Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN-2 (PBL-2)

HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT, DETERMINING CONTROL DI


INSTALASI LAUNDRY RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO
SURAKARTA

Disusun Oleh:

Ega Delia Rizqah Firnanda J410211204

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023
LAPORAN
PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN-2 (PBL-2)

HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT, DETERMINING CONTROL DI


INSTALASI LAUNDRY RUMAH SAKIT ORTOPEDHI PROF. DR. R. SOEHARSO
SURAKARTA

Disusun Oleh:

Ega Delia Rizqah Firnanda J410211204

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL-2) RUMAH SAKIT
ORTOPEDHI Prof. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

Oleh :

Ega Delia Rizqah Firnanda J410211204

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah PBL -2

Telah diperiksa dan disahkan pada hari……. Tanggal…….

Pembimbing Lapang

Upiek Rachimah Rachim, S.KM ………………………………………………


NIP. 197711092006042006

Pembimbing Akademik

Windi Wulandari, S.KM., M.P.H ………………………………………………


NIK. 2079

Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

Dr. Yuli Kusumawati, S.KM., M.Kes (Epid)


NIK. 863

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan,
kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PBL) terkait
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang dilaksanakan di Rumah Sakit
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta.
Laporan Praktek Belajar Lapangan ini disusun sebagai salah satu syarat
syarat wajib yang harus ditempuh dalam Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam pelaksanaan
PBL dan penyusunan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai
pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Yuli Kusumawati, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2. Windi Wulandari., S.KM., M.PH selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan PBL ini.
3. Pimpinan Direktur Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta.
4. Rini Triyaningsih, S.KM., M. Pd., Upiek Rachimah Rachim, SKM, dan Supriyati.,
S.KM., MM. selaku pembimbing PBL di Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R.
Soeharso Surakarta.
5. Seluruh staff dan karyawan Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
Surakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan PBL.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
serta pembaca pada umumnya.

Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakatuh.


Surakarta, 18 Agustus 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................................iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................. 2
C. Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II DESKRIPSI RSO Prof DR.R Soeharso .......................................................... 4
A. Profil dan Sejarah RSO Prof DR.R Soeharso ................................................... 4
B. Visi Misi .............................................................................................................. 6
C. Lokasi ................................................................................................................. 7
D. Struktur Organisasi ............................................................................................ 7
E. Deskripsi Unit Kerja............................................................................................ 8
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................................................... 14
A. Rincian Kegiatan PBL-2 ................................................................................... 14
B. Masalah di Lapangan ....................................................................................... 16
BAB IV LANDASAN TEORI ...................................................................................... 17
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................................. 23
A. Analisis Masalah dan Prioritas Masalah .......................................................... 23
B. Alternatif Penyelesaian Masalah ..................................................................... 26
BAB VI PENUTUP ...................................................................................................... 31
A. Kesimpulan....................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 32
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Kegiatan PBL 2 ......................................................................................14
Tabel 2. Skala “Likelihood/kemungkinan “ .......................................................................19
Tabel 3. Skala “Severity / Keparahan”..............................................................................19
Tabel 4. Skala “Risk Matrix / Tingkat Risiko” ...................................................................20
Tabel 5. Formulir Dokumen HIRADC di Laundry terkait Kesehatan Kerja ..................26

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Prof. DR. R. Soeharso Surakarta ..........7
Gambar 2. Sturktur Organisasi Instalasi Kesling dan K3 .................................................8
Gambar 3. Hirarki Pengendalian Risiko ...........................................................................22

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Balasan PBL-2
Lampiran 2 Surak Keputisan Pelaksanaan K3RS
Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 4 Struktur Organisasi RS Ortopedi Prof. DR. R Soeharso Surakarta
Lampiran 5 Struktur Organisasi Instalasi Kesling Dan K3
Lampiran 6 Program Kerja Instalasi kesling dan K3
Lampiran 7 Alur Proses Instalasi Laundry
Lampiran 8 Denah RS Ortopedi Prof DR. R Soeharso Surakarta
Lampiran 9. Jadwal Program K3 RSO
Lampiran 10 Logbook Kegiatan

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Belajar Lapangan-2 (PBL-2) adalah bentuk proses pembelajaran
dengan mengaplikasikan teori dasar kesmas dalam melakukan diagnosis
masalah kesehatan di institusi yang menjadi tempat PBL-2. Kegiatan PBL-2 ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi utama professional kesmas
yang tercantum dalam naskah Akademik Pendidikan Tinggi Kesehatan
Masyarakat. Program PBL-2 yang dilakukan mahasiswa diharapkan dapat
menambah wawasan dan keterampilan dalam mendirikan atau menjalankan
suatu organisasi. Melalui program ini, mahasiswa juga diharapkan mendapatkan
kemampuan professional untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
dalam pemecahan masalah kesehatan di lapangan.
Rumah Sakit Ortopedi Dr. R. Soeharso Surakarta merupakan rumah
Rumah Sakit tipe A Pendidikan Kolegium Ilmu Ortopedi dan Traumatologi
Indonesia yang merupakan rujukan nasional. Untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan atau pemakai jasanya, salah satu misi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr.
R. Soeharso Surakarta adalah menyelenggarakan pelayanan Ortopedi
Traumatologi dan Rehabilitasi Medik yang paripurna berorientasi pada kebutuhan
dan kesehatan pasien, dan berkualitas, serta terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. Oleh karena itu, perlu untuk meningkatkan kualitas pelayanan
melalui peningkatan dan pemanfaatan sumber daya yang seoptimal mungkin,
terutama sumber daya manusia yang professional.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.66 Tahun 2016 tentang K3
Rumah Sakit yang menjelaskan bahwa Rumah Sakit merupakan tempat kerja
yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan Sumber Daya
Manusia (SDM) rumah sakit, pasien, pendamping pasien ,pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit (Kemenkes, 2016). Bahwa dalam rangka pengelolaan
dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
di rumah sakit perlu diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah
sakit agar terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan

1
nyaman. Keberhasilan dari program K3 RS tidak lepas dari sikap kepatuhan baik
pengunujung, karyawan, manajemen dalam melaksanankan peraturan dan
kebijakan terkait K3 RS untuk mendukung terciptanya zero accident di rumah
sakit. Oleh karena itu penulis memilih Rumah Sakit Ortopedi Prof DR.R Soeharso
Surakarta sebagai tempat praktek Belajar Lapangan (PBL) -2 karena ingin belajar
dan mengetahui peran K3RS yang diterapkan dalam Rumah Sakit Ortopedi Prof
DR.R Soeharso Surakarta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
keterampilan, dan etos kerja mahasiswa dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang ada di rumah sakit
ortopedi Prof. DR.R Soeharso Surakarta.
b. Mahasiswa mampu mempriotitas permasalahan yang ada di rumah sakit
ortopedi Prof. DR. R Soeharso Surakarta.
c. Mahasiswa mampu memberikan alternatife solusi dari masalah yang ada
di Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R Soeharso Surakarta.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Ortopedi Prof DR.R Soeharso Surakarta
a. Dapat meningkatan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di Rumah Sakit secara lebih baik.
b. Adanya masukan yang bermanfaat dari observasi selama mahasiswa
melaksanakan PBL.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Menambah refrensi kepustakaan bagi program studi kesehatan
masyarakat khususnya peminatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan proses
peningkatan belajar mengajar.

