Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS


DI KLINIK BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA(BPSTW)
CIPARAY BANDUNG DAN PEMELIHARAAN TAMAN MAKAM
PAHLAWAN

OLEH
KELOMPOK C GELOMBANG 2

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa tua atau masa usia lanjut merupakan masa atau tahap akhir perkembangan
pada daur ulang kehidupan manusia, seseorang dikatakan lajut usia apabila orang
tersebut sudah mencapai usia 65 tahun keatas (Maryam, 2008). Usia lanjut
bukanlah suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.(Efendi, 2009). Oleh karena
itu pemerintah gencar untuk meningkatkan program peningkatan usia harapan
hidup (UHH) bagi para lansia di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).
Keperawatan di dunia sebagai profesi lahir sejak tahun 1858 ketika Florence
Nightingale yang dikenal sebagai The Lady of The Lamp memberikan pelayanan
keperawatan yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Di Indonesia, keperawatan
telah lahir sejak tahun 1816 ketika penjajahan Belanda dan berkembang dengan
dibukanya sekolah keperawatan setara diploma pada tahun 1962 dan setara
sekolah keperawatan setara sarjana pada tahun 1985 (Hidayat, 2012).
Keperawatan sebagai profesi terus berubah sejalan dengan masyarakat yang
terus berkembang dan mengalami perubahan.
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik
buruknya mutu dan citra institusi pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan

utamanya di Rumah Sakit, pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang


sangat strategis dalam menentukan mutu karena jumlah perawat terbanyak dari
profesi lain dan paling lama kontak dengan klien, sehingga keperawatan adalah
ujung tombak pelayanan kesehatan dan sering digunakan sebagai indikator
pelayanan kesehatan yang bermutu, serta berperan dalam menentukan tingkat
kepuasan klien (Priyanto, 2005).
Pelayanan kesehatan telah memberikan peluang pada tenaga kesehatan untuk
memperoleh status profesionalismenya dengan cara proaktif berespon terhadap
kebutuhan dan harapan masyarakat. Masyarakat sebagai obyek pelayanan pun
terus meningkatkan standar kesehatan yang bisa dicapai, sehingga peran perawat
dalam sistem kesehatan.
Peran perawat profesional meliputi sebagai peran care giver, advocate, educator,
collabolator, counselor, coordinator, counsultan dan change agent. Salah
satunya peran perawat diterapkan di Rumah Sakit adalah peran perawat sebagai
educator. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Perawat
membantu pasien untuk meningkatkan kesehatannya melalui pemberian
pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis yang diterima
sehingga pasien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahuinya. Peran perawat sebagai pendidik juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko, kader kesehatan,
dan masyarakat.
Peran educator perawat dalam memberikan pendidikan kepada pasien
menunjukkan
memperbaiki

potensinya
kualitas

untuk

kehidupan,

meningkatkan
memastikan

kepuasan

kelangsungan

konsumen,
perawatan,

mengurangi insidensi komplikasi penyakit, meningkatkan kepatuhan terhadap


rencana pemberian perawatan kesehatan, menurunkan ansietas pasien, dan

memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari


(Bastable, 2002).
Pendidikan kesehatan kepada pasien bertujuan untuk mempertahankan kondisi
sehat pasien, meningkatkan kesehatan, dan mencegah terjadinya suatu penyakit
dan komplikasi (Potter & Perry, 2005). Edukasi merupakan pendidikan
kesehatan dalam bentuk kegiatan dan pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian penting dari peran perawat yang

professional dalam upaya promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit (preventif) yang dapat dilakukan di rumah


sakit ataupun di luar rumah sakit (non-klinis). Edukasi pemberian pendidikan
kesehatan ini dengan teknik pemberian poster dan ceramah. Teknik ceramah dan
pemberian poster akan menambah pemahaman sebanyak 90% (Silaban, 2012).
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia baik
yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Seseorang dapat menerima suatu respon terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit, penyakit sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
minuman serta lingkungan. Sehingga perilaku merupakan totalitas penghayatan
dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultan baik faktor
eksternal ataupun internal. Domain dalam perilaku seseorang yakni kognitif,
afektif dan psikomotor. Pengetahuan merupakan hasil dari domain perilaku
tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga dalam pembuangan sampah
infeksius dan non infeksius menjadi salah satu penyebab permasalahan di Klinik
BPSTW Ciparay.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraia latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang


dirumuskan adalah Bagaimana sikap petugas setelah diberikan pendidikan
kesehatan pembuangan sampah infeksius dan non infeksius di Klinik BPSTW
Ciparay?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik gerontik selama 14 hari, mahasiswa program
Profesi Ners mampu melaksanakan tugas keperawatan gerontik di Klinik
BPSTW Ciparay sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan
selama 18 hari, mahasiswa program profesi ners mampu:
a. Mengetahui peran perawat sebagai educator.
b. Mengetahui konsep pendidikan kesehatan.
c. Mengetahui konsep sikap
d. Mengetahui konsep sampah yang ada di Rumah Sakit.
e. Memahami penatalaksanaan pendidikan kesehatan di Klinik BPSTW
Ciparay.

D. Waktu
Praktik mata ajar keperawatan Gerontik ini dilaksanakan selama 12 hari sejak
tanggal 20 Juni 2016 hingga tanggal 01 Juli 2016, di Klinik BPSTW Ciparay.
E. Metode Pengumpulan data
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pengatur ruangan, penanggung jawab shif,
perawat pelaksana dank lien serta keluarga klien terkait dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan.

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang dokumentasi proses
keperawatan, standar prosedur tindakan keperawatan.
4. Instrument Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket, lembar
observasi dan pedoman wawancara.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan khusus, waktu dan tempat praktik,
metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
Terdiri dari pengertian konsep peran perawat sebagai educator, konsep pendidikan
kesehatan, konsep sikap, konsep sampah medis.
BAB III Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang Hemodialisa
Uraian kegiatan terdiri dari kajian situasi Ruang Hemodialisa, berisi profil Panti
BPSTW Ciparay, pengkajian situasi lingkungan. Analisis SWOT, Matriks strategi,
Matriks SWOT, Prioritas masalah dan Fish Bone dan Planning of Action (POA).
BAB IV Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lansia merupakan
dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia
merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam
suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti
semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19
ayat 1 bahwa manusia lanjut usiaadalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan

Jadi dapat disimpulkan bahwa usia lanjut merupakan usia yang lebih dari 60
tahun, dimana ditandai dengan melemahnya atau terjadi penurunan fungsi dari
organ tubuh yang dapat berdampak pada kesehatan lansia tersbut.
2. Batasan Umur Usia Lanjut
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut :
1) Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun,.
2) Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun
3) Usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
1) Pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun,
2) Kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,.
3) Ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,.
4) Keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu :
1) Young old (70-75 tahun),
2) Old (75-80 tahun), dan
3) Very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
3. Klasifikasi Lansia

Berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2003)
dalam Maryam, (2008) yang terdiri dari :
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,
c.

Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau


lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
Dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

B.

Konsep Peran Educator Perawat Profesional


1. Pengertian Peran Perawat
Pengertian perawat menurut Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang
registrasi dan praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perawat juga dituntut
melakukan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan
masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004).
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya berhubungan dengan manusia,
terjadi proses interaksi antara individu, saling mempengaruhi antar individu dan
dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan
(Suhaemi, 2004). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari
masyarakat sesuai dengan kedudukannya di masyarakat. Peran perawat adalah
seperangkat tingkah laku yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan profesinya
(Kusnanto, 2004).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan peran perawat adalah harapan
yang diinginkan oleh pasien atau keluarga dari tingkah laku perawat dalam

menjalankan tugasnya. Perawat mempunyai peranan dalam berinteraksi dengan


pasien yang dapat mempengaruhi kesehatan sehingga pasien memiliki derajat
kesehatan yang lebih tinggi.
2. Peran Perawat
Peran perawat profesional meliputi (Doheny, 1982 dalam Kusnanto, 2004):
a. Peran care giver
Perawat bertindak sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat dapat
memberikan pelayanan secara langsung dan tidak langsung kepada pasien
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis
data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi
masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah,
melaksanakan

tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah

disusun, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon pasien terhadap


tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Pemberian asuhan keperawatan,
perawat melihat individu sebagai mahluk yang holistik dan unik.
b. Peran client advocate
Perawat bertindak sebagai pembela untuk melindungi pasien. Perawat
berfungsi sebagai penghubung antara pasien dengan tim kesehatan lain
dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien, membela kepentingan pasien,
dan membantu pasien memahami semua informasi dan upaya kesehatan
yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
profesional. Peran advokasi mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh pasien. Peran perawat sebagai
advokasi mengharuskan perawat untuk dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan;
c. Peran educator
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Perawat
membantu pasien untuk meningkatkan kesehatannya melalui pemberian
pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis yang

diterima sehingga pasien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab


terhadap hal-hal yang diketahuinya. Peran perawat sebagai pendidik juga
dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang
berisiko, kader kesehatan, dan masyarakat.
d. Peran collaborator
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien.
e. Peran counsellor
Sebagai pemberi bimbingan/konseling pasien. Tugas utama perawat adalah
mengidentifikasi perubahan pola interaksi pasien terhadap keadaan sehat
sakitnya. Pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling
kepada pasien, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai
prioritas.

Konseling

diberikan

kepada

individu/keluraga

dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,


pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, dan mengubah
perilaku hidup ke arah perilaku hidup sehat;
f. Peran coordinator
Perawat menjadi koordinator untuk memanfaatkan sumber dan potensi dari
pasien baik materi maupun kemampuan pasien secara terkoordinasi sehingga
tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
g. Peran change agent
Perawat menjadi pembaharu untuk melakukan perubahan-perubahan.
Perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku,
dan meningkatkan keterampilan pasien/keluarga agar menjadi sehat. Peran
ini berhubungan dengan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis
dalam berhubungan dengan pasien, dan cara memberikan perawatan kepada
pasien;
h. Peran consultant
Perawat menjadi sumber informasi untuk memecahkan masalah pasien.
Peran ini secara tidak langung berkaitan dengan permintaan pasien terhadap

informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Perawat adalah


sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik pasien.
3. Peran Pendidik/Educator Perawat
Pendidikan kesehatan bagi pasien telah menjadi satu dari peran yang paling
penting bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Pasien dan anggota keluarga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan (Potter & Perry, 2005). Perawat sebagai pendidik bertugas untuk
memberikan pengajaran baik dalam lingkungan klinik, komunitas, sekolah,
maupun pusat kesehatan masyarakat (Brunner&Suddarth, 2003).
Perawat

sebagai

pendidik

menjalankan

perannya

dalam

memberikan

pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga


pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan (Susanto, 2012). Perawat sebagai pendidik berperan
untuk mendidik dan mengajarkan individu, keluarga, kelompok, masyarakat,
dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan tanggungjawabnya. Perawat sebagai
pendidik berupaya untuk memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan
kepada klien dengan evaluasi yang dapat meningkatkan pembelajaran (Wong,
2009).
Perawat dalam perannya sebagai pendidik perlu memahami kekuatan, baik dulu
maupun saat ini yang telah berdampak dan terus berdampak pada tanggung
jawab mereka di dalam praktik dengan pengajaran sebagai aspek utama dari
peran profesional perawat. Perawat diharapkan memberikan instruksi kepada
pasien agar dapat mempertahankan tingkat kesejahteraan yang optimum,
mencegah penyakit, menangani penyakit, dan mengembangkan keterampilan
sehingga dapat memberikan perawatan pendukung bagi anggota keluarga
(Bastable, 2002).

Perawat profesional pada dasarnya harus siap untuk memberikan jasa


pengajaran efektif yang dapat memenuhi kebutuhan perorangan dan kelompok
dalam berbagai kondisi di lingkungan praktik (Bell 1986, dalam Bastable,
2002). Peran perawat sebagai pendidik akan meningkatkan kepuasan kerja
perawat saat perawat menyadari bahwa kegiatan pengajaran berpotensi untuk
membantu terbinanya hubungan terapeutik dengan pasien yang lebih besar dan
menciptakan perubahan yang benar-benar membuat perbedaan dalam
kehidupan orang lain (Bastable, 2002).
Perawat sebagai pendidik harus memiliki kemampuan sebagai syarat
utama antara lain (Asmadi, 2008):
a. Wawasan ilmu pengetahuan.
Pendidikan kesehatan merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh seorang
edukator untuk mempengaruhi orang lain agar dapat berperilaku atau
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam Proses pendidikan ini terjadi transfer ilmu pengetahuan yang luas
bukan hanya menyangkut ilmu keperawatan, tetapi juga ilmu-ilmu lain.
b. Komunikasi.
Keberhasilan proses pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan perawat
dalam berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Kemampuan
berkomunikasi ini merupakan aspek mendasar dalam keperawatan. Perawat
harus berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh. Interaksi merupakan
bagian dari komunikasi. Perawat dapat memberikan informasi/penjelasan
kepada pasien, membujuk dan menghibur pasien, dan menjalankan tugas
lainnya dengan adanya komunikasi. Proses komunikasi diharpakan dapat
mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain baik itu pasien, rekan sejawat,
maupun tenaga kesehatan lain. Citra profesionalisme yang baik pada perawat
akan tercipta dengan komunikasi yang baik pula.
c. Pemahaman psikologis.
Sasaran pelayanan keperawatan adalah pasien, dalam hal ini individu,
keluarga, dan juga masyarakat. Perawat harus mampu memahami psikologis

