Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA SISTEM PERKEMIHAN

TERHADAP NY. P DENGAN KASUS INKONTINENSIA URINE DI RS


BHAYANGKARA
Tugas Mata Kuliah Gerontik

Dosen Pembimbing :
Ns.Arif Andriyanto,M.Kep,Sp.Kom

Disusun oleh kelompok 3


Kelas 4D Semester VII

1. Lilis Faiza Amaliati (201601120)


2. Fatimatuzzahrok (201601125)
3. Siti Nurfiyah (201601127)
4. Hanif Akbar rudiansyah (201601141)
5. Fina Ika Febrianti (201601155)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Tahun Ajaran 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Inkontinensia Urine di RS
Bhayangkara atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam menyusun makalah ini.
Maka kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. M. Sajidin S.Kep, M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2. Bu Ana Zakiyah M.Kep. selaku ketua program studi S1 ilmu keperawatan
3. Pak Ns. Arif Andrianto M. Kep. Sp. Kep. Kom. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Gerontik
4. Teman-teman Kelompok 3 kelas D program studikeperawatan S1 yang telah
membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas
Makalah ini tentu Masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk
menyempurnakan Tugas Makalah ini.

Mojokerto, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR IS
Daftar isi......................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Umum...................................................................................................2
1.3 Tujuan Khusus..................................................................................................2
Bab 2 Triger Case Inkontinensia Urine.....................................................................3
Bab 3 Analisa Kasus.....................................................................................................4
3.1 Pengkajian Keperawatan Inkontinensia Urine.................................................4
3.2 Analisa Data.....................................................................................................9
3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................................9
3.4 Intervensi Keperawatan..................................................................................10
3.5 Implementasi Keperawatan............................................................................11
Bab 4 penutup.............................................................................................................13
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
4.2 Saran...............................................................................................................13
Daftar Pustaka..............................................................................................................v

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari dan
akan dialami oleh setiap manusia. Lanjut usia (Lansia) bukanlah penyakit melainkan
suatu tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai oleh penurunan kemampuan
tubuh. Menurut World HealthOrganization (WHO), seseorang dikatakan lansia ketika
memasuki usia 60-74 tahun. (Husada, 2019)
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2018, secara umum jumlah penduduk lansia
di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk.
Jumlah penduduk lansia perempuan (9,75 juta orang) lebih banyak dari jumlah penduduk
lansia laki-laki (8,29 juta orang). Sebarannya jauh lebih banyak di daerah perdesaan
(10,36 juta orang) dibandingkan di daerah perkotaan (7,69 juta orang). Jika dilihat
menurut kelompok umur, jumlah penduduk lansia terbagi menjadi lansia muda (60-69
tahun) sebanyak 10,75 juta orang, lansia menengah (70-79 tahun) sebanyak 5,43 juta
orang, dan lansia tua (80 tahun ke atas) sebanyak 1,86 juta orang (BPS, 2013). Indonesia
termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured
population) karena jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di indonesia pada tahun 2017 sebesar kurang dari 19 juta,
dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi
23,9 jiwa (9,77%) dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan
usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes, 2018).
Data di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa mengalami
inkontinesia urin. Tingkat keparahannya meningkat seiring bertambahnya usia dan
paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedamgkan pada usia 35-
65 tahun mencapai 12 %. Prevalensi akan meningkat sampai 16% pada wanita usia lebih
dari 65 tahun. Pada multipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan anak satu
mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita dengan 5 anak (Collein, I. 2012).
Di Indonesia jumlah penderita inkontinensia urin sangat signifikan. Pada tahun 2005
diperkirakan sekitar 5,8% dari jumlah penduduk mengalami inkontinensia urin, tetapi
penanganannya masih sangat kurang. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum
mengetahui tempat yang tepat untuk berobat disertai kurangnya pemahaman tenaga
kesehatan tentang inkontinensia urin. (Riskesdas, 2018)
1
Pada tahun 2018 survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen
Urologi Unair RSU Dr. Soetomo terhadap 793 penderita, didapatkan hasil angka
kejadian inkontinesia urin pada pria 3,02% sedangkan pada wanita 6,79% (Angelita,
2012). Di provinsi Gorontalo berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi tahun 2018
tercatat sebanyak 2,371 lansia pernah berobat ke rumah sakit dengan masalah
inkontinensia urin.(Hilarius Mariyanto Moa, Susi Milwati, 2017)
Pada lansia,terjadi perubahan anatomi dan fisiologis yangsignifikan yang
disebabkan karena berkurangnyajumlah dan kemampuan sel tubuh. Hal inimenyababkan
banyaknya masalah kesehatan yangdialami oleh lansia yang diantaranya presbiopi,
diabetes melitus, hipertensi, asma, osteoarthritis, osteoporosis, kanker, gangguan
keseimbangan, kecepatan berjalan, gangguang psikological dan kognitif (demensia dan
depresi) dan inkontinensia urin.(Ismail, 2013)
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering pada
orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih, masalah
psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan, karena penderita
merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong nya dari penelitian
pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari pria dan 12% dari wanita
diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan mereka yang dirawat di
psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine. Inkontinensia dibagi menjadi
inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik. (Juananda & Febriantara, 2017)