2
3. Bagi Mahasiswa
a. Sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
kerja sehingga dapat memahami kegiatan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) serta Kesehatan lingkungan di rumah sakit.
b. Mengetahui implementasi penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang berada di rumah sakit.

3
BAB II
DESKRIPSI RS ORTOPEDI PROF. DR. R SOEHARSO SURAKARTA
A. Profil dan Sejarah RS Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta
1. Profil Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta
Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakartaadalah rumah
sakit negeri tipe A. rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan sub spesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan
tertinggi atau disebut sebagai rumah sakit pusat. Rumah Sakit Ortopedi Prof.
Dr. R. Soeharso Surakarta berdiri diatas lahan seluas 10,3 Ha dan berbatasan
dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta disebelah barat, mendungan
disebelah timur, dan utara, dan Jl. Ahmad Yani desebelah selatan (RSO, 2022).
Jumlah SDM yang ada di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta sebanyak 590 orang yang dibagi menjadi 38 orang sebagai dokter,
190 orang sebagai perawat, 200 orang sebagai administrasi, dan 146 orang
sebagai penunjang medik, dan 16 orang sebagai pegawai kontrak.
Layanan yang terdapat di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta antara lain:
a. Layanan Nyeri Dan Akupuntur
b. Layanan Rawat Jalan
1) Layana Sub Spesialis Ortopedi
a) Sub Spesialis Ortopedi - Spine
b) Sub Spesialis Ortopedi - Adult Reconstruction
c) Sub Spesialis Ortopedi – Pediatric
d) Sub Spesialis Onkologi
e) Sub Spresialis Upper Limb Dan Micro Surgency
2) Klinik Rehabilitasi Medik
a) Klinik Spesialis Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi
b) Fisioterapi
c) Okupasi Terapi
d) Ortotis Prostestik
e) Psikologi

4
f) Terapi Wicara
g) Pekerja Sosial Medik (PSM)
h) DBC (Documentation Based Care)
3) Klinik spesialis lain
a) Klinik penyakit dalam
b) Klinik neurologi
c. Pelayanan penunjang.
1) CSSD (Central Sterile Supply Department)
2) Farmasi
3) Gizi
4) Laboratorium
5) Radiologi
2. Sejarah Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta
a. 28 Agustus 1951 berdirinya Rehabilitasi Centrum (RC).
b. Tahun 1955, RC berkembang menjadi 2 lembaga orthopedic dan prothese
(LOP) dan pusat rehabilitasi penderita cacat tubuh (PRPCT).
c. 24 April 1978, LOP berubah menjadi RS Orthopedi dan Prothese (RSOP).
d. 8 juni 1994, Nama rumah sakit diganti menjadi RS. Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta dan ditetapkan sebagai rumah sakit pusat rujukan
nasional pelayanan ortopedi.
e. 15 Agustus 2006, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
terakreditasi 15 pelayanan.
f. 26 Juni 2007, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta menjadi badan
layanan umum (BLU).
g. 20 Juni 2008, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta ditetapkan
sebagai Rumah Sakit kelas A pendidikan.
h. 27 Juni 2008, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sebagai RS
Pendidikan kolegium ilmu ortopedi dan traumatology Indonesia.
i. 23 Juli 2010, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta terakreditasi
penuh tingkat lengkap 15 pelayanan

5
j. Tahun 2014, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sertifikat RS
Pendidikan terakreditasi paripurna bintang lima versi KARS.
k. Tahun 2015, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sebagai RS
khusus ortopedi klasifikasi A.
l. Tahun 2017, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta menjadi RS
afiliasi pendidikan ortopedi FK UNS, Reakreditasi bersi KARS, lulus WBK
oleh TPI Kemenkes, dan RS dengan contributor berita pelayanan
kesehatan teraktif.
m. Tahun 2018, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta menjadi PLKK
BPJS Ketenagakerjaan rujukan Nasional, lulus paripurna KARS, rekor
MURI : pemrakarsa dan penyelenggara deteksi sini scoliosis pelajar
terbanyak (RSO, 2022).

B. Visi Misi
1. Visi
“Menjadi RS Ortopedi Unggulan dengan pelayanan Prima”
a. Unggulan :
- Menerapkan teknologi minimally invasive pada 25% operasi yang
dilakukan di RS Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta
- Klinisi yang tersertifikasi sesuai dengan profesinya masing-masing
- Setiap layanan unggulan memiliki minimal 1 tim (dedicated)
b. Pelayanan Prima :
- No-delay (ontime delivery)
- No-error (reliabel)
- No-harm (mutu klinis sesuai standar)
- No-complaint (RSO, 2022).
2. Misi
a. Mewujudkan pelayanan sub spesialistik ortopedi traumatology terintegrasi
pendidikan dan penelitian secara paripurna.
b. Mewujudkan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat,
efektif, efisien, dan akuntabel.

6
c. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional, inovatif, dan
kreatif,dan
d. Mewujudkan jejaring pelayanan berkelanjutan (RSO, 2022).

C. Lokasi
Rumah sakit ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, beralamatkan di Jl.
Ahmad Yani No. 157, Mendungan, Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo, Jawa Tengah 57162.

D. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Prof. DR. R. Soeharso


Surakarta

7
2. Struktur Organisasi Instalasi Kesling dan K3

Gambar 2. Sturktur Organisasi Instalasi Kesling dan K3

E. Deskripsi Unit Kerja


Instalasi Kesling K3 di Rumah Sakit Ortopedi Prof DR.R Soeharso Surakarta
memiiki beberapa rogram kerja yang di laksanakan oleh Instalasi Kesling dan K3
tahun 2023 sebagai berikut lain:
1. Peyehatan Air
a. Pemeriksaan kualitas air dan analisa
b. Pemeriksaan kualitas air bersih (intern)
c. Pemeliharaan sarana pengolahan air bersih (WT)
d. Pembubuhan bahan disinfektan air bersih
e. Pencatatan debet air (water meter)
f. Pembersihan reservoir atas

8
2. Penyehatan Udara
a. Pengukuran suhu dan kelembaban ruangan
b. Pemeriksaan mikrobiologi udara
c. Analisa hasil pemeriksaan
3. Peyehatan Tanah
a. Monitoring pengelolaan limbah
b. Monitoring pengelolaan abu sisa pembakaran insenerator
c. Pengecekan jaringan pipaan air limbah
d. Monitoring konstruksi TPS sesuai aturan
4. Penyehatan pangan siap saji
a. Monitoring tempat pengelolaan makanan di instalasi gizi, peralatan makan
b. Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan, rectal swab
c. Monitoring pengelolaan makanan di instalasi gizi
d. Pemeriksaan bahan tambahan pangan (BTP)
e. Pemeriksaan mikrobiologi peralatan makan/masak (usap alat)
f. Pemeriksaan mikrobiologi pangan siap saji
g. Laporan dan analisa hasil pemeriksaan
5. Penyehatan sarana dan Bagunan
a. Pemantauan kebersihan gedung atau banguna RS
b. Pemantauan pengelolaan taman, halaman, dll
c. Kuesioner indicator kebersihan lingkungan
d. Pengukuran kebisingan dan pencahayaan ruangan
e. Monitoring ketersediaan fasilitas sanitasi di ruangan RS
1) Limbah Padat Domestik
a) Monitoring pengelolaan limba domestic (pewadahan,
pengangkutan, penyimpanan).
b) Pemilahan dan pengurangan sampah (pemisahan tempat sampah
sesuai jenis, pencatatan volume sampah, pengumpulan untuk
dimanfaatkan kembali)
c) Penyediaan fasilitas penanganan sampah domestic (tempat
sampah, TPS, Kereta pengangkut)

9
d) Penanganan vektor dan binatang pengganggu di area TPS
2) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
a) Identifikasi limbah B3
b) Pengelolaan limbah B3 (pewadahan, pengangkutan, dan
pemusnahan)
c) Pencatatan volume sampah B3
d) Pelaporan limbah B3
3) Limbah Cair
a) Pengolahan limbah cair
(1) Pengukuran debit air limbah
(2) Penambahan disinfektan
b) Pengukuran volume lumpur
c) Analisa laboratrium limbah cair
d) Pemeliharaan dan pengecekan jaringan air limbah
e) Pemeliharaan sarana pengolahan limbah cair
4) Limbah Gas
a) Pemeriksaan kualitas udara emisi cerobong asap, emisi
kenderaan bermotor
b) Pemeriksaan udara ambien
c) Analisa hasil pemeriksaan
6. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
a. Pengendalian serangga atau vektor
b. Penanganan binatang pengganggu
c. Abatisasi
7. Pengawasan linen (laundry)
a. Pengawasan pengelolaan linen rumah sakit
b. Pemeriksaan mikrobiologi sampai linen bersih
c. Analisa hasil pemeriksaan
8. Pengawasan dekontaminasi melalui strelisasi dan desinfeksi
a. Monitoring suhu dan kelembaban
b. Monitoring sterilisasi ruangan

10
c. Pemeriksaan mikrobiologi
d. Analisa hasil pemeriksaan
9. Pengawasan kegiatan konstruksi / renovasi Bangunan RS
a. Monitoring pengelolaan air limbah proyek
b. Monitoring pengelolaan sampah proyek
c. Monitoring pengelolaan kebersihan lingkungan proyek
10. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Manajemen risiko K3 RS
b. Keselamatan dan keamanan di RS
1) Safety patrol / inspeksi K3RS
2) Perijinan dan pemeriksaan obyek K3 dan analisa hasil
3) PCRA
4) Pengelolaan kecelakaan kerja
c. Pelayanan Kesehatan Kerja
1) Pemeriksaan kesehatan awal pegawai baru (skrening awal)
2) Monitoring pajanan dan kebisingan
3) Vaksinansi dan pemeriksaan kesehatan berkala dan lapran
4) Pemeriksaan khusus rectal swab dan usap tanga
5) Pemantauan obat P3K
6) Pemantauan APD
7) Pemeriksaan lingkungan kerja dan analisa hasil pemeriksaan
8) Usulan pelatihan penaganganan pasien yang aman dan kekerasan di
tempat kerja
9) Pengendalian kesehatan mentan dan layanan konseling
d. Pengelolaan B3 (Inventarisasi B3, MSDS, Monev)
1) Inventarisasi B3
2) Pemenuhan kelengkapan B3 (label, rambu, MSDS, dll)
3) Pemantauan / monitoring B3
e. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
1) Inventarisasi sarana proteksi kebakaran
2) Identifikasi bahaya (FSRA)

11
3) Melakukan pemantauan dan pengecekan sarana proteksi kebakaran
4) Pemetaan area berisiko tinggi kebakaran dan ledakan (peta area
berisiko tinggi, APAR/Hidran, jalur evakuasi dan denah lokasi setiap
gedung)
5) Melakukan persiapan simulasi penanggulangan kebakaran
6) Menfasilitasi uji fungsi sarana proteksi kebakaran (koordinasi dengan
IPSRS)
7) Melakukan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
f. Pengelolaan Sarana Prasarana RS dari aspek K3
1) Memastikan adanya daftar inventaris sarana prasarana RS
2) Memastikan terpeliharanya sarana prasarana RS
3) Melakukan pemantauan uji fingsi atau uji coba peralatan baru dan
lama
g. Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3
1) Memastikan adanya daftar inventaris sarana prasarana RS
2) Memastikan terpeliharanya sarana prasarana RS
3) Melakukan pemantauan uji fungsi /uji coba peralatan baru dan lama
4) Memastikan adanya penandaan perlatan medis yang digunakan
dan tidak digunakan
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat/ bencana (identifikasi,
pemetaan, kelengkapan jalur evakuasi, simulasi
1) Identifikasi bahaya (membuat HVA dan HIS)
2) Membuat pemetaan tempat tempat berisiko dan berbahaya
3) Melakukan pemantauan kesiapan sarana dan prasarana tanggap
darurat RS
4) Mengusulkan pemantauan kesiapan sarana dan prasarana tangga
darurat RS
5) Mengusulkan kebutuhan rambu-rambu darurat
i. Laporan
1) Laporan RKL-RPL ke DLH
2) Laporan pengelolaan lingkungan ke KLHK (simple/online)

