Anda di halaman 1dari 17

Nama : Restika Dwi S

NIM : P17333121511
MatKul : Penyehatan Udara

Jawaban
1. Jenis dan proses Industri
Pengujian emisi cerobong ini di lakukan di Industri Kimia daerah cilegon dengan
menggunakan metode pengujian di direct reading. Pada industri kimia terdapat proses
mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi suatu hasil / produk dengan
memanfaatkan proses-proses kimia. Proses-proses kimia yang dilakukan dalam
industri proses kimia adalah reaksi kimia dan peristiwa kimia fisik.
Peristiwa kimia fisik antara lain :
a) Pencampuran molekuler bahan-bahan dengan rumus dan struktur molekul yang
berlainan.
b) Pengubahan fase, antara lain : penguapan, pengembunan, pengkristalan
c) Pemisahan campuran menjadi zat-zat penyusunnya yang lebih murni, contohnya
adalah: Pabrik ethylene. yang dibuat melalui serangkaian proses kimia. reaksi
kimia itu sendiri seperti reaksi reduksi, oksidasi, dll

2. Pengambilan sampel cerobong


a. Titik Sampling
Titik pengambilan sampel udara ambient berdasarkan arah angin dominan.Titik A
adalah bagian barat pabrik yang merupakan titik awal sebelum ada percemar
cerobong (Up wind).Titik B adalah bagian timur industri titik yang merupakan titik
pengambilan sampel udara ambient setelah pencemar cerobong boiler terbawa angin
(Down wind).Titik C adalah titik pencemar boiler batubara dan boiler gas.

b. Alat dan bahan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranyaTeropong Opasitas, botol
impinger, Wet Gas Meter / Gas Sampler, Gas Analyzer E-4400, Detektor NDIR,
barometer, air sampler, dust sampler, peralatan gelas di laboratorium seperti pipet,
labu ukur dan gelas piala serta alat ukur spektrofotometer DR 2008 Hach dan neraca
analitik dan bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya adalah
standar SO2, NO2dan O3, penjerap SO2, NO2dan O3 sertakertas saring sebagai
penjerap debu.
c. Cara kerja
a) Pengujian Emisi Cerobong Boiler batubara dan Cerobong Boiler Gas
Langkah awal dengan memulai pemasangan stick probe pada alat einstrument 4400,
lalu hidupkan alat einstrument 4400, biarkan selama 5 menit untuk pemanasan
(warming-up) kemudian atur bahan bakar yang digunakan, setelah selesai pengaturan,
bisa dilakukan pengujian emisi gas buang dengan alat e-instrument 4400. Sampel gas
diambil melalui probe sampel dengan pompa di dalam instrument.Gas yang masuk ke
dalam sel melewati membran difusi selektif dan menghasilkan arus listrik yang
sebanding dengan gas yang diserap.
b) Pengujian Emisi Partikulat pada cerobong boiler batubara Filter dipanaskan pada
temperatur 105°C selama 2 jam.disimpan filter dalam desikator selama 24
jam.Ditimbang filter sampai diperoleh berat yang konstan W1 (g) Sebelum
digunakan filter disimpan di dalam desikator. Dipasang filter yang telah ditimbang
pada alat pemegang filter (filter holder) yang terdapat pada pipa pengambilan
contoh uji. Dipasang nozzle yang telah dipilih.

Rangkaian seluruh peralatan pengambil contoh uji seperti pada Gambar diatas
Dimasukkan pipa pengambil contoh uji pada posisi titik-titik lintas catat pembacaan
awal V1 (L) pada gas meter/atau flowmeter.Dihidupkan pompa penghisap udara dan
atur laju alir dengan putaran pompa sesuai.Setelah kurang lebih 2 menit
(disesuaikan dengan jumlah titik pengukuran dan konsentrasi partikel), pindahkan
pipa pengambil contoh pada titik lintas pengukuran berikutnya. Dicatat tekanan (Pm)
dan temperatur (tm) pada gas meter atau alat sampling. Dicatat pembacaan akhir gas
meter V2 (L) atau flowmeter. Setelah dingin lepaskan filter dari tempat
pemegangnya lalu masukkan ke dalam kotak filter.Tandai botol penyimpan filter
dengan jelas. Filter contoh uji yang berada dalam wadah dipanaskan pada
temperatur 105°C selama 2 jam, kemudian biarkan sampai temperatur kamar dan
simpan di dalam desikator selama 24 jam.Ditimbang kembali filter contoh uji
sampai diperoleh berat yang konstan W2 (g).Kondisi total partikulat dalam gas
buang kering dihitung pada kondisi normal 25 oC dan 760 mmHg dengan rumusan
sebagai berikut :
(�2 − �1)
�� = � 1000
��
Keterangan :
Cn adalah konsentrasi partikel dalam gas buang kering (mg/Nm3 )
W1 adalah berat filter kosong (g)
W2 adalah berat filter setelah pengambilan contoh uji Vn adalah volum penghisapan
gas buang kering pada kondisi standar 25 oC, 760 mmHg(m3 )
c) Pengujian Opasitas Menggunakan Skala Ringelmann Untuk Asap Hitam Pada
Cerobong batubara.
Opasitas hitam yang keluar dari cerobong ditentukan dengan cara membandingkan
warna asap yang paling sesuai dengan warna skala ringelmann. Ukuran opasitas dari
suatu sumber bahan bakar atau proses dibandingkan dengan latar belakangnya
dengan satuan persen (%).

Skala ringgelmann merupakan sekala dalam bentuk gambar lingkaran dengan


gradasi tingkat opasitas 20% sampai dengan 100% atau skala 1 sampai 5 dengan
pengertian sebagai berikut :
0 = Kerapatan 0% dimana latar belakang dapat terlihat dengan jelas sebanding
dengan 100%;
 1 = kerapatan 20% dimana latar belakang dapat terlihat 80%;
 2 = kerapatan 40% dimana latar belakang dapat terlihat 60%;
 3 = kerapatan 60% dimana latar belakang dapat terlihat 40%;
 4 = kerapatan 80% dimana latar belakang dapat terlihat 20%;
 5 = kerapatan 100% dimana latar belakang tidak dapat terlihat sama sekali.
Diamati asap titik keluarnya diujung cerobong setiap kelipatan detik ke lima belas
denagn jarak tiga kali ketinggian cerobong dan dibandingkan dengan skala
ringelmann yang paling mirip kemudian dicatat pada formulir lapangan. Dilakukan
pengamatan minimal 6 menit untuk 24 pembaca untuk asap yang konstan dan lebih
dari 6 menit sampai 60 menit untuk asap yang tidak konstan. Dicatat bilangan
Ringelmann tersebut pada formulir lapangan dan hitung rata-ratanya.

