Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT DEWASA DALAM
UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DENGAN MANAJEMEN
NUTRISI : FOOD COMBINING DI KELURAHAN CURUG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar


Residensi Keperawatan Komunitas Lanjut 2

Superveisor Utama : Dr. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D


Superveisor : Dr. Astuti Yuni Nursasi, MN

Oleh:
I Gusti Ayu Putu Desy Rohana
NPM: 1506707133

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
DESEMBER 2016
A. Pendahuluan
Mycobacterium Tuberculosis adalah bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit
Tuberkulosis Paru (TB Paru) pada individu, yang merupakan penyakit kronik menular,
dan dinyatakan sebagai kedaruratan global bagi kemanusiaan oleh World Health
Organization (WHO). Kebijakan SDGs 2015-2030 menetapkan komitmen nasional dan
global dalam pengendalian TB paru sebagai upaya dalam penurunan angka kesakitan dan
kematian. Jumlah kasus TB Paru BTA Positif di Jawa Barat merupakan kasus terbesar
pertama di Indonesia tahun 2015 sebesar 31.231 (Riskesdas, 2016). Teknik
penularannya melalui udara yaitu dari droplet yang dihasilkan oleh penderita TB Paru
aktif dalam percikan dahak yang dikeluarkan (Kemkes RI, 2015). Kejadian penularan
TB Paru setiap tahun diukur dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI),
yang merupakan hitungan proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu
tahun. Hasil hitung ARTI di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%
(Depkes RI, 2007).

Berdasarkan hasil pengkajiaan dengan menggunakan instrumen pengkajian perilaku


pencegahan penularan TB Paru, stigma, dan pemberian dukungan pada kelompok
dewasa yang melakukan kontak langsung dengan klien TB Paru, diketahui bahwa
sebanyak 40 orang (41,7%) mempunyai pengetahuan yang kurang baik, sebanyak 40
orang (41,7%) mempunyai sikap yang kurang baik, sebanyak 45.orang (58,3%)
mempunyai perilaku kurang baik. Setengahnya kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien tuberculosis paru atau sebanyak 50 orang (61,7%)
mempunyai dukungan keluarga yang kurang baik pada klien TB Paru, sebanyak 42
orang (51,6%) mempunyai stigma negatif pada klien TB Paru. Hasil pengkajian terkait
pertanyaan nutrisi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh didapatkan data yaitu 60
orang (72,7%) menyatakan setuju bahwa dengan mengkonsumsi makanan
berkarbohidrat tinggi dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan sebanyak 40 orang
(41,7%) menyatakan setuju dengan memakan buah 1 potong saja sudah mencukupi
kebutuhan vitamin dalam tubuh.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada tokoh masyarakat dan kelompok dewasa yang
melakukan kontak langsung dengan klien tuberculosis paru tuberculosis paru di wilayah
kelurahan curug didapatkan bahwa belum optimal dalam pengendalian pencegahan
penularan TB Paru, kurangnya perilaku masyarakat dalam pencarian kesehatan. Kader
Rw 05 mengatakan bahwa klien TB paru masih belum mau terbuka dengan penyakit
yang sedang dialami, sehingga masyarakat yang tinggal disekitar wilayah tinggal klien
TB Paru tidak mengetahui keberadaan klien TB di dekat tempat tinggalnya. Kader RW
07 mengatakan klien TB Paru yang sedang menjalani pengobatan tidak pernah
menggunakan masker jika beraktifitas. Hasil wawancara pada 10 orang dewasa yang
mengisi angket tentang kandungan makanan apa yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh, didapatkan bahwa 8 dari 10 orang menjawab salah tentang kandungan makanan
tersebut.
Perawat komunitas berperan dalam memberikan bantuan kepada kelompok dewasa
dengan kerentanan tertular TB Paru karena melakukan kontak langsung dengan klien TB
Paru secara rutin. Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan komunitas dan
keluarga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan produktifitas kelompok dewasa
yang melakukan kontak langsung dengan klien tuberculosis paru tuberculosis paru dan
klien TB Paru itu sendiri jika bebas dari penularan TB Paru. Dalam melaksanakan
program kesehatan bagi kelompok dewasa, perawat perlu melibatkan keluarga dan
masyarakat sekitar. Program kesehatan komunitas yang efektif diawali dengan diagnosis
komunitas berdasarkan keakuratan data dalam mengidentifikasi status kesehatan dan
kekuatan pada komunitas/ masyarakat (Ervin, 2010).

