Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS JURNAL

Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir (Suction) Terhadap Perubahan


Terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien yang Terpasang
Endotracheal Tube (ETT)

OLEH
KELOMPOK 4

Irmahardiyanti
Frangky Hilala
Lasri Kasim
Mustia S. Kartotaruno
Apris Djailani
Rizkawati Biki
Ajeng Rama Andany
Febby Wahyunita Kasim

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian paling umum

di seluruh dunia. Gangguan kardiovaskuler merupakan gangguan kesehatan

yang menunjukkan trend semakin meningkat, penyakit kardiovaskular

bertanggung jawab terhadap kurang dari 10% dari kematian di seluruh dunia.

Sekarang penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati 40%

kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang

(Harrison, 2016).

Salah satu penyakit kardiovaskuler yang cukup cepat peningkatan

jumlahnya adalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung

kongestif (GJK) (Schilling, 2014). Di dunia, 17,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta

angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2016).

Dari seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki tempat tertinggi akibat

kematian penyakit jantung dengan jumlah 712,1 ribu jiwa. Indonesia

menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara dengan jumlah 371,0 ribu jiwa

(WHO, 2014). Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO

pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung meningkat

menjadi 20 juta jiwa. Angka tersebut diperkirakan semakin meningkat pada

tahun 2030 penduduk yang meninggal disebabkan penyakit jantung sekitar

23,6 juta jiwa. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi GJK di

Indonesia sebesar 0,3%. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI tahun 2013 prevalensi GJK Jawa Tengah sebesar 43.361 orang.
Congestive Heart Failure (CHF) adalah penghentian sirkulasi normal

darah dikarenakan kegagalan dari ventrikel jantung darah menyebabkan

kematian sel dan kekurangan oksigen ke otak sehingga korban kehilangan

kesadaran dan berhenti nafas dengan tiba-tiba dimana Pasien yang mengalami

gagal nafas dan membutuhkan bantuan ventilasi mekanis akan dipasang

Endotrachel Tube atau Tracheostomy Tube untuk memfasilitasi hubungan

antara ventilator mekanik dan pasien. Intubasi endotrakeal mencegah reflek

batuk dan mengganggu fungsi normal muco-cilliary.

Gagal nafas dapat didefinisikan sebagai kegagalan kapasitas pertukaran

gas yang signifikan pada sistem pernafasan atau sindrom akibat kegagalan

sistem respirasi melaksanakan salah satu atau kedua fungsi pertukaran gas,

yaitu oksigenasi atau eliminasi karbondioksida. Gagal napas didefinisikan

sebagai PaO2 kurang dari 60 mmHg atau PaCO2 lebih dari 50 mmHg.

Penyebab gagal nafas sekunder biasanya terjadi karena kelainan paru seperti

pneumonia, sepsis, gagal jantung atau kelainan neurologis (Yuliani Syahran,

2019). Gagal napas masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang

tinggi di instalasi perawatan intensif. Salah satu kondisi yang dapat

menyebabkan gagal napas adalah obstruksi jalan napas, termasuk obstruksi

pada Endotracheal Tube (ETT). Intubasi endotrakea adalah salah satu

prosedur penting dan umum untuk mengamankan jalan napas, pengobatan

darurat, perawatan kritis dan mencegah terjadinya obstruksi jalan napas.

Obstruksi jalan nafas merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan
gagal nafas, yaitu kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk batuk secara

efektif akibat dari sekret yang berlebihan (Hidayat, 2005).

Sekret merupakan bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan

trachea melalui mulut. Produksi sekret yang berlebih dimana dapat

menghambat aliran udara dari hidung masuk ke paru-paru. Peningkatan

produksi sekret ini mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengeluarkan

sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan jalan

nafas. Penanganan untuk obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi pada

Endotracheal Tube (ETT) pada pasien kritis adalah dengan melakukan

tindakan penghisapan lendir (suction ) Secara umum, pasien yang terpasang

ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda

asing, sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lender

(suction) yaitu dengan memasukkan selang catheter suction melalui hidung/m

ulut/Endotracheal Tube (ETT) yang bertujuan untuk membebaskan jalan

napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru.

