Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sehat 2015 adalah target dari berbagai program yang terdapat dalam
MDGs. Salah satu program tersebut adalah menurunkan angka kematian
balita sebesar dua-pertiganya antara 1990 sampai 2015. Untuk memenuhi
program ini maka di bentuk dua indikator yaitu angka kematian balita dan
cakupan imunisasi campak pada usia satu tahun. Angka kematian balita pada
tahun 1990 jumlahnya 97 per 1000 kelahiran hidup. Cakupan imunisasi
campak pada anak usia satu tahun terus meningkat setiap tahunnya dalam
rangka mencapai target MDGs sebesar 90% tahun 2015 ( Prayogo, dkk,
2012).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi untuk mencapai
kadar kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes RI, 2012). Berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 jumlah anak dengan imunisasi
lengkap baru mencapai 59,2%. Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
pendidikan (pengetahuan), usia, penyuluhan oleh bidan. Semua orangtua,
tentu berkeinginan supaya anak-anaknya tetap sehat. Jangankan sakit berat,
sakit ringanpun kalau mungkin jangan sampai di derita anaknya. Salah satu
upaya agar anak-anak jangan samapai menderita suatu penyakit adalah
dengan jalan memberi imunisasi.
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang pesat ini terbukti dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian bayi. Angka kesakitan bayi
menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi
menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap
tahunnya di indonesia. Keberhasilan imunisasi di karenakan sudah
tersebarnya posyandu dan tenaga kesehatan. Selain itu, peran dari orang tua
khususnya ibu-ibu sangat mendukung pelaksanaan imunisasi.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan
setiap tahun terdapat 130 juta bayi dilahirkan didunia dan sekitar 4 juta bayi
meninggal dalam 28 hari pertama kehidupannya. Tiga penyebab utama
kematian bayi diseluruh dunia yaitu karena menderita infeksi sekitar 36%,

STIKes Faletehan Page 1


terutama penyakit pneumonia,tetanus dan diare dan penyebab lainnya yaitu
adanya kelahiran premature dengan jumlah presentase sekitar 28%.
Cakupan UCI di Sumatra Barat tahun 2010 juga mengalami penurunan
presentase pada tahun 2013 sebesar 71,15% dan ditahun 2014 sebesar 86,6%.
Angka tersebut menunjukan bahwa di Sumatra Barat harus berupaya untuk
meningkatkan cakupan UCI. Imunisasi lengkap sesuai dengan status
Universal Child Imunitation (UCI) yang di tetapkan oleh WHO, yaitu sesuai
dengan cakupan BCG minimal 90%, DPT1&2 minimal 90%, DPT3 minimal
80%, hepatitis B minimal 90%, polio minimal 95%, dan campak minimal
90%.
Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian.
Keuntungan pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi. Mungkin pula
secara langsung dirasakan. Anak yang tidak mendapat imunisasi mempunyai
resiko tinggi terjangkit penyakit infeksidan menular. Penyakit ini mungkin
menyebabkan cacat seumur hidup, gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak bahkan dapat berakhir dengan kematian.
Hal ini berati belum semua bayi dan anak mendapatkan imunisasi secara
lengkap. Bebrapa penyebab orangtua tidak mau mengimunisasikan anaknya
karena adanya informasi ditengah masyarakat yang mengatakan vaksin itu
haram, vaksin palsu dan ditambah lagi dengan pengalaman pada imunisasi
sebelumnya yang menyebabkan anak menjadi rewel dan bahkan sakit. Dari hal
tersebut maka perlu diberikannya promosi kesehatan mengenai pentingnya
imunisasi, manfaat serta efek samping dari imunisasi agar tidak menimbulkan
salah persepsi dan penyakit menular yang berbahaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi pentingnya pengetahuan tentang imunisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan peran?
4. Bagaimana peran petugas kesehatan?
5. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam memberikan promosi kesehatan
tentang pentingnya pengetahuan imunisasi?
6. Apa maksud analisa dari makalah ini?

STIKes Faletehan Page 2


1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang pentingnya imunisasi


2. Untuk mengetahui pengertian peran
3. Untuk mengetahui peran petugas kesehatan
4. Untuk mengetahui peran petugas kesehatan dalam memberikan pengetahuan
kepada orangtua tentang pentingnya imunisasi
5. Untuk mengetahui analisa dari makalah yang kami bahas

STIKes Faletehan Page 3


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran
2.1.1 Pengertian Peran
Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem. Peranan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2006:751) mempunyai arti sebagai berikut:
“Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang
dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.” Menurut Soekanto
(2007:65) bahwa : “Peran adalah suatu konsep perihal apa yang
dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi,
peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat”. Peran merupakan sesuatu
yang diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi
pengaruh pada lingkungan tersebut.