1.2 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan gerontik dengan inkontinensia
urine serta untuk melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan
inkontinensia urine.
1.3 Tujuan Khusus
1.1.1 Mengidentifikasi kasus inkontinensia urine, pengkajian diagnosa, intervensi dan
penatalaksanaan pada lansia dengan inkontinensia urine
1.1.2 Mengimplementasikan intervensi pada lanjut usia penderita inkontinensia urine.

2
BAB 2
TRIGER CASE INKONTINENSIA URINE

Ny.P datang ke RS Bhayangkara diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny. P sering


kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan
saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TB dan BB Ny. P adalah 150cm, 45 kg, TD
180/90 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 18x/menit dan suhu 36,5°C, Output 2100 cc. Pasien
sering menguap saat dikaji, terdapat distendi kandung kemih. Kegiatan sehari-hari Ny. P
adalah menjadi guru mnegaji, akan tetapi semenjak ia sering mengompol kegiatan menjadi
terganggu. Berdasarkan riwayat penyakit, Ny. P belum pernah mengalami penyakit seperti
ini, Ny. P memiliki riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik. Pasien
kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya.

3
BAB 3
ANALISA KASUS

Asrama :- Tanggal Pengkajian : 25-10-2019


No Rekam Medik : 2367

3.1 Pengkajian Keperawatan Inkontinensia Urine


A. Identitas Diri
Nama : Ny. P
Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 Tahun (Elderly)
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Merdeka no. 5
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Guru mengaji
Sumber pendapatan : Uang dari anak-anaknya
Kecukupan pendapatan : Cukup
Keluarga yang dapat dihubungi : Tn. N (Anak kandung)
Diagnosa medik : Inkontinensia Urine

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan yang dirasakan saat ini
Pasien mengeluh sering kencing tanpa disadari (ngompol).
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi
obat diuretik.
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien datang ke rumah sakit bhayangkara dansering kencing tanpa disadari
(ngompol). Pasien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin
BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia
bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing.
4
C. Status Fisiologis
1. Postur tulang belakang pasien normal.
2. Tanda-tanda vital dan status gizi :
1) Suhu : 36,5oC
2) Tekanan darah : 180/90 mmHg
3) Nadi : 80x/menit
4) Respirasi : 18x/menit
5) Berat badan : 45 Kg
6) Tinggi badan : 150 cm

