Anda di halaman 1dari 91

MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN LAPORAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktik belajar
lapangan Mata Kuliah Manajemen Risiko Lingkungan

Disusun oleh :

Restika Dwi Sukarelawati


P17333121499

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN


SANITASI LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN BANDUNG

I
2021

II
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL) DI UPTD PUSKESMAS MARACANG
Disusun Oleh :

Restika Dwi Sukarelawati P17333121499


Telah Diuji :

Cimahi, 13 Desember 2021

Penguji I Penguji II

Dr. Elanda Fikri, SKM., M.Kes Sadono Setyoko, SST, MKM.


NIP. 198903112015031002 NIP. 197511282005011006

Ketua Jurusan Kesehatan Ketua Program Studi


Lingkungan Sanitasi Lingkungan

Teguh Budi Prijanto, SKM, M.Kes NIP. Yosephina Adriani S., SKM, M.Kes
196911061995031002 NIP. 196509111988032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SubhanallahuwaTa’ala, karena


dengan karunia dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Belajar
Lapangan Mata Kuliah Sanitasi Tempat – Tempat Umum.
Dalam melaksanakan praktik ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Osman Syarief, M.KM., Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bandung yang telah memfasilitasi Praktek Belajar Lapangan.
2. Bapak Teguh Budi P, SKM.,M.Kes., Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
3. Ibu Yosephina Ardiani Septiati, SKM.,M.Kes, Ketua Prodi Diploma IV Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
4. keluarga kami, atas doa dan restunya yang tiada henti-hentinya serta dorongan
semangat yang telah diberikan
5. Seluruh Dosen Pembimbing Praktik Belajar Lapangan Diploma IV Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung
6. Kepala UPTD Puskesmas Maracang Maracang beserta jajarannya yang telah
memberikan kami lahan untuk pelaksanaan PBL
7. Kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis
serta keterbatasan kami sebagai seorang manusia yang jauh dari kesempuranaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bandung, 13 Desember 2021

Penulis

DAFTAR IS

4
I

Kata Pengantar............................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................1


1.2. Tujuan.................................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus...................................................................................2
1.3. Manfaat...............................................................................................3
1.3.1. Manfaat Bagi Penulis.........................................................................3
1.3.2. Manfaat Bagi Institusi.......................................................................3
1.3.3. Manfaat Bagi Pembaca......................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4


2.1 Manajemen Resiko Lingkungan ................................................................................4
2.2 Puskesmas.....................................................................................................................9
2.3 Pengertian Rumah Makan dan Catering. Error! Bookmark not defined.
2.4 Pengendalian Faktor Resiko Kegiatan Pengelolaan Makanan..............16

BAB III METODELOGI PRAKTIK.............................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................20

4.1 Sistem Manajemen Risiko..........................................................................20


4.2 HACCP Pada Makanan ............................................................................24
4.3 Pengelolaan Limbah Padat Medis.............................................................60
4.4. Tata Laksana Manajemen Risiko Pelayanan Klinis..............................79

BAB V Penutup.................................................................................................84

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau

kegiatan. Jika terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, fasilitas

pelayanan kesehatan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat

menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau

kegiatan operasi. Manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi fasilitas

pelayanan kesehatan dari setiap kemungkinan yang merugikan (Ramli, 2010).

Setiap lingkungan kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan serta

potensi bahaya yang tinggi. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis

industri, serta teknologi yang digunakan serta pengendalian terhadap risiko yang

dilakukan. Disamping itu, semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka

semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga

kerja agar dapat mengurangi dampak negatif bagi manusia dan dapat menghindari

terjadinya kecelakaan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk

menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan kerja

dan bahaya yang dapat terjadi baik mental, fisik, maupun emosional terhadap para

pekerja, fasilitas pelayanan kesehatan, serta masyarakat dan lingkungan. Sumber-

sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit

akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber bahaya, maka sumber bahaya harus

ditemukan dan dilakukan identifikasi terhadap sumber bahaya potensial di tempat

kerja.

6
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapka

n sejak awal kegiatan dan diseluruh bagian fasilitas pelayanan kesehatan. Salah sa

tu teknik analisa yang digunakan di lingkungan kerja untuk menganalisis bahaya a

dalah dengan metode Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining C

ontrol (HIRADC).

Metode HIRADC bertujuan untuk mengidentifikasi semua faktor bahaya

yang ada di tempat kerja dengan berbagai tingkat keparahan. HIRADC

menganalisa bahaya berdasarkan klasifikasi pekerjaan yang ada, lalu melakukan

identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana proses pengendalian risiko serta mengetahui

penilaian risikonya.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Menggunakan sistem manajemen risiko (identifikasi, analisis, dan

pengendalian risiko).

2. Menggunakan kegiatan pengendalian risiko tiap tahap dalam sistem

pelayanan makanan, peraturan makanan, kontaminasi makanan,

pengawasan dan kerusakan makanan.

3. Melakukan sistem manajemen risiko di poliklinik.

4. Melakukan identifikasi bahaya (hazard) di lingkungan poliklinik,

tindakan penanggulangan hazard, pembinaan penanggulangan hazard.

1.3. Manfaat

7
1.3.1. Manfaat Bagi Penulis

1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai penerapan manajemen

risiko di lingkungan.

2. Sebagai tambahan pengalaman dan implementasi secara langsung

mengenai manajemen risiko di lingkungan serta mengembangkan

kemampuan penulis.

1.3.2. Manfaat Bagi Institusi

1. Sebagai bahan literatur dan tambahan informasi untuk pengembangan

pendidikan khususnya dalam mata kuliah Manajemen Risiko

Lingkungan.

2. Sebagai arsip dokumen hasil Praktik Belajar Lapangan (PBL)

Mahasiswa Sarjana Terapan Jurusan Sanitasi Lingkungan

1.3.3. Manfaat Bagi Pembaca

Agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum mengenai manajemen ri

siko lingkungan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

8
2.1 Manajemen Resiko Lingkungan

2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko Lingkungan

Menurut Smith Pengertian Manajemen Risiko adalah proses

identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang

mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang

dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.

Dari beberpa pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

manajemen risiko adalah seuatu proses yang tersetruktur dan sistematis dalam

mengindentifikasi, memahami dan mengembangkan alternatif penanganan

segala risiko yang dilakukan oleh pelaku bisnis. Jenis manajemen ini adalah

satu strategi bagus untuk membuat perusahaan tetap berkembang. Sekalipun

berbagai macam risiko dan hal buruk siap menimpanya.( Smith 1990 )

Pada dasarnya Manajemen Risiko Lingkungan sangat di butuhkan untuk

menghindari dari berbagai kegiatan kontak langsung ataupun pencegahan

terhadap kejadian yang tidak diinginkan yang mengganggu kestabilitasan suatu

daerah atau tempat.

Manajemen risiko memiliki komponen-komponen tertentu yang

membedakannya dengan manajemen bisnis lain. Instrumen inilah yang harus

ada di dalam manajemen baru proses pelaksanaannya bisa dilakukan dengan

maksimal. Ini dia komponen yang dimaksud:

1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal maksudnya adalah segala risiko yang

kemungkinan terjadi di dalam internal perusahaan. Di dalam komponen

ini, tidak ada deteksi terhadap risiko yang terjadi antara perusahaan dengan

9
faktor luar seperti pelanggan, klien dan semacamnya. Sekalipun kadang

efek risiko internal ini juga berimbas pada hal tersebut.

Komponen lingkungan internal dalam manajemen risiko terkait

dengan kedisiplinan karyawan, etika bekerja, Kompetensi pegawai, tingkat

kesejahteraan bawahan dan selainnya. Ini perlu juga dilakukan deteksi

manajemen untuk mencegah munculnya risiko dari kriteria tersebut.

2. Penentuan Sasaran

Penentuan sasaran maksudnya adalah pihak perusahaan harus

memasukkan sasaran risiko yang jelas yang akan coba diselesaikan melalui

sistem manajemen. Di dalamnya biasanya tercakup dua hal yaitu risiko

yang muncul dari statemen visi dan misi usaha serta sasaran risiko yang

datang dari kegiatan teknis atau operasional.

Tidak dimungkiri setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi

usaha. Namun terkadang apa yang diidamkan tersebut tidak sesuai dengan

harapan. Nah dengan adanya komponen ini, bisa dijelaskan apa penyebab

masalah tersebut dan bagaimana cara menyelesaikannya.

Begitu juga yang terkait dengan kegiatan teknis atau operasional.

Tidak bisa dibantah kalau visi dan misinya bagus, tetapi ketika sudah

dilaksanakan malah menjadi buruk. Hal ini bisa terkait dengan kompetensi

pekerja atau kepatuhan pada planning yang masih kurang.

3. Identifikasi Peristiwa

Komponen manajemen risiko yang ketiga adalah identifikasi

peristiwa. Maksudnya adalah tidak disebutkan manajemen risiko jika pihak

perusahaan tidak memiliki data detail hasil identifikasi peristiwa.

Seharusnya ini memang sudah didapatkan sebelum usaha mulai dijalankan.

10
Untuk komponen ini boleh tidak meng-akomodir semua risiko. Tetapi

minimal kegiatan yang potensial saja dengan berbagai pertimbangan masal

ah yang muncul jauh lebih besar. Sekalipun demikian, tidak semua peristi

wa bisnis teridentifikasi merugikan. Oleh sebab itu, silakan dipilah mana p

eristiwa yang bernilai positif mana yang negatif.

4. Penilaian Risiko

Memungkinkan sebuah organisasi perusahaan ataupun bisnis untuk

menilai sebuah kejadian atau keadaan dan kaitannya dengan pencapaian

tujuan perusahaan atau bisnis tersebut.Manajemen perlu melakukan

analisis mengenai dampak yang mungkin terjadi akibat resiko dengan 2

perspektif, yaitu : Likelihood (kecenderungan/ peluang) dan

Impact/consequence (besaran dari realisasi risiko).

5. Tanggapan Risiko

Selain melakukan penilaian terhadap risiko, juga menentukan

tanggapan atau respon terhadap risiko tersebut. Respon dari manajemen

tergantung risiko apa yang dihadapi. Respon atau tanggapan tersebut bisa

dalam bentuk :

(a) Menghindari risiko (avoidance)

(b) Mengurangi risiko (reduction)

(c) Memindahkan risiko (sharing)

(d) Menerima risiko (acceptance)

6. Aktivitas Pengendalian

Setelah diberikan tanggapan, selajutnya yaitu penyusunan prosedur

dan kebijakan yang membantu memastikan bahwa respon terhadap risiko

yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Aktivitas pengendalaian

11
risiko ini antara lain :

1) Pembuatan kebijakan dan prosedur

2) Delegasi wewenang

3) Pengamanan kekayaan perusahaan

4) Pemisahan fungsi

5) Supervisi

2.1.2. Tahapan Manajemen Risiko Lingkungan

1. Penentuan Konteks

Sebelum mengidentifikasi risiko, hal pertama dan utama kali

yang harus dilakukan perusahaan adalah menetapkan Rencana Jangka

Panjang (RJP), Rencana Kerja Anggaran (RKAP), dan Key Performance

Indicator (KPI). Penetapan konteks akan memudahkan perusahaan

mengidentifikasi dan melakukan tahapan-tahapan selanjutnya. Beberapa

penetapan konteks bisa berupa:

a. Konteks lingkungan internal dan eksternal perusahaan

b. Menetapkan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter dimana

proses manajemen risiko harus dilaksanakan

c. Menentukan kriteria risiko seperti tingkat kemungkinan dan

keparahan risiko.

2. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko bertujuan untuk mengenali dan mengetahui segala

bentuk sumber bahaya serta aktivitas yang berisiko pada proses kerja.

Adapun beberapa hal yang dilakukan yakni:

a. Membuat daftar risiko lengkap dari kejadian yang berdampak pada

12
bisnis perusahaan

b. Mencatat faktor-faktor yang memengaruhi risiko secara rinci

c. Membuat skenario proses kejadian berdasarkan informasi gambaran

hasil identifikasi

3. Penilaian Risiko

Penilaian Risiko adalah tahapan untuk menentukan besarnya risiko

dengan mempertimbangkan keparahan yang terjadi untuk nantinya dapat

dikendalikan. Adapun sebagai tindak lanjut dari proses ini yakni

mengevaluasi risiko. Salah satu bentuk nyatanya adalah apakah risiko

dapat diterima atau tidak dengan level risiko sesuai dengan standar yang

digunakan.

4. Pengendalian Risiko

Tahapan ini sebagai penentu keseluruhan manajemen risiko dimana

upaya-upaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya risiko.

Beberapa cara mengendalikan yakni dengan:

a. Eliminasi: menghilangkan sumber bahaya

b. Substitusi: mengganti bahan atau alat kerja

c. Pengendalian engineering: rekayasa teknik pada alat, mesin,

lingkungan, atau bangunan

d. Administratif: rotasi penempatan kerja maupun perawatan secara

berkala

e. Alat Pelindung Diri (APD): menggunakan helm keselamatan,

masker, sepatu keselamatan, pakaian pelindung, serta kacamata

keselamatan

5. Pemantauan dan Tinjauan Ulang

13
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dan seberapa efektif

sistem dilaksanakan. Pemantauan pengendalian risiko perlu dilakukan

minimal setiap tiga bulan

6. Komunikasi dan Konsultasi

Komunikasi adalah bagian terpenting dimana setiap informasi

mengenai menajemen risiko harus diketahui oleh semua pihak. Adapun

pihak tersebut diantaranya: manajemen, pekerja, pemasok, kontraktor,

dan masyarakat di sekitar perusahaan. Adapun tujuan dari komunikasi

agar semua pihak dapat berhati-hati dan tentunya terus mengutamakan

keselamatan dalam bekerja. Terakhir adalah konsultasi. Yakin dan

percaya lah bahwa setiap perusahaan memiliki risikonya masing-masing

dan tentu dengan perlakuan yang tepat sasaran. Pastikan perusahaan

Anda berkonsultasi dengan ahlinya.

2.2 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional

yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif

masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan

14
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan

yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan

puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.

Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan

merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah :

a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan

individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk

menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu.

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas

merupakan program kesehatan dasar, meliputi :

a. Promosi kesehatan

b. Kesehatan Lingkungan

c. KIA & KB

d. Perbaikan gizi

e. Pemberantasan penyakit menular

f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik

(laboratorium dan farmasi)

2.2.1 Segi Penyelanggaran


Pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat jalan dan

puskesmas rawat inap. a. Pelayanan rawat jalan Rawat Jalan merupakan salah satu

unit kerja di puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih

dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada

waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan

kesehatan di Puskesmas. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan ditentukan oleh

tiga faktor yaitu:

a. Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga perawatan kesehatan

dibandingkan dengan rawat inap,

b. Peningkatan kemampuan dan sistem reimbursement untuk prosedur di rawat

jalan,

c. Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untuk pelayanan

rawat jalan akan menyebabkan pertumbuhan rawat jalan Tujuan pelayanan

rawat jalan diantaranya untuk menentukan diagnosa penyakit dengan tindakan

pengobatan, untuk rawat inap atau untuk tindakan rujukan. Tenaga pelayanan di

rawat jalan adalah tenaga yang langsung berhubungan dengan pasien, yaitu:

a) Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan

penerimaan pendaftaran dan pembayaran,

b) Tenaga keperawatan (paramedis) sebagai mitra dokter dalam

memberikan pelayanan pemeriksaan / pengobatan,

c) Tenaga dokter (medis) pada masing-masing poliklinik yang ada


Tujuan pelayanan rawat jalan di antaranya adalah untuk memberikan

konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter spesialis,

dengan tindakan pengobatan atau tidak dan untuk menyediakan tindak lanjut bagi

pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus dikontrol kondisi

kesehatannya. Rawat Jalan hendaknya memiliki lingkungan yang nyaman dan

menyenangkan bagi pasien. Hal ini penting untuk diperhatikan karena dari rawat

jalanlah pasien mendapatkan kesan pertama mengenai puskesmas tersebut.

Lingkungan rawat jalan yang baik hendaknya cukup luas dan memiliki sirkulasi

udara yang lancar, tempat duduk yang nyaman perabotan yang menarik dan tidak

terdapat suara-suara yang mengganggu. Diharapkan petugas yang berada di rawat

jalan menunjukkan sikap yang sopan dan suka menolong.

Pelayanan rawat inap Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi

tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa

tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas

kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan

antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih

mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan

perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas

yang bersangkutan di rumah pasien. Pendirian puskesmas harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:
1. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit,

2. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas

sekitarnya,

3. Puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang

memadai,

4. Jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari,

5. Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah 3 puskesmas

disekelilingnya minimal rata-rata 20.000 orang/Puskesmas,

6. Pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai

(Depkes RI, 2009).

Puskesmas rawat inap diarahkan untuk melakukan kegiatan - kegiatan

sebagai berikut:

a. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat antara

lain; kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain yang

mendadak dan gawat.

b. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita

dalam rangka diagnostik dengan rata- rata hari perawatan tiga (3) hari atau

maksimal tujuh (7) hari.


c. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman penderita

lebih lanjut ke Rumah Sakit.

d. Melakukan metoda operasi pria dan metoda operasi wanita untuk keluarga

berencana.

Selain itu ruang rawat inap dilengkapi dengan fasilitas tambahan berupa :

1. Ruangan tambahan seluas 246 meter persegi yang terdiri dari ruangan

perawatan, operasi sederhana, persalinan, perawat jaga, pos operasi, kamar

linen, kamar cuci, dapur, laboratorium.

2. Peralatan medis dan perawatan berupa peralatan operasi terbatas, obstetric

patologis, resusitasi, vasektomi, dan tubektomi, tempat tidur dan perlengkapan

perawatan.

3. Tambahan tenaga meliputi seorang dokter yang telah mendapat pelatihan

klinis di Rumah sakit selama 6 bulan (dalam bidang kebidanan, kandungan,

bedah, anak dan penyakit dalam), 2 orang 11 perawat/bidan yang diberi tugas

secara bergiliran dan seorang petugas kesehatan untuk melaksanakan tugas

administratif di ruang rawat inap. Pendirian puskesmas rawat inap didasarkan

pada kebijaksanaan :

a. Puskesmas dengan ruang rawat inap sebagai pusat rujukan antara dalam

sistem rujukan, berfungsi untuk menunjang upaya penurunan kematian

bayi dan ibu maternal, keadaan-keadaan gawat darurat serta pembatasan

kemungkinan timbulnya kecacatan.

b. Menerapkan standar praktek keperawatan yang bertugas di ruang rawat

inap puskesmas sesuai dengan prosedur yang diterapkan. iii. Melibatkan

pasien dan keluarganya secara optimal dalam meningkatkan pelaksanaan


asuhan keperawatan (Depkes RI, 2009)

2.3 Rumah Makan dan Jasa Katering

2.3.1. Pengertian Rumah Makan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentan

g Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, dalam peraturan ini ya

ng dimaksud dengan Rumah Makan adalah “setiap tempat usaha komersial yang rua

ng lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat

usahanya”.

2.3.2. Pengertian Jasa Katering

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentan

g Higiene Sanitasi Jasaboga, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan Jasaboga a

dalah “usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pe

sanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha.”

Jasaboga yang dijadikan tempat praktik HACCP (Hazard Analysis Critical C

ontrol Point) dalam hal ini adalah Jasaboga golongan B yaitu Jasaboga yang melaya

ni masyarakat tertentu.
2.4 Pengendalian Faktor Risiko Kegiatan Pengolahan Makanan

2.4.1 Konsep Hazard Analysis Critical Control Point ( HACCP ) Menurut C

odex

HACCP merupakan suatu sistem manajemen pengawasan dan pengendalian

keamanan pangan secara preventif yang bersifat ilmiah, rasional dan sistematis deng

an tujuan untuk mengidentifikasi, memonitor dan mengendalikan bahaya (hazard) m

ulai dari bahan baku, selama proses produksi/pengolahan, manufakturing, penangan

an dan penggunaan bahan pangan untuk menjamin bahwa bahan pangan tersebut am

an bila dikonsumsi (MOTARKEMI et al, 1996 ; STEVENSON, 1990).

Dengan demikian dalam sistem HACCP, bahan/materi yang dapat membahay

akan keselamatan manusia atau yang merugikan ataupun yang dapat menyebabkan p

roduk makanan menjadi tidak disukai; diidentifikasi dan diteliti dimana kemungkina

n besar terjadi kontaminasi/pencemaran atau kerusakan produk makanan mulai dari

penyediaan bahan baku, selama tahapan proses pengolahan bahan sampai distribusi

dan penggunaannya.

Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik kendali k

ritis. Menurut BRYAN (1990), sistem HACCP didefinisikan sebagai suatu manajem

en untuk menjamin keamanan produk pangan dalam industri pengolahan pangan de

ngan menggunakan konsep pendekatan yang bersifat logis (rasional), sistematis, kon

tinyu dan menyeluruh (komprehensif) dan bertujuan untuk mengidentifikasi, memo

nitor dan mengendalikan bahaya yang beresiko tinggi terhadap mutu dan keamanan

produk pangan. Konsep HACCP ini disebut rasional karena pendekatannya didasark

an pada data historis tentang penyebab suatu penyakit yang timbul (illness) dan keru

sakan pangannya (spoilage).

21
2.4.2. Prinsip Hazard Analysis Critical Control Point ( HACCP )

Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam penerapan system HAC

CP pada industri pangan seperti yang direkomendasikan baik oleh NACMCP (Natio

nal Advisory Committee on Microbilogical Criteria for Foods, 1992) dan CAC (Cod

ex Alintarius Commission, 1993). Ketujuh prinsip dasar penting HACCP yang meru

pakan dasar filosofi HACCP tersebut adalah:

1. Analisis bahaya (Hazard Analysis) dan penetapan resiko beserta cara

pencegahannya.

2. Identifikasi dan penentuan titik kendali kritis (CCP) di dalam proses produksi.

3. Batas kritis (Critical Limits) terhadap setiap CCP yang telah teridentifikasi.

4. Penyusunan prosedur pemantauan dan persyaratan untuk memonitor CCP.

5. Menetapkan/menentukan tindakan koreksi yang harus dilakukan bila terjadi

penyimpangan (diviasi) pada batas kritisnya.

6. Melaksanakan prosedur yang efektif untuk pencatatan dan penyimpanan

datanya (Record keeping).

7. Menetapkan prosedur untuk menguji kebenaran.

22
BAB III

METODELOGI PRAKTIK

3.1 Metode Praktik

3.1.1. Analisis Data

Dilakukan pengamatan secara analisis data yang telah ada bagaimana perkem

bangan dari praktek yang telah dilakukan serta menilai hasil pengelolaan makan yan

g diolah atau dilakukan oleh tempat yang di analisis data.

3.2 Rancangan Praktik

3.2.1Populasi

Menurut Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat (2002) populasi merupakan hi

mpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Polulasi pada kegiatan ini

terdiri dari seluruh lingkungan dan fasilitas yang terdapat di lingkungan UPTD Pusk

esmas Maracang.

3.2.2Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti da

n dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam hal ini yang menjadi sampel dalam pe

nelitian adalah tempat yang akan dijadikan lokasi observasi yaitu UPTD Puskesmas

Maracang Cikembulan.

3.2.3Lokasi dan Waktu Praktik

a. Lokasi

Lokasi yang digunakan untuk praktik yaitu UPTD Puskesmas Maracang.

b. Waktu

23
Waktu pelaksanaan Praktik Belajar Lapanan (PBL) ini dilaksanakan pada 11 N

ovember 2021 s/d 11 Desember 2021.

3.3 Rencana Pengumpulan Data

3.3.1Instrumen Pengumpul Data ( IPD )

Instrumen Pengumpul Data (IPD) yang digunakan oleh tenaga pengumpul data

untuk menunjang praktek belajar lapangan diantaranya:

a. Lembar Observasi Penanganan Limbah Medis Padat di Poliklinik.

b. Lembar Inspeksi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dan HACCP.

c. Instrumen Pengumpul Data (IPD) Pekerja di Pelabuhan (HIRADC)

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi, identifik

asi dan studi literature pada berbagai narasumber yang berada di lokasi praktik.

3.3.3. Tenaga Pengumpul Data

Dalam kegiatan Praktik Belajar Lapangan (PBL) ini, pengumpulan data dilak

ukan oleh 3 (tiga) Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Sarjana

Terapan Sanitasi Lingkungan yang dibantu dan dibimbing oleh Pembimbing Lapang

an yang terdiri dari:

1 Nama : Dodi Suryadi

NIM : P17333121499

2 Nama : Restika Dwi S

NIM : P17333121511

3 Nama : Dodi Suryadi

NIM : P17333121499

BAB IV

24
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Manajemen Risiko

4.1.1. Analisis Faktor Lingkungan

Analisis factor lingkungan yang dilakukan pada saat praktek belajara

lapangan (PBL) di UPTD Puskesmas Maracang yaitu pemeriksaan air Minum

yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum baik secara fisika dan

kimia Minum di Desa Babakncikao Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta.

4.1.2. Perhitungan Analisis Resiko

1. Identifikasi Bahaya

Tabel 4. 1 Identfikasi Bahaya

Sum Media Agen Kons

b Lin Ri en

e gku si tr

r nga ko as

d nP i

a ote T

n nsia er

P l u

e k

n ur

25
n

n
PDA

A 0,185
Badan Mang
ir m
Air an
M g/l

in

2. Analisis Dosis Respon (Dose Response Assessment)

 Evaluasi Jalur Pemajanan

Tabel 4 2 Evasluasi Jalur Pemajanan

No Ba Sumbe Med Cara

h r i Pemajana

a Pe a n

n nc L

26
em i

P ar n

e g

n k

c u

e n

m g

a a

r n
1 Ma Air Pencemar

n M masuk ke

g i tubuh

a n manusia

n u melalui

m ingesti

dengan

cara

tertelan

 Dosis Respon

RfD agen risiko kimia jalur ingesti

Tabel 4.3 Agen Risiko Kimia Jalur Ingesti

No Agent Dosis Respon Efek Kritis dan Referensi


1 Mangan 1,4E- Dapat menyebabkan

1mg gangguan saraf,

27
/kg/ studi ingesti kronik

hr pada manusia

(NRC,1989)

3. Analisis Pajanan (Exposure Assessment)

 Perhitungan intake pada jalur pemajanan ingeti Parameter

Diketahui

Konsentrasi = 0,185 mg/l

R (dewasa) = 2 l/hari

fE = 350 hari/tahun

Dt (dewasa) = 30 tahun

Wb = 55 kg

tavg = 30 tahun x 365 hari/tahun

Intake Pada Dewasa

0,185mg /l x 2 l/ℎr x 350 ℎr / tℎ x 30 tℎn


Ink (intake )=
55 kgx 30 tℎn x 365 ℎr /tℎn

3.885
Ink (Intake)= mg/kg/hr
602.250

= 0,006 mg/kg/hr

Karakterisasi Risiko

Untuk karakterisasi risiko nilai intake dibandingkan dengan RfD Mangan (0.14

mg/l/hr) menggunakan Rumus :

28
RQ = I

RfD

Pada dewasa

0,006 mg/kg /ℎr


RQ=
0,14 mg/kg /l

¿ 0,042

Interpretasi Risiko

RQ untuk pajanan mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l pada masyarakat Desa

Babakncikao Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta dengan berat badan rata -

rata 55 kg dan telah terpajan 350 hari/tahun selama 30 tahun diketahui

sebesar 0,06 Pajanan Mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l secara ingesti pada

masyarakat Desa Babakancikao Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta

dengan berat badan 55 Kg, masih aman untuk frekuensi pajanan 350

hari/tahun hingga 30 tahun mendatang.

4. Pengelolaan Risiko

Tabel 4. 4 Pengelolaan Risiko

No Kegiatan Pencapaian Hasil Pelaksana

Melakukan
1. penyaringan air Pengura Pihak Pengelola
bersih (filter) ngan dibantu oleh
menggunakan media kada lintas sektor
saring karbon aktif dan r
pasir silika Man

29
gan
dala
m
air
Adanya
2. kerjasama antara Terdapat Pihak pengelola,
lintas sektor pemantauan Puskesmas dan
(Puskesmas dan terhadap Pemerintah Desa
Pemerintah Desa) dalam kualitas air
pemantauan kulitas air bersih di Desa
bersih. Babakancikao
Kec.
Babakancikao
Kab. Purwakarta

4.2 ACCP

4.2.1. HACCP Ayam Goreng

1. Deskripsi Produk

Tabel 4.5 Deskripsi Produk Ayam Goreng

a. Na : Ayam Goreng

30
k
b. Ko : Jasa Boga

n
c Ba : Ayam, bawang merah, bawang

h putih, ketumbar, kunyit, garam,

a penyedap rasa, minyak goreng

n
d. Me : 1. Ayam yang telah dipotong dicuci bersih

t dengan air mengalir

o 2. Kupas bawang merah, bawang putih,

d dan kunyit

e 3. Masukan bawang merah, bawang putih,

kunyit dan ketumbar kedalam blender,

p lalu diblender hingga merata

e 4. Masukan bumbu yang telah di blender,

n penyedap rasa, dan garam kedalam

g ayam yang telah dicuci

o 5. Lalu campur semuanya hingga merata

l 6. Kemudian ungkep ayam yang telah

a dicampur dengan bumbu

h 7. Setelah diungkep, goreng ayam

a 8. Jika sudah matang, angkat ayam

31
n goreng, lalu tiriskan

9. Tempatkan ayam goreng pada wadah

yang

bersih dan tertutup


e. Sist : Pengangkutan menggunakan

e mobil box untuk menu makan

m siang

i
f. Juml : Porsi yang disediakan adalah 30

a Porsi

h/

or

si
g. Cara : Bahan makanan utama yaitu ayam

pen disimpan di dalam kulkas.

yim Sedangkan, makanan jadi

32
pan disimpan di wadah stainless

an steel, tidak tertutup dan dalam

suhu kamar, selama ±4 jam.

33
2. Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan

Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan

Analisis

Identifikasi Risiko Keparaha Signifikasi Pencegahan Bahaya


No. Tahapan
Bahaya (B/F/K) Sumber (T/S/R) n
T S R (S/TS)
1 Penerimaan
a. Ayam F: Kotoran Lingkungan S √ Penerimaan bahan harus sesuai
menempel pada TS spesifikasi
ayam
B: Pseudomonas ayam T √ S Penerimaan bahan harus sesuai
spesifikasi
b. Kunyit F: Kotoran atau Lingkungan S √ Sortasi sesuai spesifikasi yang telah
tanah kering TS ditentukan

c. Garam F: Kotoran atau Lingkungan S √ Penerimaan bahan harus sesuai


tanah kering TS spesifikasi

26
d.Bawang F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Merah dan tanah
kering
e.Bawang F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Putih dan tanah
kering
f. ketumbar F: kotoran Lingkungan S √ TS Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
yang
menempel
pada biji
ketumbar
2 Penyimpanan
a. ayam F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
menempel tertutup
pada ayam
B: ayam T √ S Penyimpanan pada suhu 5o s/d 0oC
Pseudomonas
b. Kunyit F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
atau tanah
kering

27
c. Garam F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
atau tanah
kering
d. Minyak K: Ketengikan Lingkungan S √ TS Penyimpanan minyak dalam keadaan
Goreng tertutup

e. F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan pada tempat yang bersih dan


Penyedap yang tertutup
Rasa menempel
yang diwadah
f. Bawang F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
Merah atau tanah tertutup
kering
g. Bawang F: Kotoran Lingkunga S √ TS Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
Putih atau tanah n tertutup
kering
h. ketumbar F: kotoran Lingkunga S √ TS Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
yang n tertutup
menempel
pada biji
ketumbar

28
2. Persiapan
Pemotongan
a. Ayam F: Kotoran S
yang Alat √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
b. F: Kotoran
Bawang yang Alat
Merah menempel potong
Memastikan alat yang digunakan bersih
pada alat
S √ TS sebelum digunakan
c. F: kotoran
Bawang yang Alat
Putih menempel potong Memastikan alat yang digunakan bersih
pada alat
S √ TS sebelum digunakan
F: kotoran
d. Kunyit yang Alat Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
S √ TS
Pencucian

29
a. Ayam B: E.coli Lingkunga T √ S Uji laboratorium air secara berkala dan
n penggunaan air bersih yang mengalir

Penggorengan
a. K: Oksidasi Lingkunga S √ S Tidak menggunakan minyak berulang kali
Minyak minyak n (maksimal 3 s/d 4 kali)
Goreng

F: Rambut Petugas S √ TS Penggunaan APD berupa tutup kepala yang


pengolah, lengkap dan benar bagi setiap petugas
lingkungan pengolahan

b. Ayam F: Rambut, Petugas S √ TS Penggunaan APD berupa tutup kepala yang


yang telah debu pengolah, lengkap dan benar bagi setiap petugas
diungkep Lingkunga pengolahan
n

30
B: Salmonella Ayam

Menggoreng dengan suhu yang sempurna


T √ S >100°C
Penyimpanan
a. Ayam F: Debu, Lingkunga S √ TS Menyimpan ayam goreng pada tempat
Goreng kotoran n bersih dan tertutup, menggunakan wadah
yang bersih
B: lalat, Lingkunga T √ S
serangga n Menyimpan ayam goreng pada tempat bersih
dan tertutup, Tempat sampah disekitar dapur
dalam keadaan tertutup dan
tidak penuh

Pemorsian
Menyimpan ayam goreng pada tempat bersih
F: Debu, Lingkunga dan tertutup, menggunakan wadah yang
kotoran n S √ TS bersih

31
B: Salmonella, Ayam, T
Staphylococcu s lingkungan √ S 1. Makanan yang sudah diporsi langsung
aureus ditutup/diwrap
2. Pengaturan waktu pemorsian
3. Mencuci tangan dengan benar sebelum
dan sesudah pemorsian

Distribusi
F: Debu, Lingkunga S √ 1. Penyimpanan pada wadah tertutup dan
kotoran n bersih
TS

B: Salmonella, Telur Penggunaan APD berupa tutup kepala yang


T √ S
Staphylococcu ayam, lengkap dan benar bagi setiap petugas
s aureus, lalat lingkungan pengolahan

32
2. Analisis Risiko bahaya

Tabel 4.7 Analisis Risiko Bahaya

KATEGORI
KEL. BAHAYA(“v”)
RESIKO
NO BAHAN
A B C D E F

1. Ayam + + 0 + + + VI
2. Bawang merah + + 0 + + + VI
3. Bawang putih + + 0 + + + VI
4. Kunyit + + 0 + + + VI
5. Ketumbar + + 0 + + + VI
6. Minyak + + 0 + + + VI

Goreng
7. Penyedap Rasa + + 0 + + + VI
8. Garam + + 0 + + + VI

Keterangan:

A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)

B = Mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik

C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya

D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan

E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi/konsumsi

F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen

34
Penenetapan CCP pada bahan baku

Tabel 4.8 Penetapan CCP pada bahan baku

No Bahan Mentah P1 P2 P3 Keterangan


1 Ayam Ya Ya Ya CCP
2 Bawang Merah Ya Ya Ya CCP
3 Bawang Putih Ya Ya Ya CCP
4 Penyedap Rasa Ya Ya Tidak Bukan CCP
5 Garam Ya Ya Tidak Bukan CCP
6. Ketumbar Ya Ya Tidak Bukan CCP
7. Minyak Goreng Ya Ya Tidak Bukan CCP
3. Penetapan CCP Pada Formulasi/Komposisi

Tabel 4.9 Penetapan CCP pada Formulasi / Komposisi

No Formulasi P1 Keterangan
1 Ayam, bawang merah, bawang Tidak Bukan CCP

putih, ketumbar, penyedap

rasa, garam, minyak goreng


4. Penetapan CCP Pada Tahapan Proses

Tabel 4.10 Penetapan CCP Pada Tahapan Proses

No. Proses P1 P2 P3 P4 P5 Keterangan

1 Penerimaan Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP


2 Penyimpanan Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP

3 Pencucian Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP


4 Pemotongan Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
5 Penggorengan Ya Ya Ya Ya Tidak CCP
6 Penyimpanan Ya Ya Tidak Ya Tidak CCP
(Matang)
7 Pemorsian Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
8 Pendistribusian Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
5. Bagan Alir Proses

Bagan 4.1 Bagan Alir Proses


1. Bagan Alir Penentuan CCP

Bagan 4.2 Bagan Alir Pennetuam CCP

2. Bagan Penentuan batas kritis

Bagan 4.3 Penentuan Batas Kritis

39
3. Bagan Pemantauan

Bagan 4.4 Pemantauan

4. Bagan Tindakan Koreksi

40
Bagan 4.5 Tindakan Koreksi

41
5. Bagan Verifikasi

Bagan 4.6 Verifikasi

4.2.2 HACCP Ikan Mas Goreng

1. Deskripsi Produk

Tabel 4.5 Deskripsi Produk Ikan Goreng

a. Nama produk : Ikan Mas Goreng

b. Konsumen : Catering
c Bahan : Ikan, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit,

garam, penyedap rasa, minyak goreng


d. Metode : 1. Ikan yang telah dibuang isi perutnya dicuci
pengolahan
bersih dengan air mengalir
2. Kupas bawang merah, bawang putih,

jahe dan kunyit

3. Masukan bawang merah, bawang putih,

kunyit dan jahe kedalam cobek lalu

bumbu diulek sampai halus

4. Masukan bumbu yang telah diulek,

penyedap rasa, dan garam kedalam ikan

yang telah dicuci

5. Lalu campur semuanya hingga merata

6. Kemudian goreng ikan yang sudah

dibumbui sampai matang

7. Jika sudah matang, angkat Ikan goreng,

lalu tiriskan

8. Tempatkan ikan goreng pada wadah yang

bersih dan tertutup


e. Sistem : Dengan boks diangkut menggunakan Mobil

distribusi
f. Jumlah/porsi : Porsi yang disediakan adalah 30 Porsi
g. Cara : Bahan makanan utama yaitu ikan mas disimpan

penyimpanan di dalam kulkas. Sedangkan, makanan jadi

disimpan di wadah stainless steel, tidak tertutup

dan dalam suhu kamar.


2. Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan
Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan

Analisis

Identifikasi Risiko Keparahan Signifikasi


No. Tahapan
Bahaya (B/F/K) Sumber (T/S/R) Pencegahan Bahaya
T S R (S/TS)
1 Penerimaan
a. Ikan F: Kotoran menempel Lingkungan Penerimaan bahan harus sesuai
Mas pada Ikan mas S √ spesifikasi
TS
B: Pseudomonas Ikan mas Penerimaan bahan harus sesuai
T √ S
spesifikasi
b. Kunyit F: Kotoran atau Lingkungan Sortasi sesuai spesifikasi yang telah
tanah kering S √ ditentukan
TS
c. jahe F: Kotoran atau Lingkungan Sortasi sesuai spesifikasi yang telah
tanah kering S √ ditentukan
TS
d. Garam F: Kotoran atau Lingkungan
Penerimaan bahan harus sesuai
tanah kering S √
TS spesifikasi

44
d.Bawang F: Kotoran Lingkungan Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Merah dan tanah S √ TS
kering
e.Bawang F: Kotoran Lingkungan Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Putih dan tanah S √ TS
kering
2 Penyimpanan
a. Ikan Mas F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
menempel S √ TS tertutup
pada ayam
B: Ikan Mas Penyimpanan pada suhu 5o s/d 0oC
T √ S
Pseudomonas
b. Kunyit F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
dan jahe atau tanah S √ TS
kering
c. jahe F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
atau tanah S √ TS
kering
F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
c. Garam atau tanah S √ TS
kering
d. Minyak K: Ketengikan Lingkungan Penyimpanan minyak dalam keadaan
S √ TS
Goreng tertutup
F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
e.
yang tertutup
Penyedap S √ TS
menempel
Rasa
yang diwadah
F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
f. Bawang
atau tanah S √ TS tertutup
Merah
kering
F: Kotoran Lingkunga Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
atau tanah n tertutup
S √ TS
g. Bawang
kering
Putih
3 Persiapan
Pemotongan
a. Ikan F: Kotoran Alat
Mas yang potong S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel sebelum digunakan
pada alat
b. F: Kotoran
Bawang yang
Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
Merah menempel
potong sebelum digunakan
pada alat
c. F: kotoran
Bawang yang Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
Putih menempel potong sebelum digunakan
pada alat
F: kotoran
d. Kunyit yang Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
F: kotoran
e. Jahe yang Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
Pencucian

a. Ikan B: E.coli Lingkunga T √ S Uji laboratorium air secara berkala dan


Mas n penggunaan air bersih yang mengalir
Penggorengan
a. K: Oksidasi Lingkunga S √ S Tidak menggunakan minyak berulang kali
Minyak minyak n (maksimal 3 s/d 4 kali)
Goreng F: Rambut Petugas S √ TS Penggunaan APD berupa tutup kepala yang
pengolah, lengkap dan benar bagi setiap petugas
lingkungan pengolahan
b. Ikan F: Rambut, Petugas S √ TS Penggunaan APD berupa tutup kepala yang
Yang debu pengolah, lengkap dan benar bagi setiap petugas
telah di Lingkunga pengolahan
goreng n
B: Salmonella Ikan Menggoreng dengan suhu yang sempurna
>100°C

T √ S
Penyimpanan
a.Ikan F: Debu, Lingkunga S √ TS Menyimpan ikan goreng pada tempat
Mas kotoran n bersih dan tertutup, menggunakan wadah
yang bersih
B: lalat, Lingkunga T √ S
serangga n Menyimpan Ikan goreng pada tempat bersih
dan tertutup, Tempat sampah disekitar dapur
dalam keadaan tertutup dan
tidak penuh
Pemorsian
Menyimpan ikan goreng pada tempat bersih
F: Debu, Lingkunga dan tertutup, menggunakan wadah yang
kotoran n S √ TS bersih
B: Salmonella, Ayam, √ S
Staphylococcu s lingkungan T 3. Makanan yang sudah diporsi langsung
aureus ditutup/diwrap
4. Pengaturan waktu pemorsian
5. Mencuci tangan dengan benar sebelum
dan sesudah pemorsian
Distribusi
F: Debu, 1. Penyimpanan pada wadah tertutup dan
kotoran TS bersih
Lingkunga S √
n
B: Salmonella, Penggunaan APD berupa tutup kepala yang
Staphylococcu lingkungan S lengkap dan benar bagi setiap petugas
T √
s aureus, lalat pengolahan
3. Analisis Risiko bahaya
Tabel 4.7 Analisis Risiko Bahaya

KATEGORI
KEL. BAHAYA(“v”)
RESIKO
NO BAHAN
A B C D E F

1. Ikan Mas + + 0 + + + VI
2. Bawang merah + + 0 + + + VI
3. Bawang putih + + 0 + + + VI
4. Kunyit + + 0 + + + VI
5. Jahe + + 0 + + + VI
6. Minyak + + 0 + + + VI

Goreng
7. Penyedap Rasa + + 0 + + + VI
8. Garam + + 0 + + + VI

Keterangan:

A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)

B = Mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik

C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya

D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan

E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi/konsumsi

F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen

51
Penenetapan CCP pada bahan baku

Tabel 4.8 Penetapan CCP pada bahan baku

No Bahan Mentah P1 P2 P3 Keterangan


1 Ikan Mas Ya Ya Ya CCP
2 Bawang Merah Ya Ya Ya CCP
3 Bawang Putih Ya Ya Ya CCP
4 Penyedap Rasa Ya Ya Tidak Bukan CCP
5 Garam Ya Ya Tidak Bukan CCP
6. Jahe Ya Ya Tidak Bukan CCP
7. Minyak Goreng Ya Ya Tidak Bukan CCP
6. Penetapan CCP Pada Formulasi/Komposisi

Tabel 4.9 Penetapan CCp pada Formulasi / Komposisi

No Formulasi P1 Keterangan
1 Ikan Mas, bawang merah, Tidak Bukan CCP

bawang putih, Jahe penyedap

rasa, garam, minyak goreng


7. Penetapan CCP Pada Tahapan Proses
Tabel 4.10 Penetapan CCP Pada Tahapan Proses

No. Proses P1 P2 P3 P4 P5 Keterangan

1 Penerimaan Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP


2 Penyimpanan Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP

3 Pencucian Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP


4 Pemotongan Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
5 Penggorengan Ya Ya Ya Ya Tidak CCP
6 Penyimpanan Ya Ya Tidak Ya Tidak CCP

(Matang)
7 Pemorsian Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
8 Pendistribusian Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
8. Bagan Alir Proses

Bagan 4.7 Bagan Alir Proses

Ikan Mas

Bawang
Merah Di campurkan Dibersihkan
Isi perutnya
Dikupas
Bawang Putih Di didiamkan
30 menit
Kunyit Limbah Dicuci air
Dipotong
Di dgoreng
Jahe Di ulek ditiriskan

Di tiriskan
Penyedap
Rasa
Angkut

Garam
Penyajian
5. Bagan Alir Penentuan CCP

Bagan 4.8 Bagan Alir Pennetuam CCP

Ikan Mas
CCP
Bawang
Merah Di campurkan
Dibersihkan
Isi perutnya
Bawang Putih Dikupas
Di didiamkan
30 menit
Kunyit Limbah Dicuci air
Dipotong CCP
Di dgoreng
Jahe Di ulek ditiriskan
CCP
Di tiriskan
Penyedap
Rasa
Angkut

Garam
Penyajian
6. Bagan Penentuan batas kritis

Bagan 4.9 Penentuan Batas Kritis

CCP Ikan Mas

Bawang Suhu 100 C


o

Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Putih Di didiamkan 30
menit

Dipotong CCP Limbah Dicuci air


Kunyit
Di goreng Suhu 100oC

Di ulek CCP ditiriskan


Jahe
Di tiriskan Suhu ≥65.5oC

Penyedap
Rasa
Angkut

Garam
Penyajian
Bagan Penentuan batas kritis
Bagan 4.10 Penentuan Batas Kritis

CCP Ikan Mas

Bawang Suhu 100 C o

Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Putih Di didiamkan 30
menit

Dipotong CCP Limbah Dicuci air


Kunyit
Di goreng Suhu 100oC

Di ulek CCP ditiriskan


Jahe
Di tiriskan Suhu ≥65.5 C
o

Penyedap
Rasa
Angkut

Garam
Penyajian
Bagan Pemantauan
Bagan 4.11 Pemantauan

CCP Ikan Mas


Suhu 100oC
Bawang
Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Di didiamkan 30
Putih menit

Dipotong CCP Limbah Dicuci air


Kunyit
Di goreng Suhu 100oC

Di ulek CCP ditiriskan


Jahe
Di tiriskan Suhu ≥65.5 C
o

Penyedap
Rasa
Angkut

Garam
Penyajian

Bagan Tindakan Koreksi


Bagan 4.12 Tindakan Koreksi
CCP Ikan Mas

Bawang Suhu 100oC


Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Di didiamkan 30
Putih menit

Dipotong CCP Limbah Dicuci air


Kunyit
Di goreng Suhu 100oC

Di ulek CCP ditiriskan


Jahe
Di tiriskan Suhu ≥65.5 Co

Penyedap
Rasa
Angkut

Segera Dimakan Garam


Penyajian
Bagan 4.13
Tindakan Koreksi

CCP Ikan Mas

Bawang Suhu 100 C


o

Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Di didiamkan 30
Putih menit

Dipotong CCP Limbah Dicuci air


Kunyit
Suhu 100oC
Di goreng
Di ulek CCP ditiriskan
Jahe
Di tiriskan Suhu ≥65.5 C
o

Wadah
Bersih Penyedap
Rasa
Angkut

Garam
Penyajian
Segera Dimakan

4.3 Pengelolaan Limbah Padat Medis

4.3.1. Observasi Pengelolaan Limbah Padat Medis

Sistem Manajemen Risiko di lakukan di Puskesmas Maracang Kabupaten

Purwakarta Puskesmas Maracang sebagai salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Daerah Pemerintah Kabupaten Purwakarta berkepentingan untuk menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan fenomena yang penting dan aktual, khususnya

aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Penanganan limbah medis

merupakan tanggung jawab Bidang Sanitarian di Puskesmas Maracang. Limbah

medis yang dihasilkan dari kegiatan poliklinik di Puskesmas Maracang diantaranya :

a. Limbah domestik (kemasan jarum suntik, kemasan suntikan)

b. Limbah infeksius benda tajam (jarum suntik dan alat suntik)

c. Limbah infeksius non tajam (botol vaksin, sisa vaksin, pot urin / tempat bekas

61
urin, reagent strips urin,, Dahak Pot Dahak, Darah, Strip Cholestrol,Strip Gula,

Strip Hb, Strip Asam Urat)

d. Limbah patologi (urin, darah)

e. Limbah farmasi (Obat – obatan kadaluarsa)

Tabel 4.11 Hasil Observasi Penanganan Limbah Medis di Puskesmas Maracang

PEMILAHAN LIMBAH MEDIS


NO ITEM YANG DIOBSERVASI MS TMS KET.
1 Tidak ditemukan limbah infeksius dan √

non infeksius ditempat sampah domestic


2 Adanya pemisahan wadah berdasarkan √

kategori limbah medis yang dihasilkan


3 Jarum dan syrnges dipisahkan agar tidak √

dapat digunakan kembali


4 Semua limbah jarum dan benda tajam disimpan √

ke dalam safety box


PEWADAHAN LIMBAH MEDIS
NO ITEM YANG DIOBSERVASI MS TMS KET.
1 Tersedia wadah penyimpanan limbah medis √

padat sesuai dengan karakteristik limbah yang

kuat, tidak mudah robek/bocor, tahan karat, dan

tertutup.
2 Wadah penyimpanan limbah infeksius √

dilapisi kantong plastik berwarna kuning sesuai

pedoman
3 Wadah benda tajam dikumpulkan dalam √

satu wadah yang anti bocor, anti tusuk dan

tidak mudah dibuka


4 Limbah radioaktif disimpan dalam wadah Tidak ada

62
kemasan yaitu kantong boks timbal (Pb)

dengan simbol radioaktif


5 Wadah dilengkapi oleh label yang tertulis √

kategori limbah serta simbol sesuai dengan

karakteristik limbah medis


6 Batas pengisian limbah medis padat √

yang

diletakkan dalam container yaitu 3/4 (tiga per

empat) limbah dari volume container.


7 Batas pengisian limbah medis berupa benda √

tajam yaitu hingga garis batas pengisian di

safety box.
8 Menghindari pemadatan atau penekanan √

limbah dalam wadah atau kantong limbah

dengan tangan atau kaki.


9 Penggunaan wadah atau kantong limbah √

ganda yaitu kantong plastik di dalam kontainer


PENGURANGAN LIMBAH MEDIS
NO ITEM YANG DIOBSERVASI MS TMS KET.
1 Dilakukan pengurangan limbah dari sumber √
2 Dilakukan pemilihan (segresi) limbah medis √
3 Dilakukan housekeeping (Mencegah terjadinya √

ceceran, tumpahan, atau kebocoran bahan)


4 Dilakukan pemeliharaan pencegahan √

(Contoh: Pemeliharaan terhadap bak

sampah medis, Pemeliharaan terhadap

incinerator (apabila ada)


5 Dilakukan teknologi bersih -

(Contoh : Penggunaan CR

(Computed Radiography) pada proses

63
pencitraan foto X-Ray)
6 Dilakukan manajemen sediaan kimia dan √

farmasi (dilakukan pengawasan terhadap

produk yang mendekati tanggal kadaluarsa)


7 Dilakukan subsitusi bahan √

(Contoh: Penggunaan renalin pada dialyzer

untuk mengganti penggunaan formalin)


8 Dilakukan pemanfaatan kembali limbah √

sebelum pengolahan dan pemusnahan kembali


9 Terdapat program reuse √

(Contoh: Penggunaan kembali jerigen

bekas elektrolit sebagai wadah penampungan

jarum)
PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS
1 Kelengkapan Administrasi Penyimpanan Limbah Medis
1.1 Memiliki Izin pengelolaan Limbah B3 √

untuk kegitan penyimpanan Limbah B3


1.2 Memiliki izin pengelolaan untuk bangunan Dalam

tempat penyimpanan limbah medis proses


1.3 Memiliki Izin Lingkungan √
Persyaratan Khusus Bangunan / Fasilitas Tempat Penyimpanan Limbah
2
Medis
2.1 Lantai kedap (impermeable) √
2.2 Lantai terbuat dari beton atau semen dengan √

sistem drainase yang baik


2.3 Lantai dibersihkan dengan desinfeksi √
2.4 Kemiringan lantai minimal 1% mengarah

ke saluran bak penampung yang kedap air.


2.5 Tersedia sumber air atau kran air dan √

desinfektan untuk pembersihan


2.6 Mudah diakses untuk penyimpanan limbah √

(tidak terhalang apapun)


2.7 Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh √

64
pihak yang tidak berkepentingan
2.8 Mudah diakses oleh kendaraan yangakan √ Akses jalan

mengumpulkan atau mengangkut limbah. mengguntan

gga dan

tidak ada

jalur troly
2.9 Terlindungi dari sinar matahari, hujan, √

angin kencang, banjir, dan faktor lain yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau

bencana kerja
2.10 Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, √

dan burung
2.11 Dilengkapi dengan ventilasi sebesar 10 % dari √

luas lantai
2.12 Dilengkapi pencahayaan yang baik dan √ Pencahayaa

memadai sebesar 150 lux n buatan


2.13 Berjarak jauh dari tempat penyimpanan √

atau penyiapan makanan


2.14 Terdapat Peralatan pembersihan, √

pakaian

pelindung, dan wadah atau kantong limbah

didekat lokasi fasilitas penyimpanan


2.15 Dinding, lantai, dan langit-langit √

fasilitas penyimpanan senantiasa dalam

keadaan bersih,termasuk pembersihan lantai

setiap hari. (dinding dan lantai tidak ada

noda, langit-langit tidak ada sarang laba-laba)


2.16 Dilengkapi dengan rak khusus untuk √

menyimpan limbah B3 sesuai dengan jenisnya

65
2.17 Bangunan dilengkapi dengan rambu limbah B3 √

2.18 Terdapat simbol dan logo Limbah B3 √


2.19 Terdapat Label limbah B3 √

3 Persyaratan Penyimpanan Limbah Medis


3.1 Penyimpanan limbah B3 harus √

ditempatkan bangunan khusus yang terpisah

dengan bangunan utama Fasyankes


3.2 Dilengkapi dengan SOP √
3.3 Terdapat pencatatan jenis dan jumlah limbah √

yang disimpan (logbook harian).