Suction merupakan suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran

nafas dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui hidung atau

rongga mulut kedalam pharyng atau trachea. Sebagai salah satu tindakan

invasif yang sering dilakukan pada pasien dengan ETT untuk

mempertahankan kebersihan jalan napas dari retensi sekret, tindakan suction

perlu mendapatkan perhatian sehingga prosedur dapat diberikan dengan

meminimalkan efek samping salah satunya dengan mengontrol kedalaman

kateter suction saat melakukan penghisapan sekret. Ketidakmampuan untuk


membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk

mempertahankan bersihan jalan napas, hal inilah yang menyebabkan kadar

saturasi oksigen yang dialami responden mengalami perubahan (Rebbi

Permata Sari, 2019)

Saturasi oksigen merupakan presentasi hemoglobin terhadap oksigen

dalam arteri. Penurunan nilai dari saturasi oksigen dapat diartikan adanya

gangguan pada sistem pernapasan seperti hipoksia dan obstrusi saluran napas.

Batas normal saturasi oksigen < 95 - 100 (Andarmoyo, 2012). Penelitian yang

dilakukan Widiyanto dan Hudijono (2012) mengatakan nilai rata-rata saturai

oksigen setelah dilakukan suction endotrakheal tanpa preoksigenasi O2 100%

adalah 97,2941 % dan nilai rata – rata saturasi oksigen setelah suction

preoksigenasi 100% adalah 99,7647%% terdapat pengaruh peningkatan yang

signifikan pemberian peroksigenasi sebelum dilakukan tindakan suction

endotrakheal terhadap saturasi oksigen. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Bayu Irmawan dan Siti Khoiroh muflihatin

(2017) yang dilakukan diruangan di ICU RSUD. Abdul Wahab Sjahranie di

Samarinda yang didapatkan hasil terdapat peningkatan saturasi oksigen

perifer pada responden antara sebelum dan sesudah tindakan suction, dengan

saturasi nilai rata-rata sebelum suction 93,65% meningat menjadi 97,46%

sesudah tindakan suction. Selisih saturasi oksigen perifer sebelum dan

sesudah intervensi suction adalah -3,808 dengan standar deviasi 0,895.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian “Pengaruh “Tindakan Penghisapan Lendir


(Suction) Terhadap Perubahan Terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen

Pada Pasien Yeng Terpasang ETT”.

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal tentang “Pengaruh Tindakan Penghisapan

Lendir (Suction) Terhadap Perubahan Terhadap Perubahan Kadar Saturasi

Oksigen Pada Pasien yang Terpasang ETT”.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Praktis

1. Bagi program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan

materi, teori dan bahan bacaan tentang “Tindakan Penghisapan

Lendir (Suction) Terhadap Perubahan Terhadap Perubahan Kadar

Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang Terpasang ETT.

2. Bagi Perawat

Dapat memberikan suatu alternatif untuk dapat dijadikan

sebagai bahan masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi.

“Tindakan Penghisapan Lendir (Suction) Terhadap Perubahan

Terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang

Terpasang ETT”.

3. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan

bagi rumah sakit dalam melaksanakan penatalaksanaan mengenai

intervensi “Tindakan Penghisapan Lendir (Suction) Terhadap

Perubahan Terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen Pada

Pasien Yang Terpasang ETT”.

1.3.2 Manfaat Teoritis

1. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan suatu pengetahuan

tentang “Tindakan Penghisapan Lendir (Suction) Terhadap

Perubahan Terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen Pada

Pasien Yang Terpasang ETT”.

2. Diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu

pengetahuan pada umumnya dan juga bisa memberikan ilmu

khusus bagi keperawatan.


BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi

ilmiah tahun 2017 – 2019 dengan penelusuran menggunakan data based

Google cendekia/scholar dengan alamat situs: http://scholar.google.co.id.

Strategi pencarian literature penelitian yang relevan untuk analisis jurnal

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Penelusuran melalui kata kunci pada tanggal 7


April 2021. Pada database google scholar.

