Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Posyandu merupakan pos pelayanan kesehatan yang dikelola dan

diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas

puskesmas dalam rangka tercapainya “Norma Keluarga Kecil Bahagia”

(NKKBS) (Kemenkes RI, 2014). Menurut Effendy (2010). Posyandu adalah

suatu forum komunikasi dan pelayanan kesehatan masyarakat, oleh dan untuk

masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

masyarakat sejak dini.

Tujuan penyelenggaraan Posyandu Menurut Kemenkes RI (2014) adalah

mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan angka kematian bayi,

mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera,

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat,

pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografi, dan meningkatkan dan

pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola

usaha-usaha kesehatan mayarakat.

Peran petugas kesehatan dapat berupa memberikan penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat memeriksakan kesehatan balita


1
2

setiap bulannya dan mengunjungi ibu yang tidak memeriksakan kesehatan

balitanya ke Posyandu untuk memberikan pembinaan.

Kurang maksimalnya peranan posyandu saat ini menyebabkan rendahnya

kualitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pada masyarakat.

Oleh karena itu, kegiatan posyandu harus diperbaiki dan ditingkatkan serta perlu

adanya penyegaran- penyegaran sehingga kehadiran posyandu dan eksisensinya

di masyarakat akan benar- benar tampak. Melalui program imunisasi merupakan

salah satu cara yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Oleh karena itu, peran dan keaktifan kader posyandu untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Suparman, 2008).

Tujuan dari penyegaran kader adalah untuk memberikan wawasan dan

mengulas pengetahuan yang telah didapat para kader sebelumnya. Kegiatan

penyegaran kader ini hanya mengingatkan kembali semua pengetahuan yang

telah didapat oleh para kader posyandu sebelumnya, agar mereka tidak lupa.

Selain itu tujuan penyegaran kader ini agar para kader pasyandu mampu

memantau status imunisasi bayi dan balita di wilayah kerjanya karena merekalah

yang menjadi ujung tombak puskesmas dalam memantau status imunisasi balita

serta mengoptimalkan posyandu ( Bambang, 2008).

Jumlah kader Posyandu di RW 06 Kelurahan Sri Meranti Wilayah Kerja

Puskesmas Umban Sari sebanyak 8 orang. Seluruh kader aktif mengikuti

kegiatan Posyandu yang dilaksanakan sebulan sekali pada hari rabu. Hasil

wawancara pihak Puskesmas ditemukan masalah peran serta kader dalam

memberikan penjelasan tentang imunisasi masih belum optimal. Hal ini


3

dibuktikan dengan masih banyaknya ibu yang berkunjung ke Posyandu bertanya

langsung dengan pihak Puskesmas.

Begitu pula hasil wawancara dari beberapa kader, ditemukan 6 dari 8

kader mengaku masih belum mampu menjelaskan tentang imunisasi bagi

masyarakat terutama pada ibu yang datang ke Posyandu, oleh karena kader juga

masih membutuhkan informasi berupa penyegaran kader dalam hal imunisasi.

Berdasarkan uraian di atas maka peran kader perlu dilakukan pembinaan

bersama pihak Puskesmas dalam meningkatkan kualitas peran dan fungsinya

sebagai penyuluh kesehatan bagi masyarakat di lingkungan RW 06 dan RW 12

wilayah kerja Puskesmas Umban Sari Kelurahan Sri Meranti Tahun 2016.

B. Perumusan Masalah

Kurang maksimalnya peranan posyandu saat ini menyebabkan rendahnya

kualitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pada masyarakat.

Oleh karena itu, kegiatan posyandu harus diperbaiki dan ditingkatkan serta perlu

adanya penyegaran- penyegaran sehingga kehadiran posyandu dan eksisensinya

di masyarakat akan benar- benar tampak. Melalui program imunisasi merupakan

salah satu cara yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

C. Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman kader dalam pemberian imunisasi

2. Meningkatkan kemampuan kader sebagai penyuluh kesehatan masyarakat

dalalm pemberian imunisasi


4

D. Manfaat Kegiatan (Learning Outcome)

Setelah melaksanakan kegiatan ini diharapkan dosen mampu membina kader

posyandu sebagai pemberi penyuluh kesehatan tentang imunisasi bagi

masyarakat. Adapun learning outcome kegiatan ini adalah:

1. Meningkatkannya kepercayaan diri para kader posyandu dalam melayani

masyarakat khususnya dalam pelayanan imunisasi.