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) (2010) menjelaskan tentang


pencegahan penularan yang dapat dilakukan oleh keluarga dan masyarakat adalah
pemenuhan nutrisi seimbang, istirahat dan tidur yang cukup, tidak merokok, menghindari
alkohol dan narkoba, menjaga kebersihan lingkungan, memperhatikan pencahayaan dan
ventilasi rumah, imunisasi BCG bagi balita, peningkatan daya tahan tubuh, dan segera
berobat jika memiliki tanda gejala TB. Sedangkan pencegahan penularan yang dilakukan
oleh klien TB adalah tidak meludah sembarangan, menjaga etika batuk, berperilaku
hidup bersih dan sehat, berobat hingga tuntas, dan memeriksakan balita yang tinggal
serumah dengan klien TB. Salah satu pencegahan penulaan yang akan dibahas adalah
tentang pemenuhan nutrisi seimbang. Nurwitasari dan Wahyuni (2015) menyatakan
bahwa adanya pengaruh status gizi terhadap kejadian penularan TB Paru di Kabupaten
Jember, dimana hasil dari penelitiannya mendapatkan 45% dari anak yang kurang gizi
tertular TB paru.

Pemenuhan nutrisi seimbang dipandang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh


untuk mencegah terjadinya penularan penyakit (Ayuningtiyas, 2013). Pentingnya
peningkatan pengetahuan keluarga dan masyarakat yang cenderung melakukan kontak
langsung dengan penderita TB paru, untuk meminimalkan kemungkinan resiko
penularan penyakit TB paru dengan teknik pemantauan dan pemberian informasi yang
tepat dan terpantau (Agung, Sawitri, & Wirawan, 2012). Status gizi juga dapat dikaitkan
dengan kebiasaan keluarga dalam menyajikan dan mengatur waktu makan (Nurwitasari
& Wahyuni, 2015).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka diperlukan suatu intervensi keperawatan
untuk mengatasi masalah penularan TB paru pada kelompok dewasa, salah satunya yaitu
kegiatan manajemen nutrisi dengan teknik Food Combinig. Food Combinig adalah pola
makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh manusia. Tujuan dari
pemberian terapi Food Combinig adalah untuk mempermudah pekerjaan sistem
pencernaan sehingga pemakaian energi tubuh lebih efisien dan tubuh menjadi sehat, dan
Menserasikan berat badan dan tinggi badan (Lad, 2016).
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosis Keperawatan
Domain 1 : Promosi kesehatan, Kelas 2 : Manajemen kesehatan
Diagnosis : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan kelompok usia dewasa yang
melakukan kontak langsung dengan klien tuberculosis paru di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok cenderung beresiko (00099)
2. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas diharapkan didapatkan adanya
perilaku pencapaian kesehatan dengan target outcome :
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kesehatan
b. Menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan kesehatan
c. Melakukan skrining diri
d. Mendapatkan bantuan dari profesional kesehatan
e. Melakukan perilaku kesehatan yang disarankan
f. Menjelaskan strategi untuk mengoptimalkan kesehatan

2. TujuanKhusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 45 menit, pengetahuan dan pemahaman
masyarakat untuk pencapaian kesehatan meningkat dari skala 2 (terbatas) menjadi
skala 3 (baik) dengan kriteria hasil sebagi berikut :
1) Mampu menjelaskan tentang manfaat nutrsi terhadap peningkatan daya tahan
tubuh
2) Mampu menjelaskan piramida nutrisi
3) Mampu menjelaskan jenis nutrisi yang terkandung dalam makanan
4) Mampu mejelaskan kebutuhan porsi makan dalam satu hari
5) Mampu menjelaskan waktu makan yang tepat dalam satu hari
6) Teridentifikasinya kesiapan dalam menjadwalkan Food Combinig selama 1
minggu

C. IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
Topik : Pemenuhan nutrisi dan pementauan berat badan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
Metode : Pemberian Video Edukatif, Diskusi, Pengukuran Berat Badan dan Tinggi
Badan, Pengukuran Indeks Masa Tubuh (Penentuan Berat Badan Ideal
sesuai Tinggi Badan), Demonstrasi food combining, dan permainan 'Piring
Makan Ku'
Media : Lembar Balik, Booklet, Video, karton, gambar-gambar makanan, dan Buku
kerja perilaku pencegahan penularan TB paru
Hari/Tanggal : Senin, 20 November 2017
Waktu : 10.00 - 12.00 WI B
Tempat : Masjit Al Harun, RW 05
D. KRITERIA EVALUASI
Kriteria Evaluasi :
a. Struktur
 Laporan pendahuluan telah siap dan dikonsulkan kepada supervisor minimal 2 hari
sebelum supervisi
 Mahasiswa telah memahami dan menguasai materi TB Paru dan materi nutrisi yang
tepat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
 Masyarakat siap dan menyepakati waktu kunjungan
 Media dan alat telah dibuat dan siap digunakan minimal 2 hari sebelum supervise
b. Proses
 Masyarakat yang hadir sebanyak 70% dari total undangan
 Masyarakat menerima kunjungan mahasiswa
 50% masyarakat yang hadir dapat aktif selama proses implementasi kunjungan dan
interaksi dengan mahasiswa
 Masyarakat menyepakati kontrak kunjungan berikutnya
 Alat dan media dapat digunakan
c. Hasil
 Kelompok dewasa mampu menjelaskan tentang manajemen nutrisi yang tepat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, dengan indikator pencapaian :
1) Kelompok dewasa mampu menjelaskan tentang 4 dari 7 manfaat nutrsi terhadap
peningkatan daya tahan tubuh
2) Kelompok dewasa mampu menjelaskan jenis makanan yang masuk dalam
ketegori zat pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh
3) Kelompok dewasa mampu mejelaskan kebutuhan porsi makan dalam satu hari
4) Kelompok dewasa mampu menjelaskan pembagian waktu makan yang baik.
5) Teridentifikasinya kesiapan kelompok dewasa dalam menjadwalkan Food
Combinig selama 1 minggu, dengan tahapan sebagai berikut :
a. Mengatur pola makan dan waktu makan setiap hari.
b. Mencatat aktiivitas makan setiap hari pada buku harian.
 Kelompok dewasa menyampaikan akan melakukan kegiatan pemenuhan nutrisi
untuk meningkatkan status daya tahan tubuh sesuai dengan yang diajarkan setiap
hari.
 Disepakati waktu dan tujuan kunjungna selanjutnya.
Depok, 14 November 2017
Mengetahui
Pembimbing, Mahasiswa,

(Dr. Astuti Yuni Nursasi, MN) (I Gusti Ayu Putu Desy Rohana)
FOOD COMBINING
1. Pengertian
Food combining adalah pola makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah
tubuh manusia.

2. Tujuan/ Indikasi
a. Mempermudah pekerjaan sistem pencernaan sehingga pemakaian energi tubuh lebih
efisien dan tubuh menjadi sehat.
b. Menserasikan berat badan dan tinggi badan

3. Prosedur
a. Persiapan
Prinsip food combining sebenarnya tidak berbeda dengan pola makan gizi seimbang,
hanya saja menyesuaikan dengan siklus pencernaan tubuh manusia. Siklus tersebut
terbagi dalam tiga periode yaitu:
1) Siklus pencernaan
Siklus ini berlangsung pada pukul 12.00 – 20.00 Waktu ini merupakan saat yang
tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena pada periode ini tubuh
mencerna makanan secara aktif.
2) Siklus penyerapan
Siklus penyerapan dimulai pada pukul 20.00 – 04.00 WIB.Sebagian besar zat
makanan yang telah dicerna dibagikan ke seluruh tubuh.Pada saat ini sebaiknya
jangan banyak melakukan aktivitas dan tidak makan lagi, karena sel-sel tubuh
yang rusak digantikan pada periode ini.
3) Siklus pembuangan
Siklus ini adalah siklus terakhir yang terjadi pada pukul 04.00 -12.00
WIB.Energi sangat banyak dikeluarkan pada periode ini.Sebaiknya menghindari
makan makanan padat pada periode ini dan cukup dengan meminum segelas
juice.