2.1.2 Peran Petugas Kesehatan

Peran Petugas Kesehatan dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi


Ibu Mengenai Pemberian Imunisasi Bayi, Tenaga kesehatan
memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat
mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.
Terkait pentingnya tenaga kesehatan, unsur yang berperan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah sumber daya
manusia (SDM) kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, dijelaskan bahwa:

STIKes Faletehan Page 4


“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Dalam konteks
pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan
diantara berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari
pendidikan kesehatan, kemadirian dalam kesehatan, sampai
dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi
teknologi dan infrastrusktur kesehatan. Seorang ibu yang tidak
mengimunisasikan anaknya ke posyandu dapat disebabkan karena
orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi
bagi anaknya (predisposing factors) atau karena rumahnya jauh
dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasi anaknya
(enabling factors). Sebab lain mungkin karena para petugas
kesehatan atau tokoh masyarakat disekitarnya tidak pernah
mengimunisasikan anaknya (reinforcing factor), (Notoadmodjo,
2012:56). Berdasarkan uraian di atas, maka peran petugas
kesehatan dapat meningkatkan partisipasi ibu dalam pemberian
imunisasi bayi apabila petugas mempunyai peranan penting
dalam bidang kesehatan antara lain sebagai motivator, sebagai
dinamisator, sebagai innovator dan sebagai fasilitator.

Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk


meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal
kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi. Tenaga kesehatan memiliki
beberapa petugas yang dalam kerjanya saling berkaitan yaitu
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan ketenagaan medis lainnya.

STIKes Faletehan Page 5


2.1.3 Peran perawat dalam memberikan pengetahuan tentang status
imunisasi

Peran perawat dalam memberikan pengetahuan tentang status


imunisasi merupakan salah satu tindakan yang paling penting dan
paling spesifik untuk mencegah penyakit adalah imunisasi. Minimal
75 hingga 80 persen dari anak-anak yang rentan harus di imunisasi
secara efektif untuk melindungi individual, keluarga, kelompok dan
komunitas dari penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah
(Garner, 2013). Oleh karena itu, peran perawat dalam memberkan
promosi pelayanan imunisasi merupakan bagian yang vital dan
integral dari perawatan kesehatan keluarga.

Department of Health Human Service telah melembagaka kampanye


nasional pada tahun 2010 untuk memperbaiki dan menjaga tingkat
imunisasi anak-anak. Bayi dan anak-anak perlu dilindungi secara
memadai dari penyakit tetanus, difteria, pertusis (batuk rejan), polio,
gondok, rubeola (campak). Vaksinasi cacar tidak dianjurkan lagi,
karena resiko timbulnya reaksi tidak menguntungkan terhadap
vaksin lebih besar daripada risko melawan penyakit. Vaksin flu dan
dan uji tuberkulin juga di anjurkan untuk kelompok umur tertentu
dan dalam kondisi tertentu.

Promosi praktik-praktik kesehatan dalam memberikan pengetahuan


tentang status imunisasi yang penting untuk diketahui kepada
masyarakat yang merupakan tujuan dasar dari keperawatan. Penting
untuk mendapatkan informasi mengenai praktek-praktek kesehatan
dalam memberikan pengetahuan tentang status imunisasi untuk
membantu keluarga dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan..

Peran perawat dalam memberikan pengetahuan tentang imunisasi


yang diperlukan untuk masyarakat demi meningkatkan kesehatan itu
diperlukan apakah untuk praktik kesehatan preventif atau kuratif dan
kebutuhan kesehatan rehabilatif masih dipertimbangkan. Keluarga

STIKes Faletehan Page 6


tidak hanya harus bermitra dengan mereka yang memberikan
perawatan kesehatan dengan mengarahkan dan
mengimplementasikan perawatan kesehatan dengan pengetahuannya
tentang imunisasi tersebut, tetapi klien harus menjadi pengambilan
keputusan terakhir dan menjadi manajer bagi masalah-masalah
kesehatan yang mempengaruhi kesejahteraan dan hidup mereka.

Berikut ini peranan perawat dalam upaya meningkatkan partisipasi


ibu mengenai pemberian imunisasi :

1. Sebagai Motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang
lain. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk
bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari
dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
dilakukan (Notoatmodjo, (2007:60).
Dengan demikian bahwa petugas kesehatan sebagai motivator
yaitu memberikan motivasi kepada orang lain sebagai dorongan
untuk bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilakukan. Seorang
petugas kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan
bimbingan dalam meningkatkan kesadaran kepada masayarakat
yang dimotivasi agar mau mengimunisasikan anaknya.
2. Sebagai Dinamisator
Petugas kersehatan sebagai dinamisator harus mampu melakukan
komunikasi untuk menyampaikan pesan atau stimulus kepada
orang atau pihak lain sehingga dapat menggerakan dan melakukan
kerjasama untuk mencapai tujuan.
Misalnya saja ketika ada ibu yang anaknya terkena penyakit.
Selanjutnya petugas kesehatan mengajak para kader posyandu
untuk menyampaikan informasi tentang pentingnya imunisasi bagi
balita yang dilakukan oleh para kader posyandu untuk mencegah
penyakit menular.