2. Tercapainya program kebijakan kesehatan nasional dalam pencapaian target

imunisasi

3. Dokumentasi cakupan imunisasi

4. Sebagai salah satu bentuk Tridharma Perguruan Tinggi bagi dosen dalam

menjalankan salah saru visi organisasi institusi Poltekkes Kemenkes Riau


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Imunisasi

1. Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi

adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu

keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan

pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu.

Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap

penyakit lain (Kemenkes RI, 2014). Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah

suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing

hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun

tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk

membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari

serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). (Musa,

1985). Kemenkes RI (2014), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha

yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga

dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.

5
6

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya

infeksi penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah

dengan pemberian imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak.

Menurut Kemenkes RI (2014), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk

mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh

wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong

pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka

kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah. Untuk

tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang dilakukan oleh

semua petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas imunisasi

vaksinasi. Tujuan pemantauan menurut Azwar (2013) adalah untuk

mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui permasahan yang

ada. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki program.

Hal-hal yang perlu dilakukan pemantauan (dimonitor) sebagaimana

disebutkan oleh Sarwono (2008) adalah pemantauan ringan adalah

memantau hal-hal sebagai berikut apakah pelaksanaan pemantauan sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan, apakah vaksin cukup tersedia,

pengecekan lemari es normal, hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran

yang telah ditetapkan, peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman

dan steril, apakah diantara 6 penyakit yang dapat discegah dengan imunisasi

dijumpai dalam seminggu.


7

Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui cakupan

dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan

masing-masing desa. Untuk mengetahui keberhasilan program dapat dengan

melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 75-100%

dari target, berarti program sangat berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1

tahun terlihat antara 50-75% dari target, berarti prgram cukup berhasil dan

bila garis pencapaian dalam 1 tahun dibawah 50% dari target berarti program

belum berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat dibawah 25%

dari target berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat

kabupaten dan provinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap

kecamatan dan kabupaten. Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu

mempertimbangkan pula memonotoring evaluasi pemakaian vaksin

(Notoatmodjo, 2010).

3. Manfaat Imunisasi:

a. Bagi anak bermanfaat untuk mencegah penderitaan yang disebabkan

oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan

bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua

yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.


8

d. Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk

membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari

serangan penyakit. (Musa, 2009). Walaupun cakupan imunisasi tidak

sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang

tidak mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu

“herd immunity”.

Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim (2010), menyatakan bahwa bila

imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi

dapat menguragi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%.

Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan

jumlah frekuensi imunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar

lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali,

DPT 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali) pada waktu anak berusia kurang

dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat

memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak

diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi.

Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya

tetanus neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril

dan pemotongan tali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap

difteri dan pertusis dimulai sejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu

sebanyak 3 kali akan memberikan perlindungan mendekati 100% sampai

anak berusia 1 tahun. Imunisasi campak diberikan 1 kali akan memberikan


9

perlindungan seumur hidup. Imunisasi poliomyelitis dapat memberikan

perlindungan seumur hidup apabila telah diberikan 4 kali (Ibrahim, 2010).

Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek

samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama

reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya. Efek samping

imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau

Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit

yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan

imunisasi. Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat

macam, yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi

vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI

dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti

nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan.

Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel

dan menangis yang berkepanjangan (Kemenkes RI, 2014).

4. Jadwal Pemberian Imunisasi

a. Vaksinasi BCG

Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara

suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan

berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada

tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis

yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan
10

suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses

ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus

disimpan pada suhu 20 C (Kemenkes RI, 2014).

b. Vaksinasi DPT

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah

dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid

tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis

yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara

subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan

sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul

setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi

lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu

yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang

berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT

diganti dengan DT (Kemenkes RI, 2014)

c. Vaksinasi Polio

Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral

yang mengandung virus polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2

dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur

2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.

d. Vaksinasi Campak

Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah

dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus
11

dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan.

Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak

umur 9-12 bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan

diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini

mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami.

Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti

kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat

menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak,

sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka

untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai abak berumur 9 bulan.

Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak

Umur (bulan)
Jenis Imunisasi Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10
Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan
BCG BCG
Hepatitis B Hepatitis B1
Hepatitis B2 Hepatitis B3
DPT DPT1
DPT2
DPT3
Polio Polio 1 Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak Campak

Sumber Kemenkes RI (2014), Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi


12

5. Hal-hal yang diperhatikan setelah Imunisasi:

a. BCG

Pembengkakan kecil, kemerahan, dan dapat sembuh sendiri, perawatan

yang dapat dilakukan adalah dengan mengoles daerah bekas suntik,

jangan menekan atau menggosok daerah bekas suntik.

b. Campak

Demam ringan namun jarang terjadi, perawatan yang dapat dilakukan

adalah dengan memberikan obat penurun panas yang diberikan oleh

petugas imunisasi, jika panas badan tidak turun segera bawa ke

pelayanan kesehatan.

c. Polio

Biasanya tidak menimbulkan gejala.

d. DPT

Gejala biasanya demam ringan, pembengkakan kecil1-2 hari, perawatan

yang dapat dilakukan:

1) Bila bengkak dikompres dengan air hangat, bila demam dikompres

dengan air biasa didaerah dahi, dua lipat paha, dua ketiak, anak

dianjurkan tetap menyusui dan banyak minum air putih.

2) Berikan obat penurun panas sesuai dosis yang diberikan petugas

imunisasi

3) Bila panas tidak turun segera bawa ke pelayanan kesehatan


13

e. Hepatitis B

Pembengkakan kecil dan dapat sembuh sendiri

6. Imunisasi Combo

a. Pengertian

Vaksin combo adalah vaksin yang sudah dibuat dari pabriknya

dimana sudah berisikan 2 vaksin sekaligus, misal vaksin combo

Hib+DPT dimana dalam 1 tabung sudah berisi 2 vaksin sekaligus, Hib

dan DPT. Ini memang dianjurkan karena lebih efisien, hanya 1 kali

suntik dan tidak berbahaya. Sedangkan yang dimaksud dengan

imunisasi simultan adalah imunisasi yang diberikan sekaligus lebih dari

1 kali suntik pada saat yang bersamaan. Misal pada umur 6 bulan, dan

anak langsung diberikan imunisasi simultan DPT+Hib 1 kali suntik di

paha kiri, Hepatitis B3 1 kali suntik di paha kanan serta Polio 3 secara

oral. Imunisasi simultan juga sangat direkomendasikan karena beberapa

alasan seperti:

1) Berkurangnya biaya kunjungan dokter karena hanya 1 kali

kunjungan, imunisasi bisa dilakukan sekaligus

2) Berkurangnya trauma pada anak atas jarum suntik

3) Imunisasi bisa diberikan tepat waktu.

b. Tujuan pemberian vaksin combo adalah:

1) Jumlah suntikan kurang

2) Jumlah kunjungan kurang

3) Lebih praktis, compliance dan cakupan naik


14

4) Penambahan program imunisasi baru mudah

5) Imunisasi terlambat mudah dikejar

6) Biaya lebih murah

c. Jadual pemberian vaksin combo adalah:

Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan
Vaksin DPT/HB Kombo

UMUR VAKSIN TEMPAT


Bayi lahir di rumah:
0 bulan HB1 Rumah
1 bulan BCG,Polio 1 Posyandu*
2 bulan DPT/HB kombo1,Polio2 Posyandu*
3 bulan DPT/HB kombo2, Polio3 Posyandu*
4 bulan DPT/HB kombo3, Polio4 Posyandu*
9 bulan Campak Posyandu*
Bayi lahir di RS/RB/Bidan Praktek:
0 bulan HB1, Polio1, BCG RS/RB/Bidan
2 bulan DPT/HB kombo1, Polio2 RS/RB/Bidan#
3 bulan DPT/HB kombo 2, Polio3 RS/RB/Bidan#
4 bulan DPT/HB kombo 3, Polio4 RS/RB/Bidan#
9 bulan Campak RS/RB/Bidan#
* : Tempat pelayanan lain.
# : Posyandu.
15

B. Kerangka Teori

Faktor Predisposition:
Pendidikan, pengetahuan,
umur, dan pekerjaan

Faktor
C. Enabling:
Dukungan petugas
akomodasi, transportasi, Pemberdayaan Kader
D.lingkungan
dan

