BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
suatu forum komunikasi dan pelayanan kesehatan masyarakat, oleh dan untuk
mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,
pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola
Oleh karena itu, kegiatan posyandu harus diperbaiki dan ditingkatkan serta perlu
salah satu cara yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu, peran dan keaktifan kader posyandu untuk meningkatkan derajat
telah didapat oleh para kader posyandu sebelumnya, agar mereka tidak lupa.
Selain itu tujuan penyegaran kader ini agar para kader pasyandu mampu
memantau status imunisasi bayi dan balita di wilayah kerjanya karena merekalah
yang menjadi ujung tombak puskesmas dalam memantau status imunisasi balita
kegiatan Posyandu yang dilaksanakan sebulan sekali pada hari rabu. Hasil
masyarakat terutama pada ibu yang datang ke Posyandu, oleh karena kader juga
wilayah kerja Puskesmas Umban Sari Kelurahan Sri Meranti Tahun 2016.
B. Perumusan Masalah
Oleh karena itu, kegiatan posyandu harus diperbaiki dan ditingkatkan serta perlu
salah satu cara yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
C. Tujuan
imunisasi
4. Sebagai salah satu bentuk Tridharma Perguruan Tinggi bagi dosen dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Imunisasi
1. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi
Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap
penyakit lain (Kemenkes RI, 2014). Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah
hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun
5
6
2. Tujuan Imunisasi
infeksi penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah
mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh
yang telah ditetapkan, peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman
dan steril, apakah diantara 6 penyakit yang dapat discegah dengan imunisasi
melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 75-100%
dari target, berarti program sangat berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1
tahun terlihat antara 50-75% dari target, berarti prgram cukup berhasil dan
bila garis pencapaian dalam 1 tahun dibawah 50% dari target berarti program
belum berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat dibawah 25%
dari target berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat
kecamatan dan kabupaten. Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu
(Notoatmodjo, 2010).
3. Manfaat Imunisasi:
sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang
“herd immunity”.
Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan
lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali,
DPT 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali) pada waktu anak berusia kurang
dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat
tetanus neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril
dan pemotongan tali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap
difteri dan pertusis dimulai sejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu
reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya. Efek samping
imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau
vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI
dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti
Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel
a. Vaksinasi BCG
yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan
10
b. Vaksinasi DPT
dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid
setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi
lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu
c. Vaksinasi Polio
dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur
d. Vaksinasi Campak
dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus
11
Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak
Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti
kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat
Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Umur (bulan)
Jenis Imunisasi Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10
Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan
BCG BCG
Hepatitis B Hepatitis B1
Hepatitis B2 Hepatitis B3
DPT DPT1
DPT2
DPT3
Polio Polio 1 Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak Campak
a. BCG
b. Campak
pelayanan kesehatan.
c. Polio
d. DPT
dengan air biasa didaerah dahi, dua lipat paha, dua ketiak, anak
imunisasi
e. Hepatitis B
6. Imunisasi Combo
a. Pengertian
dan DPT. Ini memang dianjurkan karena lebih efisien, hanya 1 kali
1 kali suntik pada saat yang bersamaan. Misal pada umur 6 bulan, dan
paha kiri, Hepatitis B3 1 kali suntik di paha kanan serta Polio 3 secara
alasan seperti:
Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan
Vaksin DPT/HB Kombo
B. Kerangka Teori
Faktor Predisposition:
Pendidikan, pengetahuan,
umur, dan pekerjaan
Faktor
C. Enabling:
Dukungan petugas
akomodasi, transportasi, Pemberdayaan Kader
D.lingkungan
dan
Faktor Need:
Sikap, motivasi.,
tindakan
E. Kerangka Pikir
Penjajakan/Survey
Kader Posyandu di
F.wilayah Kerja
Puskesmas Umban
G.Sari
Peran Kader di
Posyandu Kelurahan
H.Srimeranti
Melakukan
Pembinaan dengan Pelatihan dan
Stakeholder Pendampingan
(Puskesmas)
Keaktifan Kader
Evaluasi
Sumber: A.Aziz Alimul Hidayat (2007)
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Observasi
Evaluasi:
a. Persiapan
b. Proses
c. Hasil
16
17
a. Pra Interaksi
Kegiatan pembinaan kader posyandu ini diatur dalam jadual yang telah
diberi penjelasan dulu tentang materi yang akan dijelaskan tentang Konsep
b. Interaksi
yang berisi tentang informasi imunisasi. Selain itu, kader juga dilatih dalam
mengulang kembali apa yang sudah dilatih saat pertemuan dengan fasilitator.
C. Khalayak Sasaran
D. Metode Pengabdian
pada balita di lakukan oleh tim dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes
kesehatan.
a. Sarana
Alat yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyrakat ini adalah modul
penyuluh imunisasi
c. Belm adanya program tertulis dari pihak puskesmas terhadap peran kader
I. Evaluasi
Evaluasi pendampingan dilakuan oleh Dosen dan Pembina Kader setiap kali
BAB IV
A. Hasil Kegiatan
Pada bab ini akan diuraikan hasil kegiatan pengabdian masyarakat dalam
Umban Sari. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh hasil bahwa umumnya kader setuju dalam
orang (90%), dan umumnya kader mampu sebagai penyuluh kesehatan bagi
22
23
B. Pembahasan
Umumnya kader setuju dan antusias ikut terlibat dalam kegiatan pembinaan
Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku para kader untuk meningkatkan
merupakan sumber kekuatan untuk menuju kearah tujuan tertentu secara didasari
sehat.
satu kader yang masih belum optimal dalam menjalankan tugasn dan perannya
pengalaman menjadi kader bagi masyarakat. Masa kerja kader tesebut masih
seseorang yang lebih lama bekerja akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal
promosi, hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut senioritas (Siagian,
2000).
seseorang pada suatu pekerjaan yang ditekuni. Pengalaman merupakan guru yang
terbaik (experience is the best teacher), pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
atau jabatan yang pernah diduduki seseorang dan lamanya mereka bekerja pada
dimiliki oleh pegawai dalam organisasi yang berbeda-beda, hal ini disebabkan
pekerjaan.
akan semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman
akan semakin banyak. Seorang bidan yang bekerja sudah lama, semakin banyak
pengalaman kerja dan semakin banyak kasus yang ditangani, sehingga akan
seperti bidang imunisasai balita. Hal ini juga didukung arahan Kementerian
Kesehatan RI (2012) tentang tugas dan fungsi kader di dalam kegiatan Posyandu
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan
apabila diperlukan untuk balita, ibu hamil dan ibu menyusui dengan langkah
yaitu dimana balita yang apabila berat badan dibawah garis merah (BGM) pada
KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit atau lesu,
kurus, busung lapar, ibu hamil dan ibu menyusui apabila keadaanya kurus,
pucat, adanya bengkak pada kaki , pusing, perdarahan, sesak nafas, gondokan
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Kader
2. Puskesmas
3. Institusi
masyarakat
28
28
DAFTAR PUSTAKA
Musa, (2009). Ilmu Kesehatan Ibu dan Anak, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.