaksanaan
1. Topik : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi
2. Sub Topic :
a) Klien dapat mengidentifikasi halusinasi.
b) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
e) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas fisik seperti;
menyapu laintai, merapihkan tempat tidur, dsb.
3. Hari/ Tanggal : Jumat, 13 Juli 2018
4. Sasaran : Pasien Dengan Haslusinasi
5. Tempat : Di Ruang Srikandi RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
6. Waktu : 45 menit
7. Jumlah anggota: 6 orang.

F. Langkah Kegiatan
a. Tahap persiapan
1. Mengingatkan kontrak kepada klien untuk berkumpul di tempat pelaksanaan TAK
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Tahap orientasi
1. Salam terapiutik
a. Salam dari leader kepada klien
b. Perkenalan nama dan panggilan leader (pakai papan nama)
c. Perkenalkan nam dan panggilan anggota Tim (pakai papan nama)
d. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
2. Tahap / validasi
10
a. Menyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien cara mengontrol halusinasi dan cara
mempraktikan halusinasi yang sudah diajarkan.
3. Kontrak
a. Terpis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan di lakukan, yaitu :
- Sesi I : Klien dapat mengidentifikasi halusinasi.
- Sesi II : Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
- Sesi III : Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat
- Sesi IV : Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
- Sesi V : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas
fisik seperti; menyapu laintai, merapihkan tempat tidur, dsb.

b. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada leader
c. Lama kegiatan 45 menit
d. Setiap kelien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
e. Apabila ada yang mengajukan pertanyaan / usul diharapkan mengancungkan
jari.
4. Tahap kerja
 Sesi I :
a. Terapis melakukan BHSP dengan semua klien
b. Terapis melakukan identifikasi masalah halusinasi kepada setiap pasien;
menyebutkan isi halusinasi, frekuensi halusinasi, waktu terjadi halusinasi,
situasi pencetus halusinasi dan respon klien saat timbulnya halusinasi
c. Terapis menyebutkan 4 cara mengontrol halusinasi antara lain; menghardik
halusinasi, kepatuhan minum obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas
terjadwal
d. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian cara mengontrol
halusinasi
e. Terapis memberikan reinforceiment positif kepada pasien.
 Sesi II :
a. Terapis melakukan tahap orientasi terhadap semua pasien; salam teraupetik,
memperkenalkan diri, memvalidasi peraaan klien saat ini dan memvalidasi
masalah yang dirasakan saat ini.
b. Terapis menyebutkan cara I mengontrol halusinasi yaitu; menghardi halusinasi
c. Terapis menjelaskan cara menghardik halusinasi

11
d. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang cara menghardik halusinasi
secara bergantian
e. Terapis memberikan reinforceiment positif kepada pasien.
 Sesi III :
a. Terapis melakukan tahap orientasi terhadap semua pasien; salam teraupetik
dan memperkenalkan diri
b. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing –
masing klien
c. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran
d. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat,
secara bergantian.
e. Terapis mejelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur
f. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum
obat secara teratur
g. Terapis menjelaskan 6 benar prinsip minum obat: benar pasien/nama, benar
jenis, benar cara, benar frekuensi/waktu, benar dosis, benar manfaat.
h. Terapis menjelaskan efek samping dari masing-masing obat sesuai contoh obat
yang ada pada klien.
i. Terapis meminta klien menyebutkan 6 benar prinsip minum obat dan efek
samping obat sesuai dengan contoh obat yang ada di tangan klien masing-
masing secara bergantian.
j. Terapis memberikan reinforceiment positif kepada pasien.
 Sesi IV :
a. Terapis melakukan tahap orientasi terhadap semua pasien; salam teraupetik
dan memperkenalkan diri
b. Terapis menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ke 3 yaitu;
bercaka-cakap
c. Terapis menjelaskan cara bercakap-cakap
d. Terapis memberika contoh bercakap-cakap dengan salah seorang perawat
e. Terapis meminta klien untuk mempraktekan ulang cara bercakap-cakap dengan
masing-masing fasilitator secara bergantian
f. Terapis memberikan reinforceiment positif kepada pasien.
 Sesi V :
a. Terapis melakukan tahap orientasi terhadap semua pasien; salam teraupetik
dan memperkenalkan diri
b. Terapis menyebutkan cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ke 4 yaitu;
melakukan aktivitas terjadwal
c. Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan 1 aktivitas harian yang
biasa dilakukan di Rumah Sakit
d. Terapis memilih kegiatan merapihkan tempat tidur sebaga salah satu contoh
jenis kegiatan yang akan dilatih bersama-sama
e. Terapis menjelaskan alat yang disiapkan dan cara mengerjakannya