Ketiga periode tersebut bukan hanya memperhatikan kapan waktu makan, tetapi juga
keseimbangan asam dan basa (nilai pH makanan) yang dimakan.Berdasarkan periode
makan yang ada dan prinsip keseimbangan asam basa, maka dalam melakukan food
combining harus dipersiapkan pengelompokkan makanan yaitu:
1) Makanan pembentuk asam
Makananini berbentuk protein hewani seperti daging, lemak, minyak, produk
susu, biji-bijian, kacang tanah dan makanan mengandung ragi serta alkohol.
2) Makanan pembentuk basa
Buah-buahan, sayuran, kentang yang direbus dengan kulitnya, susu mentah,
kedelai, taoge, kacang-kacangan (kecuali kacang tanah).
3) Zat pati
Beras, jagung, sagu dan gandum, singkong, ketela dan sebagainya.
4) Protein
5) Sayuran
6) Kelompok netral
7) Buah-buahan

4. Pelaksanaan
Penyusunan menu dengan metode food combining adalah menyusun menu dengan serasi
yaitu:
a. Sebaiknya makanan pembentuk asam basa dimakan sekaligus sehingga akan tercapai
makanan yang sifatnya netral
b. Semua kelompok makanan yang ada pada tahapan persiapan dapat dimakan secara
bersamaan, kecuali kelompok pati dan protein tidak boleh dimakan secara bersamaan
c. Kombinasi protein dengan lemak
Unsur lemak berguna melambatkan laju pencernaan sehingga protein cukup waktu
untuk berinteraksi dengan asam lambung. Protein juga mengandung lemak sehingga
jika dikombinasi dengan lemak, maka makanan akan lebih lama berada dalam
lambung. Sebaiknya jika makan ayam, daging atau ikan secara dipanggang, direbus
atau dibakar, demikian juga dengan kacang-kacangan.
d. Pati dan lemak
Kombinasi pati dan lemak baik jika tidak ditambahkan lemak lagi.Karena pati juga
mengandung lemak walaupun sedikit sekali.
e. Lemak dan asam
Keduanya bisa disantap beriringan jika lemaknya rendah.Asam dapat melarutkan
lemak dan enzim pengurai lemak membutuhkan pH asam. Menambahkan asam pada
makanan berkadar lemak tinggi menyebabkan pH sangat asam dan menghambat
proses pencernaan.
f. Gula dan asam
Kedua makanan ini dapat dikombinasikan, contohnya yoghurt murni dan madu alam
murni, yoghurt murni dan buah manis. buah asam dan buah manis atau
g. Pati dan pati
Sekalipun makan nasi dan mie menurut metode ini cukup serasi asalkan tidak
h. Protein nabati dan protein nabati
Kombinasi yang serasi adalah antara dua jenis protein nabati, misalnya nasi merah
dengan tempe, sup dengan aneka biji-bijian.

Contoh menu sehari food combining


Bangun tidur: air hangat dan perasan jeruk nipis satu gelas
 Sarapan 1 : semangkuk pepaya dan apel
 Sarapan 2 : Semangkuk apel dan belimbing
 Sarapan 3 : semangkuk pepaya (jika masih merasa lapar)
 Makan siang : Nasi, Sepotong ayam goreng, sambal, lalapan (timun, kol,
tomat), semangkuk sayur asam
 Cemilan siang :segenggam kacang
 Makan malam : nasi merah, tahu, perkedel kentang, sambal, sepiring lalapan
(kemangi, timun, kacang panjang)