STIKes Faletehan Page 7


3. Sebagai Innovator
Petugas kesehatan masyarakat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama
dalam mengubah prilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. (Novita,2011).
Dengan demikian tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
sebagai agen pembaharuan harus melakukan pendampingan,
menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah
yang dihadapi dan dapat mengembangkan potensinya untuk
memecahkan masalah tersebut.

4. Sebagai Fasilitator
Petugas Kesehatan Puskesmas dalam memberikan kemudahan atau
menyediakan fasilitas kesehatan khusunya fasilitas imunisasi perlu
lebih ditingkatkan lagi karena kurang memberikan kemudahan atau
menyediakan fasilitas kesehatan khusunya fasilitas
imunisasi.Selanjutnya petugas kesehatan dari puskesmas ataupun
bidan desa dapat memberikan saran-saran yang diperlukan oleh
para ibu, petugas kesehatan dari puskesmas ataupun bidan desa
dapat memberikan saran-saran perbaikan untuk kesehatan para
balita.
5. Sebagai Edukator
Peran perawat sebagai educator bertugas untuk membantu
Menigkatnya tingkat pengetahuan tentang program imunisasi
melalui pendidikan kesehatan. Agar perawat dapat bertindak sesuai
dengan perannya sebagai pendidik, siapapun khalayak mereka,
pasien,anggota keluarga, mereka harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran.
Biasanya bila dalam lingkungan rumah sakit diberikan sewaktu
pasien akan pulang sehingga diharapkan pasien dapat menjalankan
pola hidup sehat dan juga menjagakesehatannya. Bagi keluarga
klien memampukan mereka dalam menangani sendiri
intervensiyang diharuskan jika memungkinkan.

STIKes Faletehan Page 8


2.2 Analisa Kelompok
Analisa menurut kelompok didapat dari hasil jurnal diatas bahwa
diperkirkan setiap tahun terdapat 130 juta bayi dilahirkan dan
sekita 4juta bayi meninggal dalam 28 hari pertama dalam
kehidupannya (Carres, Luke 2009). Penyebabnya di karenakan
menderita infeksi sekitar 36%, terutama penyakit pneumonia,
tetanus dan diare. Penyebab lainnya yaitu kelahiran premature
dengan presentase 28% (WHO). Maka dari itu imunisasi penting
ditengah maraknya mayarakat mengatakan vaksin itu haram, palsu
dan ditambah dengan imunisasi sebelumnya yang menyebabkan
anak rewel dan sakit.
Imunisasi sudah terbukti menurunkan angka kesakitan bayi dengan
presentase 10% dari angka sebelumnya, dan menurunkan angka
kematian bayi sebanyak 5% dari angka sebelumnya menjadi
1,7juta setiap tahunnya di Indonesia ( Tarwoto, 2007). Program
tersebut juga menurunkan angka kematian balita sebesar 2/3 antara
1990-2015.
Menurut Widiastuti, dkk (2008) pada penelitiannya tentang
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku ibu dalam
Memberikan Imunisasi Dasar kepada Bayinya, faktor yang
mempengaruhi pemberian imunisasi dasar lengkap adalah
pengetahuan ibu, jarak rumah ke tempat pelayanan dan dukungan
tokoh masyarakat. Namun dari hasil uji statistik didapatkan bahwa
faktor yang paling mempengaruhi adalah pengetahuan ibu.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Dian Ayubi (2009)
tentang Kontribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi
Anak di Tujuh Provinsi di Indonesia yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan status
kelengkapan imunisasi anak. Dan di temukan bahwa anak yang
mempunyai ibu dengan pengetahuan baik mempunyai peluang
untuk memperoleh imunisasi lengkap sebesar 2,39 kali dari pada
anak dengan ibu berpengetahuan rendah.

STIKes Faletehan Page 9


BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


dengan memasuka sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Di
Indonesia Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah
memprogramkan pengaturan imunisasi yang di setujui oleh pemerintah
dengan jumlah penerima imunisasi, kelompok berumur, dan juga tata cara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksanaan program imunisasi
dilakukan oleh suatu pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.

Penerapan imunisasi di Indonesia sudah sebagian berjalan dengan lancar


dibantu dengan adanya posyandu, tenaga kesehatan, didesa-desa dan ibu
yang sadar akan pentingnya imunisasi bagi anaknya. Imunisasi juga
berhasil menurunkan angka kematian balita sebesar 2/3 antara 1990-2015.

STIKes Faletehan Page 10


DAFTAR PUSTAKA
Nindrea RD. Faktor-fakor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesms Ulak Karang Kecamatan
Padang Utara Tahun 2012.

Fitri, N. (2018). Persepsi masyarakat tentang imunisasi diwilayah kerja puskesmas


pagambiran tahun 2017. Menara ilmu, 12(4)

Maulana, M. N. (2018). Peran petugas kesehatan lambung dalam upaya


meningkatkan partisipasi ibu mengenai pemberian imunisasi bayi didesa
darmaja kecamatan lumbung kabupaten ciamis. MODERAT: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pemerintah, 3(4), 148-163.

STIKes Faletehan Page 11

Anda mungkin juga menyukai