Hasil:
Google Schoolar: 8

Screening: Jumlah jurnal yang sesuai dengan


kriteria sampel jurnal: 8

Kata Kunci:
1.Suction or O2 saturation and endotrakeal tube
2.Suction or saturasi oksigen and endotrakel tube
Metode Kata Kunci Hasil Pencarian
Suction or O2 saturation
Google Scholar 18.300
and endotrakeal tube
Suction or saturasi oksigen
Google Scholar 151
and endotrakel tube

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

a. Suction endotrakheal tube

1) Definisi

Suction sering digunakan untuk mempertahankan jalan napas

paten pada pasien dengan ETT atau tabung trakeostomi. Suction adalah

prosedur steril yang dipakai hanya ketika pasien membutuhkannya dan

bukan dilakukan sesuai jadwal rutin. Indikasi untuk penghisapan

termasuk adanya ronki kasar di atas trakea pada auskultasi, batuk,

sekresi terlihat di saluran napas, pola gergaji pada loop aliran-volume

pada monitor ventilator, peningkatan tekanan puncak saluran napas

pada ventilator, penurunan saturasi oksigenasi, dan gangguan

pernapasan akut. komplikasi yang terkait dengan penghisapan termasuk

hipoksemia, atelektasis, bronkospasme, disritmia, peningkatan tekanan

intrakranial, dan trauma saluran napas (Linda et al, 2017).

Suction adalah tindakan atau proses mengisap pada saluran napas

dilakukan pada pasien dengan kelebihan produksi sputum di mana

pasien tidak mampu melakukannya sendiri. Pengisapan sering

dilakukan pada pasien kritis yang dirawat dalam perawatan intensif,


terutama pada pasien dengan tabung endotrakeal (ETT) masuk ke

dalam percabangan bronkus saluran udara (Hudak &Gallo, 2010).

2) Ukuran tekanan suction

Ukuran tekanan suction yang direkomendasikan kozier (2012) :

Usia Suction
Dewasa 80-120 mmHg
Anak-anak 80-100 mmHg

3) Metode Suction

Ada beberapa metode suction menurut Linda, et al (2017),

diantaranya yaitu :

a) Suction protocol

Banyak protokol mengenai penghisapan telah dikembangkan.

Beberapa penelitian telah terbukti bermanfaat dalam membatasi

komplikasi penghisapan. Diantaranya yaitu hipoksemia dapat

diminimalisir dengan hiperoksigenasi pasien dengan oksigen 100%

selama 30 hingga 60 detik sebelum pengisapan dan setidaknya 60

detik setelah penghisapan. Atelektasis dapat dihindari dengan

menggunakan kateter hisap dengan diameter eksternal kurang dari

satu dari diameter internal ETT.

Menggunakan tekanan 120 mmHg atau kurang dari hisap

menurunkan kemungkinan hipoksemia, atelectasis, dan trauma

saluran napas, dan detak jantung. Proses penerapan pengisapan

intermiten (bukan terus menerus) telah terbukti tidak bermanfaat.


Penghisapan dengan terus-menerus membantu mengeluarkan sekresi

belum terbukti bermanfaat, dan ini dapat berkontribusi pada

pengembangan hipoksemia serta kolonisasi saluran napas bawah

yang menghasilkan VAP.

b) Sistem hisap trakhea tertutup

Satu cara lain untuk melakukan penghisapan pasien pada

ventilator adalah sistem hisap trakea tertutup (CTSS). Alat ini terdiri

dari kateter isap di lapisi plastik yang menempel langsung ke tabung

ventilator. CTSS memungkinkan pasien untuk disedot sambil tetap

menggunakan ventilator. Keuntungan dari CTTS termasuk

pemeliharaan oksigenasi dan PEEP selama penyedotan, pengurangan

komplikasi terkait hipoksemia, CTSS mudah digunakan, hanya

membutuhkan satu orang untuk melakukan prosedur.

c) Suction hisap trachea terbuka (open suction)

Metode hisap terbuka dengan melapaskan pasien dari

ventilator dan memasukkan kateter suction kedalam saluran napas

buatan (Linda et al, 2017). Pasien yang menggunakan ventilator

mekanik mendapatkan sedatif, analgetik, yang kuat dan relaksan

otot. Pasien yang terpasang Endotracheal Tube pasti akan dilakukan

tindakan hisap lendir atau suction. Teknik open suction system

(OSS) merupakan suatu metode yang mengharuskan pasien untuk

melepaskan ventilator sehingga pasien tidak mampu menerima

oksigenasi selama suction.


4) Indikasi dan komplikasi

Indikasi dilakukannya suction ETT pada pasien adalah bila terjadi

gurgling (suara nafas seperti orang berkumur), cemas, susah/kurang

tidur, snoring (seperti orang mengorok), penurunan tingkat kesadaran,

perubahan warna kulit, penurunan saturasi oksigen, penurunan pulse

rate (nadi), irama nadi tidak teratur, respiration rate menurun dan

gangguan patensi jalan nafas (Kozier & Erb, 2012).