Pengkajian Head To Toe


1. Rambut : Bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
2. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, palpebrae gelap, sclera anikterik
3. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak ada peradangan, penciuman
masih baik.
4. Telinga : Bersih, tidak ada benda asing
5. Mulut : Bersih, tidak berbau, gusi tidak ada peradangan, tidak ada
karies,tidak ada gigi palsu, lidah bersih, mampu untuk
mnegunyah keras, sering menguap.
6. Dada : Bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dankanan sama,
tidakada suara tambahan, payudara menyusut, tidak teraba
massa, tidakada suara tambahan
7. Abdomen : Datar, tidak ada bendungan vena pada abdomen, tidak ada
striae, kendung kemih teraba keras, tidak ada mengalami usus
buntu,tidak ada pembesaran limfe
8. Kulit : Tekstur kulit terhilat kendur, keriput, tugor kulit jelek, terdapat
ruam dan kemerahan di sekitar genetalia
9. Ekstremitas atas : Tonus otot baik, kekuatan otot tangan kiri kanan sama yaitu
pada skala 5
10. Ekstremitas bawah : Kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu pada skala 5,
tidak ada nyeri persendian, tidak terjadi osteoporosis, dan
tidak ada kelainan tulang

5
D. Pengkajian Psikososial Spiritual
1. Pasien merasa sedikit cemas dengan penyakitnya, tidak ada stressor psikologis di
tempat tinggalnya, mekanisme koping adaptif, stabilitas emosi labil.
2. Pengkajian masalah emosional : pasien mengatakan ketika pasien ada masalah
dapat menyelesaikannya.

E. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


1. Kebiasaan merokok : Tidak merokok
2. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi : Frekuensi makan teratur 3x sehari, 1 porsi
habis, makanan tambahan dihabiskan
3. Pola pemenuhan cairan : frekuensi minum >3 gelas sehari, jenis minuman air
putih, teh.
4. Pola kebiasaan tidur : Jumlah waktu tidur 5 jam, pasien mengalami gangguan
tidur sering ke WC karna ingin kencing
5. Pola eliminasi BAB : frekuensi BAB 2x/hari, konsistensi BAB lembek, tidak
ada gangguan BAB.
6. Pola BAK : frekuensi BAK 15-18x/hari,warna urin kuning jernih, tidak bisa
menahan keluarnya urine jika terasa ingin BAK, Kebiasaan BAK malam hari
7. Pola aktifitas
No Jenis Kegiatan Lama Waktu untuk Setiap kegiatan
8. 1 Merapikan tempat tidur 3 menit
2 Sholat subuh 10 menit
Pola 3 Mandi pagi 20 menit
4 Sarapan 10 menit
5 Berkebun 1 jam
6 Istirahat 5 menit
7 Mandi 20 menit
8 Menonotn tv 30 menit
9 Tidur siang 30 menit
10 Bersih-bersih rumah 30 menit
11 Istirahat 5 menit
12 Mandi 20 menit
13 Mengajar ngaji 1 jam
14 Berkumpul bersama tetangga 1 jam
15 Makan malam 10 menit
16 Menonton tv 30 menit
17 Tidur malam 5 jam
pemenuhan kebersihan diri : mandi 2x/hari memakai sabun, menggosok gigi 3x/hari,
berganti pakaian bersih 3x/hari.

6
F. Pengkajian Aspek Kognitif Menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental
Status Quisioner)
Benar Salah No. Pertanyaan
Ѵ 1 Tanggal berapa hari ini ?
Ѵ 2 Hari apa sekarang ?
Ѵ 3 Apa nama tempat ini ?
Ѵ 4 Dimana alamat anda ?
Ѵ 5 Berapa umur anda ?
Ѵ 6 Kapan anda lahir ?
Ѵ 7 Siapa presiden Indonesia ?
Ѵ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
Ѵ 9 Siapa nama ibu anda ?
Ѵ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, secara menurun
Jumlah Salah 6
Interpretasi :
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

G. Pengkajian Fungsional Berdasar Indeks Katz Dari Aks Dan SPMSQ


Nilai pengkajian fungsional yaitu A (Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi)