Faktor Need:
Sikap, motivasi.,
tindakan

Sumber: Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)

Skema 2.1. Kerangka Teori

E. Kerangka Pikir

Penjajakan/Survey

Kader Posyandu di
F.wilayah Kerja
Puskesmas Umban
G.Sari

Peran Kader di
Posyandu Kelurahan
H.Srimeranti
Melakukan
Pembinaan dengan Pelatihan dan
Stakeholder Pendampingan
(Puskesmas)
Keaktifan Kader
Evaluasi
Sumber: A.Aziz Alimul Hidayat (2007)

Skema 2.2. Kerangka Pikir


16

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Puskesmas Umban Sari

Rendahnya cakupan imunisasi dan minimnya kemampuan kader sebagai


penyuluh kesehatan bagi masyarakat

Pemahaman Keaftifan Kader

Intervensi Pendkes Pendampingan

Observasi

Evaluasi:
a. Persiapan
b. Proses
c. Hasil

Penyajian Hasil Kegiatan

Skema 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Rendahnya cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Umban Sari

khususnya pada Posyandu RW 06 dan RW 12 dan minimnya kamampuan kader

dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi dapat diatasi dengan

peningkatan kemampuan kader dalam pembinaan kader secara terprogram.

16
17

B. Realisasi Pemeacahan Masalah

a. Pra Interaksi

Kegiatan awal yang dilakukan pada tanggal 5-6 September 2016

adalah persamaan perasepsi antara Pembina Kader Posyandu RW 06 dan 12

Kelurahan Sri Meranti Wilayah Kerja Puskesmas Umban Sari. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk memahami maksud dan tujuan kegiatan

pengabdian masyarakat di kelurahan Sri Meranti terutama pada Kader

Posyandu yang berada di lingkungan RW 06 dan RW 12 Kelurahan Sri

Meranti Wilayah Kerja Puskesmas Umban Sari. Hasil perasamaan

persepsinya adalah bahwa seluruh kader sepakat untuk dilakukan pembinaan

kader sebagai penyuluh kesehatan bidang imunisasi.

Peran kader sebagai penyuluh kesehatan bidang imunisasi difasilitasi

oleh penanggung jawab kegiatan pengabdian masyarakat dan didampingi

oleh pembina kader Posyandu.

Kegiatan pembinaan kader posyandu ini diatur dalam jadual yang telah

disepakati antara ketua kader RW 06 dan RW 12, awalnya seluruh kader

diberi penjelasan dulu tentang materi yang akan dijelaskan tentang Konsep

Imunisasi dan Peran Kader sebagai penyuluh kesehatan.

b. Interaksi

Pada hari selasa tanggal 27 September 2016, seluruh kader berkumpul

di Posyandu RW 12 untuk mendapatkan penjelasan tentang materi imunisasi

dan peran kader sebagai penyuluh kesehatan masyarakat.


18

Materi yang disajikan sudah dibuat dalam bentuk modul pembelajaran

yang berisi tentang informasi imunisasi. Selain itu, kader juga dilatih dalam

memberikan informasi langsung kepada masyarakat khususnya bagi orang

tua yang memiliki bayi untuk keperluan imunisasi.

Pendampingan kader posyandu dilakukan selama satu minggu dimulai

pada tanggal 04 Oktober 2016 dengan melibatkan pembina Puskesmas dan

Dosen penanggung jawab kegiatan secara langsung turun menyaksikan

kemajuan kemampuan kader dalam menyampaikan materi imunisasi kepada

seluruh anggota kader yang hadir yaitu sebanyak sepuluh orang.

Pembinaan kader terus berlangsung melalui ketua kader posyandu

melalui diskusi pasca pelatihan di RW masing-masing dengan cara

mengulang kembali apa yang sudah dilatih saat pertemuan dengan fasilitator.

Evaluasi proses pembinaan antara kader melalui komunikasi seluler untuk

mengatasi hambatan yang terjadi saat latihan bersama kader yang

dikendalikan olehketua kader masing-masing.

c. Pengawasan dan Pengendalian

Sistem pengawasan dan pengendalian pembinaan kader posyandu

dilakukan secara bertahap dengan melibatkan ketua kader, pembina

posyandu, dan dosen penanggung jawab kegiatan. Proses pengawasan dan

pengendalian kader Posyandu dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2016 di

RW 06 dan 12 Oktober 2016 di RW 12 Kelurahan Sri Meranti.