5) Tujuan

Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk membersihkan saluran

nafas dan menghilangkan sekret, untuk mempertahankan patensi jalan

nafas, mengambil sekret untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium,

untuk mencegah terjadinya infeksi dari akumulasi cairan sekret yang

sudah menumpuk (Kozier & Erb, 2012).

Menurut Zahrah & Arki (2018), suction bertujuan untuk

membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah

infeksi paru. Secara umum, pasien yang terpasang ETT memiliki

respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing,

sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction).

6) Efek suction

Tindakan suction dapat menyebabkan hipoksia yang dapat terjadi

karena sumber oksigen diputuskan dari pasien atau oksigen dikeluarkan

dari saluran udara pasien ketika hisapan dilakukan. Atelectasis

diperkirakan terjadi ketika kateter hisap lebih besar dari setengah


diameter ETT. Tekanan negatif yang berlebihan terjadi ketika

pengisapan diterapkan, mendorong kerusakan saluran udara bagian

distal. Bronkospasme adalah hasil stimulasi saluran udara dengan

kateter hisap. Disritmia jantung, terutama bradikardia, dikaitkan dengan

stimulasi vagal. Trauma saluran napas terjadi dengan impaksi kateter

di saluran napas dan tekanan negatif yang berlebihan diterapkan pada

kateter (Linda et al, 2017).

7) Kanul suction

- Jenis

Jenis kanul suction yang ada dipasaran dapat dibedakan

menjadi open suction dan close suction. Open suction merupakan

kanul konvensional, dalam penggunaannya harus membuka

sambungan antara ventilator dengan ETT pada pasien, sedangkan

close suction merupakan kanul dengan sistem tertutup yang selalu

terhubung dengan sirkuit ventilator dan penggunaannya tidak perlu

membuka konektor sehingga aliran udara yang masuk tidak

terinterupsi. (Kozier & Erb, 2012)

- Ukuran suction catheter kit/selang kateter

Berikut ini adalah ukuran suction catheter kit

(Kozier & Erb, 2012) :

 Dewasa : 12-18 Fr

 Anak usia sekolah 6-12 tahun : 8-10 Fr

 Anak usia balita : 6-8 Fr


8) Prosedur tindakan

- Standar alat

 Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap

pakai.

 Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.

 Pinset steril atau sarung tangan steril.

 Cuff inflator atau spuit 10 cc.

 Arteri klem.

 Alas dada atau handuk.

 Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.

 Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.

 Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter

yang sudah dipakai.

 Ambubag / air viva dan selang O2.

 Pelicin / jelly

 Nacl 0,9 %

 Spuit 5 cc.

- Standar pasien.

 Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.

 Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan

- Prosedur

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.


2) Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :

a. Memutar tombol oksigen menjadi 100 %

b. Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali

dengan kosentrasi oksigen 15 liter.

c. Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.

3) Menghidupkan mesin penghisap sekresi.

4) Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian

perlahan- lahan dimasukakan ke dalam selang pernafasan

melalui ETT.

5) Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat

kateter dimasukkan ke ETT.

6) Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada

rangsangan batuk untuk mencegah trauma

7) Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudian

suction kateter ditarik dengan gerakan memutar.

8) Mengobservasi hemodinamik pasien.

9) Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan

cara baging.

10) Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk

bernafas 3-7 kali.

11) Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkan

sekresi.

12) Melakukan baging.


13) Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir saat

kateter berada dalam ETT, sehingga sekresi yang lengket

disekitar cufft dapat terhisap.

14) Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff infaltor

setelah ventilator dipasang kembali.

15) Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam

dengan cairan desinfektan dalam tempat yang sudah

disediakan.

16) Mengobservasi dan mencatat

a. Tensi, nadi, dan pernafasan.

b. Hipoksia.

c. Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.

d. Disritmia.