Pengujian Sample Udara Ambien


a) Pengambilan Sampel Zat Pencemar Disiapkan penjerap SO2, Penyerap NO2dan
penyerap O3 sebanyak 10 mL kemudian dimasukan kedalam masingmasing
tabung impinger dan tempatkan di peralatan air sampler. Kemudian diatur laju
alir sebesar 0,5 L/menit untuk zat pencemar gas SO2 dan zat pencemar O3 serta
laju alir sebesar 0,4 L/menit untuk polutan gas NO2selama 60 menit lalu dicatat
laju alir minimal tiga kali. Sampel dapat disimpan selama 24 jam pada suhu 5
ºC. Disiapkan larutan standar SO2dan standar NO2 kemudian dibuat deret
standar kemudian ditambahkan larutan penjerap sebanyak 10 mL lalu dibaca
absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 550
nm kemudian dibuat kurva kalibrasinya. Kemudian sampel SO2 dan Sample
NO2 yang telah diperoleh dipindahkan kedalam labu ukur 25 mL dengan
perlakuan seperti pada standar lalu diukur pada panjang gelombang yang sama
dengan larutan standar kemudian dihitung konsentrasi SO2 sampel dengan
menggunakan kurva kalibrasi. Pengujian zat pencemar CO dengan cara
pengambilan sample udara yang dimasukkan kedalam kantong udara. Sampel
udara diuji dengan alat NDIR dengan cara udara yang berada di dalam kantong
udara dipompa masuk ke dalam alat ukur yang akan dilewatkan oleh sinar infra
merah. Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra
merah. Banyaknya sinar infra merah yang diserap akan sebanding
dengankonsentrasi CO.
b) Pengujian Sampel Debu Disiapkan kertas saring yang telah diketahui bobot
keringnya. Kemudian kertas saring dipasang pada alat dust sampler dan diatur
laju alir sebesar 30 L/menit. Pengambilan sampel debu dilakukan selama 24 jam
dan dicatat laju alir. Dilakukan pengeringan kertas saring yag berisi sampel
debu pada suhu 105 ºC selama 60 menit. Kemudian ditimbang bobot kertas
saring lalu hasilnya di hitung konsentrasinya berdasarkan perbedaan bobot awal
dan akhir kertas saring.

3. Jelaskan Baku Mutu emisi cerobong asap tersebut


a) Cerobong Boiler Batubara
Berdasarkan pengukuran emisi yang telah dilakukan pada 5 priode terdapat
beberapa pencemar yang dilepaskan oleh cerobong boiler. Zat pencemar terukur
antara lain SO2 (Sulfur Dioksida), NO2(Nitrogen Dioksida) dan Partikulat /debu.
Ketiga zat pencemar tersebut dapat membahayakan kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya jika kadarnya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
Hasil emisi boiler selengkapnya disajikan sebagai berikut
Dalam baku mutu Peraturan Menteri Negara Lingkungan HidupNo. 12 Tahun 2010.
Nilai baku mutu untuk Nitrogen Oksida (NO2) sebesar 850 mg/Nm3 , Sulfur
Dioksida (SO2) Sebesar 750 mg/Nm3 , Partikuklat/Debu sebesar 150 mg/Nm3 .
Emisi yang dihasilkan oleh cerobong boiler batubara secara keseluruhan masih
dibawah baku mutu. Hasil pengukuran emisi cerobong boiler di industri kimia
daerah Cilegon yang telah diperoleh akan dihitung untuk menentukan beban emisi
yang dihasilkan oleh aktifitas boiler selama 5 periode. Hasil pengujian opasitas yang
dikeluarkan cerobong boiler batubara dari 5 periode pengukuran menunjukkan hasil
<10%, dan dinyatakan masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh mutu
Peraturan Menteri Negara Lingkungan HidupNo. 12 Tahun 2010 yaitu sebesar 20%.
Hasil pengujian boiler pada parameter Nitrogen Oksida dan Partikulat/Debu stabil
selama 5 periode pengujian, sedangkan ketidakstabilan terjadi pada parameter SO2
menunjukkan nilai tertinggi pada periode februari 2014 sebesar 576 mg/m 3 namun
masih dibawah bakmutu, serta nilai kadar terrendah pada periode agustus 2014
sebesar 34 mg/Nm3. Boiler yang dirancang untuk batubara, digunakan untuk
membakar batubara, walaupun pada seringkali pada pelaksanaanya, spesifikasi
bahan yang dibakar berbeda dengan spesifikasi batubara, hal ini tergantung pada
ketersediaan batubara lokal (KLH, 2014). belerang dapat dikurangi memilih
batubara dengan kadar belerang yang rendah yang emisi SO2 pada pembakaran
tidak melampaui baku mutu.
b) Cerobong Boiler Gas
Hasil pegujian emisi pada boiler gas selama 5 periode untuk parameter Nitrogen
Dioksida memiliki hasil terendah pada periode februari 2013 sebesar 156mg/Nm3
dan tertinggi pada periode agustus 2013 sebesar 241 mg/m 3 . Sedangkan Hasil
pegujian emisi pada boiler gas selama 5 periode untuk parameter Sulfu diosida
memiliki hasil terendah pada periode februari 2013 sebesar 6 mg/Nm3 dan tertinggi
pada periode agustus 2014 sebesar 46 mg/m 3 . Nilai tertinggi pada kedua parameter
masih dibawah baku mutu Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12
Tahun 2010. Nilai baku mutu untuk Nitrogen Oksida (NO2) sebesar 650 mg/m3 ,
Sulfur Dioksida (SO2) Sebesar 150 mg/m 3 .Hasil pengujian emisi boiler
inimenunjukkan bahwa kondisi boiler masih dalam keadaan baik. Perawatan yang
rutin tertinggi pada periode agustus 2014 sebesar 46 mg/m 3 . Nilai tertinggi pada
kedua parameter masih dibawah baku mutu setra pemilihan bahan bakar yang tepat
akan mempengaruhi hasil emisi yang dikeluarkan.Hasil pengukuran emisi yang
telah diperoleh, akan dihitung untuk menentukan beban emisi yang dihasilkan oleh
aktifitas boiler selama 5 periode