agar dapat mempengaruhi orang lain. Perawat harus meningkatkan


sensitivitas dan kepeduliannya. Saat berbicara dengan orang lain perawat
harus melakukannya dengan hati dengan kata lain perawat berkomunikasi
dengan orang lain dengan menyentuh hati orang lain. Setiap pemikiran dan
ide perawat dapat langsung diterima oleh pasien sehingga tujuan pendidikan
kesehatan dapat tercapai.
d. Model/contoh.
Seberapa bagusnya gaya komunikasi perawat dan luasnya wawasan ilmu
pengetahuan, orang lain perlu melihat bukti atas apa yang disampaikan.
Upaya untuk mengubah dan menigkatkan profesionalisme perawat paling
baik dilakukan melalui pembuktian secara langsung melalui peran sebagai
model. Perawat harus mampu menjadi model yang baik dalam menjalankan
profesinya.
4. Faktor yang Menghambat Peran Educator Perawat
Faktor yang menghambat kemampuan perawat untuk menjalankan perannya
sebagai pendidik/educator antara lain (Bastable, 2002):
a. Kesiapan perawat dalam memberikan pengajaran.
Banyak perawat juga tenaga perawatan kesehatan lain yang tidak siap untuk
memberikan pengajaran. Pada sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa
pendidikan pasien pada dasarnya merupakan tanggung jawab perawat, tetapi
hasil penelitian menemukan bahwa aktivitas pendidikan yang dilakukan
secara keseluruhan hasilnya tidak memuaskan. Temuan pada studi riset ini
menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pendidik perlu diperkuat;
b. Terjadi kesalahan fungsi akibat dari koordinasi dan delegasi yang tidak tepat.
Pemberi perawatan kesehatan berusaha membahas materi yang sama, tetapi
mengabaikan konsistensi. Kesalahan koordinasi dan delegasi yang
menyebabkan pendidikan kesehatan tidak berjalan secara tepat waktu, tidak
lancar, dan tidak mendalam. Karakter pribadi perawat pendidik. Karakter
pribadi perawat memainkan peranan penting dalam menentukan hasil

interaksi dalam proses pendidikan kesehatan. kesadaran pengajaran yang


rendah dan kurang keyakinan dalam pengajaran;
c. Pendidikan pasien masih menjadi prioritas rendah.
Alokasi dana untuk program pendidikan masih tetap ketat dan dapat
menghambat pemakaian strategi dan teknik pengajaran yang inovatif dan
hemat waktu.
d. Kurangnya waktu pengajaran.
Kurangnya waktu untuk mengajar merupakan halangan utama yang selalu
ada. Pasien yang parah hanya dirawat dalam waktu yang singkat dimana
terjadi pertemuan yang singkat antara pasien dan perawat di lingkungan
gawat darurat, saat rawat jalan, atau di lingkungan rawat jalan lain. Perawat
harus tahu cara menggunakan pendekatan yang singkat, efisien, dan tepat
guna untuk pendidikan pasien dan staf dengan memakai metode dan
peralatan instruksional saat pemulangan. Perencanaan pulang memainkan
peranan yang lebih penting untuk memastikan kesinambungan perawatan
di semua lingkungan;
e. Jenis sistem dokumentasi yang digunakan.
Jenis sistem dokumentasi yang digunakan

oleh

lembaga

perawatan

kesehatan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas pendidikan kesehatan


pasien yang dicatat. Baik pengajaran formal maupun informal seringkali
dilakukan tanpa didokumentasikan karena tidak adanya kemudahan dan
kurangnya perhatian pada dokumentasi. Pencatatan upaya pengajaran yang
tidak memadai akan menghalangi komunikasi yang terjadi antara pemberi
perawatan kesehatan mengenai apa yang telah diajarkan dan memunculkan
kekurangan yang ada.
5. Pendidikan Kesehatan sebagai Tugas Peran Educator Perawat
Pendidikan kesehatan merupakan fungsi di dalam lingkup praktik keperawatan
termasuk tanggung jawab promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di
lingkungan seperti sekolah, rumah, rumah sakit, dan industri (National League
for nursing, 1918 dalam Bastable, 2002). Pendidikan kesehatan yang efektif

menjadi penting dalam asuhan kesehatan untuk menurunkan jumlah pasien ke


rumah sakit dan meminimalkan penyebaran penyakit yang dapat dicegah
(Noble, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).
Pendidikan kepada pasien menunjukkan potensinya untuk meningkatkan
kepuasan

konsumen,

kelangsungan

memperbaiki

perawatan,

mengurangi

kualitas

kehidupan,

insidensi

komplikasi

memastikan
penyakit,

meningkatkan kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan,


menurunkan ansietas pasien, dan memaksimalkan kemandirian dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Bastable, 2002).
Pendidikan kesehatan kepada pasien bertujuan untuk mempertahankan kondisi
sehat pasien, meningkatkan kesehatan, dan mencegah terjadinya suatu penyakit
dan komplikasi (Potter & Perry, 2005). Pemberian informasi yang dibutuhkan
pasien tentang perawatan kesehatan perlu untuk menjamin kontinuitas
perawatan dari rumah sakit ke rumah (Bull, 1992 dalam Potter & Perry, 2005).
6. Tanggung Jawab Perawat pada Pendidikan Kesehatan
Tiga area yang menjadi tanggung jawab perawat terhadap pendidikan kesehatan
kepada pasien antara lain (Krugger, 1991 dalam Potter & Perry, 2005) :
a. Persiapan pasien dalam menerima perawatan
contoh: penyuluhan preoperasi, injeksi insulin;
b. Persiapan pasien pulang dari perawatan rumah sakit
contoh: medikasi untuk pulang dan prosedur tertentu dan risiko komplikasi
yang mungkin menyebabkan pasien kembali ke dokter atau rumah sakit;
c. Pencatatan aktivitas pendidikan pasien
Contoh: menuliskan pendidikan kesehatan tertentu dalam catatan kesehatan
pasien, format catatan pendidikan pasien atau ringkasan pasien pulang.
7. Alat Bantu Pengajaran
Berbagai alat bantu pengajaran tersedia bagi perawat untuk digunakan dalam
memberikan pendidikan kepada pasien. Pemilihan alat bantu yang tepat

bergantung pada metode instruksional yang dipilih. Alat bantu pengajaran


antara lain (Potter & Perry, 2005):
a. Materi cetak, merupakan alat bantu pengajaran tertulis yang tersedia seperti
buklet, leaflet, dan pamflet. Materi dalam materi cetak harus dapat dibaca
dengan mudah oleh peserta didik, informasi harus akurat dan aktual, metode
yang digunakan harus metode yang ideal untuk memahami konsep dan
hubungan yang kompleks;
b. Instruksi terprogram, merupakan instruksi setiap bagian secara tertulis dan
langkah pengajaran mengharuskan peserta didik menjawab pertanyaan dan
pengajar memberi tahu apakah salah atau benar. Instruksi hanya berbentuk
verbal, akan tetapi pengajar dapat menggunakan gambar atau diagram.
Metode

membutuhkan pengajaran aktif, memberikan respon segera,

mengoreksi jawaban yang salah dan mendorong jawaban yang benar. Peserta
didik belajar menurut kecepatan dari masing-masing kemampuan peserta
didik;
c. Instruksi