12
3) Laporan pengelolan B3 ke KLHK (online)
4) Pelaporan ke Dirjen Kesjaor Kemenkes
5) Pelaporan RS berhias
j. Organisasi manajemen dan SDM
1) ORMEN
a) Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan
(1) Bulanan
(2) Tribulan
(3) Tahunan
b) Penyusunan rencana kebutuhan
c) Koordinasi internal

13
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Rincian Kegiatan PBL-2
Kegiatan PBL-2 dilaksanakan selama 4 pekan di RS Ortopedi Prof DR.R
Soeharso Surakarta adapun rincian kegiatan pelaksanaan sebagai berikut :
Tabel 1 Rincian Kegiatan PBL 2

No Kegiatan Uraian Kegiatan


1 Orientasi Mahasiswa Orientasi ini dimulai hari pertama masuk PBL
PKL 2 pada tanggal 24 Juli 2023 oleh bagian diklit
yang dimana pada kegiatan mahasiswa ini
dilakukan pembekalan lingkungan RSO dan
dilanjutkan perkenalan program kerja pada
instalasi Kesling dan K3
2 Pengendalian vektor Kegiatan pengendalian vektor lalat pada
kamar mandi di area gedung Instalasi Bedah
Sentra (IBS), bangsal anggrek 1 dan 2,
bangsal bougenvil, dan bangsal cempaka.
Pengendalian ini dilakukan dengan cara
penyemprotan desinfektan disetiap lubang-
lubang kamar mandi.
Pengukuran kepadatan pada lalat
3 Pengelompokan hasil Pengelompokan dokumen hasil Medical
Medical Check Up Check Up (MCU) seluruh karyawan rumah
(MCU) Karyawan RSO yang disesuaikan dengan nama tempat
di rak penyimpanan.
4 Inspeksi APAR Inspeksi (APAR) di area basement, IBS,
Laundry, Kantin, ex tempat penitipan anak,
Rumah dinas, Ruang memorial, gas medis
timur, ruang PDDS
5 Pemantauan APD Pemantauan APD di area laundry, bangsal
anggrek, insenerator, TPS B3, dan area
Ortotik protetik
6 Monitoring Penyimpanan Bahan B3 di area laundry,
Penyimpanan Bahan B3 gedung farmasi, gedung logistic,
7 Pengambilan sampel Pengambilan sampel swab pada dinding,
swab lantai, AC, Bed dan Udara pada Ruang
Ooerasi, ICU, CSSD, igd, Bangsal Anggrek1
dan 2, Bangsal Cempaka, Bangsal Dahlia,
Bangsal Bougenvil, dan Poli umum gedung
pelayanan terpadu
8 Pengukurang faktor pengukuran lingkungan fisik seperti
lingkungan fisik kebisingan, pencahayaan, kelembaban, dan
suhu pada area bangsal anggrek 1, bangsal

14
anggrek 2, area mesin penggering laundry,
insenerator, koridor dan tangga gedung
pelayanan terpadu, farmasi, laboratorium,
CSSD, Radiologi, Ortotik prostetik, bangsal
dahlia, bangsal bougenvil, bangsal cempaka,
logistic, gizi, workshop IPSRS, ICU
9 Monitoring inspeksi K3 Monitoring inspeksi K3 RS dilakukan pada
RS bangsal anggrek 1 dan 2, laundry, ortotik
protestik
10 Monitoring kotak P3K Melakukan pengecekan dan pengisian kotak
P3K di seluruh area RSO yang terdapat kotak
P3K
11 Monitoring assessment Monitoring ini untuk mengetahui para pekerja
pre-kontruksi (PCRA) proyek mematuhi peraturan yang berada di
RSO. Untuk proyek ini yakni pembongkaran
kamar mandi lantai 4 dan 5 gedung
pelayanan terpadu dan bangsal anggrek
12 Monitoring Inventaris Monitoring pada mesin genset belakang
alat dan untility RSO untuk memastikan keadaan mesin masih
aman untuk digunakan serta perlu dilakukan
maintenance pada mesin
13 Pembuatan safety Kegiatan dengan pemasangan safety sign
briefing jalur evakuasi di ruang teater dan pembuatan
video safety brefing di ruang teater lantai 5
gedung pelayanan terpadu
14 Inpeksi Spill Kit dan Inspeksi ini dilakukan pengecekan spill kit dan
safety kit safety kit yang berada di area RSO
15 Pengambilan sampel air Pengambilan sampel air limbah pada Outlet
limbah dan air bersih IPAL dan air bersih pada area IGD, OK (IBS),
OK (WK), Bangsal anggrek, Gizi, dan Poli
Gigi untuk dilakukan pemantauan kadar
bakteri
16 Rekaputulasi limbah Rekapitulasi berat limbah padat B3 dari
infeksius dan benda aplikasi ME-SMILE ke manual book (logbook)
tajam beserta safety box RSO dan melakukan rekapitulasi limbah
dalam safety box untuk keperluan pelaporan
dari bulan mei sampai dengan pertengahan
juni 2023
17 Inspeksi Tangga Darurat Melakukan kegiatan check list pada formulir
inspeksi tangga darurat gedung pelayanan
terpadu

15
B. Masalah di Lapangan
Setelah dilakukan observasi ditemukan beberapa masalah di instalasi
Kesling dan K3 yang ada di RS Ortopedi Prof DR.R Soeharso Surakarta
khususnya di bidang K3, antara lain:
1. Kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) cleaning service waktu
pengangkutan sampah baik infeksius maupun non infeksius.
2. Belum terlaksananya Hazard Identification, Risk Assesment, Determining
Control (HIRADC) terkait kesehatan kerja pada instalasi laundry.
3. Hasil pengukuran pencahayaan masih melebihi batas Nilai Ambang Batas.
4. Belum dilakukan pemberian materi induksi K3 (safety induction/briefing)
kepada tamu/pekerja proyek di beberapa area RSO

16
BAB IV
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Risiko K3RS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 66 Tahun 2016 tentang K3
Rumah Sakit yang menejelaskan bahwa Manajemen risiko K3RS adalah proses
yang bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja secara komperhensif di lingkungan Rumah Sakit.
Manajemen risiko merupakan aktifitas klinik dan administrasi yang dilakukan oleh
Rumah Sakit untuk melakukan indentifikasi, evaluasi, dan pengurangan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini akan tercapai melalui kerja sama antara
pengelola K3RS yang membantu manajemen dalam mengembangankan dan
mengimplementasikan program keselamatan dan kesehatan kerja, dengan
kerjasama seluruh pihak yang berada di rumah sakit (Kemenkes, 2016).
Dalam melakukan manajemen risiko K3RS perlu dilakukan hal hal seagai
berikut:
1. Bahaya potensial/ hazard adalah suatu keadaan atau kondisi yang
mengakibatkan (berpotensi) menimbulkan kerugian (cedera /injury /penyakit)
bagi pekerja, meyangkut lingkungan kerja, dan pekerjaan.
2. Risiko yaitu kemungkinan atau peluang suatu hazard menjadi suatu
kenyataan, yang bergantung pada pajaran, frekuensi, konsekuensi, dan dose
response.
3. Konsekuensi adalah akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara
kualitatif atau kuantitaif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan
atau menguntungkan (Kemenkes, 2016).