Hasil Perhitungan Beban Emisi Cerobong Boiler


Beban emisi (BE) yang dihasilkan oleh cerobong boiler batubara dan boiler gas dalam
pemantauan per enam bulan selama lima periode dapat diperoleh dari besarnya
konsentrasi zat terukur yang dikeluarkan cerobong yag dikalikan dengan laju alir emisi
dengan lama waktu operasi pembngkit. hasil beban emisi dapat dilihat pada Tabel
berikut

Beban Emisi maksimum yang dikeluarkan oleh boiler periode agustus 2013 pada boiler
dengan jumlan nilai beban emisi Nitrogen Dioksida pada bahan bakar batubara dan
bahan bakar gas sebesar 16769,59 Kg/6 bulan. Pada periode februari 2015 menunjukkan
bahwa hasil beban emisi pada Sulfur Dioksida sebesar 28452,58 Kg/6 bulan. Beban
emisi partikulat menunjukkan hasil tertinggi pada periode februari 2013 sebesar 3821,11
Kg/6 bulan. Beban Emisi yang dikeluarkan oleh sumber pencemar sangat
mempengaruhi keadaan lingkungan disekitar area kerja industri.Waktu operasi boiler
yang dijalankan oleh industri kimiadaerah Cilegon ini secara berlangsung tanpa di
istirahatkan kecuali sedang dalam perbaikan. Semakin lama waktu operasi boiler maka
akan semakin besar emisi yang dikeluarkan oleh cerobong tersebut. Jika beban emisi
semakin turun akan berdampak lebih baik pada lingkungan serta merupakan tanda
keberhasilan dalam pengelolangan lingkungan semakin baik
Hasil Pengujian Sampel Udara Ambien Setelah dilakukan pengujian emisi cerobong
boiler yang merupakan sumber pencemar udara, serta didapatkan beban emisi yang
dikerluarkan cerobong boiler maka data ini akan dijadikan untuk hasil pengujian udara
ambient sebagai pengaruh sumber pencemar terhadap udara ambien di area industri
kimia daerah cilegon. Titik pengambilan sampel udara ambient berdasarkan arah angin
dominan. Titik A adalah bagian barat industri (Up wind) dan Titik B adalah bagian
timur industri (Down wind) Hasil pengujian udara ambien dengan 2 titik pemantauan
yaitu titik A baian barat industri (Up wind) dan titik B bagian timur industri (Down
wind) dengan periode 5 pemantauan dapat dilihat di tabel berikut.

Berdasarkan data yang dilihat dari Tabel 2 Secara umum hasil pengujian kadar gas
Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2), Partikulat/Debu, Karbon Monoksida
(CO) dan Oksidan (O3) di udara ambien wilayah industri kimia daerah Cilegon dalam
batas aman atau dibawah baku mutu yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara

4. Bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan industri untuk memenuhi baku


mutu emisi tersebut.
Untuk mengurangi pencemaran udara dari sumber yang tidak bergerak bisa
dilakukan upaya sebagai berikut
1. Melaksanakan standar emisi berdasarkan teknolohi terbaik yang tersedia
2. Melaksanakan program pematauan pencemaran udara
3. Pengendalian zat pencemar partikel dpat dilakukan dengan menggunakan
bahan bakar yang bersih dan menggunakan alat seperti
cyclone,scrubber,elektrostatic precipitator dan fabric filter sebelum gas
dibuang ke atmosfer
4. Pengendalian zat pencemar SOx dan NOx dialkukan dengan menggunakan alat
pengendali seperti desulfirisasi dan denitrifikasi
5. Menggunakan bahan bakar yang rendah kandungan belerangnya
6. Meningkatkan pengguaan gas alam

5. Jelaskan kajian Saudara tentang penerapan cerobong di industri tersebut


Berdasarkan hasil pengukuran pada cerobong asap selama 5 priode maka
penggunaan tekhnologi, kontruksi dan peralatan yang digunakan oleh industri
kimia di daerah cilegon tetah memenuhi syarat dalam pemenuhan baku mutu emisi
buangan karena berdasarkan hasil pengukuran untu parameter NO2, SO2, partikuat
dan O3 telah memenuhi baku mutu lingkungan sesuai peraturan Pemerintah Ri no
41 tahun 1999. Namun perlu dilakukan monitoring langsung terkait penerapan
teknologi yang di gunakan dikarenakan dalam jurnal tidak dijabarkan terkait
teknologi, kontruksi dan peralatan yang digunakan.
EVALUASI PEMANTAUAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
(CEROBONG) BOILER INDUSTRI KIMIA DI DAERAH CILEGON

Garibaldi
Dibawah bimbingan Dr. Sutanto M.Si dan Dra. Ani Iryani M.Si

Program Studi Kimia


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Abstrak
Cerobong asap merupakan struktur/bangunan untuk ventilasi panas gas buang atau asap
dari boiler, kompor, tungku atau perapian ke luar atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat cemaran SO2, NO2, Partikulat/debu dan Opasitas yang dihasilkan oleh aktifitas
industri kimia. Pencemaran udara dari cerobong asapdapat ditentukan dengan menghitung indeks
status mutu udara ambien dengan nilai maksimum 0.1. Indeks ini digunakan untuk menilai status
mutu udara dengan mengacupada lima parameter, yaitu CO, TSP (Total Suspended
Particulate),NO2, SO2 dan O3. Hasil pengujian udara ambien yang meliputi gas zat pencemar NO2,
SO2, O3, CO dan Partikulat dinyatakan bagus/masih dibawah baku mutu udara ambien yang
mengacu pada peraturan PPRI no.41 tahun 1999, namun tidak berpengaruh terhadap status mutu
udara karena setiap parameter mempuyai nilai bobot yang berbeda-beda yang hasilnya
menunjukkan bahwa status mutu udara ambient daerah sekitar industri kimia daerah Cilegon
tercemar. Nilai tertinggi pada periode agustus 2014 sebesar 0,1873 bahkan sampai periode februari
2015 dinyatakan tercemar dengan nilai indeks status mutu udara sebesar 0,1687 yang melebihi
standar dari indeks status mutu udara sebesar 0,1.

Kata Kunci : Emisi Cerobong, Pencemaran Udara, ISMU.