komputer, merupakan

penggunaan

format

instruksi yang

terprogram dalam komputer. Metode ini membutuhkan kemampuan dalam


mengoperasikan komputer;
d. Materi audiovisual, materi sangat berguna bagi pasien yang memiliki
masalah pemahaman bacaan. Contohnya slide, kaset, dan video;
e. diagram, merupakan ilustrasi yang menunjukkan hubungan dalam
bentuk garis dan simbol. Metode ini menunjukkan ide-ide kunci, kesimpulan
dan konsep kunci.
f. Grafik, merupakan presentasi visual dari data menurut urutan angka.
Grafik membatu peserta didik untuk mendapatkan informasi secara cepat
mengenai suatu konsep;
g. Bagan, merupakan rangkuman sejumlah ide dan fakta visual yang sangat
ringkas yang dapat menunjukkan sekumpulan pokok ide,langkah, atau
kejadian. Tabel menunjukkan hubungan antara beberapa ide atau konsep;
h. gambar atau foto, kedua media ini lebih disukai daripada diagram karena
lebih secara akurat menunjukkan detail dan benda yang sesungguhnya.
Gambar memperlihatkan detail dalam objek nyata. Objek fisik, penggunaan

perlengkapan objek atau model yang dapat dimanipulasi dari hasil kreatifitas
atau kerajinan.
C. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2012).
2. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo 2012 mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengertahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengethuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama. Contohnya ibu-ibu menjadi peserta KB, kkarena diperintahkan oleh lurah

atau ketua RT tanpa mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan
segera keluar dari keikutsertaanya dalam KB setelah beberapa saat perintah
tersebut diterima (Notoatmodjo, 2007).
3. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2012) mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan

pada

suatu

kriteria

yang

ditentukan

sendiri,

atau

menggunakankriteria-kriteria yang telah ada.


4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
status kesehatan, intelegensi, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor
eksternal meliputi keluarga, masyarakat, dan metode pembelajaran. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Wawan dan Dewi
(2010) antara lain :
a. Faktor internal
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang
akhirnya dapat mempengaruhi seseorang. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
4) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
b. Eksternal

1) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.

D. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan sesuatu yang tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
rekasi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 2012).

Menurut (Newcomb dalam Notoadmojo, 2012), sikap itu merupakan kesiapan


atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
2. Komponen sikap
Menurut Allport (1954) dalam Notoadmojo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting.

E. Konsep Sampah
1. Pengertian
Sampah menurut WHO adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan
atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau
materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2005).
2. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan
sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastic
2) Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan
sebagainya.
b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu
2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas
c. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan dagin
2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca

3.

Karakteristik Sampah

a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran dari hasil pengo lahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang
mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
b. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor
tapi yang tidak termasuk garbage
c. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang muda h terbakar
baik dirumah, dikantor, industri.
d. Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan
trotoar baik dengan tenaga manusia maupu n dengan tenaga mesin yang
terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.
e. Dead Animal(Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena
f.

alam, penyakit atau kecelakaan.


Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes

yang berasal dari perumahan.


g. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil,
truk, kereta api.
h. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,
pengo lahan hasil bumi.
i. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
j. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan,
perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.
k. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil
l.

saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.


Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)

4.

Limbah Rumah Sakit


Prss, A.(2005), Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua
buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan
laboratorium.

5.

Macam-macam limbah medis

Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, mengatakan


Limbah Rumah Sakit ada 3 macam yakni;
a. Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikrooganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
b. Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi, dan pembuatan obat Sitotoksik.
c. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
limbah padat non medis.

6. Klasifikasi Sampah Padat


No Kategori Limbah
1. Infeksius
Limbah

Definisi
yang
terkontaminasi Kultur

organism 24rganism (bakteri, virus, limbah

Contoh
laboratorium,
dari

bangsal

parasit, atau jamur) yang tidak secara isolasi, kapas, materi, atau
rutin ada lingkungan dan 24rganism

peralatan yang teresentuh

tersebut dalam jumlah dan virulensi pasien


yang

cukup

untuk

menularkan ekskreta.

yang

terinfeksi,

2.

Patologis

penyakit pada manusia rentan.


Limbah berasal dari pembiakan dan

Bagian tubuh manusia

stock bahan yang sangat infeksius, dan


otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi,
terinfeksi atau kontak dengan bahan
Sitotoksik

hewan

(limbah

anatomis), darah dan


cairan tubuh yang lain,
janin.

yang sangat infeksius.


Limbah
dari
bahan

yang Dari

materi

yang

terkontaminasi dari persiapan dan terkontaminasi pada saat


pemberian

obat

sitotoksis

untuk persiapan dan pemberian

kemoterapi kanker yang mempunyai

obat,

kemampuan untuk membunuh atau

ampul,

mengahambat

pertumbuhan

misalnya
kemasan,

spuit,
obat

sel kedaluarsa, larutan sisa,

hidup.

urine,

tinja,

muntahan

pasien yang mengandung


Benda tajam

obat sitotoksik.
Materi yang dapat menyebabkan luka Jarum,
jarum

suntik,

iris atau luka tusuk. Semua benda skalpel,

pisau

bedah,

tajam ini memiliki potensi bahaya peralatan

infus,

gergaji

dan

dapat

melalui

menyebabkan

sobekan

atau

cedera bedah, dan pecahan kaca


tusukan.

Benda- benda tajam yang terbuang


mungkin terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi,
Farmasi

bahan beracun atau radioaktif.


Limbah farmasi mencakup produksi

obat-obatan, vaksin, dan

farmasi. Kategori ini juga mencakup

serum

barang yang akan di buang setelah

kedaluarsa,

digunakan untuk menangani produk

digunakan, tumpah, dan

yang

sudah
tidak

farmasi, misalnya botol atau kotak terkontaminasi, yang tidak

yang berisi residu, sarung tangan, diperlukan lagi.


masker, slang penghubung darah atau
Kimia

cairan, dan ampul obat.


mengandung zat kimia yang

Reagent di laboratorium,

berbentuk padat, cair, maupun gas

film

untuk

rontgen,

yang berasal dari aktivitas diagnostic desinfektan


dan

eksperimen

serta

dari kadaluarsa

pemeliharaan kebersihan rumah sakit tidak


Radioaktif

dengan menggunakan desinfektan.


Bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop

yang

yang

berasal

atau

diperlukan

sudah
lagi,

solven
Cairan yang tidak terpakai

dari dari radioaktif atau riset

penggunaan medis atau riset radio

dilaboratorium,

peralatan

nukleida.Limbah ini dapat berasal kaca, kertas absorben yang


dari antara lain : tindakan kedokteran terkontaminasi, urine dan
nuklir,

radio-imunoassay

dan ekskreta dari pasien yang

bakteriologis; dapat berbentuk padat, diobati atau diuji dengan


Logam yang

cair atau gas


radionuklida yang terbuka.
Limbah yang mengandung logam Thermometer,
alat

bertekanan

berat

tinggi/ berat

termasuk dalam subkategori limbah

dalam

konsetrasi

tinggi pengukur tekanan darah,


residu

dari

kimia berbahaya dan biasanya sangat pemeriksaan

ruang
gigi,

dan

toksik. Contohnya adalah limbah sebagainya.


merkuri yangberasal dari bocoran
peralatan kedokteran yang rusak.
Kontainer

Limbah

bertekanan

berbagai

yang
jenis

berasal

dari tabung gas, kaleng aerosol

gas

yang yang mengandung residu,

digunakan di rumah sakit.

gas cartridge.