9) Alat ukur evaluasi

Dalam tindakan penghisapan lendir ini alat ukur yang digunakan

yaitu alat pulse oxymetri nadi untuk memantau kadar saturasi oksigen

pada pasien. Dengan pemantauan kadar saturasi oksigen yang benar

dan tepat saat pelaksanaan tindakan penghisapan lendir, maka kasus

gagal napas yang mengancam nyawa bahkan berujung kematian bisa

dicegah lebih dulu.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

NO AUTHOR JUDUL TAHUN METODE HASIL


.
1. Agnesia Vaulina, Pengaruh Clapping, Vibrasi 2019 Desain penelitian ini Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Yana Malinda, Dan Suction Terhadap Tidal menggunakan metode terdapat pengaruh clapping, vibrasi dan
Yunistia Gulo, Volume Pada Pasien quasi eksperimen. Sampel suction terhadap tidal volume pada pasien
Victory Pneumonia Yang pada penelitian ini pneumonia yang menggunakan ventilator
Oktavianus, Menggunakan Ventilator Di sebanyak 10 orang dengan berdasarkan analisis statistik bivariat
Tiarnida Nababan Ruang Icu Royal Prima Medan teknik total sampling didapatkan nilai signifikasi (p=0,025)
nilai ini lebih kecil dari nilai signifikasi
(p=0,05), ini berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel clapping,
vibrasi dan suction dengan variabel tidal
volume.
2. Saifudin Zukhri, Pengaruh Isap Lendir (Suction) 2018 Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan ada
Fitri Suciana, Sistem Terbuka Terhadap menggunakan desain quasi perbedaan pengaruh isap lendir selang
Agus Herianto Saturasi Oksigen Pada Pasien experiment dengan pre test endotrakeal sistem terbuka yang
Terpasang Ventilator and post test dilakukan di ICU dengan isap lendir
nonequivalent control sistem terbuka metode Credland terhadap
group dan consecutive saturasi perifer oksigen pasien yang
sampling. Peneliti terpasang ventilator di ICU RSUP dr.
menggunakan sampel Soeradji Tirtonegoro Klaten.
sebanyak 10 pasien pada
masing-masing kelompok
dengan metode
consecutive sampling
3. Sri Suparti Pengaruh Variasi Tekanan 2019 Jenis penelitian adalah Hasil penelitian menujukan terdapat
Negatif Suction Endotracheal experimen semu (quasi pengaruh variasi tekanan negatif 25 dan
Tube (ETT) Terhadap Nilai experiment), dengan 25 kPa terhadap nilai saturasi oksigen
Saturasi Oksigen (Spo2) desain two group pretest- pada analisis masing-masing kelompok
postest, total sampel dengan perbedaan nilai mean yang
adalah 37 yang diambil signifikan p value 0,001<0,05, tetapi
dengan teknik consecutive tidak terdapat perbedaan signifikan
sampling diantara dua kelompok dengan p value
0,284>0,05
4. Zahrah Maulidia Pengaruh Tindakan 2018 Metode Penelitian yang Hasil penelitian menunjukkan terdapat
Septimar, Arki Penghisapan Lendir (Suction) digunakan adalah desain pengaruh antara tindakan suction dengan
Rosina Novita Terhadap Perubahan Kadar penelitian pra pasca test kadar saturasi oksigen pasien yang
Saturasi Oksigen Pada Pasien (one group pra – post test dirawat di ruang ICU RS An-Nisa
Kritis Di ICU design). Teknik sampel Tangerang dengan nilai p value sebesar
yang digunakan peneliti 0,000 (< 0,05)
adalah teknik total
sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 40
responden.
5. Marta Tania Pengaruh Depth Suction Dan 2017 Penelitian kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan Tidak
Gabriel Ching Shallow Suction Terhadap dengan rancangan terdapat perubahan hemodinamik pada
Cing Perubahan Hemodinamik Pada penelitian quasi depth suction. Namun, terdapat
Pasien Dengan Endotracheal eksperiment desain per- perubahan tekanan darah sistolik dan
Tube Di Ruang Icu Rsud Ulin post test terhadap 20 MAP (p < 0,05) pada shallow suction.
Banjarmasin responden. Tidak menunjukkan perubahan
hemodinamik yang bermakna pada kedua
kelompok.
6. Tati Murni The Effect Of Endotracheal 2019 Menggunakan desain Hasil penelitian menunjukkan Ada
Karokaro, Lia Tube (Ett) Suction Measures penelitian kuantitatif pengaruh sebelum dan sesudah tindakan
Hasrawi On Our Saturation Levels In dengan rancangan adalah suction terhadap nilai saturasi oksigen (p
Failed Patients In Icu Quasi Experiment < 0.005),
Grandmed Hospital (experimen semu) dengan
model rancangan one
group pretest-posttest.
dengan jumlah sampel
sebanyak 22 dengan teknik
accidental sampling
7. Suad Elsayed Effect Of Application Of 2017 Desain penelitian adalah Hasil penelitian menunjukkan ada
Elsaman PhD,RN Endotracheal Suction eksperimen semu dengan pengaruh Pengaruh penerapan pedoman
Guidelines On jumlah sampel sebanyak hisap endotrakeal pada parameter
Cardiorespiratory Parameters 60 sampel. kardiorespirasi pasien dengan ventilasi
Of Mechanically Ventilated mekanis dimana terdapat peningkatan
Patients yang signifikan pada volume tidal
pernapasan, tekanan parsial oksigen
arteri, dan saturasi oksigen arteri.
8. Rebbi Permata Pengaruh Tindakan Suction 2019 Jenis Penelitian Ini Hasil Penelitian Menunjukkan Ada
Saria, Revi Neini Terhadap Perubahan Saturasi Menggunakan Quasi Pengaruh Antara Saturasi Oksigen
Ikbal Oksigen Pada Pasien Eksperiment Dengan Sebelum Dan Sesudah Pemberian
Penurunan Kesadaran Rancangan Two Group Tindakan Suction Hasil Uji Statistik
Diruangan Icu Rumah Sakit Pretest-Posttest Design Didapakan Nilai P Value 0,000
Islam Siti Rahmah Padang Sampel Yang Digunakan
Pada Penelitian Ini
Sebanyak 30 Orang
3.2 Pembahasan