PENDAHULUAN
Masalah lingkungan semakin lama cemaran. Di daerah perkotaan, gas pencemar
semakin berkembang, semakin besar dan berasal dari asap kendaraan, asap buangan
serius.Persoalnya bukan saja bersifat lokal, pabrik, pembangkit tenaga listrik, asap
tetapi sudah menjadi permasalahan global. rokok, dan sebagainya yang berhubungan
Dampak yang terjadi terhadap lingkungan erat dengan aktivitas manusia (Nugroho,
tidak hanya terkait pada satu atau dua segi 2009).
saja, namun saling terkait dan saling Berubahnya kualitas udara akan
mempengaruhi satu sama lain. Apabila salah menyebabkan timbulnya beberapa dampak
satu sistem lingkungan terkena masalah, lanjutan, baik terhadap kesehatan manusia
maka berbagai subsistem lainya akan dan makhluk hidup lainnya, aspek estetika
mengalami dampak pula. udara, keutuhan bangunan, dan
Pencemaran udara merupakan lainnya(Hermien 2007).
masuknya atau tercampurnya unsur-unsur Pengolahan lingkungan menjadi
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat bahasan yang menarik bila dikaitkan dengan
mengakibatkan terjadinya kerusakan dampak yang muncul dari aktifitas industri
lingkungan sehingga menurunkan kualitas tersebut. Salah satu yang perlu diperhatikan
lingkungan.Kegiatan industri dengan adalah bagaimana proses produksi tetap
cerobongnya menghasilkan emisi yang berjalan tanpa mempengaruhi keadaan
sangat tinggi dengan sekian banyaknya jenis lingkungan.Oleh karena itu perlu dilakukan
kegiatan industri maka emisi cerobong yang pemantauan yang berkelanjutan supaya
dihasilkan semakin besar, terutama untuk masyarakat bisa mengetahui status mutu
kegiatan industri yang menghasilkan bahan udara di daerah industri.
berbahaya dan beracun (KLH, 2008 dalam
Puspitasari, 2011). Tujuan Penelitian
Kualitas udara ambient merupakan Tujuan dari penelitian ini adalah :
tahap awal untuk memahami dampak negatif 1. Mengetahui tingkat cemaran emisi
cemaran udara terhadap lingkungan.Salah NO2, SO2, debu dan opasitas yang
satu kualitas udara ambien ditentukan oleh dihasilkan oleh aktifitas boiler
kuantitas emisi cemaran dari sumber
daerah Cilegon selama 5 periode Rancangan Penelitian
pemantauan. Penelitian dilakukan dengan
2. Mengamati pengaruh beban emisi beberapa tahap diantaranya sampling,
yang di keluarkan oleh boiler analisis laboratorium, analisis data dan
batubara dan boiler gas terhadap evaluasi.Pengambilan data dilakukan untuk
udara ambien mendapatkan data awal dan informasi emisi
3. Menentukan indeks status mutu gas buang.Analisis laboratorium dilakukan
udara di area lingkungan kerja untuk mengetahui nilai emisi cerobong
industri kimia daerah Cilegon. boiler dan kadar udara ambient. Evaluasi
kadarpencemar yang ada digunakan untuk
Manfaat Penelitian menyimpulkan semua aspek yang terjadi
Manfaat dari penelitian ini adalah pada permasalahan kadar gas buang yang di
memberikan informasipencemaran aktifitas ikuti dengan pemantauan udara ambien.
boiler, kualitas udara ambien di sekitar area Hasil pegujian emisi boiler dan udara
industri serta sebagai bahan evaluasi polusi ambien ini akan di evaluasi untuk
udara ambien yang dihasilkan oleh aktifitas menentukan indeks status mutu udara
boiler. selama 5 periode pemantauan. Pada
pengambilan sample udara ambien
METODA PENELITIAN dilakukan di Industi Kimia daerah cilegon
Penelitian ini dilakukan di dan dilakukan pengujian udara ambien
laboratorium PT. Unilab Perdana yang dilakukan di PT. Unilab Perdana.
berlokasi di Jl. Cipulir Raya No. 10 Padapengujian emisi cerobong
Kebayoran Lama Jakarta Selatan dan boiler dilakukan di Industri Kimia daerah
industri kimia daerah cilegon.Penelitian ini cilegon dengan menggunakan metode
dilakukan pada bulan Februari sampai April pengujian di direct reading.Pemantauan zat
2015. pencemar cerobong boiler dan udara ambien
2 periode awal dilakukan oleh PT. Unilab
Alat dan Bahan Perdana.Titik pengambilan sampel udara
Peralatan yang digunakan dalam ambient berdasarkan arah angin
penelitian ini diantaranyaTeropong Opasitas, dominan.Titik A adalah bagian barat pabrik
botol impinger, Wet Gas Meter / Gas yang merupakan titik awal sebelum ada
Sampler, Gas Analyzer E-4400, Detektor percemar cerobong (Up wind).Titik B adalah
NDIR, barometer, air sampler, dust sampler, bagian timur industri titik yang merupakan
peralatan gelas di laboratorium seperti pipet, titik pengambilan sampel udara ambient
labu ukur dan gelas piala serta alat ukur setelah pencemar cerobong boiler terbawa
spektrofotometer DR 2008 Hach dan neaca angin (Down wind).Titik C adalah titik
analitik danbahan-bahan yang digunakan pencemar boiler batubara dan boiler gas.Peta
untuk penelitian ini diantaranya adalah lokasi pengambilan sampel udara ambient
standar SO2, NO2dan O3, penjerap SO2, dan pengambilan sampel pencemar cerobong
NO2dan O3 sertakertas saring sebagai boiler batubara dan boiler gas sebagai
penjerap debu. berikut.