H. Pengkajian Lingkungan
1. Pemukiman : Klien tinggal di rumah, jenis bangunan atap menggunakan
genteng berdindingkan tembok dan lantai keramik. Kebersihan lantai cukup,
ventilasi 15% luas lantai. Pencahayaan cukup, alat rumah tangga lengkap.
2. Sanitasi : Sumber penyediaan air bersih yaitu PAM, , pengelolaan jamban
bersama dengan jenis jamban leher angsa dan dengan jarak 10 meter dari sumber
air, sarana pembuangan air limbah lancar, bekas sampah dikelola oleh dinas.
3. Fasilitas : Pasien mengatakan di rumahnyaterdapat hewan ternak yaitu ayam.
Adanya sarana ibadah yaitu masjid.
4. Keamanan dan transportasi : Di desanya terdapat pengamanan yaitu pos
kampling dan juga terdapat alat transportasi, kondisi jalan masuk rumah rata,
jenis tranportasi angkutan umum dan motor milik anaknya.
5. Komunikasi :Sarana komunikasi ada, jenis komunikasi yang digunakan dalam
rumah yaitu telephone.

7
3.2 Analisa dan Diagnosa [ CITATION Her18 \l 1057 ]
No. Data Interprestasi Mas
(Etiologi) alah
(Pro
ble
m)
1. DS: Perubahan Gan
- Keluarga pasien mengatakan sering Neurologik ggua
kencing tanpa disadari (ngompol). Perubahan otot n
- Pasien juga mengatakan saat dia urinari Elim
bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba inasi
keluar sedikit kencing. Gangguan kontrol Urin
- Sebelumnya pasien ada riwayat berkemih e
hipertensi satu tahun lalu dan
mengonsumsi obat diuretik.
Kehilangan
- Frekuensi berkemih setiap hari 15-
kemampuan untuk
18x/hari.
menghambat
DO :
kontraksi kandung
- Terdapat distensi kandung kemih.
kemih
- Output 2100 cc
2. DS : Inkontinensia Gan
Klien mengatakan tidurnya tergaggu Urgensi ggua
karna sering kencing pada malam hari, n
jumlah jam tidur 5 jam Otot detrusor tidak Pola
DO : stabil Tidu
- Konjungtiva anemis r
- Palpebrae gelap
Reaksi otot
- Sering menguap
berlebihan

Nokturia di malam
hari
3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
No. Diganosa Keperawatan Paraf
1. Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan untuk

8
menghambat kontraksi kandung kemih ditandai dengan sering
kencing tanpa disadari (ngompol), adanya distensi kandung kemih.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nokturia pada
malam hari ditandai dengan tidur pasien tergaggu karena
sering kencing pada malam hari, konjungtiva anemis,
palpebrae gelap, sering menguap

9
3.4 Intervensi Keperawatan [ CITATION Bul16 \l 1057 ]
Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
klien mampu mengontrol eliminasi urinedengan kriteria hasil: inkontinensia (misalnya output urin, pola berkemih, fungsi
1. Kandung kemih kosong secara penuh kognitif)
2. Intake cairan dalam rentang normal 2. Kaji TTV dan Keluhan pasien
3. Keluhan tidak bisa menahan kencing berkurang 3. Ajarkan untuk membatasi masukan cairan pada malam hari
4. Tidak ada spasme bladder 4. Ajarkan teknik unutk merangsang refleks kandung kemih
5. Balance cairan seimbang (menerapkan dingin untuk perut, membelai tinggi batin atau air)
5. Gunakan kateter kemih yang sesuai
6. Anjurkan pasien/keluarga untuk merekam output urine
7. Ajarkan terapi atau senam untuk pekatihan otot panggul
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi lansia
kebutuhan tidur pasien dalam rentang normaldengan kriteria 2. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
hasil: (membaca)
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam perhari 3. Kurangi intake cairan yang berlebihan pada saat menjelang tidur
2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal 4. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan 5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur
tidur pasien

10
3.5 Implementasi Keperawatan[ CITATION Nur15 \l 1057 ]

Hari/Tgl/ Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


Jam

Senin, 14 Gangguan Eliminasi Urine 1. Melakukan pengkajian penilaian S:


Oktober 2019 b.d kehilangan kemampuan pola berkemih
- Pasien mengatakan rasa ingin
untuk menghambat 2. Mengkaji TTV dan keluhan pasien
Jam 07.00 menahan kencing berkurang
kontraksi kandung kemih
Suhu: 36,5oC - Keluarga pasien dapat memahami dan
ditandai dengan sering
mengerti teknik merangsang refleks
kencing tanpa disadari TD: 180/90 mmHg
kandung kemih
(ngompol), adanya distensi
Nadi: 80x/menit O:
kandung kemih.
- Keadaan umum pasien tampak rileks
RR: 18x/menit
- Tidak ada distensi kandung kemih
3. Mengajarkan pembatasan masukan - Warna urine putih kekuningan,
cairan pada malam hari jumlah + 200 cc
4. Mengajarkan teknik merangsang - Suhu: 36,5oCTD: 160/90 mmHgNadi:
refleks kandung kemih dengan 80x/menitRR: 18x/menit
penerapan dingin untuk perut A :Masalah teratasi
5. Memasang kateter kemih sesuai P :Lanjutkan terapi Ny. P dirumah no. 7
ukuran pasien
6. Menganjurkan pasien/keluarga
untuk memonitor dan mencatat
11
output urine
7. Mengajarkan senam kegel jika
memungkinkan
8. Berkolaborasi dengan dokter dalam
mengkaji efek medikasi dan
tentukan kemungkinan perubahan
obat, dosis/jadwal pemberian obat

Senin, 14 Gangguan Pola Tidur 1. Menciptakan lingkungan yang S:


Oktober berhubungan dengan nyaman bagi lansia : Suasana yang
- Pasien mengatakan dapat tidur dengan
2019 nokturia pada malam hari tenang, pencahayaan yang terang,
nyaman
Jam 08.00 ditandai dengan tidur pasien lantai tidak licin
tergaggu karna sering 2. Memfasilitas untuk - Pasien mengatakan tidur malam selama
kencing pada malam hari, mempertahankan aktivitas sebelum 6 jam
konjungtiva anemis, tidur dengan menonton TV dan
O:
palpebrae gelap, sering membaca buku atau koran
menguap 3. Membatasiminum yang berlebihan - Pasien tampak memahami manfaat
pada saat menjelang tidur tidur yang adekuat
4. Memberitahu pasien pentingnya
- Keluarga dapat memahami teknik tidur
manfaat tidur yang adekuat
pasien yaitu dengan menonton TV
5. Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang teknik tidur pasien A : Masalah Teratasi

12
P : Intervensi dihentikan, Pasien KRS

13
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial (Kane,
dkk, 1989). Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena sistem
anatomis dan oersonal higiene.
Asuhan keperawatan sistem perkemihan pada gerontik dengan inkontinensia urine
dapat di simpulkan bahwa lansia rentan terkena penyakit inkontinensia karena pada usia
lansia terjadi perubahan seperti penurunan fungsi nefron, penurunan aliran darah ginjal,
penurunan elastisitas otot dalam saluran kemih dan perubahan generatif pada korteks
serebral. Sehingga dari kasus di atas memunculkan diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi urine dengan intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan terhadap klien.

4.2 Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hilarius Mariyanto Moa, Susi Milwati, S. (2017). Pengaruh Bladder Training


TerhadapInkontinensia Urin Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Desa Sumberdem
Kecamatan Wonosari Malang. Nursing News, 2, 514–523.
Husada, S. (2019). Jurnal Ilmiah Kesehatan Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Pengaruh
Pemberian Kombinasi Kegel Exercise Dan Bridging Exercise. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 7(I), 1410–1413.
Ismail, D. D. S. L. (2013). No Title. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1 No. 1, 1–11.
Juananda, D., & Febriantara, D. (2017). Inkontinensia Urin pada Lanjut Usia di Panti Werdha
Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan Melayu, 1(1), 20.
https://doi.org/10.26891/jkm.v1i1.21.20-24
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas Penyakit Tidak Menular 2018. Hasil Utama
Riskesdas Penyakit Tidak Menular, 8.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (Nic) Edisi Keenam. Jakarta: Mocomedia.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mandal, K. B., Wilkins, G. E., Dunbar, E. M., & Mayon-White, R. T. (2010). Penyakit
Infeksi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008). Mengenal
Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Jakarta: Mocomedia.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

v
vi

Anda mungkin juga menyukai