(sumber : Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan, 2005)

7.

Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap lingkungan dan kesehatan

Depkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan


dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
a. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi
dan rasa dari bahan kimia organik.
b. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,
logam nutrien tertentu dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus,

senyawa-senyawa

kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
kedokteran gigi.
e. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
8.

Jenis Tempat Sampah


Tempat sampah pilah ini berfungsi untuk memisahkan jenis sampah, organik,
non organik, B3, Kertas Dan Residu. Tempat sampah ini di bedakan atas 5
(Lima) jenis yakni;
a. Tempat sampah Organik di tandai dengan warna hijau dan bertuliskan
organik, sampah inilah yang dijadikan bahan pupuk kompos seperti daundaunan, bekas sayuran. Adanya tempat sampah ini sangat membantu dalam
mempercepat pembuatan kompos karena sudah terpisahkan antara organik,
non organik dan B3.
b. Tempat sampah Non Organik di tandai dengan warna kuning bertuliskan
Non Organik, seperti plastik bekas, gelas bekas air mineral kemasan jenis
plastik, dll Dengan adanya tempat sampah dengan Tulisan Anorganik, maka

akan membantu mempercepat pemanfaatannya sebagai Kerajinan Daur


ulang atau.
c. Tempat Sampah Infeksius ditandai dengan warna plastic kuning bertuliskan
sampah infeksius berisikan spuit, jarum dan benda tajam, darah, tinja,
pempers, plabot.
d. Tempat sampah dengan plastik hitam berisikan sampah seperti tissue, plastic
bekas makanan, botol minuman.
e. Tempat sampah B3 di tandai dengan warna MERAH bertuliskan B3 seperti
sampah beling, kaca, gelas beling, dll. Manfaat dari tempat sampah ini tentu
saja agar nantinya tidak membahayakan bgi orang lain.
f.
Tempat sampah khusus Kertas ditandai dengan warna BIRU. Dengan
bertuliskan Kertas pada tempat sampahnya.
g. Tempat sampah yang hanya diisi dengan kertas, manfatnya nanti akan
mempermudah kita dalam pengolahan Kerajinan.
h. Tempat sampah yang terakhir adalah warna ABU -ABU dengan Tulisan
Residu. Tempat sampah ini hanya boleh di isi sampah-sampah Selain 4 jenis
tersebut diatas.
i. Tempat sampah Infeksius adalah warna Kuning dengan tulisan sampah
infeksius. Tempat sampah ini hanya boleh diisi dengan plabot, kateter urin,
kateter infuse, cairan pasien, darah, pempers, tissue bekas cairan, hanscound,
masker.

BAB III
KAJIAN SITUASI
MANAJEMEN KEPERAWATAN GERONTIK DI BPSTW CIPARAY
A.

Profil Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay


BPSTW adalah unit pelayanan dinas sosial Provinsi Jawa Barat dalam
penanganan lanjut usia yang terlantar dan pemeliharaan taman makam pahlawan.
BPSTW mempunyai Visi Menjadi lembaga penyelenggara kesejahteraan sosial
yang prima di Jawa Barat Tahun 2018. BPSTW berada di Jalan Raya Pacet No.
186 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Tujuan dan fungsi dari BPSTW
adalah memberikan pelayanan dan perlindungan sosial terhadap lanjut usia
terlantar dalam upaya memenuhi hak dan kewajiban sebagaimana tercantum
dalam Undang-undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan sosial lanjut
usia.
BPSTW memiliki enam program pelayanan lanjut usia yaitu; pemenuhan
kebutuhan pokok, pemenuhan kebutuhan aksesibilitas sarana dan prasarana
pemenuhan kebutuhan kesehatan, pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, mental dan
spiritual, pemberdayaan, perlindungan, sosialisasi dan koordinasi. BPSTW
Ciparay lembaga milik pemerintah Provinsi Jawa Barat, seluruh fasilitas yang
digunakan olej lanjut usia BPSTW dibiayai oleh dana APBDN Provinsi Jawa
Barat.
Misi dinas BPSTW :
1. Meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia.
2. Meningkatkan saranadan prasarana pelayanan.
3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serat partisipasi sosial
masyarakat.
4. Meningkatkan sistem pelayanan.
5. Meningkatkan sistem informasi.
6. Meningkatkan pengelolaan keungan yang akuntabel.

Motto :
Bersih balaiku, sehat jiwa ragaku
Mandiri, berkarya, berkualitas tekadku, bahagia keluargaku
Mantap keimananku, bahagia di dunia dan akhirat harapanku
B.

Kajian Situasi
1. Sumber daya manusia (M1-Man)
a. Jumlah tenaga pegawai PNS & CPNS di BPSTW Ciparay.
Tabel 3.1
Distribusi tenaga pegawai PNS

NAMA PEGAWAI
JABATAN
Adang surahmin, A.KS., MM Kepala BPSTW Ciparay &
Pemeliharaan TMP
Dra. Hj. Lia Julia, MM
Kasubag Tata Usaha
Endang Sopandi
Bendahara Pengeluaran
Pembantu
Sudarna
Pengadministrasi Inventaris
Endang SPR
Pengadministrasi Inventaris
Ara
Pengadministrasi Arsiparis
Asep Iwan
Pengadministrasi Arsiparis
Abdul Rahman, S.Pdi
Bendahara Pengeluaran Gaji
Eneng dewi kania, Amd.
Pembantu Bendahara
Kep, SKM
Pengeluaran Pembantu
Kokom komariah
Pengadministrasi Umum
W. Asmanah
Pengadministrasi Umum
Herman suherman
Pengadministrasi Umum
Drs. H.M Hafied Fasya,
Kasie Penerimaan &
M.MPd
Penyaluran
Dra. Romlah
Pengadministrasi Penerimaan
Dianto Holid
Pengadministrasi Penyaluran
Drs. Aep Safari
Kasie Pelayanan Kessos
Siti Herdiani, Aks. MPS. Sp
Pembantu Bendahara
Pengeluaran Pembantu
Dina Sartika, AMK
Perawat
Dra. Yeyet mulyati
Pekerja Sosial Madya
Dedi Kusndi
Pekerja Sosial Penyelia
Siti Nurjanah
Pekerja Sosial Penyelia
Plenti
Pekerja Sosial Pelaksana