[Sumber : Google Maps 2015]


Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Udara Ambien dan Emisi Cerobong Boiler
Cara Kerja filter.Tandai botol penyimpan filter dengan
Pengujian Emisi Cerobong Boiler jelas.
a) Pengujian Emisi Cerobong Boiler Filter contoh uji yang berada dalam wadah
batubara dan Cerobong Boiler Gas dipanaskan pada temperatur 105°C selama 2
Langkah awal dengan memulai jam, kemudian biarkan sampai temperatur
pemasangan stick probe pada alat e- kamar dan simpan di dalam desikator selama
instrument 4400, lalu hidupkan alat e- 24 jam.Ditimbang kembali filter contoh uji
instrument 4400, biarkan selama 5 menit sampai diperoleh berat yang konstan W2
untuk pemanasan (warming-up) kemudian (g).Kondisi total partikulat dalam gas buang
atur bahan bakar yang digunakan, setelah kering dihitung pada kondisi normal 25 oC
selesai pengaturan, bisa dilakukan pengujian dan 760 mmHg dengan rumusan sebagai
emisi gas buang dengan alat e-instrument berikut :
4400. Sampel gas diambil melalui probe W2 − W1
sampel dengan pompa di dalam 𝐶𝑛 = x 1000
Vn
instrument.Gas yang masuk ke dalam sel Keterangan :
melewati membran difusi selektif dan Cn adalah konsentrasi partikel dalam gas
menghasilkan arus listrik yang sebanding buang kering (mg/Nm3)
dengan gas yang diserap. W1 adalah berat filter kosong (g)
b) Pengujian Emisi Partikulat pada W2 adalah berat filter setelah pengambilan
cerobong boiler batubara contoh uji
Filter dipanaskan pada temperatur 105°C Vn adalah volum penghisapan gas buang
selama 2 jam.disimpan filter dalam desikator kering pada kondisi standar 25 oC, 760
selama 24 jam.Ditimbang filter sampai mmHg(m3)
diperoleh berat yang konstan W1 (g) c) Pengujian Opasitas Menggunakan
Sebelum digunakan filter disimpan di dalam Skala Ringelmann Untuk Asap
desikator. Dipasang filter yang telah Hitam Pada Cerobong batubara.
ditimbang pada alat pemegang filter (filter Opasitas hitam yang keluar dari
holder) yang terdapat pada pipa cerobong ditentukan dengan cara
pengambilan contoh uji.Dipasang nozzle membandingkan warna asap yang paling
yang telah dipilih. sesuai dengan warna skala ringelmann.
Ukuran opasitas dari suatu sumber bahan
bakar atau proses dibandingkan dengan latar
belakangnya dengan satuan persen (%).

[Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]


Gambar 2.cara pemasangan filter thimble pada
holderuntuk pengambilan contoh uji partikel.
Rangkaian seluruh peralatan
pengambil contoh uji seperti pada Gambar
[Sumber : SNI 19-7117.11-2005]
2.Dimasukkan pipa pengambil contoh uji
Gambar 3. Skala Ringgelman
pada posisi titik-titik lintas catat pembacaan
Skala ringgelmann merupakan sekala
awal V1 (L) pada gas meter/atau
dalam bentuk gambar lingkaran dengan
flowmeter.Dihidupkan pompa penghisap
gradasi tingkat opasitas 20% sampai dengan
udara dan atur laju alir dengan putaran
100% atau skala 1 sampai 5 dengan
pompa sesuai.Setelah kurang lebih 2 menit
pengertian sebagai berikut :
(disesuaikan dengan jumlah titik pengukuran
 0 = Kerapatan 0% dimana latar
dan konsentrasi partikel), pindahkan pipa
belakang dapat terlihat dengan jelas
pengambil contoh pada titik lintas
sebanding dengan 100%;
pengukuran berikutnya. Dicatat tekanan
(Pm) dan temperatur (tm) pada gas meter  1 = kerapatan 20% dimana latar
atau alat sampling. Dicatat pembacaan akhir belakang dapat terlihat 80%;
gas meter V2 (L) atau flowmeter. Setelah  2 = kerapatan 40% dimana latar
dingin lepaskan filter dari tempat belakang dapat terlihat 60%;
pemegangnya lalu masukkan ke dalam kotak  3 = kerapatan 60% dimana latar
belakang dapat terlihat 40%;
 4 = kerapatan 80% dimana latar menggunakan spektrofotometer dengan
belakang dapat terlihat 20%; panjang gelombang 550 nm kemudian
 5 = kerapatan 100% dimana latar dibuat kurva kalibrasinya. Kemudian sampel
belakang tidak dapat terlihat sama SO2 dan Sample NO2 yang telah diperoleh
sekali. dipindahkan kedalam labu ukur 25 mL
Diamati asap titik keluarnya diujung dengan perlakuan seperti pada standar lalu
cerobong setiap kelipatan detik ke lima belas diukur pada panjang gelombang yang sama
denagn jarak tiga kali ketinggian cerobong dengan larutan standar kemudian dihitung
dan dibandingkan dengan skala ringelmann konsentrasi SO2 sampel dengan
yang paling mirip kemudian dicatat pada menggunakan kurva kalibrasi.
formulir lapangan. Dilakukan pengamatan Pengujian zat pencemar CO dengan cara
minimal 6 menit untuk 24 pembaca untuk pengambilan sample udara yang dimasukkan
asap yang konstan dan lebih dari 6 menit kedalam kantong udara. Sampel udara diuji
sampai 60 menit untuk asap yang tidak dengan alat NDIR dengan cara udara yang
konstan. Dicatat bilangan Ringelmann berada di dalam kantong udara dipompa
tersebut pada formulir lapangan dan hitung masuk ke dalam alat ukur yang akan
rata-ratanya. dilewatkan oleh sinar infra merah.
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas
Perhitungan Beban Emisi Cerobong CO menyerap sinar infra merah. Banyaknya
Boiler sinar infra merah yang diserap akan
Beban emisi adalah jumlah/nilai sebanding dengankonsentrasi CO.
banyaknya zat pencemar yang dilepaskan ke b) Pengujian Sampel Debu
udara ambient yang dinyatakan dalam satuan Disiapkan kertas saring yang telah
berat per waktu operasi pembangkit energi diketahui bobot keringnya. Kemudian kertas
yang dapat diukur melalui cerobong.Rumus saring dipasang pada alat dust sampler dan
perhitungan beban emisi sebagai berikut. diatur laju alir sebesar 30 L/menit.
Pengambilan sampel debu dilakukan selama
BE = C x Q x 0.0036 x Op Hours 24 jam dan dicatat laju alir. Dilakukan
Q=VxA pengeringan kertas saring yag berisi sampel
debu pada suhu 105 ºC selama 60 menit.
Keterangan perhitungan beban emisi Kemudian ditimbang bobot kertas saring
cerobong boiler : lalu hasilnya di hitung konsentrasinya
BE = Beban Emisi Pencemar (Kg/waktu berdasarkan perbedaan bobot awal dan akhir
operasi) kertas saring.
C = Konsentrasi Zat Terukur (mg/Nm3)
Q = Laju Alir Emisi Volumetrik (m3/detik) Penentuan Indeks Status Mutu Udara
0.0036= Faktor Konversi mg/det ke Kg/jam Data yang digunakan dalam menentukan
Op Hours = Jam Operasi Pembangkit status mutu udara adalah hasilpemantauan
V = Laju Alir / Velocity (m/det) primer, baik pemantauan kontinyu
A = Luas Penampang (m2) yangmenggunakan peralatan pemantau
udara ambien otomatis,maupun pemantauan
Pengujian Sample Udara Ambien yang menggunakan metode manual selama
a) Pengambilan Sampel Zat Pencemar 1(satu) tahun.Indeks ini digunakan untuk
Disiapkan penjerap SO2, Penyerap menilai status mutu udara dengan
NO2dan penyerap O3 sebanyak 10 mL mengacupada lima parameter, yaitu CO,
kemudian dimasukan kedalam masing- TSP,NO2, SO2 dan O3. Adapunrumus
masing tabung impinger dan tempatkan di penentuan indeks status mutu udara
peralatan air sampler. Kemudian diatur laju digunakan adalah
alir sebesar 0,5 L/menit untuk zat pencemar
gas SO2 dan zat pencemar O3 serta laju alir 3Scr CO +2Scr TSP +2Scr NO2 +2Scr SO2 +Scr O3
ISMU=
sebesar 0,4 L/menit untuk polutan gas 10
NO2selama 60 menit lalu dicatat laju alir
minimal tiga kali. Sampel dapat disimpan Ketentuan Penilaian:
selama 24 jam pada suhu 5 ºC. 1) Jika ISMU ≥ 0,1 maka status mutu
Disiapkan larutan standar SO2dan udara kota tercemar.
standar NO2 kemudian dibuat deret standar 2) Jika ISMU < 0,1 maka status mutu
kemudian ditambahkan larutan penjerap udara kota dikatakan tidak
sebanyak 10 mL lalu dibaca absorbansinya tercemar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Emisi Cerobong Boiler (Nitrogen Dioksida) dan Partikulat /debu.
a) Cerobong Boiler Batubara Ketiga zat pencemar tersebut dapat
Berdasarkan pengukuran emisi yang membahayakan kehidupan manusia dan
telah dilakukan pada 5 priode terdapat makhluk hidup lainnya jika kadarnya
beberapa pencemar yang dilepaskan oleh melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
cerobong boiler. Zat pencemar terukur Hasil emisi boiler selengkapnya disajikan
antara lain SO2 (Sulfur Dioksida), NO2 sebagaiberikut