Didalam Rumah Sakit juga dilakukan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


yang dimana PPI adalah upaya untuk mencegah dan meninimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, penunjung dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017).
B. Identifikasi Bahaya Potensial
Identifikasi bahaya potensial merupakan langkah pertama manajemen risiko
kesehatan di tempat kerja. Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi bahaya

17
kesehatan yang terpajan pada pekerja, pasien, pengantar dan pengunjug yang
dapat meliputi:
1. Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin.
2. Kimia, contohnya formaldehid, alcohol, ethaline okside, bahan pembersih
lantai, desinfectan, clorine.
3. Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing, dan
sebagainya.
4. Ergonomic, contohnya beban kerja, hubungan atasan dan bawahan,
hubungan antar pekerja yang tidak harmonis.
5. Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung, terpotong, tersayat, tertusuk.
6. Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis, hubungan arus pendek
kebakaran akibat listrik.
7. Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan
limbah cair.
Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap
proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau
barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah
yang terbentuk proses produksi (Kemenkes, 2016).
C. Analisis Risiko
Risiko adalah probabilitas/kemungkinan bahaya potensial menjadi nyata,
yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya
yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan.
Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene
perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko
gangguan kesehatan. Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran
(magnitude) risiko kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan
keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas
bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik
dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial (Kemenkes, 2016).
Karakterisasi risiko mengintegrasikan semua informasi tentang bahaya
yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau

18
pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan
pekerja, termasuk pengalaman kejadian kecelakaan atau penyakit akibat kerja
yang pernah terjadi. Analisis awal ditujukan untuk memberikan gambaran seluruh
risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Prioritas diberikan
kepada risiko-risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian
(Kemenkes, 2016).
Penilaian risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko
yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya (likelihood) dan
keparahan bila risiko tersebut terjadi (severity atau consequences). Likelihood
menunjukan seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi, menurut standar AS/NZS
4360 kemungkinan atau likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang
sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat. Severity atau tingkat
keparahan diberi rentang antara dampak terkecil sampai dampak terbesar dari
suatu risiko. Skala dari nilai likehood dan severity dapat dilihat pada tabel 1 dan
tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Skala “Likelihood/kemungkinan “

Level Kriteria Keterangan


5 Almost Certain/ Terjadi hampir disemua keadaan
selalu terjadi
4 Probable/ Sangat mungkin terjadi hampir disemua
Cendureng terjadi keadaan
3 Possible/ Mungkin terjadi pada suatu waktu
mungkin dapat
terjadi
2 Rarely/ Dapat terjadi pada suatu waktu
Kemungkinan
1 Unlikey / Jarang Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu
Sumber : New Zealand Standar, 4360:1999 (2003)
Tabel 3. Skala “Severity / Keparahan”

Level Kriteria Keterangan


1 Insignification Tidak terjadi cidera, kerugian keuangan kecil
2 Minor P3K, penanganan di tempat dan kerugian
keuangan sedang
3 Moderate Memerlukan perawatan medis, penanganan
ditempat dengan bantuan pihak luar, kerugian
keuangan besar

19
4 Major Cidera berat, kehilangan kemampuan produksi,
penanganan luar area tanpa efek negatif,
kerugian keuangan besar
5 Catastrophic Kematian, keracunan hingga ke luar area
dengan gangguan, kerugian keuangan besar
Sumber : New Zealand Standar, 4360:1999 (2003)
Setelah didapatkan nilai likelihood dan severity selanjutnya menentukan
nilai risiko untuk mendapatkan level risiko. Untuk mendapatkan nilai risiko dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑅𝑖𝑠𝑘 = 𝐿𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑 × 𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦
Setelah mendapatkan nilai risiko selanjutnya dimasukan ke dalam tingkat
risiko (risk matrix) untuk mengetahui level risiko daribahaya yang teridentifikasi.
Skala risk matrix dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4. Skala “Risk Matrix / Tingkat Risiko”

Severity
Likelihood
1 2 3 4 5
Unlikely 1 1 2 3 4 5
Rarely 2 2 4 6 8 10
Possible 3 3 6 9 12 15
Probable 4 4 8 12 16 20
Almost Certain 5 5 10 15 20 25
Keterangan:
• Trival (1-2) = Tidak diperlukan tindakan
• Acceptable (3-5) = Tidak diperlukan tindakan tambahan. Memerlukan
pemantauan (patrol) untuk memastikan pengendalian yang ada dipelihara
• Moderate (5-9) = Harus melakukan tindakan untuk menurunkan tingkat risiko
Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam periode waktu
tertentu (12 bulan).
• Substansial (10-15) = Harus melakukan tindakan untuk menurunkan tingkat
risiko. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam periode
waktu tertentu (6 bulan)
• Unacceptable (16-25) = STOP !! Pekerjaan sebaiknya tidak dilakukan sampai
tingkat risiko diturunkan. Penggunaan sumberdaya dapat dipertimbangkan
untuk dialokasikan dalam menurunkan risiko. Bila risiko melibatkan