Endotracheal Tube (ETT) merupakan konektor yang digunakan untuk

ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik yang digunakan adalah ventilasi

mekanik invasif. Secara umum, pasien yang terpasang ETT memiliki respon

tubuh yang tidak baik sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan

lendir (suction). Suction merupakan suatu cara untuk mengeluarkan sekret

dari saluran nafas dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui

hidung atau rongga mulut kedalam pharyng atau trachea pada ETT. Tindakan

suction dilakukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret atau sputum

dan juga untuk menghindari dari infeksi jalan nafas (Price & Wilson, dalam

Hikmatun 2019). Pengisapan dapat dilakukan melalui nasofaring, orofaring

dan intubasi endotrakeal.

Menurut Khoiroh (2017), bahwa terdapat pengaruh tindakan suction

terhadap perubahan saturasi oksigen perifer pada pasien. Terjadi adanya

peningkatan dari kadar saturasi oksigen setelah dilakukannya tindakan

suction. Hal tersebut dikarenakan terbebasnya jalan napas terhadap

akumulasi sekret menjadikan perpindahan oksigen dari atmosfer ke

dalam paru-paru menjadi efektif (Afif & Dwi, 2018). Hal ini, maka perlu

dilakukannya tindakan suction sesui dengan SOP. Menurut Wiyoto dalam

Sari (2019), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan

gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan mengalami

kekuarangan suplai oksigen (hipoksemia), dan apabila suplai oksigen tidak

terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak


yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah

dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO 2) yang dapat mengukur

seberapa banyak presentasi oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tati & Lia (2019),

Rebbi Permata & Revi (2019), dan Zahrah & Arki (2018) menunjukkan hasil

Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan suction terhadap nilai saturasi

oksigen (p < 0.005).

Penelitian yang dilakukan oleh Agnesia, dkk (2019) Pengaruh

Clapping, Vibrasi Dan Suction Terhadap Tidal Volume Pada Pasien

Pneumonia Yang Menggunakan Ventilator Di Ruang Icu Royal Prima Medan

ditemukan bahwa terdapat pengaruh clapping, vibrasi dan suction terhadap

tidal volume pada pasien pneumonia yang menggunakan ventilator (p=0,025).

Hal ini sejalan dengan toeri Hendra (2018), bahwa tindakan clapping, vibrasi

dan suction atau fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit paru

dalam mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan

membantu membersihkan sekret dari bronchus dan untuk mencegah

penumpukan sekret. Tindakan suction akan membantu jalan nafas menjadi

bebas dan bersih sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat

pemakaian ventilator yang terlalu lama dan masa rawat yang lebih cepat

(Barka, 2018).