900
800 Nitrogen Dioksida
Konsentrasi mg/Nm3

700
600 Sulfur Dioksida
500
400 Partikulat/Debu

300
200 Baku Mutu Nitrogen dioksida

100
Baku Mutu Sulfur Dioksida
0
Feb-13 Agust-13 Feb-14 Agust-14 Feb-15
Baku Mutu Partikulat/Debu
Waktu Pengukuran

Gambar 4. Hasil Pengujian Cerobong BoilerBatubara

Dalam baku mutu Peraturan Hasil pengujian boiler pada


Menteri Negara Lingkungan HidupNo. 12 parameter Nitrogen Oksida dan
Tahun 2010. Nilai baku mutu untuk Partikulat/Debu stabil selama 5 periode
Nitrogen Oksida (NO2) sebesar 850 pengujian, sedangkan ketidakstabilan terjadi
mg/Nm3, Sulfur Dioksida (SO2) Sebesar 750 pada parameter SO2 menunjukkan nilai
mg/Nm3, Partikuklat/Debu sebesar 150 tertinggi pada periode februari 2014 sebesar
mg/Nm3. Emisi yang dihasilkan oleh 576 mg/m3 namun masih dibawah bakmutu,
cerobong boiler batubara secara keseluruhan serta nilai kadar terrendah pada periode
masih dibawah baku mutu. Hasil agustus 2014 sebesar 34 mg/Nm3. Boiler
pengukuran emisi cerobong boiler di industri yang dirancang untuk batubara, digunakan
kimia daerah Cilegon yang telah diperoleh untuk membakar batubara, walaupun pada
akan dihitung untuk menentukan beban seringkali pada pelaksanaanya, spesifikasi
emisi yang dihasilkan oleh aktifitas boiler bahan yang dibakar berbeda dengan
selama 5 periode. spesifikasi batubara, hal ini tergantung pada
Hasil penguian opasitas yang ketersediaan batubara lokal (KLH, 2014).
dikeluarkan cerobong boiler batubara dari 5 belerang dapatdikurangi memilih batubara
periode pengukuran menunjukkan hasil dengan kadar belerang yang rendah yang
<10%, dan dinyatakan masih di bawah emisi SO2 pada pembakaran tidak
ambang batas yang ditetapkan oleh mutu melampaui baku mutu.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
HidupNo. 12 Tahun 2010 yaitu sebesar b) Cerobong Boiler Gas
20%.Nilai opasitas menunjukkan kepekatan Hasil pegujian emisi pada boiler gas
emisi yang dikeluarkan dari cerobong, selama 5 periode untuk parameter Nitrogen
semakin pekat opasitas yang dilekuarkan Dioksida memiliki hasil terendah pada
dari cerobong menandakan semakin besar periode februari 2013 sebesar 156mg/Nm3
emisi yang deikeluarkan. dan tertinggi pada periode agustus 2013
sebesar 241 mg/m3. Sedangkan Hasil
pegujian emisi pada boiler gas selama 5 tertinggi pada periode agustus 2014 sebesar
periode untuk parameter Sulfu diosida 46 mg/m3. Nilai tertinggi pada kedua
memiliki hasil terendah pada periode parameter masih dibawah baku mutu
februari 2013 sebesar 6 mg/Nm3 dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan setra pemilihan bahan bakar yang tepat akan
Hidup No. 12 Tahun 2010. Nilai baku mutu mempengaruhi hasil emisi yang
untuk Nitrogen Oksida (NO2) sebesar 650 dikeluarkan.Hasil pengukuran emisi yang
mg/m3, Sulfur Dioksida (SO2) Sebesar 150 telah diperoleh, akan dihitung untuk
mg/m3.Hasil pengujian emisi boiler menentukan beban emisi yang dihasilkan
inimenunjukkan bahwa kondisi boiler masih oleh aktifitas boiler selama 5 periode.
dalam keadaan baik. Perawatan yang rutin

800
700 Nitrogen Dioksida
Konsentrasi mg/Nm3

600
500 Sulfur Dioksida
400
300 Baku Mutu Nitrogen
200 Dioksida
100
Baku Mutu Sulfur Dioksida
0
Feb-13 Agust-13 Feb-14 Agust-14 Feb-15

Waktu Pengukuran

Gambar 5.Hasil Pengujian Cerobong BoilerGas.