20
pekerjaan yang sedang berlangsung, perlu diambil tindakan segera. Jika
resiko tidak mungkin diturunkan sekalipun dengan sumberdaya yang tidak
terbatas, pekerjaan dihentikan dan tidak boleh dilakukan (dalam waktu 7 hari,
minimum pengendalian administratif harus dilakukan)
D. Pengendalian Risiko
Pengandalian risiko dilakukan berdasarkan hasil dari identifikasi bahaya
dengan mempertimbangkan hasil dari risk assessment yang di peroleh untuk
menentukan prioritas dan pengendalian apa yang harus digunakan. Dalam
menentukan pengendalian risiko yang akan dilakukan, maka harus
mempertimbangkan hirarki pengendalian. Dimana hirarki pengendalian terdiri
atas 5 yaitu:
1. Menghilangkan bahaya (eliminasi)
Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan atau tahapan proses
yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja
atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya
pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan peraturan atau standar
baku K3 yang melampaui NAB. Eliminasi ini cara pengendalian yang paling
baik, karenarisiko terjadinnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
ditiadakan.
2. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada (substitusi)
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan
dan perlatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau
yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih
diterima.
3. Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah
seseorang terpapar kepada potensi bahaya.
4. Pengendalian secara administrasi
Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan sesorang terpapar

21
bahaya. Pengendalian ini sangat tergantung pada perilaku pekerjanya dan
memerlukan pengawasan yang teratur
5. Alat Pelindung Diri (APD).
Alat pelindung diri secara umum adalah sarana pengendalian jangka
pendek dan bersifat sementara manakala sistem pengendalian yang
permanen belum bisa diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir
pengendalian risiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan karena penggunaan
APD mempunyai beberapa kelemahan yaitu APD hanya membatasi dan
tidak menghilangkan risiko yang ada dan juga penggunaan APD dirasakan
tidak nyaman (Tarwaka, 2014).
Gambar 3. Hirarki Pengendalian Risiko

22
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah dan Prioritas Masalah
1. Kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) cleaning service waktu
pengangkutan sampah baik infeksius maupun non infeksius.
Pada waktu pembuangan sampah yang di kumpulan dari bangsal,
pelayanan terpadu rawat jalan, IBS, WK yang terdapat sampah infeksius
maupun non infeksius yang dihasilkan. Pada saat dikumpulkan di tempat
pengumpulan sampah infeksius di area insenerator, cleaning service tidak
menggunakan APD yang lengkap berupa sarung tangan, dimana sampah
infeksius dapat menularkan penyakit nosocomial jika tidak menggunakan
APD sarung tangan. Pada saat pembuangan sampah non infeksius di lokasi
TPS B3 juga cleaning service tidak menggunakan APD berupa sarung
tangan.
APD merupakan alat yang wajib digunakan saat akan melakukan
pekerjaan yang memiliki tingkat risiko tertentu atau ketika dihadapkan pada
pekerjaan dengan kondisi tertentu. APD merupakan suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh dari bahaya bahaya kecelakaan kerja,
dimana secara teknis dapay mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan
kerja yang terjadi (Suma’mur 2009).
2. Belum terlaksananya Hazard Identification, Risk Assesment, Determining
Control (HIRADC) terkait kesehatan kerja pada instalasi laundry.
Masalah pada belum adanya dokumen Hazard Idantification, Risk
Assessment, Deterimining Control (HIRADC) terkait kesehatan kerja pada
pekerjaan di instalasi laundry. Pada pekerjaan di instalasi laundry dilakukan
pekerjaan secara terus menerus dengan gerakan yang monoton. Berikut ini
proses kegiatan di instalasi laundry, berdasarkan alur proses penerimaan
linen sebagai berikut:
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius di mulai dari sumber
penghasil line kedalam kantong plastic yang sesuai jenisnya serta diberi
label. Untuk linen infeksius kantong plastic kuning sedangkan linen non

23
infeksius katong plastic hitam atau putih. Kemudian dilakukan
pengangkutan dengan menggunakan troli ke instalasi laundry.
b. Linen kotor diterima di laundry kemudian dilakukan penimbangan dan
pencatatan linen. Setelah linen kotor di timbang dimasukan kedalam
mesin cuci. Untuk pencucian linen non infeksius 30 menit dan infeksus
kurang lebih 45 menit dengan menggunakan detergen.
c. Setelah pencucian selesai dilakukan pengeringan linen sesuai dengan
salter penghasil linen tersebut.
d. Setelah pengeringan dilakukan penyetrikaan linen bersih sebelum
dilakukan pelipatan linen.
e. Dilakukan pelipatan linen dan pemisahan linen untuk linen steril dan linen
resterillisasi. Untuk linen steril dilakukan penyimpanan di store,
sedangkan line resterilisasi dilakukan sterilisasi di CSSD sebelum
didistribusikan.
Dari beberapa alur proses tersebut dapat menjadikan penyebab
terjadinya gangguan kesehatan kerja. Dan beberapa pekerja di instalasi
laundry yang melakukan pekerjaan secara unsafe act seperti:
a. Tidak menggunakan sarung tangan pada saat memasukan kain/ linen
yang sudah di cuci untuk dilakukan ke mesin pengeringan.
b. Tindakan tidak ergonomi pada saat melakukan pergantian bahan B3
berupa detergen dan pewangi dari tempat penyimpanan menuju tempat
penyedotan detergen yang dapat.
c. Pekerja tidak menggunakan celemek atau apron saat pengambilan linen
kotor dari troli ke tempat penimbangan di instalasi laundry.
Menurut Mungestuti, 2016 di jelaskan bahwa Lingkungan rumah sakit
yang kurang baik merupakan sumber potensi terjadinya penyaki nosocomial
salah satu lingkungan tersebut adalah pengelolaan linen atau di unit laundry
rumah sakit. Jika penanganan dilakukan tidak baik, maka dapat meyebabkan
penyebaran penyakit dari ruangan satu ke ruangan yang lain, dari orang sakit
ke orang yang sehat ataupun dari pasien ke petugas rumah sakit. Jika
petugas tidak mematuhi Standard Operating Procedure (SOP) dalam

24
pemakaian alat pelindung diri (APD) dalam proses perlakukan linen maka
akan meyebabkan penyakit, khususnya dari linen yang infeksius (Faidani,
Koesyanto and Artikel, 2019).
3. Hasil pengukuran pencahayaan masih melebihi batas Nilai Ambang Batas
Pada hasil pengukuran lingkungan fisik dari pencahayaandi lakukan
pada beberapa tempat atau ruangan di wilayah RSO masih terdapat nilai
pengukuran pencahayaan di bawah batas Nilai Ambang Batas (NAB) yang
di tentukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 7 Tahun 2019
Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Rumah sakit memiliki
persyaratan terkait pencahayaan yakni semua ruangan yang digunakan baik
untuk bekerja ataupun menyimpan barang/ peralatan perlu diberikan
penerangan yang disesuaikan dengan jenis ruangan (Kemenkes, 2019).
4. Belum dilakukan pemberian materi induksi K3 (safety induction/briefing)
kepada tamu/pekerja proyek di beberapa area RSO
Pada masalah belum adanya materi induksi K3 seperti safety
induction atau safety briefing kepada tamu atau pekerja proyek terkait
pengenalan lingkungan, bahaya atau potensi bahaya dan larangan yang
berada di wilayah RSO ini. Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menjelaskan pada pasal 9 (1) pengurus diwajibkan
menunjjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang kondis-
kondisi dan bahaya – bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
Dari empat permasalah yang ada, dilakukan prioritas masalah dan
ditemukan yang memiliki urgensi untuk segera dilakukan penyelesaian masalah
yakni belum terlaksananya HIRADC terkait kesehatan kerja di instalasi laundry,
dimana dalam alur proses pekerjaan yang ada di instalasi laundry dilakukan
pekerjaan secara terus menerus dengan gerakan yang monoton. Hal tesebut
dapat menjadi pemicu terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) jika tidak dilakukan
penilaian risiko dan tindakan pengendalian.