5. Evaluasi
Berdasarkan kombinasi menu yang telah dijelaskan di atas, maka dalam sehari kita bisa
makan:
a. Satu menu protein dan sayuran dan satu menu buah-buahan
b. dua menu zat pati ditambah sayuran dan satu menu buah-buahan
c. dua menu buah-buahan dan satu menu zat pati plus sayuran
d. Satu menu protein dan sayuran plus dua menu buah-buahan
e. Dua menu zat pati dan sayuran ditambah satu menu protein dan sayuran
f. Makan roti dengan telur dadar, nasi dengan ayam goreng, mie dengan bakso daging,
ikan bumbu acar, daging dengan kuah saus tomat. cabe isi buah manis, bubur
sumsum dengan kinca merah, roti dengan gula pasir, roti dan selai buah, daging dan
buah, puding setelah makan makanan tinggi protein, dadar telur dengan keju atau
daging dan daging ayam merupakan kombinasi yang tidak serasi.
g. Evaluasi respon verbal dan non verbal untuk tindakan food combining adalah:
1) Respon verbal
 Klien mengatakan bahwa sudah mencoba melakukan metode food combining
 Klien mengatakan sudah ada perubahan (penurunan) berat badannya selama
melakukan metode food combining
 Klien mengatakan sudah makan sesuai dengan kombinasi menu yang serasi
 Klien mengatakan berhenti makan makanan berat setiap hari sampai pukul
19.00 WIB
 Klien mengatakan kalau pagi hanya makan buah-buahan
2) Respon non verbal
 Berat badan klien turun
 Menu makan klien kombinasi yang serasi
 Lapisan lemak sub kutan berkurang
MANAJEMEN NUTRISI
Apa itu gizi seimbang?
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Gizi Seimbang
mengandung komponen-komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara
kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai zat gizi (energi, protein,
vitamin dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), untuk
menjaga kesehatan dan untuk melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari
(bagi semua kelompok umur dan fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk
mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak mengandung zat gizi
yang dibutuhkan (Kemenkes RI, 2014).

Apa saja 4 pilar gizi seimbang?


Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi
yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.
Empat pilar tersebut yaitu:
1. Mengkonsumsi makanan beragam
Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman
jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah
yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan
dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap
kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat
ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan
dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang
mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa
PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang
cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya
air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat


Status gizi seseorang berhubungan dengan penyakit infeksi. Seseorang dengan
gizi kurang akan mudah terserang infeksi dan sebaliknya seseorang yang tidak
menjaga perilaku hidup bersih dan sehat akan mudah terserang infeksi. Dengan
membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari
keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI,
sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan
kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman
penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan
yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang
lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup
mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4)
selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

3. Melakukan aktivitas fisik


Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pemasukan zat gizi utamanyasumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem
metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya,
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang
masuk ke dalam tubuh.
4. Mempertahankan dan memantau berat badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang
normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut
dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB
normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi
Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan
apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya.

Gizi seimbang dirangkum dalam sebuah tumpeng gizi seimbang yang disajikan
dalam gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1 Tumpeng Gizi Seimbang


Sumber: Kemenkes RI (2014)

Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh pola kegiatan
kelompok usia dewasa saat ini yaitu persaingan tenaga kerja yang ketat, ibu bekerja
diluar rumah, tersedianya berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan ketidak-
tahuan tentang gizi menyebabkan keluarga dihadapkan pada pola kegiatan yang
cenderung pasif atau “sedentary life”, waktu di rumah yang pendek terutama untuk
ibu, dan konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh karena itu,
perhatian terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang, termasuk
kegiatan fisik yang memadai dan memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk
mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.

Apa sajakah pesan umum gizi seimbang?


1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
3. Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
4. Biasakan mengkonsumsi anekaragam makanan pokok
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
6. Biasakan sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

Apa manfaat pengaturan gizi seimbang bagi daya tahan tubuh?


Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Berikut
adalah manfaat dari gizi simbang :
∞ Menjaga tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular (PTM)
∞ Meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat
∞ Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal
∞ Gizi yang optimal sangat penting untuk perkembangan fisik
∞ Gizi yang optimal sangat penting untuk kecerdasan
∞ Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat
∞ Produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian
dini

Apa sajakan 3 sumber makanan yang dibutuhkan tubuh?


1. Makanan Pokok
Makanan pokok adalah zat gizi sumber tenaga atau energi yang kita butuhkan
untuk beraktivitas sehari-hari. Contoh: nasi, mie, kentang, roti tawar, ubi,
singkong, dan jagung.
2. Sayur dan Buah
Sayur dan buah berfungsi sebagai zat pengatur fungsi dan kerja organ supaya
tetap berjalan dengan baik
3. Lauk pauk
Lauk pauk merupakan zat pembangun untuk tubuh kita sehingga penting untuk
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
Contoh menu makanan

Pagi Pukul 10.00 Siang Pukul Malam Pukul


15.00 21.00
∞ Nasi ∞ Bubur ∞ Nasi (1 piring) Susu ∞ Nasi Telur
(1 piring) kacang hijau ∞ Ikan (1 gelas) (1 piring) setengah
∞ Telur dadar (1 mangkuk) (1 potong) ∞ Daging empal matang
∞ Daging ∞ Susu ∞ Ayam goreng (1 potong)
semur (1 gelas) (1 potong) ∞ Telur balado
(1 potong) ∞ Tempe ∞ Sup sayuran
∞ Tomat dan (1 potong) ∞ Pisang
timun iris ∞ Sayur asam
∞ Susu ∞ Pepaya
(1 gelas) (1 potong)