Seluruh kader diberi kesempatan untuk memberikan penyuluhan

kesehatan tentang imunisasi secara langsung kepada masyarakat secara


19

bergantian. Fasilitator membagi kelompok masyarakat yang berperan

sebagai khalayak sasaran. Setiap kader memberikan penyuluhan kesehatan

imunisasi kepada 6-10 orang ibu yang memiliki balita.

C. Khalayak Sasaran

Kader Posyandu di RW 06 dan RW 12 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan

Rumbai berjumlah 10 orang.

D. Metode Pengabdian

Metode pengabdian masyarakat yang digunakan pada kegiatan ini yaitu

dengan metode pelatihan kader berupa pendampingan dan mikro teaching.

Pendampingan dan mikroteaching dilakukan sebanyak 4 kali selama kegiatan

berlangsung. Penerapan pembinaan kader Posyandu tentang pemberian imunisasi

pada balita di lakukan oleh tim dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes

Riau di hadapan seluruh kader Posyandu yang ditunjuk sebagai petugas

kesehatan.

Keterkaitan kegiatan pengabdian masyarakat ini sangat terkait denga

keilmuwan Keperawatan Komunitas pada institusi Poltekkes Kemenkes Riau

terutama pada jurusan keperawatan. Peran dosen sangat diharapkan dalam

menerapkan pembinaan pada kader Posyandu. Manfaat kegiatan ini bermanfaat

untuk meningkatkan skill bidang keperawatan dan terbinanya hubungan yang

baik antar institusi pendidikan


20

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan pegabdian masyarakat ini dilaksanakan mulai pada tanggal 05

September s.d 19 Oktober 2016 di Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai

Pesisir Wilayah Kerja Puskesmas Umban Sari Kota Pekanbaru

F. Sarana dan Alat yang digunakan

a. Sarana

Sarana kegiatan pengabdian masyarakat yang digunakan adalah Posyandu

RW 12 dan Puskesmas Umban Sari Kota Pekanbaru.

b. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyrakat ini adalah modul

pelatihan, model imunisasi, meja, kursi, Oven Head Projector (OHP),

notebook, pena, pointer, lembar evaluasi.

G. Pihak-pihak yang terlibat

a. Pembina Kader Posyandu RW 06 dan 12 Kelurahan Srimeranti

b. Tokoh Masyarakat: RT 02, RT 01/ RW 06 dan RW 12

H. Kendala yang dihadapi dan upaya pemecahannya

a. Realisasi praktik kader sebagai penyuluh kesehatan hanya dapat dilakukan

sekali setiap bulannya bertepatan dengan jadual posyandu


21

b. Pembina kader belum melakukan evaluasi terhadap peran kader sebagai

penyuluh imunisasi

c. Belm adanya program tertulis dari pihak puskesmas terhadap peran kader

dalam kegiatan Posyandu khususnya dalam pemberdayaan kader dalam

memberi pelayanan bagi masyarakat

I. Evaluasi

Metode evaluasi pelakanaan kegiatan ini melalui metode penilaian observasi

secara langsung melalui kegiatan pendampingan dan pelaksaan Posyandu pada

sesuai dengan jadual yang ditetapkan oleh Puskesmas.

Evaluasi pendampingan dilakuan oleh Dosen dan Pembina Kader setiap kali

pertemuan dengan para kader. Setiap kader diberi kesempatan untuk

menampilkan kemampuannya sebagai penyuluh kepada seluruh kadaer yang

hadir sebagai audensnya. Sedangkan evaluasi pelaksanaan dilakukan pada

pertemuan dengan masyarakat saat berkunjung ke Posyandu.


