Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan

struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Wahyudi

Nugroho, 2014).

Pada saat ini, di seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari

629 juta jiwa (satu dari 10 orang akan berusia lebih dari 60 tahun), dan pada

tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 millyar (Padila, 2013).

Data Demografi Penduduk Internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of

The Census USA (1993), dilaporkan bahwa indonesia pada 1990-2025 akan

mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 414%. Suatu angka paling tinggi

di seluruh dunia dibandingkan kenaikan jumlah lansia di negara-negara lain,

seperti Kenya adalah sebesar 347%, Brasil 255%, India 242%, Cina 220%,

Jepang 129%, Jerman 66%, Swedia 33%. Sedangkan pertambahan lansia di

Indonesia, menurut ahli dari World Health Organization (WHO) yang berbicara

dalam seminar lansia di Amsterdam, Nederland tanggal 4 desember 1999,

adalah sebesar 400% antara 2000-2025 (Sunaryo, 2016).

Data Komnas lansia (2011), di Indonesia terjadi percepatan peningkatan

penduduk lansia secara signifikan. Tercatat 7,18% (14,4 juta orang) tahun

2000 dan diperkirakan akan menjadi 11,34% (28,8 juta orang) pada 2020.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Pasal 4 Tahun 2003 tentang Hak dan

Kewajiban, menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama

dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, tidak terkecuali orang

berusia lanjut. Salah satu hasil pembangunan nasional dibidang kesehatan

adalah meningkatnya umur harapan hidup (Sunaryo, 2016).

Pertambahan usia pada lansia akan menimbulkan perubahan-perubahan

pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem pada

tubuh manusia. Perubahan-perubahan pada lansia meliputi sistem integumen,

sistem rangka, sistem otot, sistem saraf, sistem endokrin, sistem

kardiovaskuler, sistem imunitas, sistem penginderaan, sistem pernafasan,

sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem reproduksi wanita dan pria

(Padila, 2013).

Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai

denganterdapatnya peradangan pada organ tubu h yaitu hati. Hepatitis

merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati

yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik,

maupun kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus merupakan

penyebab ter sering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus

hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E,

dan G (Arief, 2012 dalam Budi W.S, 2013).

Hepatitis A merupakan infeksi hati akut. Karena sifat menularnya maka

penyakit ini disebut juga hepatitis infeksiosa. Penyakit ini merupakan masalah

kesehatan di Indonesia karena masih sering menyebabkan Kejadian Luar

Biasa (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan utamanya
melalui makanan dan sumber air, namun bisa juga ditularkan melalui

hubungan seksual ( Dhaneswara dalam Wicaksono, 2014).

Hepatitis A adalah penyakit menular yang sering sekali menimbulkan

wabah di dunia. Sebanyak 1,4 juta pasien menurut data WHO mengalami

serangan hepatitis A tiap tahunnya. Kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A

paling besar terjadi di Shanghai China tahun 1988 yaitu mencapai 300.000

pasien. Wabah hepatitis A merebak di Indonesia, dan selalu terulang setiap

tahunnya. Penularan hepatitis A adalah melalui fecal-oral, sangat terkait

dengan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan. Hepatitis A sebenarnya

bisa dicegah dengan vaksinasi hepatitis A.

Hepatitis A masih merupakan suatu masalah kesehatan di negara

berkembang seperti Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,

2014), prevalensi nasional hepatitis klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13

provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di atas nasional. Kasus penderita

hepatitis tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur

(NTT). Penyakit hepatitis kronik menduduki urutan kedua berdasarkan

penyebab kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit

menular.hanya sebesar 5% dari populasi, yang ditemukan pada usia 30

tahun. Angka kematian sangat rendah, bisa hanya sebesar 0,3%

( Dhaneswara dalam Wicaksono, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik panti sosial lansia

bhakti kasih siti anna di kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 jumlah lansia penderita

hepatitis
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui “ Bagaimana

asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan sistem pencernaan

Hepatitis A di Panti Sosial Lansia Bhakti Kasih Siti Anna Pangkalpinang tahun

2017?”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan gerontik pada Ny. A dengan gangguan sistem

pencernaan Hepatitis A di Panti Sosial Lansia Bhakti Kasih Siti Anna Kota

Pangkalpinang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dan menggambarkan secara

komprehensif pada Ny. A dengan gangguan sistem pencernaan

Hepatitis A di Panti Sosial Lansia Bhakti Kasih Siti Anna Kota

Pangkalpinang tahun 2017.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan dan menggambarkan

berdasarkan pengkajian pada Ny. A dengan gangguan sistem

pencernaan Hepatitis A di Panti Sosial Lansia Bhakti Kasih Siti Anna

Kota Pangkalpinang tahun 2017.

c. Mampu menentukan rencana keperawatan dan menggambarkan

berdasarkan diagnosa yang muncul pada Ny. A dengan gangguan

sistem pencernaan Hepatitis A di Panti Sosial Lansia Bhakti Kasih Siti

Anna Kota Pangkalpinang tahun 2017.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan dan menggambarkan

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.


e. Mampu mengevaluasi dan menggambarkan tindakan yang telah

dilakukan.

f. Mampu mendokumentasi keperawatan dan menggambarkan dari

mulai pengkajian sampai dengan evaluasi.

C. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan (Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang)

Sebagai bahan refrensi dan pedoman dalam pembelajaran asuhan

keperawatan gerontik pada lansia dengan gangguan sistem

penginderaaan (penglihatan) katarak.

2. Bagi Panti Sosial Lansia Bhakti kasih Siti Anna Pangkalpinang

a. Sebagai ilmu yang berguna bagi perawat yang dapat diterapkan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan

sistem penginderaan (penglihatan) katarak.

b. Pedoman bagi tenaga medis khususnya perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem

penginderaan : katarak.

c. Menerapkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia

dengan masalah utama katarak baik dirumah maupun di pelayanan

kesehatan.

3. Bagi penulis

Dapat meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan penginderaan (penglihatan)

katarak.

Anda mungkin juga menyukai