TMT
01-04-2014

GOLONGAN
IV/a

01-04-2011
01-04-2002

IV/a
III/b

01-04-2006
01-04-2014
01-04-2010
01-04-2010
01-04-2010
01-04-2013

III/b
I/a
III/d
II/a
III/a
III/d

01-04-2011
01-04-2010
01-04-2010
01-04-2013

I/d
I/d
I/a
III/d

01-04-2002
01-10-2009
01-04-2003
01-04-2011

III/d
III/d
III/d
III/d

01-04-2013
01-10-2010
01-10-2013
01-04-2013

IV/a
III/d
III/c
III/b

Delimarni
Ano

Lanjutan
Pekerja Sosial Penyelia
Pramuwerdha

01-10-2015

Tabel 3.2
Distribusi Tenaga Pegawai Tidak Tetap
Nama Pegawai Tidak Tetap
Hani Siti Ruliawati
Cucu
Oleh Sunandar
Maman Abdul Rahman
Gunawan
Ana Nuriana
Siti musitoh, A.md Kep
Adang
Sunardi
Ikhsan Fauzi, A.md Kep
Ai Bekty Nurhayati, AMK
Sunaryo
Andrie Wahyu S
Indra Gunawan
Heri Sugandi
Heri
Hermanto
Sena Krisna AD
Ipin
Ipar Pariati
Dedeh
Euis Rodiah
Titah Nurroswati
Yana Cahyana
Tedi Sunandar
Ficki Nurilahi, S.Pdi
Abdul Aziz Irawadi, S.ST
Rodiat
Elan Suherlan

JABATAN
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Pramuwerdha
Perawat
Perawat
Petugas Keamanan
Petugas Keamanan
Petugas Keamanan
Petugas Keamanan
Petugas Kebersihan
Petugas Kebersihan
Petugas Kebersihan
Petugas Kebersihan
Juru Masak
Juru Masak
Juru Masak
Juru Masak
Juru Masak
Tenaga Administrasi
Tenaga Administrasi
Tenaga Administrasi
Penjaga Kebun
Penjaga Kebun

a. Struktur Organisasi
Bagan 3.1
Struktur organisasi BPSTW
KEPALA
ADANG SURAHMIN, A.KS., MM.
NIP. 19661225 198802 1 001

SUB BAGIAN TATA USAHA


Dra. Hj. LIA JULIA, M.M.
NIP. 19650914 199102 2 002

SEKSI PENERIMAAN DAN


PENYALURAN

SEKSI PELAYANAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL

-Dra. YEYET MULYATI

Drs. H. M. HAFIED FASYA,


M.MPd.

Drs. AEP SAFARI

-DEDI KUSNADI

NIP. 1967415 1993309 1 001

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

NIP. 19601018 199103 1 002

-SITI NURJANAH
-PLENTI
1.
2.
3.
4.

SUB UNIT RPSTW GARUT


SUB UNIT RPSTW KARAWANG
SUB UNIT RPSTW BOGOR
SUB UNIT PEMELIHARAAN TAMAN
MAKAM PAHLAWAN CIKUTRA

c. Data Masalah yang di Hadapi Lansia


Tabel 3.4
Presentase Masalah Lansia di BPSTW Ciparay
No.
1.
2.

Keterangan
Gangguan tidur
Resiko jatuh

Presentase
10%
21%

3.
4.
5.

2.

Depresi
Demensia
Kunjungan keluarga
Total

8%
22%
39%
100

Keuangan (M2-Money)
Fasilitas untuk lansia di BPSTW dibiayai oleh dana APBDN Provinsi Jawa
Barat.

3. Metode (M3-Method)
BPSTW memiliki SOP penerimaan dan penyaluran, alur tahapan pelayanan
lanjut usia, persyaratan penerimaan,
a. Standar operasional prosedur penerimaan dan penyaluran.
- Home visit
- Penerimaan
- Penempatan klien
- Penyaluran ke keluarga
- Penyaluran ke makam
b. Alur tahapan pelayanan lanjut usia.
- Calon klien dititipkan dari ; dinas sosial, masyarakat, sub unit,
-

keluarga/individu & instansi.


Tahap seleksi
Registrasi calon peserta BPSTW
Program kerja BPSTW
Terminasi
- Klien/lansia dirujuk ke lembaga lain, meninggal dunia, kembali ke
keluarga & mandiri.
c. Persyaratan penerimaan
- Berusia 60 tahun keatas
- Mengisi formulir pendaftaran
- Surat keterangan tidak mampu
- Tidak sedang tersangkut masalah hukum
- Surat keterangan sehat dari dokter/puskesma

4. Sarana dan prasarana (M4-Material dan M5- Machine)


a. 16 Wisma, di dalam wisma terdapat 6-7 lansia / wisma dengan
fasilitas :
- Tempat tidur ( bantal, sprai, dan selimut)
- Lemari baju
- Meja makan

b.

c.

d.

e.
f.

g.

- Sofa
- TV
- Dispenser
- Peralatan makan
- Peralatan mandi
- Peralatan kebersihan
- Mesin cuci
- Setrika
- Jam dinding
- Kalender
Bangsal keperawatan lansia perempuan dan laki-laki dengan fasilitas :
- Tempat tidur
- Bantal
- Dispenser
- Peralatan mandi
Poliklinik lansia
- Nursing kit
- Alat timbang berat badan
- Persediaan obat-obatan
2 Ruang Aula dengan fasilitas :
- Kursi dan Meja
- Sofa
- AC
- Keyboard
- Alat-alat musik tradisonal (gong, calung, kolentang,dll)
Ruang pertemuan
- Kursi dan Meja
- Kipas angin
Rumah dinas
- Tempat tidur (sprei, bantal dan selimut)
- Kursi dan meja
- TV
- AC
- Peralatan mandi
- Peralatan makan
Kantor
- Kursi dan meja
- Lemari berkas
- Rak buku
- ATK (Alat tulis kantor)
- Komputer
- Printer

- AC
- Sofa
h. Dapur umum
- Kompor gas
- Alat memasak
- Tabung gas
- Tempat sampah
- Kursi dan meja makan
i. Taman dan lapangan
- Tempat sampah
- Lampu taman
- Mobil dinas
- Motor dinas
j. Pos keamanan
- Kursi dan meja
- TV
5. Lingkungan (E1-Enviroment)
BPSTW mendapatkan penghargaan sertifikat ISO pada tahun 2008, atas
penerapan sistem manajemen mutu dan telah dilakukan asesmen terhadap
kesesuaian standar : ISO-9001 : 2008 / SNI ISO 9001: 2008.
Tabel 3.5
Kajian lingkungan BPSTW
Kategori
Ventilasi

Sedang

Pencahayaan
Kebersihan
Kerapihan
Tempat tidur
Tempat

Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang

C. Identifikasi SWOT

Nilai

Usulan
Perlu adanya perbaikan
ventilasi yang lebih
memadai pada setiap
wisma.