Hasil Perhitungan Beban Emisi Cerobong besarnya konsentrasi zat terukur yang
Boiler dikeluarkan cerobong yag dikalikan dengan
Beban emisi (BE) yang dihasilkan laju alir emisi dengan lama waktu operasi
oleh cerobong boiler batubara dan boiler gas pembngkit. hasil beban emisi dapat dilihat
dalam pemantauan per enam bulan pada Tabel berikut.
selamalima periode dapat diperoleh dari

Tabel 1. Hasil Perhitungan Beban EmisiCerobong Boiler


Periode
No Jenis Boiler Parameter
Feb-13 Agust-13 Feb-14 Agust-14 Feb-15
BE NO2
Batubara 10,21 10,92 8,95 9,99 9,55
(Ton/6Bln)
1 BE NO2
Gas 3,79 5,85 3,93 5,05 6,22
(Ton/6Bln)
Total 14,00 16,77 12,89 15,04 15,77
BE SO2
Batubara 16,70 15,50 31,44 1,86 27,89
(Ton/6Bln)
2 BE SO2
Gas 0,15 0,49 0,24 1,12 0,56
(Ton/6Bln)
Total 16,85 15,99 31,69 2,97 28,45
BE Partikulat
3 Batubara 3,82 0,66 0,55 1,20 1,09
(Ton/6 Bulan)

Beban Emisi maksimum yang 16769,59 Kg/6 bulan. Pada periode februari
dikeluarkan oleh boiler periode agustus 2013 2015 menunjukkan bahwa hasil beban emisi
pada boiler dengan jumlan nilai beban emisi pada Sulfur Dioksida sebesar 28452,58 Kg/6
Nitrogen Dioksida pada bahan bakar bulan. Beban emisi partikulat menunjukkan
batubara dan bahan bakar gas sebesar
hasil tertinggi pada periode februari 2013 pencemar udara, serta didapatkan beban
sebesar 3821,11 Kg/6 bulan. emisi yang dikerluarkan cerobong boiler
Beban Emisi yang dikeluarkan oleh maka data ini akan dijadikan untuk hasil
sumber pencemar sangat mempengaruhi pengujian udara ambient sebagai pengaruh
keadaan lingkungan disekitar area kerja sumber pencemar terhadap udara ambien di
industri.Waktu operasi boiler yang area industri kimia daerah cilegon.
dijalankan oleh industri kimiadaerah Cilegon Titik pengambilan sampel udara
ini secara berlangsung tanpa di istirahatkan ambient berdasarkan arah angin dominan.
kecuali sedang dalam perbaikan. Semakin Titik A adalah bagian barat industri (Up
lama waktu operasi boiler maka akan wind) dan Titik B adalah bagian timur
semakin besar emisi yang dikeluarkan oleh industri (Down wind)
cerobong tersebut. Jika beban emisi semakin Hasil pengujian udara ambien
turun akan berdampak lebih baik pada dengan 2 titik pemantauan yaitu titik A
lingkungan serta merupakan tanda baian barat industri (Up wind) dan titik B
keberhasilan dalam pengelolangan bagian timur industri (Down wind) dengan
lingkungan semakin baik. periode 5 pemantauan dapat dilihat di tabel
Hasil Pengujian Sampel Udara Ambien berikut.
Setelah dilakukan pengujian emisi
cerobong boiler yang merupakan sumber

Tabel 2.Hasil Pengujian Udara Ambien Selama 5 Periode.


PPRI Periode
No. 41
No. Parameter Satuan Lokasi Feb- Agust- Feb- Agust- Feb-
Th.
13 13 14 14 15
1999
Nitrogen Titik 1 27,26 29,90 28,08 54,90 29,58
3
1 Dioksida 400 μg/m
Titik 2 31,08 31,15 29,44 60,15 30,22
(NO2)
Sulfur Titik 1 23,64 24,38 29,45 30,36 24,06
2 Dioksida 900 μg/m3
Titik 2 29,61 29,68 31,62 38,68 26,28
(SO2)
Partikulat / Titik 1 104 53 62 89 85
3 230 μg/m3
Debu Titik 2 106 72 113 147 143
Karbon Titik 1 3.666 3.689 3.667 3.288 3.357
3
4 Monoksida 30.000 μg/m
Titik 2 3.998 3.964 3,872 3.448 3.551
(CO)
Titik 1 28,97 32,90 29,48 31,38 30,01
5 Oksidan (O3) 235 μg/m3
Titik 2 29,60 34,31 30,93 37,36 38,21

Berdasarkan data yang dilihat dari Tabel 2 pengujian titik 2 (Down wind) berada di titik
Secara umum hasil pengujian kadar gas bagian timur industri kimia. Pada Tabel 2,
Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida hasil pengujian dari titik A dan titik B tidak
(SO2), Partikulat/Debu, Karbon Monoksida menunjukkan perubahan yang besar,
(CO) dan Oksidan (O3) di udara ambien kenaikkan kadar pencemar yang kecil
wilayah industri kimia daerah Cilegon dalam menyatakan bahwa beban emisi yang
batas aman atau dibawah baku mutu yang dikeluarkan dari emisi cerobong boiler
telah ditentukan berdasarkan Peraturan masih dapat di tampung oleh udara ambient
Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang karena masih di bawah baku mutu PPRI No.
pengendalian pencemaran udara. 41 Tahun 1999. Nilai Beban Emisi (BE)
Dari Hasil pengujian pada yang dilepaskan cerobong boiler masih
pemantauan lokasi titik A (Up wind) dapat ditampung oleh udara ambien di area
merupakan udara yang belum terkena industri kimia. semakin tinggi beban emisi
dampak emisi dari cerobong boiler yang yang dikeluarkan oleh sumber pencemar
ditunjukkan dengan arah angin maka akan terjadi kenaikan pencemar di area
yangmengarah dari barat ke timur, sehingga industri kimia.
Dari titik A pemantauan bagian barat dan
Hasil Penentuan Indeks Status Mutu titik B bagian timur industriyang merupakan
Udara (ISMU) titik pemantauan udara ambien. Dari ke dua
Nilai indeks status mutu udara titik pemantauan tersebut dapat diperoleh
dapat diketahui melalui pengujian udara nilai indeks status mutu udara di kawasan
ambien. Pada penelitian ini terdapat 2 lokasi industri kimia yang berada di daerah Cilegon
pengujian ambien yang di uji kualitasnya. yangdi sajikan pada Gambar6.
0,2000
Indeks Status Mutu Udara