25
B. Alternatif Penyelesaian Masalah
Dari masalah terkait belum adanya dokumen HIRADC terkait kesehatan kerja di instalasi laundry, maka perlu
dilakukan dengan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko pada setiap alur proses yang
berkerkait dengan risiko kesehatan pekerja di instalasi laundry. Berikut adalah hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko,
dan upaya pengendalian di Instalasi Laundry.
Tabel 5. Formulir Dokumen HIRADC di Laundry terkait Kesehatan Kerja

Proses Penilaian Risiko


Bahaya Risiko Pengendalian Risiko
Kegiatan L S R
Bahaya infeksius dari linen Infeksi nosocomial 3 3 1. Pemisahan Linen9 (infeksius dan
kotor non infeksius dan penyakit non infeksius padaMplastic yang
menular lainnya berbeda. )
2. Pemakaian APD berupa masker,
sarung tangan, apron/celemek,
Penimbangan penutup kepala, sepatu booth.
Linen kotor 3. Pemberian Imunisasi hepatitis B
setiap 6 (bulan sekali)
Bahaya Ergonomi Low back pain 2 2 4 (A) 1. Melakukan peregangan atau
stretching 2 – 3 kali perminggu
2. Tersediannya kotak P3K

Bahaya infeksius dari linen Infeksi nosocomial 3 3 9 (M) 1. Pemisahan Linen infeksius dan
kotor dari memasukan dan penyakit non infeksius pada plastic yang
linen ke dalam mesin cuci menular lainnya berbeda.
dan membuka kantong 2. Pemakaian APD berupa masker,
Pencucian
plastic linen di dalam sarung tangan, apron/celemek,
mesin cuci penutup kepala, sepatu booth
3. Pemberian Imunisasi hepatitis B
setiap 6 (bulan sekali)

26
Bahya fisik kebisingan dari Gangguan 2 3 6 (M) 1. Saat mesin beroperasi diharapkan
mesin cuci yang berjalan pendengaran pegawai tidak berada di ruang
pencucian
2. Melakukan monitoring pengukuran
kebisingan secara rutin setiap
bulan
3. Menggunakan penutup telingan /
ear muff / ear plug
4. pemberian alat peredam bising
yang di tempatkan disekitar alat
Bahaya ergonomi (manual Gangguan pada 2 4 8 (M) 1. Diberikan alat bantu untuk
handling saat melakukan pinggang terkait memindahkan dan mengangkat
pergantian zat kimia untuk musculoskeletal bahan B3 yakni troli
pencucian linen (detergen, Disorders 2. Melakukan kegiatan perengangan
pewangi, pemutih, minimal 2 – 3 kali perminggu
penetral)
Bahaya ergonomi Pegal pegal 2 2 4 (A) 1. Waktu istirahat yang teratur dan
(pemilahan linen yang dianjurkan duduk 2 jam sekali
sudah di cuci tetapi masih 2. Tersediannya kotak P3K
terdapat noda)
Bahaya fisik kebisingan Gangguan 2 3 6 (M) 1. Saat mesin beroperasi diharapkan
dari mesin pengering pendengaran pegawai tidak perada diruang
pengeringan
2. Melakukan monitoring pengukuran
Pengeringan
kebisingan secara rutin setiap
bulan
3. Menggunakan penutup telinga /
ear muff / ear plug
4. pemberian alat peredam bising
yang di tempatkan disekitar alat

27
Bahaya fisik debu yang Gangguan sistem 2 3 6 (M) 1. Pemakaian APD berupa masker
dihasilkan dari linen pernafasan atas dan sarung tangan saat
(ISPA) membersikan debu

Bahaya infeksius dari linen Infeksi nosocomial 3 3 9 (M) 1. Pemisahan Linen infeksius dan
yang sudah di cuci dan penyakit non infeksius pada plastic yang
menular lainnya berbeda.
2. Pemakaian APD berupa masker,
sarung tangan, apron/celemek,
penutup kepala, sepatu booth.
Pemberian Imunisasi hepatitis B
setiap 6 (bulan sekali)
Bahaya eletrikal karena Luka Bakar 2 2 4 (A) 1. Tersedianya kotak P3K untuk
Penyetrikaan memasukan linen ke (Tersengat panas mengatasi luka bakar
mesin setrika mesin setrika)
Bahaya ergonomi karena Pegal pegal 2 2 4 (A) 1. Adanya waktu istirahat yang
berdiri terlalu lama teratur setiap harinya dan
dianjurkan duduk untuk 2 jam
Pelipatan
sekali
2. Tersedia kotak P3K untuk
mengatasi pegal pegal
Bahaya ergonomi saat Low back pain 2 2 4 (A) 1. Adanya waktu istirahat yang
melakukan penyimpanan teratur setiap harinya dan
Penyimpanan linen bersih di lemari dianjurkan duduk untuk 2 jam
linen bersih sekali
2. Tersedia kotak P3K untuk
mengatasi pegal pegal