3.4 Penyimpanan limbah B3 menggunakan √

wadah/tempat/kontainer limbah B3 dengan

desain dan bahan sesuai kelompok atau

karakteristik limbah B3.


3.5 Memberi label pada setiap kemasan √

dan/atau wadah limbah medis padat sesuai

karakteristiknya kecuali untuk limbah benda

tajam
3.6 Penyimpanan limbah radioaktif dikemas Tidak ada

dalam wadah berwarna Merah


3.7 Penyimpanan limbah Infeksius dan

patologis dikemas dalam wadah berwarna

Kuning
3.8 Penyimpanan limbah Sitotoksik dikemas Tidak ada

dalam wadah berwarna Ungu


3.9 Penyimpanan limbah Limbah bahan Kimia Tidak ada

kadaluarsa, tumpahan atau sisa kemasan dan

limbah farmasi dikemas dalam wadah

berwarna Coklat
3.10 Safety box disimpan dengan posisi yang aman √

66
agar tidak tumpah dan sebelumnya telah diberi

alas berupa palet kayu.


2.11 Terdapat batas pemisah antara setiap jenis √

limbah yang berbeda karakteristik dengan

jarak 60 cm yang diberi alas berupa palet

kayu.
2.12 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak √

blok kemasan terluar terhadap atap dan

dinding bangunan penyimpanan tidak boleh

kurang dari 1 meter.


2.13 Tempat penyimpanan sementara boleh tidak

terpisah dengan syarat Kondisi tidak

memungkinkan untuk dibangun tempat

penyimpanan sementara Limbah B3


2.14 Tempat penyimpanan sementara boleh

tidak

terpisah dengan syarat Akumulasi limbah yang

dihasilkan dalam jumlah yang kecil


2.15 Tempat penyimpanan sementara boleh tidak √

terpisah dengan syarat. Dilakukan pengelolaan

limbah lebih lanjut kurang dari 48 jam sejak

limbah B3 di hasilkan
2.16 Bangunan penyimpanan sementara tidak

terpisah dengan syarat tempat penyimpanan

sementara LB3 harus dilengkapi dengan

kerangkeng dan dilengkapi simbol.


2.17 Bangunan penyimpanan sementara untuk √

limbah kategori benda tajam, infeksius dan

patologis disimpan di ruang pendingin jika

67
TPS tidak terpisah.
2.18 Limbah medis padat disimpan tidak lebih dari √

2 hari. Apabila lebih, limbah harus dilakukan

desinfeksi kimiawi atau disimpan dalam

refrigerator atau pendingin pada suhu 0oC

atau lebih rendah.


4 Waktu Penyimpanan Limbah Medis
Jenis Limbah B3 Bahan Kimia Kedaluwarsa, Tumpahan, Atau Sisa Kemasan,

Radioaktif, Farmasi, Sitotoksik, Peralatan Medis Yang Memiliki Kandungan

Logam Berat Tinggi, Dan Tabung Gas Atau Kontainer Bertekanan


a. 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3

dihasilkan, untuk Limbah B3 yang

dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh

kilogram) per hari

atau lebih.
b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak √

Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3

yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima


4.1
puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3

Infeksius, Limbah Kimia Kadaluarsa,

Limbah farmas (kadaluarsa. Kategori 1)


c. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak

Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3

yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima

puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3

kategori 2 (Limbah Kemasan Farmasi) dari

sumber tidak spesifik dan sumber spesifik

umum
d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak

68
Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3

kategori 2 (Limbah Kemasan Farmasi dari

sumber spesifik khusus Menyusun dan

menyampaikan laporan Penyimpanan

Limbah B3
Jenis Limbah Dengan Karakteristik Infeksius, Benda Tajam Dan Patologis

a. Limbah medis kategori infeksius, patologis, √

benda tajam harus disimpan pada TPS

dengan suhu lebih kecil atau sama dengan

0 oC (nol derajat celsius) dalam waktu

sampai dengan
4.2
90 (sembilan puluh) hari
b. Limbah medis kategori infeksius, patologis,

benda tajam dapat disimpan pada TPS

dengan suhu 3 oC - 8 oC (delapan derajat

celsius) dalam waktu sampai dengan 7

(tujuh) hari
5 Lokasi Tempat Penyimpanan Limbah Medis

5.1 Daerah bebas banjir √


5.2 Bukan daerah rawan bencana alam √
5.3 Lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus dapat √

direkayasa dengan teknologi untuk

perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup (Jika tidak bebas banjir dan dan rawan

bencana alam)
5.4 Memiliki rancang bangun dan luas ruang √

penyimpanan yang sesuai dengan jenis,

karakteristik dan jumlah limbah medis yang

69
dihasilkan/akan disimpan
5.5 Lokasi tempat penyimpanan sementara limbah √

medis padat diberikan tanda pemberitahuan

tempat penyimpanan sementara limbah medis

padat dan titik koordinat


6 Tata Cara Pengemasan Limbah Medis
6.1 Limbah diletakan dalam wadah/ kantong √

sesuai kategori limbah


6.2 Volume limbah yang dimasukan √

kedalam

wadah/kantong adalah ¾ dari volume


6.3 Pemadatan atau penekanan limbah tidak √

dilakukan dengan tangan atau kaki


6.4 Tidak melakukan penangan limbah secara √

manual
6.5 Jika wadah/kantong limbah bocor √

maka

wadah/kantong harus ganda


6.6 Kantong limbah tidak boleh dalam √

keadaan terbuka harus, harus diikat

menggunakan ikatan tuggal


6.7 Tidak mengikat kantong dengan model √

telinga kelinci
6.8 Kantong limbah tidak diikat dengan selotipe √

atau sejenis
7 Aspek K3 Di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Medis
7.1 Terdapat APAR √
7.2 Terdapat alarm Kebakaran √
7.3 Terdapat jalur evakuasi √
7.4 Terdapat pintu darurat √
Terdapat penyiraman untuk badan (Body √
7.5
Wash / emergency shower)

70
Terdapat penyiraman untuk mata √
7.6
(eyewash fountain)
7.7 Terdapat alat pelindung diri √
7.8 Terdapat kotak P3K √
Terdapat Spill Kit dilengkapi dengan √

7.9 cara

penggunaan
7.10 Terdapat MSDS (lembar data keamanan bahan) √

PENGUMPULAN LIMBAH MEDIS


NO ITEM YANG DIOBSERVASI MS TMS KET.
Pengumpulan dilakukan dua kali dalam √ 1 kali
1
sehari sesuai dengan pergantian tugas
2 Kantong limbah harus tertutup √
Kantong limbah harus diikat secara kuat √
3
apabila sudah terisi ¾ dari volum maksimalnya
4 Kantong limbah tidak boleh diikat kelinci √
Melakukan pengumpulan limbah sesuai √
5
dengan jenisnya
6 Melakukan pencatatan nama, sumber, √

karakteristik, dan jumlah limbah

yang

dikumpulkan
7 Tempat pengumpul limbah terdapat √

tempat

penampungan tumpahan atau ceceran limbah


8 Terdapat sistem pemadaman kebakaran √

(APAR)
9 Pintu darurat dan alarm √
10 Terdapat pertolongan pertama (P3K) √
11 Pekerja menggunakan sarung tangan √
12 Pekerja menggunakan masker √
13 Menyediakan tempat pengumpulan yang √

sesuai dengan jumlah dan volume yang

71
memadai
14 Troli pengumpul limbah harus terbuat dari √

bahan yang kuat, kedap air dan

tidak berkarat permukaannya mudah

dibersihkan
15 Pengumpulan dilakukan pada jam tidak sibuk √

pagi dan sore dan tidak melalui jalur/koridor

yang padat pasien, pengunjung rumah sakit.

Setelah dilakukan observasi, dapat diketahui limbah infeksius benda tajam

(jarum suntik dan limbah botol vial vaksin) dimasukan ke dalam safety box yang

berbeda, tutup jarum suntik, plastik pembungkus jarum suntik dan kapas

dimasukan ke dalam tempat sampah non medis yang dilapisi plastik berwarna

hitam, sedangkan pot urin, reagent strips urin Pot dahak, strip cholestrol, asam

urat, gula dan Hb serta tabung EDTA dimasukan ke dalam plastik sampah

berwarna kuning. Limbah medis dari Puskesmas Maracang dan laboratorium akan

diangkut setiap hari oleh petugas cleaning service untuk disimpan di tempat

penyimpanan limbah medis sementara sebelum diangkut oleh pengangkut dan

pengolah limbah medis yaitu PT Tenang Jaya Sejahtera yang diangkut setiap 2

bulan sekali.

Puskesmas Maracang Sudah memiliki bangunan tempat penyimpanan

limbah medis yang tertutup sesuai persyaratan penyimpanan limbah medis

Namun Izin Operasional TPS masih dalam proses serta belum terdapat pelaratan

Keselamatan kerja seperti APAR, alaram kebakaran, eye wash dan body wash,

serta belum terdapat rak dan alat pendingin.

4.3.2 HIRADIC pada Penanganan Limbah Medis Padat di Puskesmas

72
MARACANG

Setelah dilakukan observasi penanganan limbah medis pada kegiatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Maracang, dapat diketahui bahaya dan risiko

yang ditimbulkan dari kegiatan – kegiatan penanganan limbah tersebut.

Dilihat dari faktor risiko yang ditimbulkan, kami memutuskan untuk

melakukan penilaian risiko pada proses pengumpulan limbah medis yang

dilakukan oleh petugas cleaning service agar dapat mengurangi faktor risiko yang

ditimbulkan. Berikut manajemen risiko penanganan limbah medis di Puskesmas

Maracang pada tahap pengumpulan limbah medis menggunakan metode Hazzard

Identification, Risk Assesment and Determining Control (HIRADC) :

73
Penentuan Kontrol Risiko Penyimpanan Limbah Medis di TPS Puskesmas Maracang
Jenis Risiko
Risiko Jumlah Jenis (S/H)
Karyawan Tingkat
Tugas Bahaya (Risiko Murni) Risiko
No yang Terpapar Kons Frek Risiko Murni
(S/H)
Penyimpanan Limbah Medis

1. Petugas Membuka Pintu TPS Terjepit 3 S 2 3 6


Pintu TPS

Posisi tubuh tidak Sakit punggung,


Petugas ergonomis Mudah Lelah H 2 5 10
memindahkan
Cipratan Bahan
2. limbah medis dari Iritasi kulit 3 S 3 3 9
Kimia
Troli ke tempat
Penyimpanan Jarum suntikan yang
Sementara tidak bertutup Tertusuk S 3 2 6

3. Posisi tubuh tidak Sakit punggung, 3 H 2 5 10


Petugas ergonomis Mudah lelah
Merapihkan
Limbah Medis Menghirup Bahan 3 S 3 3 9
Pusing,Sakit kepala
Kimia
Penentuan Kontrol Risiko Penyimpanan Limbah Medis di TPS Puskesmas Maracang

No.
Tingkat Jenis Kontrol yang ada untuk Efektivitas Tambahan Kontrol yang
Ref Tingkat
Risiko Risiko memitigasi risiko murni Kontrol (% direkomendasikan
(No Risiko Sisa
(Murni) (S/H) gabungan)
Tugas)
Pergantian Shift dan jam
10 H 20 8
kerja
 Meningkatkan pengetahuan pada para petugas
1 Menggunakan masker, kebersihan pentingnya menggunakan APD
9 S Menggunakan 30 6 saat melakukan penanganan limbah
sarung tangan  Penambahan APD berupa sepatu safety dan
sarung Tangan tebal
Pergantian Shift dan jam
2 10 H 20 8
kerja

 Meningkatkan pengetahuan pada para petugas


kebersihan pentingnya menggunakan APD
3 9 H Penggunaan APD 30 6
saat melakukan penanganan limbah
 Penambahan APD berupa Masker 3M

Rekomendasi Untuk Penyimpanan Limbah medis Di Puskesmas Maracang

No.
Tingkat Jenis Kontrol Tindakan Detail Sumber daya
Ref Penanggung Tanggal Tanggal Status
Risiko Risiko yang Rencana yang
(No. Jawab Mulai Selesai (%)
Sisa (S/H) direkomendasikan Tindakan dialokasikan
Tugas)
Order sepatu
Penambahan APD Safety dan masker
2,3 16 S berupa sepatu safety Anggaran
3M sesuai dengan Restika 02/01/2022 50%
tambahan
jumlah
Petugas
Melakukan
Sosialisasi
Penambahan APD Sanitarian Restika 02/01/2022 50%
Sepatu Safety dan
Masker 3M
1.1. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS
4.4.1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko
yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari :
a. Hasil temuan pada audit internal
b. Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
c. Adanya insiden atau kejadian merugikan dan membahayakan yang pernah
terjadi di unit pelayanan tersebut

Unit Risiko

Ruang 1. Tertusuk Jarum


Imunisasi 2. Kesalahan Pemberian Vaksin Dosis dua
3. Pengulangan Pemberian Vaksin Covid-19
4. Kesalahan Penulisan No Batch
4.4.2. Sistem Manajemen Risiko di UPTD Puskesmas Maracang
Jumlah Jenis Risiko (S/H)
Jenis Tingkat
Risiko Karyawan
No Tugas Bahaya Risiko Risiko
(Risiko Murni) yang
(S/H) Kons Frek Murni
Terpapar
Pelayanan Vaksinasi Covid-19

1 1 12
Human Error Tertusuk Jarum S 2 6
Pemberian
Imunisasi Kesalahan dalam Pemberian H 3 7
covid-19 Jenis vaksin Dosis 2 21
1

Pengulangan Pemberian H 3 6
Vaksin 1 18

Keslahan Penulisan No batch


Vaksin 1 10
H 2 5
Posisi tubuh tidak Sakit Punggung, Mudah
ergonomis lelah 1 12
H 2 6
Penentuan Kontrol Risiko Pengumpulan Limbah Medis di Puskesmas Maracang

No. Tingkat Jenis Efektivitas Kontrol (% Tingkat


Ref Risiko Risiko Kontrol yang ada untuk gabungan) Risiko Sisa Tambahan Kontrol
(No (Murni) (S/H) memitigasi risiko murni yang
Tugas) direkomendasikan
Menggunakan Sarung  Mengingatkan Kepada Petugas
25% 9
12 S Tangan Untuk Selalu Fokus

 Riview SOP Pemberian

Pergantian Jadwal Vaksinasi Covid-19


21 H
Pemberian Vaksin, SOP  Evaluasi Kepatuhan Petugas
40% 13
pemberian vaksin terhadap SOP

1  Riview SOP Pemberian


Pergantian Jadwal
18 H Vaksinasi Covid-19
Pemberian Vaksin, SOP
 Evaluasi Kepatuhan Petugas
pemberian vaksin 40% 11 terhadap SOP
Pergantian Shift dan jam
40% 6
10 H kerja

Rekomendasi
No. Penanggung
Ref Tingkat Jenis Kontrol Tindakan Detail Rencana Sumber daya Jawab
Tanggal Tanggal Status
(No Risiko Risiko yang Tindakan yang
Mulai Selesai (%)
. Sisa (S/H) direkomendasikan dialokasikan
Tugas)

Revisi SOP 1. Melakukan Review Koordinator 100%


08/12/2021
1 13 H PemberianVaksinasi SOP pelaksanaan Imunisasi Dr Fitri 08/12/2021
Covid-19 Vaksin Covid-19
Evaluasi Kepatuhan 2. Melakukan Revisi Koordinator Dr Fitri 09/12/2021 100%
09/12/2021
Petugas terhadap SOP Pelaksanaan Imunisasi
SOP Vaksin Covid-19 dan
membuat daftar tilik
3. Melakukan Sosialisasi Koordinator Dr Fitri 10/12/2021 50%
SOP Hasil revisi Imunisasi
4. Melakukan survey Sanitarian Dr Fitri 11/12/2021 50%
Kepatuhan Petugas
terhadap SOP yang ada
dengan daftar tilik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan risiko non-karsinogenik pada studi literature
didapatkan hasil untuk pajanan Mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l pada
masyarakat Desa Babakancikao Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta dengan
berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 hari/tahun selama 30 tahun
diketahui sebesar 0,042 Pajanan mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l secara
ingesti pada masyarakat Desa Babakancikao Kec. Babakan Cikao Kab.
Purwakarta dengan berat badan 55 Kg, masih aman untuk frekuensi pajanan
350 hari/tahun hingga 30 tahun mendatang.
2. Dari hasil HACCP yang dilakukan pada jasaboga Nenggala Raya menunjukan
bahwa masih banyak cara pengolahan yang belum sesuai, dan dapat
menimbulkan bahaya.
3. Berdasarkan hasil observasi penanganan limbah medis di UPTD Puskesmas
Maracang dapat diketahui bahwa Puskesmas Maracang telah melakukan
pengelolaan limbah padat medis sesuai persyaratan yang berlaku dari mulai
timbulan limbah padat medis di ruangan sampai penempatan sementara di
TPS B3, untuk pemusnahan limbah padat medis UPTD Puskesmas Maracang
sudah berkerja sama dengan PT. Tenang Jaya Sejahtera dan sudah memiliki
izin pengelolaan limbah padat B3 dalam hal izin penyimpanan sementara
limbah B3.
Penyimpanan limbah padat medis dilaksanakan dalam rentang waktu 6 bulan,
tetapi UPTD Puskesmas Maracang belum mempunyai cold box dan TPS B3
masih belum dilengkapi APAR, eye washer dan body washer sesuai
persyaratan yang berlaku.
4. Sistem manajemen risiko di ruangan Imunisasi diketahui risiko yang paling
sering terjadi pada kegiatan Vaksinasi Dosis dua massih ada keslahan dalam
pemberian vaksin dosis dua
Dari hasil HIRADC saran yang diberikan adalah revisi SOP dengan
menambhakan uraian pada Ruang Vaksinasi.
5.2. Saran
1. Pada pengelolaan limbah padat medis sebaiknya melakukan pengadaan cold
box sesuai Peraturan yang berlaku bahwa untuk limbah padat yang disimpan
selama 180 hari sejak dihasilkan harus menggunakan cold box.

2. Melakukan revisi SOP pengambilan sampel di Ruangan Laboratorium untuk


meminilalisir kegagalan pengambilan sampel terutama pada pasien anak

Anda mungkin juga menyukai