0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
Feb-13 Agust-13 Feb-14 Agust-14 Feb-15

Feb-13 Agust-13 Feb-14 Agust-14 Feb-15


ISM 0,1626 0,1282 0,1285 0,1873 0,1687
Standar ISM 0,1000 0,1000 0,1000 0,1000 0,1000

Gambar 6.Indeks Status Mutu Udara.

Hasil Perhitungan dari kelima bagus/masih dibawah baku mutu


periode tersebut melibihi nilai indeks status udara ambien yang mengacu pada
mutu daerah sebesar 0,1 yang menyatakan peraturan PPRI no.41 tahun 1999,
status udara area industri kimia daerah namun tidak berpengaruh terhadap
Cilegon tercemar.Hasil dari pengujian udara status mutu udara karena setiap
ambien menunjukkan bahwa seluruh parameter mempuyai nilai bobot
paremeter pengujian udara ambien tidak ada yang berbeda-beda yang hasilnya
yang melebihi baku mutu PPRI No.41 tahun menunjukkan bahwa status mutu
1999, namun tidak menjamin bahwa status udara ambient daerah sekitar
mutu udara tidak tercemar. Hal ini industri kimia daerah Cilegon
disebabkan karena bobot yang digunakan tercemar dengan nilai tertinggi pada
untuk pehitungan indeks status mutu udara periode agustus 2014 sebesar
memiliki beban/bobot perkalian untuk 0,1873 bahkan sampai periode
menunjukkan status udara per periode februari 2015 dinyatakan tercemar
pengukuran. dengan nilai indeks status mutu
udara sebesar 0,1687 melebihi
Kesimpulan standar dari indeks status mutu
1. Pengujian emisi cerobong boiler udara sebesar 0,1.
batubara dan gas memiliki tingkat
pencemaran gas NO2, SO2, Saran
Pertikulat dan Opasitas masih 1. Diperlukanyapengukuran
dibawah baku mutu yang berkelanjutan untuk mengetahui
ditetapkan pemerintah. nilai indeks status mutu udara
2. Beban emisi yang dikeluarkan oleh hingga nilai status udara kurang
cerobong boiler batubara dan boiler dari 0,1 yang dinyatakan status
gas masih dapat ditampung oleh mutu udara tidak tercemar
udara abien yang berdasarkan nilai 2. Ditambahkanya titik pemantauan
dari pengujian udara ambien di udara ambient menjadi 4 titik lokasi
setiap parameternya yang meliputi pengukuran berdasarkan 4 arah
gas zat pencemar NO2, SO2, O3, CO mata angin, serta penambahan
dan Partikulat masih dibawah baku pengukuran udara ambient di
mutu yang ditetapkan pemerintah. pemukiman warga sehingga bisa
3. Hasil pengujian udara ambien yang mengetahui seberapa besar dampak
meliputi zat pencemar NO2, SO2, yang dicemarkan emisi cerobong
O3, CO dan Partikulat dinyatakan boiler.
Hermien R. 2007. Memperkirakan Dampak
DAFTAR PUSTAKA Lingkungan Kualitas Udara.
Deputi bidang Tata Lingkungan
Akbar M. S., Fredi S., dan Dedy D. P. 2009. Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kinerja Economizer Pada Boiler. Kementrian Lingkungan Hidup. 2009.
Jurnal Teknik Industri, vol. 11, No. Modul Diklat Pengendalian
1, Juni 2009, Institut Teknologi Pencemaran Udara Evaluasi Data
Sepuluh November, Kampus Hasil Pemantauan Kualitas Udara.
Keputih Sukolilo, Surabaya. Penerbit Pusat Pendidikan dan
Anonim. 2005. Emisi Gas Buang – Sumber Pelatihan. Jakarta
Tidak Bergerak – Bagian 2: Nurhasmawati. 2002. Pencemaran Udara
Penentuan Lokasi dan Titik-titik Dan Hujan Asam. Fakultas Teknik.
Lintas Pengambilan Contoh Uji Program Studi Teknik Kimia.
(SNI 19-7117.2.2005). Badan Universitas Sumatera Utara.
Standarisasi Nasional. Jakarta. Nugroho, E. S. 2009. Analisis Kualitas
Anonim. 2005. Emisi Gas Buang – Sumber Udara si Daerah Istimewa
Tidak Bergerak – Bagian 11: Cara Yogyakarta (DIY) Tahun 2002-
Uji Opasitas Menggunakan Skala 2008 Sebagai Sumber Belajar
Ringgelmann Untuk Asap Hitam Siswa Kelas VII SLTP/MTs.
(SNI 19-7117.2.2005). Badan Fakultas Sains Dan Teknologi
Standarisasi Nasional. Jakarta. Universitas Islam Negeri Nunan
Bapedal. 1997. Keputusan Kepala Badan Kalijaga Yogyakarta.
Pengendalian Dampak Lingkungan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. 1999. PP
No. Kep-107/KABAPEDAL/II/1997 41 Tahun 1999 Tentang
Tentang Perhitungan dan Pengendalian Pencemaran Udara.
Pelaposan Serta Informasi Indeks Rachim, V. P., dan Iwan Setiawan. 2011.
Standar Pencemar Udara. Pengontrolan Tekanan Pada Sistem
BLH Prov Jawa Timur. 2012. Laporan Hasil FBHE of Coal Boiler dengan DCS
Penerapan dan Pencapaian Yokogawa Centum CS 3000.
Standar Pelayanan Bidang Makalah Seminar Kerja Praktek,
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Fakultas Teknik, Universitas
Timur Tahun 2011. Surabaya. Jawa Diponegoro. Semarang.
Timur.

Anda mungkin juga menyukai