Pada saat akan melakukan tindakan suction pada ETT, sangatlah perlu

adanya pemantauan saturasi oksigen, karena saat tindakan suction bukan

hanya sekret yang terhisap, tetapi oksigen juga terhisap. Selain itu saturasi
oksigen pada tindakan suction dipengaruhi oleh banyaknya hiperoksigenasi

yang diberikan, tekanan suction yang sesuai usia, dan besar diameter kanule.

Bila hal tersebut tidak atau kurang diperhatikan maka akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi dari suction pada pasien yang terpasang ventilasi

mekanik adalah terjadinya hipoksia yang ditandai dengan penurunan saturasi

oksigen atau desaturasi (Kozier & Erb, 2012). Tindakan suction juga terbagi

menjadi suction tertutup dan suction terbuka.

Menurut penelitian Mazhari (2010) menemukan bahwa metode hisap

terbuka lebih meningkatkan denyut jantung segera setelah penyedotan tabung

trakea dibandingkan dengan metode tertutup dan saturasi oksigen darah arteri

segera setelah metode hisap terbuka memiliki penurunan yang signifikan. Di

sisi lain, metode hisap terbuka rata-rata meningkatkan denyut jantung hingga

enam ketukan. Hasil penelitian Saifudin, dkk (2018) “Pengaruh Isap Lendir

(Suction) Sistem Terbuka Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Terpasang

Ventilator” didapatkan bahwa ada perbedaan pengaruh isap lendir selang

endotrakeal sistem terbuka yang dilakukan di ICU dengan isap lendir sistem

terbuka metode Credland terhadap saturasi perifer oksigen pasien yang

terpasang ventilator. Hasil atau pengaruh indakan suction tidak hanya

berdasarkann suction secara terbuka dan syction secara tertutup namun di

pengaruhi juga Berdasarkan tekanan suction dan kedalaman malakukan

suction (penyedotan).

Berdasarkan penelitian Sri Suparti (2019), menunjukkan terdapat

pengaruh variasi tekanan negatif suction Endotracheal Tube (ETT) Terhadap


Nilai Saturasi Oksigen P<0,05. Tekanan 100 mmHg merupakan tekanan

negatif minimal yang dianjurkan untuk melakukan suction tetapi tekanan

suction diatur Berdasarkan jumlah sekret yang terdapat pada jalan nafas, bila

tekanan 100 mmHg belum dapat memobilisasi secret maka tekanan dapat

ditingkatkan sampai maksimal 150 mmHg. Tekanan yang melebihi 150

mmHg dapat menyebabkan trauma jalan nafas dan hipoksia. Tekanan yang

lebih tinggi dapat mengeluarkan sekret maksimal dan meningkatkan saturasi

oksigen, namun disatu sisi dengan tekanan yang tinggi memungkinkan terjadi

penurunan saturasi oksigen trauma, hipoksemia, bronkospasme dan

kecemasan (Septimar ZM, 2018).

Kemudian pengaruh suction berdasarkan kedalaman suction memalui

penelitian Marta (2017), menunjukkan Tidak terdapat perubahan

hemodinamik pada depth suction. Namun, terdapat perubahan tekanan darah

sistolik (p < 0,05) pada shallow suction. Hasil penelitian lainnya yang

mendukung penelitian ini menyatakan bahwa frekwensi denyut jantung

mengalami peningkatan pada sebelum dan setelah dilakukan tindakan depth

suction. Peningkatan frekwensi denyut jantung terjadi pada keadaan hipoksia

selama suction, dan setelah dilakukan penghisapan sekret dengan

hiperoksigenisasi, frekwensi denyut nadi kembali ke nilai awal sebelum

suction. (Ozden, D, 2014).

3.3 Implikasi Keperawatan

Intubasi Endotrakeal/Endotracheal Tube (ETT) merupakan salah satu

tindakan yang dapat dilakukan dalam manajemen jalan napas. Namun


tindakan pemasangan ETT dapat mengakibatkan penumpukan secret pada

jalan napas sehingga perlu dilakukan tindakan untuk membersihkan jalan

napas agar patensi jalan nafas menjadi tetap terjaga. Untuk menjaga

kepatenan jalan nafas akibat penumpukan sekresi tersebut, tindakan yang

dapat dilakukan adalah penghisapan lendir (suctioning). Harapannya bisa

memberikan dampak positif dalam pemenuhan saturasi oksigen pasien setelah

dilakukan suction. Hal ini diakibatkan terbebasnya jalan nafas terhadap

akumulasi sekret menjadikan perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam

paru menjadi sangat efektif. Sehingga hal ini direkomendasikan untuk

dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan tugasnya dipelayanan

keperawatan. Mengingat tindakan suction ini dapat mengakibatkan perubahan

kadar saturasi O2 maka sangat diperlukan kewaspadaan dan pelaksanaan

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang benar, sehingga

meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja serta mempengaruhi pada standar

keselamatan pasien.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Ada pengaruh antara tindakan suction dengan kadar saturasi oksigen pasien

pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik. Selain itu tindaka

kedalaman suction juga dapat mempengaruhi perubahan hemodinamik pada

pasien dengan Endotracheal Tube.