22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan

Pada bab ini akan diuraikan hasil kegiatan pengabdian masyarakat dalam

rangka pembinaan kader posyandu sebagai penyuluh kesehatan masyarakat

dalam pemberian imunisasi di Kelurahan Sri Meranti Wilayah Kerja Puskesmas

Umban Sari. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Pemahaman Materi, dan


Pendampingan Kader dalam Rangka Pembinaan Kader
Posyandu Sebagai Penyuluh Kesehatan Masyarakat Bidang
Imunisasi di Kelurahan Srim Meranti Wilayah Kerja
Puskesmas Umban Sari Tahun 2016

No Kegiatan Hasil (f) %


1 Pemahaman Materi
a. Kurang Paham 1 (10%) 10
b. Paham 9 (90%) 90
Total 10 100
2 Kemampuan Kader
a. Kurang Mampu 1 (10%) 10
b. Mampu 9 (90%) 90
Total 10 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh hasil bahwa umumnya kader setuju dalam

persamaan persepsi tentang kegiatan pembinaan kader sebagai penyuluh

kesehatan dalam pemberian imunisasi yaitu seabanyak 10 orang (100%),

umumnya kader memahami materi imunisasi yang disampaikan yaitu sebanyak 9

orang (90%), dan umumnya kader mampu sebagai penyuluh kesehatan bagi

masyarakat dalam pemberian imunisasi yaitu sebanyak 9 orang (90%).

22
23

B. Pembahasan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka pembinaan

kader posyandu sebagai penyuluh kesehatan masyarakat dalam pemberian

imunisasi di Kelurahan Sri Meranti Wilayah Kerja Puskesmas Umban Sari

dilaksanakan selama 6 minggu secara terjadual dan terprogram.

Pembinaan kader dimulai sejak awal persamaan persepsi yang didampingi

oleh pihak Puskesmas. Hasil persamaan persepsi dalam kegiatan pengabdian

masyarakat ini adalah meningkatnya kesadaran kader dalam memberikan layanan

langsung bagi masayarakat khsususnya dalam pemberian imunisasi balita.

Umumnya kader setuju dan antusias ikut terlibat dalam kegiatan pembinaan

kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Umban Sari Kota Pekanbaru.

Umumnya kader memahami materi imunisasi yang disampaikan, dan kader

mampu sebagai penyuluh kesehatan bagi masyarakat dalam pemberian imunisasi.

Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku para kader untuk meningkatkan

kemampuannya berperan sebagai kader bagi ksehatan masyarakat.

Proses pembentukan perilaku menurut Kusmiati dan Desmaniarti (2012),

perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan setiap individu memiliki

kebutuhan dasar, dorongan, motivasi, kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang

merupakan sumber kekuatan untuk menuju kearah tujuan tertentu secara didasari

maupun tidak didasari. Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2013), Promosi

kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat

untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui


24

peningkatan kesadaran, kemauan, kemampuan serta pemgembangan lingkungan

sehat.

Promosi kesehatan mancakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk

memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Disamping itu promosi kesehatan juga mencakup berbagai aspek

khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan, atau suasana yang

mempengaruhi perkembangan perilaku.yang berkaitan dengan aspek sosial

budaya, pendidikan, ekonomi, polotik, dan pertahanan keamanan.

Berdasarkan hasil observasi kader selama pembinaan berlangsung, terdapat

satu kader yang masih belum optimal dalam menjalankan tugasn dan perannya

sebagai penyuluh kesehatan masyarakat, hal ini dikarenakan minimnya

pengalaman menjadi kader bagi masyarakat. Masa kerja kader tesebut masih

tergolong baru yaitu baru 2 bulan sebagai kader.

Masa kerja merupakan faktor individu yang berhubungan dengan prilaku

dan persepsi individu yang mempengaruhi kompetensi individu, misalnya

seseorang yang lebih lama bekerja akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal

promosi, hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut senioritas (Siagian,

2000).

Menurut Notoatmodjo (2010) masa kerja menunjukkan pengalaman

seseorang pada suatu pekerjaan yang ditekuni. Pengalaman merupakan guru yang

terbaik (experience is the best teacher), pepatah tersebut dapat diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman akan menghasilkan


25

pemahaman yang berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai

kaitan dengan pengetahuan seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan

menambah pengetahuan. Pengalaman kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan

atau jabatan yang pernah diduduki seseorang dan lamanya mereka bekerja pada

masing – masing pekerjaan atau jabatan tertentu. Pengalaman kerja yang

dimiliki oleh pegawai dalam organisasi yang berbeda-beda, hal ini disebabkan

setiap pegawai mempunyai pengalaman dari pekerjaaan yang berbeda-beda yang

telah dilakukan berulang-ulang. Oleh karena itu pengalaman kerja yang

didapatkan seseorang akan meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan

pekerjaan.

Menurut (Siagian, 2010) pengalaman kerja berkaitan dengan umur dan

pendidikan individu, dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pengalamannya

akan semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman

akan semakin banyak. Seorang bidan yang bekerja sudah lama, semakin banyak

pengalaman kerja dan semakin banyak kasus yang ditangani, sehingga akan

membuat bidan terampil dalam penyelesaian pekerjaan. Pengalaman kerja dapat

diartikan dengan pengalaman seseorang selama memberikan pelayanan

kebidanan baik di institusi pemerintah atau swasta (Mangkuprawira, 2004).

Selain itu juga, kader diberi kesempatan dalam meningkatkan

kemampuannya sebagi pemberi informasi kesehatan sesuai bidang kerjanya

seperti bidang imunisasai balita. Hal ini juga didukung arahan Kementerian

Kesehatan RI (2012) tentang tugas dan fungsi kader di dalam kegiatan Posyandu

bagi masyarakat yaitu kader bertugas memberikan penyuluhan kesehatan kepada


26

setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan

mengenai masalah yang dialami sasaran. Memberikan rujukan ke Puskesmas

apabila diperlukan untuk balita, ibu hamil dan ibu menyusui dengan langkah

yaitu dimana balita yang apabila berat badan dibawah garis merah (BGM) pada

KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit atau lesu,

kurus, busung lapar, ibu hamil dan ibu menyusui apabila keadaanya kurus,

pucat, adanya bengkak pada kaki , pusing, perdarahan, sesak nafas, gondokan

dan orang sakit.

Sedangkan tugas dan fungsi kader di luar kegiatan Posyandu meliputi

Kegiatan yang menunjang pelayanan KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan

penanggulangan diare. Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya

sesuai dengan permasalahan yang ada seperti; pemberantasan penyakit menular,

penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah,

penyediaan sarana air bersih, penyediaan sarana jamban keluarga, pembuatan

sarana pembuangan air limbah, pemberian pertolongan pada penyakit, pemberian

pertolongan pertama pada kecelakaan, dana sehat, serta kegiatan pembangunan

lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.


27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Umumnya kader mampu memahami dalam pemberian imunisasi yaitu

sebanyak 9 orang (90%).

2. Umumnya kader mampu sebagai penyuluh kesehatan masyarakat dalam

pemberian Imuniasasi yaitu sebanyak 9 orang (90%).

B. Saran

1. Kader

Diharapkan para kader Posyandu untuk meningkatkan keaktifannya dalam

memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat melalui metode penyuluhan

baik langsung maupun tidak langsung

2. Puskesmas

Disarankan bagi pihak Puskesmas untuk melibatkan kader dalam penyusunan

program imunisasi bagi masyarakat

3. Institusi

Diharapkan institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Riau mendukung

program pengembangan kader dalam pemberian layanan kesehatan

masyarakat

28
28

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (2013). Pengantar Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC

A.Aziz Alimul Hidayat (2007). Metodologi Penelitian, Jakarta; PT Rhineka Cipta

Bambang, K (2008). Peran serta masyarakat dalam pembangunan, Mitra Cendika.


Yogyakarta.

Effendy, N. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC

Ibrahim (2010). Peran dan fungsi kader, Mitra Cendika. Yogyakarta.

Kemenkes RI, (2014). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Jakarta. Kemenkes


RI

Kusmiati dan Desmaniarti (2012). Peran serta masyarakat di Posyandu, Salemba


Medika. Jakarta.

Machfoedz, Suryani dkk (2013). Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat,


Salemba Medika. Jakarta.

Mangkuprawira, (2004). Peran kader di masyarakat, Salemba Medika. Jakarta.

Musa, (2009). Ilmu Kesehatan Ibu dan Anak, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, (2010). Ilmu Prilaku Manusia, Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, D (2008). Fungsi Kader di Posyandu, Sagung Seto, Jakarta.

Siagian, A. (2010). Pemberdayaan kesehatan masyarakat. Erlangga, Jakarta.

Suparman, (2008). Menjadi Kader di Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Ilmu

Anda mungkin juga menyukai