12
f. Terapis meminta klien menjelaskan persiapan alat dan cara kerja secara
bergatian
g. Terapis memberikan contoh merapihkan tempat tidur
h. Terapis meminta klien untuk mempraktekan ulang cara merapihkan tempat
tidur klien masing-masing dengan didampingi oleh masing-masing fasilitator
i. Terapis memberikan reinforceiment positif kepada pasien.
5. Tahap terminasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah di
pelajari
c. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
6. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan 2 cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan minum obat secara teratur.
Kontrak yang akan datang :
a) Menyepakati TAK yang akan datang bersama anggota tim yang lain
b) Menyepakati topic, tempat dan waktu yang akan datang.
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK pada catatan
peroses keperawatan setiap klien. Contoh: kelien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi kepatuhan minum obat, klien mampu memperagakan kegiatan
harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah
halusinasi.

G. Tata Tertib dan Program Antisipasi


1. Antisipasi masalah
a. Masalah
1) Klien tiba-tiba meninggalkan kegiatan.
2) Klien tiba-tiba tidak mau mengikuti dan melakukan kegiatan.
3) Klien lain di luar anggota kelompok ingin bergabung
4) Pemadaman lampu secara tiba-tiba.
b. Antisipasi
1) Menanyakan alasan apa yang menyebabkan sehingga klien meninggalkan
tempat pelaksanaan TAK, tidak mau melakukan kegiatan dan mengapa klien
ingin bergabung.
2) Memotivasi klien yang tidak mau mengikuti kegiatan dan melakukan
rangkaian kegiatan selama TAK.
3) Menjelaskan kepada klien yang ingin bergabung bahwa kegiatan TAK hanya
diikuti oleh 6 orang klien yang telah bersedia ikut pada hari sebelumnya.

13
2. Tata Tertib
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
d. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK)
berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan
dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
g. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum selesai,
maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK kepada anggota.

H. Setting tempat
Peserta dan terapis duduk bersama dala lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.

P L C F
F P
P F
F P F P
O

Keterangan :
L : Leader C : Co lider
O : Observer F : Fasilitator.
P : Peserta

I. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Permainan.

J. Media
1. Kertas
2. Bolpoint
3. Obat.

H. Evaluasi dan Dokumentasi

14
1. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
yaitu; kemampuan menyebutkan cara mengidentifikasi halusinasi, cara menghardik
halusinasi, prinsip 6 benar minum obat, mempraktekan cara bercakap-cakap dengan
teman, mempraktekan salah satu contoh cara melakukan aktifitas fisik, yaitu
merapihkan tempat tidur. Formulir evaluasi terlampir.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan
proses keperawatan.

15
FORMULIR EVALUASI TAK
STIMULASI PERSEPSI UMUM SECARA VERBAL
IDENTIFIKASI HALUSINASI
DI RUANG SRIKANDI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

Situasi
Nama Frekuensi Waktu terjadinya
No Isi halusinai pencetus Respon klien
Klien halusinasi halusinasi
halusinasi
1 Ny.S M M M M M

2 Ny.L M M M M M

3 Ny.A M M M M M

4 Ny.F M M M M M

5 Ny.R M M M M M

6 Ny.W M M M M M

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien (Inisial) yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (M, B, T) jika ditemukan
pada klien
3. Keterangan :
M : Mandiri
B : Bantuan
T : Total
4. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien.

16
FORMULIR EVALUASI TAK
STIMULASI PERSEPSI UMUM NON VERBAL
KEPATUHAN MINUM OBAT
DI RUANG SRIKANDI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

Nama Kurang Tidak Kontak


No Kooperatif
Klien kooperatif kooperatif Mata

1 Ny.S √ +

2 Ny.L √ +

3 Ny.A √ _

4 Ny.F √ +

5 Ny.R √ _

6 Ny.W √ +

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan pada
klien dan tanda (+) atau (-) pada kolom kontak mata jika ditemukan pada klien
3. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien.

17
FORMULIR EVALUASI TAK
STIMULASI PERSEPSI UMUM SECARA VERBAL
KEPATUHAN MINUM OBAT
DI RUANG SRIKANDI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

Nama 6 Benar cara Keuntungan Kerugian tidak Efek samping


No
Klien minum obat minum obat minum obat minum obat

Ny.S M M B B
1
Ny.L M M M M
2
Ny.A M M B M
3
Ny.F B M B B
4
Ny.R M M B M
5
Ny.W M M M M
6

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien (Inisial) yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (M, B, T) jika ditemukan
pada klien
3. Keterangan :
M : Mandiri
B : Bantuan
T : Total
4. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien.

18
FORMULIR EVALUASI TAK
STIMULASI PERSEPSI UMUM NON VERBAL
IDENTIFIKASI HALUSINASI
DI RUANG SRIKANDI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

Nama Kurang Tidak Kontak


No Kooperatif
Klien kooperatif kooperatif Mata
1 Ny.S √ +

2 Ny.L √ +

3 Ny.A √ _

4 Ny.F √ +

5 Ny.R √ +

6 Ny.W √ +

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan pada
klien dan tanda (+) atau (-) pada kolom kontak mata jika ditemukan pada klien
3. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien.

19
FORMULIR EVALUASI TAK
STIMULASI PERSEPSI UMUM SECARA VERBAL
MENGHARDIK, BERCAKAP-CAKAP DAN AKTIFITAS FISIK
DI RUANG SRIKANDI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

Nama Cara bercakap - Latihan aktivitas


No Cara menghardik
Klien cakap fisik

Ny.S M B B
1
Ny.L M M M
2
Ny.A M B M
3
Ny.F M M M
4
Ny.R M M M
5
Ny.W M B M
6

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien (Inisial) yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (M, B, T) jika ditemukan
pada klien
3. Keterangan :
M : Mandiri
B : Bantuan
T : Total
4. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien.

20
FORMULIR EVALUASI TAK
STIMULASI PERSEPSI UMUM NON VERBAL
MENGHARDIK, BERCAKAP-CAKAP DAN AKTIFITAS FISIK
DI RUANG SRIKANDI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

Nama Kurang Tidak Kontak


No Kooperatif
Klien kooperatif kooperatif Mata

1 Ny.S √ +

2 Ny.L √ +

3 Ny.A √ +

4 Ny.F √ +

5 Ny.R √ +

6 Ny.W √ +

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan pada
klien dan tanda (+) atau (-) pada kolom kontak mata jika ditemukan pada klien
3. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. (2013). Keperawatan Jia: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: pustaka Baru.
Hartono, Yudi. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba.
Iyus, Yosep. (2013). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Keliat, BA. (2012). Kumpulan Proses Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta: FIK, Universitas
Indonesia.
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Trans Info Media.

22
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI
DI RUANG SRIKANDI
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN - SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
1. Aisah Bibi (070117B003)
2. Aldiana Waluwanja (070117B006)
3. Delshianne F. N. (070117B019)
4. Heni Listiyowati (070117B028)
5. Kristiani J. Manang (070117B037)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018

23

Anda mungkin juga menyukai