Keterangan :
1. L (likelihood) = kemungkinan
2. S (Severity) = Keparahan

28
3. R (Risk Martix) = Tingkat Risiko
4. Trival (1-2)
5. Acceptable (3-5)
6. Moderate (5-9)
7. Substansial (10-15)
8. Unacceptable (16-25)
Dari hasil penilaian HIRADC di instalasi laundry terkait kesehatan kerja
diketahui bahwa di instalasi laundry memiliki risiko rata – rata moderate dan
acceptable. Untuk risiko bahaya moderate terdiri atas bahaya infeksius, gangguan
pendengaran, Musculoskeletas disorders, dan gangguan sistem pernafasan. Untuk
risiko bahaya dalam kategori acceptable terdiri atas bahaya elektrikal dan bahaya
ergonomic saat melakukan pelipatan linen bersih. Upaya pengendalian yang bisa
dilakukan untuk menurunkan risiko bahaya dilakukan sesuai dengan potensi bahaya
yang terjadi dengan cara terus memonitoring faktor bahaya dan selalu mengingatkan
pekerja yang langsung kontak dengan faktor risiko untuk selalui mematuhi standar
prosedur operasional yang ada, sehingga lingkungan kerja terhindar dari adanya
penyakit akibat kerja.
Dalam proses penimbangan linen di RSO terdapat bahaya infeksius dengan
skor risiko 9 yang termasuk kategori Moderate, sedangkan bahaya ergonomic dengan
skor 4 yang masuk kedalam kategori Acceptable. Untuk proses Memasukan linen ke
dalam mesin cuci dan membuka kantong plastic linen di dalam mesin cuci di dapatkan
skor 9 yang termasuk kedalam kategori Moderate. Untuk proses pencucian linen
terdapat 4 faktor risiko dengan bahaya ergonomic, bahaya infeksius, bahaya fisik
kebisingan , untuk bahaya fisik kebisingan terdapat skor 6 dengan kategori Moderate,
untuk bahaya ergonomic terdapat 2 bahaya yaitu bahaya MSDs dengan skor 8
dengan kategori Moderate, sedangkan untuk pegal - pegal dengan skor 4 kategori
Acceptable. bahaya infeksius dengan skor risiko 9 yang termasuk kategori Moderate.
Untuk proses pengeringan terdapat 3 faktor risiko yakni bahaya kebisingan,
bahaya debu, dan bahaya infeksius. Untuk bahaya kebisingan dan debu didapatkan
skor 6 dengan kategori Moderate, sedangkan untuk bahaya infeksius didapatkan skor
9 dengan kategori Moderate. Untuk proses penyetrikaan terdapat bahaya elektrikal

29
yang dapat membuat luka bakar pada saat proses penyetrikaan dan didapatkan skor
4 dengan kategori Acceptable. Untuk proses pelipatan terdapat 1 faktor risiko bahaya
yaitu bahaya ergonomic yang di dapatkan skor 4 dengan kategori Acceptable. Dan
proses peyimpanan linen terdapat 1 faktor risiko bahaya terkait low back pain, dan
MSDs dengan skor 8 termasuk kategori Moderate.

30
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari kegiatan Praktik Belajar Lapangan yang di lakukan di RS Ortopedi Prof.
Dr. R. Soeharso Surakarta pada Instalasi Kesling dan K3, dimana program
kerja sudah terlaksana dengan baik, namun masih ada kekurangan seperti
belum terlaksananya dari hasil HIRADC terkait kesehatan Kerja di instalasi
Laundry.
2. Dari hasil alternatife penyelesaian HIRADC yang berada di instalasi laundry
terdapat 2 kategori faktor risiko bahaya yakni Moderate dan Acceptable.
3. Untuk kategori bahaya moderate terdapat 8 faktor risiko bahaya.
4. Untuk kategori acceptable terdapat 5 faktor risiko bahaya

B. Saran
1. Setelah adanya dokumen HIRADC terkait kesehatan kerja diharapkan
penilaian HIRADC di lakukan pada satuan kerja yang ada di RSO prof DR. R
Soeharso, agar para pekerja pada instalasi mengetahui bahaya yang ada dan
upaya pengendalian untuk mengurangi risiko bahaya tersebut
2. Adanya sosialisasi terkait HIRADC di setiap satuan kerja sehingga para
pekerja dapat bekerja sama terhadap upaya pengendalian yang harus
dilakukan agar terhindar dari penyakit akibat kerja dari risiko bahaya
pekerjaannya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Faidani, R. B., Koesyanto, H. and Artikel, I. (2019) ‘HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC


HEALTH’, 3(2), pp. 234–242.

ISO 45001;2018 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kemenkes (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 66 Tahun


2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Rumah Sakit.

Kemenkes RI (2017) Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Failitas


Pelayanan Kesehatan.

Kemenkes RI (2019) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 7 Tahun


2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

RSO, H. (2022) Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
Surakarta, rso.go.id.

Tarwaka (2014) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi


K3 di Tempat Kerja. Surakarta.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Balasan PBL-2


Lampiran 2 Surak Keputisan Pelaksanaan K3RS
Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan

Pengambilan swab dinding dinding IBS Pengambilan swab lantai OK IBS

Pengambilan swab udara OK IBS Pengambilan swab pada alat steril di


CSSD

Pengambilam swab pada kain steril OK Inspeksi APAR dan Pengantian Label
di CSSD APAR dengan SERVVO
Inspeksi APAR Monitoring inspeksi K3RS di bangsal
anggrek 1 dan 2

Monitoring assessment pre-kontruksi Monitoring APD dan penyimpanan


(PCRA) di gedung pelayanan terpadu bahan B3 di Instalasi Laundry

Monitoring Spill Kit Safety meeting pada perkejaan proyek


pengecetan gedung Yandu
Pemasangan Sign dan Simbol di TPS Supervisi dari pembimbing akademik
B3

Wawancara dan Observasi di Instalasi Monitoring Inspeksi tangga darurat


Laundry gedung Yandu lantai 1-5

Pengukuran lingkungan fisik Pengambilan sampel air limbah di IPAL


Lampiran 4 Struktur Organisasi RS Ortopedi Prof. DR. R Soeharso Surakarta

Lampiran 5 Struktur Organisasi Instalasi Kesling Dan K3


Lampiran 6 Program Kerja Instalasi kesling dan K3
Lampiran 7 Alur Proses Instalasi Laundry

ALUR KEGIATAN PENCUCIAN LINEN

TERCEMAR
(Infeksius)
LINEN DIKIRIM KE
MASUK
KOTOR RUANG LAUNDRY
TIDAK TERCEMAR
(Non Infeksius)

DI PISAH DI PENCUCIAN PENGERINGAN PENYETRIKAAN PELIPATAN


TIMBANG LINEN LINENMASUK LINEN LINEN

PENYIMPANAN DISTRIBUSI
LINEN STERIL
(STORE
PEMISAHAN
LINEN

LINEN STERILISASI DISTRIBUSI


RESTERILISASI ( CSSD )

Lampiran 8 Denah RS Ortopedi Prof DR. R Soeharso Surakarta


Lampiran 9. Jadwal Program K3 RSO
Lampiran 10 Logbook Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai