Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktik belajar
lapangan Mata Kuliah Manajemen Risiko Lingkungan
Disusun oleh :
I
2021
II
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL) DI UPTD PUSKESMAS MARACANG
Disusun Oleh :
Penguji I Penguji II
Teguh Budi Prijanto, SKM, M.Kes NIP. Yosephina Adriani S., SKM, M.Kes
196911061995031002 NIP. 196509111988032001
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR IS
4
I
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB V Penutup.................................................................................................84
5
BAB I
PENDAHULUAN
kegiatan. Jika terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, fasilitas
pelayanan kesehatan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat
potensi bahaya yang tinggi. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis
industri, serta teknologi yang digunakan serta pengendalian terhadap risiko yang
dilakukan. Disamping itu, semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka
semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga
kerja agar dapat mengurangi dampak negatif bagi manusia dan dapat menghindari
terjadinya kecelakaan.
dan bahaya yang dapat terjadi baik mental, fisik, maupun emosional terhadap para
akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber bahaya, maka sumber bahaya harus
kerja.
6
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapka
n sejak awal kegiatan dan diseluruh bagian fasilitas pelayanan kesehatan. Salah sa
ontrol (HIRADC).
1.2. Tujuan
penilaian risikonya.
pengendalian risiko).
1.3. Manfaat
7
1.3.1. Manfaat Bagi Penulis
risiko di lingkungan.
kemampuan penulis.
Lingkungan.
siko lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Manajemen Resiko Lingkungan
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang
manajemen risiko adalah seuatu proses yang tersetruktur dan sistematis dalam
segala risiko yang dilakukan oleh pelaku bisnis. Jenis manajemen ini adalah
berbagai macam risiko dan hal buruk siap menimpanya.( Smith 1990 )
1. Lingkungan Internal
ini, tidak ada deteksi terhadap risiko yang terjadi antara perusahaan dengan
9
faktor luar seperti pelanggan, klien dan semacamnya. Sekalipun kadang
2. Penentuan Sasaran
memasukkan sasaran risiko yang jelas yang akan coba diselesaikan melalui
yang muncul dari statemen visi dan misi usaha serta sasaran risiko yang
usaha. Namun terkadang apa yang diidamkan tersebut tidak sesuai dengan
harapan. Nah dengan adanya komponen ini, bisa dijelaskan apa penyebab
Tidak bisa dibantah kalau visi dan misinya bagus, tetapi ketika sudah
dilaksanakan malah menjadi buruk. Hal ini bisa terkait dengan kompetensi
3. Identifikasi Peristiwa
10
Untuk komponen ini boleh tidak meng-akomodir semua risiko. Tetapi
ah yang muncul jauh lebih besar. Sekalipun demikian, tidak semua peristi
4. Penilaian Risiko
5. Tanggapan Risiko
tergantung risiko apa yang dihadapi. Respon atau tanggapan tersebut bisa
dalam bentuk :
6. Aktivitas Pengendalian
11
risiko ini antara lain :
2) Delegasi wewenang
4) Pemisahan fungsi
5) Supervisi
1. Penentuan Konteks
keparahan risiko.
2. Identifikasi risiko
bentuk sumber bahaya serta aktivitas yang berisiko pada proses kerja.
12
bisnis perusahaan
hasil identifikasi
3. Penilaian Risiko
dapat diterima atau tidak dengan level risiko sesuai dengan standar yang
digunakan.
4. Pengendalian Risiko
berkala
keselamatan
13
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dan seberapa efektif
2.2 Puskesmas
merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
14
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan
b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik
puskesmas rawat inap. a. Pelayanan rawat jalan Rawat Jalan merupakan salah satu
unit kerja di puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih
dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada
waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan
kesehatan di Puskesmas. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan ditentukan oleh
jalan,
pengobatan, untuk rawat inap atau untuk tindakan rujukan. Tenaga pelayanan di
rawat jalan adalah tenaga yang langsung berhubungan dengan pasien, yaitu:
konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter spesialis,
dengan tindakan pengobatan atau tidak dan untuk menyediakan tindak lanjut bagi
pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus dikontrol kondisi
menyenangkan bagi pasien. Hal ini penting untuk diperhatikan karena dari rawat
Lingkungan rawat jalan yang baik hendaknya cukup luas dan memiliki sirkulasi
udara yang lancar, tempat duduk yang nyaman perabotan yang menarik dan tidak
Pelayanan rawat inap Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi
tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa
kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan
antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih
perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas
sebagai berikut:
1. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit,
sekitarnya,
3. Puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang
memadai,
sebagai berikut:
lain; kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain yang
dalam rangka diagnostik dengan rata- rata hari perawatan tiga (3) hari atau
d. Melakukan metoda operasi pria dan metoda operasi wanita untuk keluarga
berencana.
Selain itu ruang rawat inap dilengkapi dengan fasilitas tambahan berupa :
1. Ruangan tambahan seluas 246 meter persegi yang terdiri dari ruangan
perawatan.
bedah, anak dan penyakit dalam), 2 orang 11 perawat/bidan yang diberi tugas
pada kebijaksanaan :
a. Puskesmas dengan ruang rawat inap sebagai pusat rujukan antara dalam
g Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, dalam peraturan ini ya
ng dimaksud dengan Rumah Makan adalah “setiap tempat usaha komersial yang rua
usahanya”.
g Higiene Sanitasi Jasaboga, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan Jasaboga a
dalah “usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pe
ontrol Point) dalam hal ini adalah Jasaboga golongan B yaitu Jasaboga yang melaya
ni masyarakat tertentu.
2.4 Pengendalian Faktor Risiko Kegiatan Pengolahan Makanan
odex
keamanan pangan secara preventif yang bersifat ilmiah, rasional dan sistematis deng
an dan penggunaan bahan pangan untuk menjamin bahwa bahan pangan tersebut am
akan keselamatan manusia atau yang merugikan ataupun yang dapat menyebabkan p
roduk makanan menjadi tidak disukai; diidentifikasi dan diteliti dimana kemungkina
penyediaan bahan baku, selama tahapan proses pengolahan bahan sampai distribusi
dan penggunaannya.
Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik kendali k
ritis. Menurut BRYAN (1990), sistem HACCP didefinisikan sebagai suatu manajem
ngan menggunakan konsep pendekatan yang bersifat logis (rasional), sistematis, kon
nitor dan mengendalikan bahaya yang beresiko tinggi terhadap mutu dan keamanan
produk pangan. Konsep HACCP ini disebut rasional karena pendekatannya didasark
an pada data historis tentang penyebab suatu penyakit yang timbul (illness) dan keru
21
2.4.2. Prinsip Hazard Analysis Critical Control Point ( HACCP )
Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam penerapan system HAC
CP pada industri pangan seperti yang direkomendasikan baik oleh NACMCP (Natio
nal Advisory Committee on Microbilogical Criteria for Foods, 1992) dan CAC (Cod
ex Alintarius Commission, 1993). Ketujuh prinsip dasar penting HACCP yang meru
pencegahannya.
2. Identifikasi dan penentuan titik kendali kritis (CCP) di dalam proses produksi.
3. Batas kritis (Critical Limits) terhadap setiap CCP yang telah teridentifikasi.
22
BAB III
METODELOGI PRAKTIK
Dilakukan pengamatan secara analisis data yang telah ada bagaimana perkem
bangan dari praktek yang telah dilakukan serta menilai hasil pengelolaan makan yan
3.2.1Populasi
mpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Polulasi pada kegiatan ini
terdiri dari seluruh lingkungan dan fasilitas yang terdapat di lingkungan UPTD Pusk
esmas Maracang.
3.2.2Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti da
n dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam hal ini yang menjadi sampel dalam pe
nelitian adalah tempat yang akan dijadikan lokasi observasi yaitu UPTD Puskesmas
Maracang Cikembulan.
a. Lokasi
b. Waktu
23
Waktu pelaksanaan Praktik Belajar Lapanan (PBL) ini dilaksanakan pada 11 N
Instrumen Pengumpul Data (IPD) yang digunakan oleh tenaga pengumpul data
asi dan studi literature pada berbagai narasumber yang berada di lokasi praktik.
Dalam kegiatan Praktik Belajar Lapangan (PBL) ini, pengumpulan data dilak
ukan oleh 3 (tiga) Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Sarjana
Terapan Sanitasi Lingkungan yang dibantu dan dibimbing oleh Pembimbing Lapang
NIM : P17333121499
NIM : P17333121511
NIM : P17333121499
BAB IV
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum baik secara fisika dan
1. Identifikasi Bahaya
b Lin Ri en
e gku si tr
r nga ko as
d nP i
a ote T
n nsia er
P l u
e k
n ur
25
n
n
PDA
A 0,185
Badan Mang
ir m
Air an
M g/l
in
h r i Pemajana
a Pe a n
n nc L
26
em i
P ar n
e g
n k
c u
e n
m g
a a
r n
1 Ma Air Pencemar
n M masuk ke
g i tubuh
a n manusia
n u melalui
m ingesti
dengan
cara
tertelan
Dosis Respon
27
/kg/ studi ingesti kronik
hr pada manusia
(NRC,1989)
Diketahui
R (dewasa) = 2 l/hari
fE = 350 hari/tahun
Dt (dewasa) = 30 tahun
Wb = 55 kg
3.885
Ink (Intake)= mg/kg/hr
602.250
= 0,006 mg/kg/hr
Karakterisasi Risiko
Untuk karakterisasi risiko nilai intake dibandingkan dengan RfD Mangan (0.14
28
RQ = I
RfD
Pada dewasa
¿ 0,042
Interpretasi Risiko
RQ untuk pajanan mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l pada masyarakat Desa
Babakncikao Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta dengan berat badan rata -
sebesar 0,06 Pajanan Mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l secara ingesti pada
dengan berat badan 55 Kg, masih aman untuk frekuensi pajanan 350
4. Pengelolaan Risiko
Melakukan
1. penyaringan air Pengura Pihak Pengelola
bersih (filter) ngan dibantu oleh
menggunakan media kada lintas sektor
saring karbon aktif dan r
pasir silika Man
29
gan
dala
m
air
Adanya
2. kerjasama antara Terdapat Pihak pengelola,
lintas sektor pemantauan Puskesmas dan
(Puskesmas dan terhadap Pemerintah Desa
Pemerintah Desa) dalam kualitas air
pemantauan kulitas air bersih di Desa
bersih. Babakancikao
Kec.
Babakancikao
Kab. Purwakarta
4.2 ACCP
1. Deskripsi Produk
a. Na : Ayam Goreng
30
k
b. Ko : Jasa Boga
n
c Ba : Ayam, bawang merah, bawang
n
d. Me : 1. Ayam yang telah dipotong dicuci bersih
d dan kunyit
31
n goreng, lalu tiriskan
yang
m siang
i
f. Juml : Porsi yang disediakan adalah 30
a Porsi
h/
or
si
g. Cara : Bahan makanan utama yaitu ayam
32
pan disimpan di wadah stainless
33
2. Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan
Analisis
26
d.Bawang F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Merah dan tanah
kering
e.Bawang F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Putih dan tanah
kering
f. ketumbar F: kotoran Lingkungan S √ TS Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
yang
menempel
pada biji
ketumbar
2 Penyimpanan
a. ayam F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
menempel tertutup
pada ayam
B: ayam T √ S Penyimpanan pada suhu 5o s/d 0oC
Pseudomonas
b. Kunyit F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
atau tanah
kering
27
c. Garam F: Kotoran Lingkungan S √ TS Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
atau tanah
kering
d. Minyak K: Ketengikan Lingkungan S √ TS Penyimpanan minyak dalam keadaan
Goreng tertutup
28
2. Persiapan
Pemotongan
a. Ayam F: Kotoran S
yang Alat √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
b. F: Kotoran
Bawang yang Alat
Merah menempel potong
Memastikan alat yang digunakan bersih
pada alat
S √ TS sebelum digunakan
c. F: kotoran
Bawang yang Alat
Putih menempel potong Memastikan alat yang digunakan bersih
pada alat
S √ TS sebelum digunakan
F: kotoran
d. Kunyit yang Alat Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
S √ TS
Pencucian
29
a. Ayam B: E.coli Lingkunga T √ S Uji laboratorium air secara berkala dan
n penggunaan air bersih yang mengalir
Penggorengan
a. K: Oksidasi Lingkunga S √ S Tidak menggunakan minyak berulang kali
Minyak minyak n (maksimal 3 s/d 4 kali)
Goreng
30
B: Salmonella Ayam
Pemorsian
Menyimpan ayam goreng pada tempat bersih
F: Debu, Lingkunga dan tertutup, menggunakan wadah yang
kotoran n S √ TS bersih
31
B: Salmonella, Ayam, T
Staphylococcu s lingkungan √ S 1. Makanan yang sudah diporsi langsung
aureus ditutup/diwrap
2. Pengaturan waktu pemorsian
3. Mencuci tangan dengan benar sebelum
dan sesudah pemorsian
Distribusi
F: Debu, Lingkunga S √ 1. Penyimpanan pada wadah tertutup dan
kotoran n bersih
TS
32
2. Analisis Risiko bahaya
KATEGORI
KEL. BAHAYA(“v”)
RESIKO
NO BAHAN
A B C D E F
1. Ayam + + 0 + + + VI
2. Bawang merah + + 0 + + + VI
3. Bawang putih + + 0 + + + VI
4. Kunyit + + 0 + + + VI
5. Ketumbar + + 0 + + + VI
6. Minyak + + 0 + + + VI
Goreng
7. Penyedap Rasa + + 0 + + + VI
8. Garam + + 0 + + + VI
Keterangan:
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
34
Penenetapan CCP pada bahan baku
No Formulasi P1 Keterangan
1 Ayam, bawang merah, bawang Tidak Bukan CCP
39
3. Bagan Pemantauan
40
Bagan 4.5 Tindakan Koreksi
41
5. Bagan Verifikasi
1. Deskripsi Produk
b. Konsumen : Catering
c Bahan : Ikan, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit,
lalu tiriskan
distribusi
f. Jumlah/porsi : Porsi yang disediakan adalah 30 Porsi
g. Cara : Bahan makanan utama yaitu ikan mas disimpan
Analisis
44
d.Bawang F: Kotoran Lingkungan Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Merah dan tanah S √ TS
kering
e.Bawang F: Kotoran Lingkungan Penerimaan bahan harus sesuai spesifikasi
Putih dan tanah S √ TS
kering
2 Penyimpanan
a. Ikan Mas F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
menempel S √ TS tertutup
pada ayam
B: Ikan Mas Penyimpanan pada suhu 5o s/d 0oC
T √ S
Pseudomonas
b. Kunyit F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
dan jahe atau tanah S √ TS
kering
c. jahe F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
atau tanah S √ TS
kering
F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan ditempat bersih dan tertutup
c. Garam atau tanah S √ TS
kering
d. Minyak K: Ketengikan Lingkungan Penyimpanan minyak dalam keadaan
S √ TS
Goreng tertutup
F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
e.
yang tertutup
Penyedap S √ TS
menempel
Rasa
yang diwadah
F: Kotoran Lingkungan Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
f. Bawang
atau tanah S √ TS tertutup
Merah
kering
F: Kotoran Lingkunga Penyimpanan pada tempat yang bersih dan
atau tanah n tertutup
S √ TS
g. Bawang
kering
Putih
3 Persiapan
Pemotongan
a. Ikan F: Kotoran Alat
Mas yang potong S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel sebelum digunakan
pada alat
b. F: Kotoran
Bawang yang
Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
Merah menempel
potong sebelum digunakan
pada alat
c. F: kotoran
Bawang yang Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
Putih menempel potong sebelum digunakan
pada alat
F: kotoran
d. Kunyit yang Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
F: kotoran
e. Jahe yang Alat S √ TS Memastikan alat yang digunakan bersih
menempel potong sebelum digunakan
pada alat
Pencucian
T √ S
Penyimpanan
a.Ikan F: Debu, Lingkunga S √ TS Menyimpan ikan goreng pada tempat
Mas kotoran n bersih dan tertutup, menggunakan wadah
yang bersih
B: lalat, Lingkunga T √ S
serangga n Menyimpan Ikan goreng pada tempat bersih
dan tertutup, Tempat sampah disekitar dapur
dalam keadaan tertutup dan
tidak penuh
Pemorsian
Menyimpan ikan goreng pada tempat bersih
F: Debu, Lingkunga dan tertutup, menggunakan wadah yang
kotoran n S √ TS bersih
B: Salmonella, Ayam, √ S
Staphylococcu s lingkungan T 3. Makanan yang sudah diporsi langsung
aureus ditutup/diwrap
4. Pengaturan waktu pemorsian
5. Mencuci tangan dengan benar sebelum
dan sesudah pemorsian
Distribusi
F: Debu, 1. Penyimpanan pada wadah tertutup dan
kotoran TS bersih
Lingkunga S √
n
B: Salmonella, Penggunaan APD berupa tutup kepala yang
Staphylococcu lingkungan S lengkap dan benar bagi setiap petugas
T √
s aureus, lalat pengolahan
3. Analisis Risiko bahaya
Tabel 4.7 Analisis Risiko Bahaya
KATEGORI
KEL. BAHAYA(“v”)
RESIKO
NO BAHAN
A B C D E F
1. Ikan Mas + + 0 + + + VI
2. Bawang merah + + 0 + + + VI
3. Bawang putih + + 0 + + + VI
4. Kunyit + + 0 + + + VI
5. Jahe + + 0 + + + VI
6. Minyak + + 0 + + + VI
Goreng
7. Penyedap Rasa + + 0 + + + VI
8. Garam + + 0 + + + VI
Keterangan:
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
51
Penenetapan CCP pada bahan baku
No Formulasi P1 Keterangan
1 Ikan Mas, bawang merah, Tidak Bukan CCP
(Matang)
7 Pemorsian Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
8 Pendistribusian Ya Ya Tidak Tidak Bukan CCP
8. Bagan Alir Proses
Ikan Mas
Bawang
Merah Di campurkan Dibersihkan
Isi perutnya
Dikupas
Bawang Putih Di didiamkan
30 menit
Kunyit Limbah Dicuci air
Dipotong
Di dgoreng
Jahe Di ulek ditiriskan
Di tiriskan
Penyedap
Rasa
Angkut
Garam
Penyajian
5. Bagan Alir Penentuan CCP
Ikan Mas
CCP
Bawang
Merah Di campurkan
Dibersihkan
Isi perutnya
Bawang Putih Dikupas
Di didiamkan
30 menit
Kunyit Limbah Dicuci air
Dipotong CCP
Di dgoreng
Jahe Di ulek ditiriskan
CCP
Di tiriskan
Penyedap
Rasa
Angkut
Garam
Penyajian
6. Bagan Penentuan batas kritis
Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Putih Di didiamkan 30
menit
Penyedap
Rasa
Angkut
Garam
Penyajian
Bagan Penentuan batas kritis
Bagan 4.10 Penentuan Batas Kritis
Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Putih Di didiamkan 30
menit
Penyedap
Rasa
Angkut
Garam
Penyajian
Bagan Pemantauan
Bagan 4.11 Pemantauan
Penyedap
Rasa
Angkut
Garam
Penyajian
Penyedap
Rasa
Angkut
Di campurkan
Merah
Dibersihkan
Dikupas Isi perutnya
Bawang Di didiamkan 30
Putih menit
Wadah
Bersih Penyedap
Rasa
Angkut
Garam
Penyajian
Segera Dimakan
Purwakarta Puskesmas Maracang sebagai salah satu dari Satuan Kerja Perangkat
permasalahan yang berkaitan dengan fenomena yang penting dan aktual, khususnya
c. Limbah infeksius non tajam (botol vaksin, sisa vaksin, pot urin / tempat bekas
61
urin, reagent strips urin,, Dahak Pot Dahak, Darah, Strip Cholestrol,Strip Gula,
tertutup.
2 Wadah penyimpanan limbah infeksius √
pedoman
3 Wadah benda tajam dikumpulkan dalam √
62
kemasan yaitu kantong boks timbal (Pb)
yang
safety box.
8 Menghindari pemadatan atau penekanan √
(Contoh : Penggunaan CR
63
pencitraan foto X-Ray)
6 Dilakukan manajemen sediaan kimia dan √
jarum)
PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS
1 Kelengkapan Administrasi Penyimpanan Limbah Medis
1.1 Memiliki Izin pengelolaan Limbah B3 √
64
pihak yang tidak berkepentingan
2.8 Mudah diakses oleh kendaraan yangakan √ Akses jalan
gga dan
tidak ada
jalur troly
2.9 Terlindungi dari sinar matahari, hujan, √
bencana kerja
2.10 Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, √
dan burung
2.11 Dilengkapi dengan ventilasi sebesar 10 % dari √
luas lantai
2.12 Dilengkapi pencahayaan yang baik dan √ Pencahayaa
pakaian
65
2.17 Bangunan dilengkapi dengan rambu limbah B3 √
tajam
3.6 Penyimpanan limbah radioaktif dikemas Tidak ada
Kuning
3.8 Penyimpanan limbah Sitotoksik dikemas Tidak ada
berwarna Coklat
3.10 Safety box disimpan dengan posisi yang aman √
66
agar tidak tumpah dan sebelumnya telah diberi
kayu.
2.12 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak √
tidak
limbah B3 di hasilkan
2.16 Bangunan penyimpanan sementara tidak
67
TPS tidak terpisah.
2.18 Limbah medis padat disimpan tidak lebih dari √
atau lebih.
b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak √
umum
d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
68
Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3
Limbah B3
Jenis Limbah Dengan Karakteristik Infeksius, Benda Tajam Dan Patologis
sampai dengan
4.2
90 (sembilan puluh) hari
b. Limbah medis kategori infeksius, patologis,
(tujuh) hari
5 Lokasi Tempat Penyimpanan Limbah Medis
bencana alam)
5.4 Memiliki rancang bangun dan luas ruang √
69
dihasilkan/akan disimpan
5.5 Lokasi tempat penyimpanan sementara limbah √
kedalam
manual
6.5 Jika wadah/kantong limbah bocor √
maka
telinga kelinci
6.8 Kantong limbah tidak diikat dengan selotipe √
atau sejenis
7 Aspek K3 Di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Medis
7.1 Terdapat APAR √
7.2 Terdapat alarm Kebakaran √
7.3 Terdapat jalur evakuasi √
7.4 Terdapat pintu darurat √
Terdapat penyiraman untuk badan (Body √
7.5
Wash / emergency shower)
70
Terdapat penyiraman untuk mata √
7.6
(eyewash fountain)
7.7 Terdapat alat pelindung diri √
7.8 Terdapat kotak P3K √
Terdapat Spill Kit dilengkapi dengan √
7.9 cara
penggunaan
7.10 Terdapat MSDS (lembar data keamanan bahan) √
yang
dikumpulkan
7 Tempat pengumpul limbah terdapat √
tempat
(APAR)
9 Pintu darurat dan alarm √
10 Terdapat pertolongan pertama (P3K) √
11 Pekerja menggunakan sarung tangan √
12 Pekerja menggunakan masker √
13 Menyediakan tempat pengumpulan yang √
71
memadai
14 Troli pengumpul limbah harus terbuat dari √
dibersihkan
15 Pengumpulan dilakukan pada jam tidak sibuk √
(jarum suntik dan limbah botol vial vaksin) dimasukan ke dalam safety box yang
berbeda, tutup jarum suntik, plastik pembungkus jarum suntik dan kapas
dimasukan ke dalam tempat sampah non medis yang dilapisi plastik berwarna
hitam, sedangkan pot urin, reagent strips urin Pot dahak, strip cholestrol, asam
urat, gula dan Hb serta tabung EDTA dimasukan ke dalam plastik sampah
berwarna kuning. Limbah medis dari Puskesmas Maracang dan laboratorium akan
diangkut setiap hari oleh petugas cleaning service untuk disimpan di tempat
pengolah limbah medis yaitu PT Tenang Jaya Sejahtera yang diangkut setiap 2
bulan sekali.
Namun Izin Operasional TPS masih dalam proses serta belum terdapat pelaratan
Keselamatan kerja seperti APAR, alaram kebakaran, eye wash dan body wash,
72
MARACANG
dilakukan oleh petugas cleaning service agar dapat mengurangi faktor risiko yang
73
Penentuan Kontrol Risiko Penyimpanan Limbah Medis di TPS Puskesmas Maracang
Jenis Risiko
Risiko Jumlah Jenis (S/H)
Karyawan Tingkat
Tugas Bahaya (Risiko Murni) Risiko
No yang Terpapar Kons Frek Risiko Murni
(S/H)
Penyimpanan Limbah Medis
No.
Tingkat Jenis Kontrol yang ada untuk Efektivitas Tambahan Kontrol yang
Ref Tingkat
Risiko Risiko memitigasi risiko murni Kontrol (% direkomendasikan
(No Risiko Sisa
(Murni) (S/H) gabungan)
Tugas)
Pergantian Shift dan jam
10 H 20 8
kerja
Meningkatkan pengetahuan pada para petugas
1 Menggunakan masker, kebersihan pentingnya menggunakan APD
9 S Menggunakan 30 6 saat melakukan penanganan limbah
sarung tangan Penambahan APD berupa sepatu safety dan
sarung Tangan tebal
Pergantian Shift dan jam
2 10 H 20 8
kerja
No.
Tingkat Jenis Kontrol Tindakan Detail Sumber daya
Ref Penanggung Tanggal Tanggal Status
Risiko Risiko yang Rencana yang
(No. Jawab Mulai Selesai (%)
Sisa (S/H) direkomendasikan Tindakan dialokasikan
Tugas)
Order sepatu
Penambahan APD Safety dan masker
2,3 16 S berupa sepatu safety Anggaran
3M sesuai dengan Restika 02/01/2022 50%
tambahan
jumlah
Petugas
Melakukan
Sosialisasi
Penambahan APD Sanitarian Restika 02/01/2022 50%
Sepatu Safety dan
Masker 3M
1.1. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS
4.4.1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko
yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari :
a. Hasil temuan pada audit internal
b. Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
c. Adanya insiden atau kejadian merugikan dan membahayakan yang pernah
terjadi di unit pelayanan tersebut
Unit Risiko
1 1 12
Human Error Tertusuk Jarum S 2 6
Pemberian
Imunisasi Kesalahan dalam Pemberian H 3 7
covid-19 Jenis vaksin Dosis 2 21
1
Pengulangan Pemberian H 3 6
Vaksin 1 18
Rekomendasi
No. Penanggung
Ref Tingkat Jenis Kontrol Tindakan Detail Rencana Sumber daya Jawab
Tanggal Tanggal Status
(No Risiko Risiko yang Tindakan yang
Mulai Selesai (%)
. Sisa (S/H) direkomendasikan dialokasikan
Tugas)
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan risiko non-karsinogenik pada studi literature
didapatkan hasil untuk pajanan Mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l pada
masyarakat Desa Babakancikao Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta dengan
berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 hari/tahun selama 30 tahun
diketahui sebesar 0,042 Pajanan mangan (ingesti) sebesar 0,185 mg/l secara
ingesti pada masyarakat Desa Babakancikao Kec. Babakan Cikao Kab.
Purwakarta dengan berat badan 55 Kg, masih aman untuk frekuensi pajanan
350 hari/tahun hingga 30 tahun mendatang.
2. Dari hasil HACCP yang dilakukan pada jasaboga Nenggala Raya menunjukan
bahwa masih banyak cara pengolahan yang belum sesuai, dan dapat
menimbulkan bahaya.
3. Berdasarkan hasil observasi penanganan limbah medis di UPTD Puskesmas
Maracang dapat diketahui bahwa Puskesmas Maracang telah melakukan
pengelolaan limbah padat medis sesuai persyaratan yang berlaku dari mulai
timbulan limbah padat medis di ruangan sampai penempatan sementara di
TPS B3, untuk pemusnahan limbah padat medis UPTD Puskesmas Maracang
sudah berkerja sama dengan PT. Tenang Jaya Sejahtera dan sudah memiliki
izin pengelolaan limbah padat B3 dalam hal izin penyimpanan sementara
limbah B3.
Penyimpanan limbah padat medis dilaksanakan dalam rentang waktu 6 bulan,
tetapi UPTD Puskesmas Maracang belum mempunyai cold box dan TPS B3
masih belum dilengkapi APAR, eye washer dan body washer sesuai
persyaratan yang berlaku.
4. Sistem manajemen risiko di ruangan Imunisasi diketahui risiko yang paling
sering terjadi pada kegiatan Vaksinasi Dosis dua massih ada keslahan dalam
pemberian vaksin dosis dua
Dari hasil HIRADC saran yang diberikan adalah revisi SOP dengan
menambhakan uraian pada Ruang Vaksinasi.
5.2. Saran
1. Pada pengelolaan limbah padat medis sebaiknya melakukan pengadaan cold
box sesuai Peraturan yang berlaku bahwa untuk limbah padat yang disimpan
selama 180 hari sejak dihasilkan harus menggunakan cold box.