Contoh menu makanan harian untuk klien TB Paru


Pukul 07.00 Pukul 10.00 Pukul 12.00
Nasi 1 piring Bubur kacang hijau Nasi 1 piring
Tempe 2 potong 1 mangkuk Ikan 1 potong
Daging 1 potong Tempe 2 potong
Tumis kacang Sayur asam
Pepaya 2 potong

Pukul 15.00 Pukul 18.00 Pukul 21.00


Pisang ambon 1 Nasi 1 piring Pepaya 2 potong
1 Telur balado
Sup sayuran
Pisang ambon 1
Teknik pengukuran status gizi bisa dilakukan dengan melihat tabel berikut
ini :

Keterangan:
Hijau : Normal
Kuning : Gemuk
Pink : Obesitas
Abu-abu : Kurus
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Menu satu minggu. diunduh dari www.foodcombiningindonesia.com tanggal 26


Maret 2016 pukul 20.00

Lad, Vasant. (2016). Food Combining. Ayurvedic cooking for self healing. diunduh dari
www.ayurveda.com

Lebang, Erikar. (2014). Food combining itu gampang. Mizan Publishing: Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Buku Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta :
Kemkes RI.

Geisseler, Catherine and Hillary Powers (Ed). 2005. Human Nutritions, Eleventh edition.
Elsevier Churchill Livingstone.