Perlunya pengadaan

Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan
(faktor internal) yang dimiliki oleh BPSTW Ciparay juga menganalisis
peluang dan tantangan atau ancaman (faktor eksternal) yang dihadapi oleh
setiap wisma sebagai berikut :
1. Strenght (Kekuatan)
a. Memiliki lahan yang luas yaitu seluas 22.924,10 m
b. BPSTW memiliki pegawai dengan kualifikasi PNS sebanyak 18 orang
(perawat 4 orang dan dokter 1 orang), CPNS sebanyak 4 orang dan
pegawai tidak tetap sebanyak 31 orang.
c. Memiliki 16 wisma, aula, ruang perkantoran, ruang penerimaan dan
penyaluran, mesjid, ruang kesenian, dapur umum, rumah dinas.
d. Memiliki daya tampung lansia sebanyak 150 orang
e. Terletak di wilayah yang jauh dari polusi dan memiliki pemandangan
pegunungan
f. Memiliki bangsal keperawatan khusus lansia sakit
g. Memiliki poliklinik untuk pemeiksaan kesehatan lansia
h. Kunjungan dokter dalam seminggu untuk program pemenuhan
kebutuhan kesehatan berupa pemeriksaan rutin oleh dokter dan
perawat yang dilaksanakan setiap 2 kali dalam seminggu.
i. Terdapat program pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, mental dan
spiritual oleh tenaga yang berkompeten di bidangnya melalui
j.
k.
l.
m.
n.
o.

bimbingan olahraga, sosial, psikososial dan keagamaan.


Memiliki taman dan halaman yang luas
Memiliki susunan kegiatan lansia yang terlaksana dengan baik
Alur informasi dalam penerimaan lansia baru cukup jelas dan terarah
Terdapat tempat pemakaman untuk lansia yang sudah meninggal.
Terdapat jadwal kunjungan keluarga.
Terdapat perpustakaan mini di panti untuk lansia gunakan.

2. Weakness (Kelemahan)
a. Wilayah panti BPSTW terletak dekat dengan area pegunungan yang
sejuk akan tetapi lokasi tidak strategis dan sulit dijangkau karna jauh
dari wilayah perkotaan
b. Belum tersediannya sarana dan prasana yang optimal di perpustakaan
mini BPSTW Ciparay.

c. Belum tersedianya sarana ibadah untuk umat Kristen, Katolik, Budha,


dan Hindu
d. Terdapat kamar tidur dari beberapa wisma dengan ventilasi yang
kurang memadai.
e. Kurangnya kebersihan kolam di halaman yang dapat menimbulkan
penyakit.
f. Kunjungan dokter yang tidak sesuai dengan jadwal.
g. Program diet pada lansia dengan diagnosa Hipertensi kurang di
perhatikan.
h. Kurang optimalnya penanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga) di
sekitar wisma lansia BPSTW Ciparay.
i. Belum optimalnya pengelolaan sampah medis dan non medis di
BPSTW Ciparay.
3. Opportunity (Peluang)
a. Adanya UU Lanjut Usia No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia.
b. BPSTW Ciparay menerima pembiayaan langsung dari APBDN
Provinsi Jawa Barat.
c. Adanya pemberdayaan lansia diluar BPSTW Ciparay.
d. Adanya kunjungan dari pemerintah pusat atau yang mewakili.
e. Perencanaan untuk mengajukan pengadaan perpustakaan mini bagi
lansia sebagai saranan terapi kognitif
f. Perencanaan untuk rekreasi para lansia dengan mengadakan kegiatan
senam otak dan perlombaan
4. Threats (Ancaman)
1. Latar belakang budaya lansia yang berbeda akan menimbulkan
ancaman ketentraman
2. Semakin tingginya tuntutan lansia terhadap fasilitas dan pelayanan
yang disediakan Panti Werdha
3. Kurangnya kunjungan keluarga pada lansia
D. SWOT Analisis

Eksternal

Kekuatan/ Strength :

Weakness (W) :

1. Memiliki lahan yang luas

a.

yaitu seluas 22.924,10 m


2. BPSTW memiliki pegawai

BPSTW terletak dekat dengan

dengan kualifikasi PNS


sebanyak 18 orang (perawat
4 orang dan dokter 1
orang), CPNS sebanyak 4
orang dan pegawai tidak
tetap sebanyak 31 orang.
3. Memiliki 16 wisma, aula,
ruang perkantoran, ruang
penerimaan dan penyaluran,
mesjid, ruang kesenian,
dapur umum, rumah dinas
dan ruang mahasiswa
4. Memiliki daya tampung
lansia sebanyak 150 orang
5. Terletak di wilayah yang
jauh dari polusi dan
memiliki pemandangan
Internal

pegunungan
6. Memiliki bangsal
keperawatan khusus lansia
sakit
7. Memiliki poliklinik untuk
pemeiksaan kesehatan
lansia
8. Kunjungan dokter dalam
seminggu untuk program
pemenuhan kebutuhan

Wilayah

panti

area pegunungan yang sejuk


akan

tetapi

lokasi

tidak

strategis dan sulit dijangkau


karna

jauh

dari

wilayah

perkotaan
b.

Belum

sarana

dan

tersediannya
prasana

yang

optimal di perpustakaan mini


BPSTW Ciparay.
c.

Belum

tersedianya

sarana ibadah untuk umat


Kristen, Katolik, Budha, dan
Hindu
d.

Terdapat kamar tidur

dari beberapa wisma dengan


ventilasi

yang

kurang

memadai.
e.

Kurangnya kebersihan

kolam di halaman yang dapat


menimbulkan penyakit.
f.

Kunjungan

dokter

yang tidak sesuai dengan


jadwal.
g.
lansia

Program
dengan

diet

pada

diagnosa

kesehatan berupa

Hipertensi

pemeriksaan rutin oleh

perhatikan.

dokter dan perawat yang

h.

dilaksanakan setiap 2 kali

penanaman TOGA (Tanaman

dalam seminggu.
9. Terdapat program

kurang

Belum

optimalnya

Obat Keluarga) di sekitar


wisma

pemenuhan kebutuhan fisik,


sosial, mental dan spiritual
oleh tenaga yang

lansia

BPSTW

Ciparay.
i.

Belum

optimalnya

pengelolaan sampah medis

berkompeten di bidangnya
melalui bimbingan

dan non media di BPSTW


Ciparay.

olahraga, sosial, psikososial


dan keagamaan.
10. Memiliki taman dan
halaman yang luas
11. Memiliki susunan kegiatan
lansia yang terlaksana
dengan baik
12. Alur informasi dalam
penerimaan lansia baru
cukup jelas dan terarah
13. Terdapat tempat
pemakaman untuk lansia
yang sudah meninggal.
14. Terdapat jadwal kunjungan
keluarga.
15. Terdapat perpustakaan mini
di panti untuk lansia
gunakan.
Opportunities (O)
SO Strategi:
1. Adanya UU Lanjut 1. Memanfaatkan

di

WO Strategi :
ruang 1. Mengajukan proposal

Usia No.13 Tahun

kosong

1998

tentang

dalam area perpustakaan

pengadaan sarana yang

Kesejahteraan Sosial

mini untuk mengoptimalkan

optimal di area

Lanjut Usia.
2. BPSTW
Ciparay

sarana.
2. Mengadakan kegitan senam

berada

di

menerima

otak bagi lansia dan terapi

pembiayaan

musik.

langsung

dari

APBDN

Provinsi

Jawa Barat.
3. Adanya
pemberdayaan
lansia

diluar

BPSTW Ciparay.
4. Adanya kunjungan
dari
pusat
5.

yang

pemerintah
atau

yang

mewakili.
Perencanaan

untuk

mengajukan
pengadaan
perpustakaan

mini

bagi lansia sebagai


saranan
kognitif.
6. Perencanaan

terapi
untuk

rekreasi para lansia


dengan mengadakan
kegiatan senam otak
dan perlombaan

perencanaan tentang

perpustakaan mini.