4.2 Saran

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan referensi bacaan, dapat

menambah pengetahuan dan dapat memberikan manfaat baik bagi mahasiswa

profesi Ners, Institusi Pendidikkan dan Instansi Rumah Sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Agnesia dkk. 2019. Pengaruh Clapping, Vibrasi Dan Suction Terhadap Tidal
Volume Pada Pasien Pneumonia Yang Menggunakan Ventilator Di
Ruang Icu Royal Prima Medan. Jurnal Riset Hesti Medan. Vol. 4(1).

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Bayu Irawawan & Siti dan Siti Khoiroh muflihatin. (2017). Pengaruh Tindakan
Suction Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Perifer Pada Pasien
Yang Di Rawat Diruang Icu Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya 1 (2), 145-154.
Linda, D. U., Kathleen, M., Stacy., & Marry, E. L. (2017). Critical Care
Nursing (E-Book: Diagnosis and Management). Kanada: Elsevier
Health Sciences
Harrison, L.J. (2016). Kardiologi dan Pembuluh Darah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Hidayat, A.A.A. (2005). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta :


Penerbit Salemba Medika Kementerian Kesehatan Republik.

Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.http://www.depkes.go.id.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2012). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: PT. EGC

Marta Tania. 2017. Pengaruh Depth Suction Dan Shallow Suction Terhadap
Perubahan Hemodinamik Pada Pasien Dengan Endotracheal Tube Di
Ruang Icu Rsud Ulin Banjarmasin. Dinamika Kesehatan. Vol 8(1).

Rebbi Permata Sari, R. N. (2019). Pengaruh Tindakan Suction Terhadap


Perubahan Saturasi Oksigen Pada pasien Penurunan Kesadaran
Diruangan ICU Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang .

Riri F, Suhaimi F, & Ichsan B. Pengaruh Open Suction Terhadap Tidal Volume
Pada Pasien Yang Menggunakan Ventilator Di Ruang Icu Rsud Dr.
Soedarso Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura
Yuliani Syahran, S. R. (2019). Pengaruh Tindakan Suction ETT Terhadap
terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien gagal napas.

Saifudin, dkk. 2018. Pengaruh Isap Lendir (Suction) Sistem Terbuka Terhadap
Saturasi Oksigen Pada Pasien Terpasang Ventilator. Jurnal Motorik.
Vol. 13(26).
Schilling, J.D. 2014. Evaluation of acute heart failure. In: Cuculich PS, Kates
AM, editors. Cardiology subspecialty consult (3rd ed). Philadelphia:
Wolters Kluwer; p. 71-2.

Sri Suparti. 2019. Pengaruh Variasi Tekanan Negatif Suction Endotracheal Tube
(ETT) Terhadap Nilai Saturasi Oksigen (SpO2). Herb-Medicine
Journal. Vol 2(2).

Suad Elsayed E. 2017. Effect of Application of Endotracheal Suction Guidelines


on Cardiorespiratory Parameters of Mechanically Ventilated Patients.
R Journal of Nursing and Health Science. Vol 6(1).

Tati M & Lia H. 2019. The Effect Of Endotracheal Tube (Ett) Suction Measures
On Our Saturation Levels In Failed Patients In Icu Grandmed
Hospital. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF). Vol 2(1).

Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Widiyanto & Hudijono, (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat


Tentang Prosedur Suction Dengan Perilaku Perawat Dalam
Melakukan Tindakan Suction di ICU Rumah Sakit dr. Kariadi
Semarang.
WHO. 2016. Cardiovascular disease. Retrieved April 11, 2021 from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/.

Zahrah M & Arki R. 2018. Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir (Suction)


terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien kritis di ICU.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol 7(1).

Anda mungkin juga menyukai