Garrows, JS, WPT James, and A Ralph (Ed). 2000. Human Nutritions and Diabetics. Tenth
edition. Churchill Livingstone
ZAT PENGATUR
ZAT PEMBANGUN
ZAT TENAGA
Rencana asuhan keperawatan komunitas pada kelompok usia dewasa yang rentan tertular tuberculosis paru di Kelurahan Curug Kecamatan
Ciamanggis Kota Depok disusun berdasarkan NANDA, NOC, NIC (Herdman, 2015; Moorhead et all, 2013; Bulechek et all, 2013) sebegai
berikut :
Tabel 3.2 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Usia Dewasa yang Rentan Tertular Tuberculosis Paru
DATA DIAGNOSA Kode NOC Kode NIC
Wawancara : Domain 1 : Domain VII : Kesehatan Domain 7 : Komunitas
1. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Promosi kesehatan komunitas Kelas D : Manajemen risiko
Curug mengatakan belum optimal dalam Kelas 2 : 2701 Kelas CC : Status Kesehatan komunitas
pengendalian pencegahan penularan TB Manajemen Komunitas 8820 Intervensi : Manajemen
Paru kesehatan Luaran : penyakit menular
2. Kader kesehatan TB Paru Kelurahan Diagnosis : 2701 Keadaan umum kesejahteraan Bekerja bersama dengan
Curug mengatakan mengatakan Ketidakefektifan masyarakat atau populasi masyarakat untuk menurunkan
kurangnya perilaku masyarakat dalam pemeliharaan meningkat dari skala 1 (buruk) dan mengatur kejadian penyakit
pencarian kesehatan. kesehatan menjadi skala 3 (baik) dengan menular dalam satu populasi
3. 8 dari 10 orang dewasa yang mengisi kelompok usia kriteria hasil : spesifik
angket, mengatakan tidak tau kandungan dewasa yang 270114 1. Status kesehatan orang Aktivitas-aktivitas :
makanan yang dapat meningkatkan daya melakukan kontak dewasa 1. Monitor populasi yang
tahan tubuh langsung dengan 270107 2. Tingkat partisipasi dalam beresiko
Observasi : klien tuberculosis program kesehatan 2. Monitor keberlanjutan yang
1. Terdapat 10 rumah penderita TB Paru di paru di Kelurahan komunitas adekut tentang imunisasi
Kelurahan Curug pada saat kunjungan Curug Kecamatan 3. Monitor sanitasi
rumah yang tidak mendapatkan Cimanggis Kota 1603 Tindakan komunitas untuk 4. Minitor faktor-faktor
pencahayaan sinar matahari atau lembab, Depok cenderung meningkatkan perilaku lingkungan yang
jendela tidak terbuka, dan dihuni oleh beresiko (00188) pencarian kesehatan meningkat mempengaruhi penyebaran
banyak orang. dari skala 1 (buruk) menjadi penyakit menular
2. Masih ditemukan beberapa penderita TB skala 3 (baik) dengan kriteria 5. Informasikan masyarakat
Paru yang tidak menggunakan masker hasil : menegnai penyakit dan
pada saat di rumah dan jika bepergian 160301 1. Mengajukan pertanyaan- aktivitas-aktivitas yang
3. Masih ditemukan beberapa penderita TB pertanyaan yang berhubungan dengan
Paru yang menutup mulut dengan telapak berhubungan dengan pengaturan wabah dan
tangan ketika batuk sehingga tidak kesehatan peningkatan sistem daya
memenuhi etika batuk 160302 2. Menyelesaikan tugas yang tahan tubuh
4. Masih ditemukan beberapa penderita TB berhubungan dnegan 6. Tingkatkan akses pada
Paru yang membuang ludah di sembarang kesehatan pendidikan kesehatan yang
tempat 160303 3. Melakukan skrining diri memadai sehubungan
5. Masih ditemukan bebrapa anggota 160313 4. Mendapatkan bantuan dari dengan pencegahan dan
keluarga klien TB dan tetangga yang profesional kesehatan pengobatan terhadap
memiliki tanda gejala TB Paru terutama 160306 5. Menjelaskan strategi untuk penyakit menular yaitu :
batuk lebih dari 2 minggu. menghilangkan perilaku a. Manajemen nutrisi
Angket yang tidak sehat b. Pemenuhan
1. Setengahnya kelompok dewasa yang 160314 6. Melakukan perilaku Istirahat/tidur yang
melakukan kontak langsung dengan klien kesehatan dengan inisiatif optimal
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang sendiri c. Aktivitas fisik dan
(41,7%) mempunyai pengetahuan yang 160308 7. Melakukan perilaku yang pengelolaan stres
kurang baik. disarankan 7. Perbaiki sistem surveilans
2. Setengahnya kelompok dewasa yang 160310 8. Menjelaskan strategi untuk untuk penyakit menular
melakukan kontak langsung dengan klien mengoptimalkan kesehatan 8. Promosikan legislasi yang
tuberculosis paru atau sebanyak 40 orang memastikan pemantauan
(41,7%) mempunyai sikap yang kurang dan pengobatan yang tepat
baik. untuk penyakit menular
3. Setengahnya kelompok dewasa
tuberculosis paru atau sebanyak 45.orang
(58,3%) mempunyai perilaku kurang baik.
4. Sebagian kecil penderita TB Paru atau
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak setuju
bahwa penyakit TB Paru dapat ditularkan
ke orang lain
5. Sebagian kecil penderita TB Paru atau
sebanyak 3 orang (25%) dan sebagian
darii kelompok dewasa yang melakukan
kontak langsung dengan klien tuberculosis
paru atau sebanyak 40 orang (50%) jarang
menutup mulut dengan tisu atau sarung
tangan ketika batuk
6. Sebagian kecil penderita TB Paru atau
sebanyak 3 orang (25%) tidak pernah dan
4 orang (33,3%) jarang membuang dahak
di wadah khusus seperti pot tertutup
dengan larutan pembunuh kuman atau
bakteri
7. Sebagian kecil penderita TB Paru atau
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak pernah
tidur terpisah dengan anggota keluarga
lainnya
8. Sebagian kecil penderita TB Paru atau
sebanyak 2 orang (16,3%) meludah di
sembarang tempat
9. Sebagian besar penderita TB Paru atau
sebanyak 8 orang (66,6%) memakai
masker jika keluar rumah saja dimana
seharusnya memakai masker di dalam
rumah juga
10. Sebanyak 60 orang (72,7%) menyatakan
setuju bahwa dengan mengkonsumsi
makanan berkarbohidrat tinggi dapat
meningkatkan daya tahan tubuh,
11. Sebanyak 40 orang (41,7%) menyatakan
setuju dengan memakan buah 1 potong
saja sudah mencukupi kebutuhan vitamin
dalam tubuh

Anda mungkin juga menyukai