Threats (T) :
ST Strategi:
WT Strategi :
1. Latar
belakang 1. Mengadakan kegiatan untuk 1. Meningkatkan sarana dan
budaya lansia yang

lansia

berbeda

membangun

akan

menimbulkan

yang

dapat

prasarana panti.

kerjasama

antar lansia.
2. Mengadakan kegiatan dan

ancaman
ketentraman.
2. Semakin tingginya
tuntutan

lansia

terhadap

fasilitas

penambahan fasilitas yang


menunjang

kesejahteraan

dan kemandirian lansia.

dan pelayanan yang


disediakan
3.

Panti

Werdha.
Kurangnya
kunjungan keluarga
pada lansia.
E. Perumusan Masalah
1. Belum optimalnya pengelolaan sampah medis dan non medis di klinik
BPSTW Ciparay.
Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek:
1. Magnetude (Mg)
Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi.
2. Severy (Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
3. Manageability (Mn)
Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahan,
4. Nursing Consent (Ns)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.
5. Affability (Af)
Ketersediaan sumber daya
Rentang nilai yang digunakan adalah 1-5 :

Sangat penting
:5
Penting
:4
Cukup penting
:3
Kurang penting
:2
Sangat kurang penting : 1
F. Scoring
No.
1.

MASALAH
Belum optimalnya

Mg Sv Mn Nc
4
4 4
3

Af SKOR
3 18

KET
I

pengelolaan sampah
medis dan non medis di
BPSTW Ciparay.
G. Alternatif Pemecahan masalah
No
1.

Alternatif pemecahan Masalah


C
Koordinasi dengan kepala pekerja sosial 4
BPSTW

Ciparay

Bandung

A
4

R
4

L
3

Score
15

Ket
I

13

II

tentang

pengadaan sarana dan prasarana terhadap


2.

pengelolaan sampah medis dan non medis.


Melakukan pendidikan kesehatan terhadap
petugas

BPSTW

Ciparay

tentang

pengelolaan sampah medis dan non medis


Keterangan :
C

: ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)

: kemudahan masalah yang ada (mudah di atasi atau tidak)

: kesiapan dari tenaga pelaksana

: seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain

Rentang penilaian 1 5 yaitu:


5 = Sangat mampu
4 = Mampu
3 = Cukup mampu

2 = Kurang mampu
1 = Tidak mampu
Berdasarkan skoring yang dilakukan terhadap alternatif penyelesaian masalah atau
rencana strategi diatas maka didapatkan 3 rencana strategi yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan di ruangan yaitu :
1. Koordinasi dengan kepala pekerja sosial BPSTW Ciparay Bandung tentang
pengadaan sarana dan prasarana terhadap pengelolaan sampah medis dan non
medis
2. Melakukan pendidikan kesehatan terhadap petugas BPSTW Ciparay tentang
pengelolaan sampah medis dan non medis

H. Analisis Fish Bone


1. Belum optimalnya pengelolaan sampah medis dan non medis di BPSTW Ciparay

MEN :

MATERIAL

MONEY

Kurangnya kesadaran
petugas klinik dalam
pengelolaan sampah medis
dan non medis di BPSTW
Ciparay

Kurangnya sarana dan


prasarana dalam
pengelolaan sampah di
BPSTW Ciparay

METHODE :

ENVIRONMENT :

MACHINE :

Belum tersedianya program


pengelolaan sampah medis dan
non medis di BPSTW Ciparay

Adanya kebijakan dari kepala


BPSTW

Ciparay

tentang

pendidikan kesehatan tentang


pengelolaan sampah

Belum optimalnya
pengelolaan sampah medis
dan non medis di BPSTW
Ciparay

Lingkungan
klinik
di
BPSTW Ciparay kurang
bersih
terutama
dalam
pengelolaan sampah

E. Perencanaan/Planning Of Action (POA)


Tabel 3.9
Planning Of Action (POA)
No

Masalah

Tujuan

Strategi

Kegiatan

Sasaran

Waktu

PJ

Biaya

1.

Belum

Tujuan

optimalnya

Panjang:
Setelah

pengelolaan
sampah
medis

dan

non medis di
Klinik
BPSTW
Ciparay

Jangka Melibatkan kepala ruangan


dilakukan

intervensi

selama

minggu

diharapkan

petugas

klinik

dapat

membedakan

tempat

pembuangan

sampah

medis dan non medis.


Tujuan
Jangka
Pendek:
Setelah

dilakukan

intervensi selama 3 hari


diharapkan
klinik

petugas
dapat

membedakan

tempat

pembuangan

sampah

medis dan non medis.

a. Mengobservasi

Petugas

maupun kepala klinik untuk

petugas klinik dalam klinik

mengingatkan

melakukan

tata

cara

pembuangan sampah pada

pembuangan

tempatnya sesuai label yang

sampah sesuai

sudah disediakan.

kepada kepala klinik


untuk

memberikan
pendidikan
kesehatan mengenai
perbedaan
pembuangan sampah
medis

dan

medis.
c. Membuat

non
leaflet

mengenai
pembuangan sampah
medis

dan

2016

juni Kelo
mpo
k2

tempatna
b. Berkonsultasi
ruangan

23-29

non

medis.
d. Mengkonsultasikan
leaflet kepihak panti
BPSTW.
e. Memberikan
pendidikan
kesehatan mengenai
perbedaan

tempat

buang sampah.
f. Mengevaluasi
dengan

berdiskusi

mengenai
pembuangan sampah
medis
medis.

dan

non

KESIMPULAN

Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan


dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi
pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah
tercapainya sesuatu tujuan. Setelah melakukan kajian situasi, mahasiswa
melakukan pengolahan data dengan melakukan analisis setiap data yang didapat
membuat analisis SWOT dan menetukan masalah yang akan disosialisasikan ke
ruangan dan melakukan intervensi serta implementasi keperawatan, Nursalam
2012.
Berdasarkan pada kajian di Klinik BPSTW Ciparay dan hasil analisis SWOT
yang mencakup kekuatan, kelemahan serta ancaman dan peluang dari SWOT
analisis ini disimpulkan dalam beberapa masalah yaitu menyangkut dengan
Belum optimalnya Belum optimalnya pengelolaan sampah medis dan non medis
di Klinik BPSTW Ciparay.

Anda mungkin juga menyukai