Anda di halaman 1dari 7

Metode Indofenol untuk Pengukuran Kadar NH3 :

Amoniak dari udara ambient yang telah diserap oleh larutan penyerap
asam sulfat akan membentuk garam ammonium sulfat kemudian direaksikan
dengan fenol dan natrium hipoklorit dalam suasana basa membentuk senyawa
kompleks indofenol yang berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk
diukur dengam menggunakan spekrtofotometer UV-Visible pada panjang
gelombang 640 nm.

Amonia (NH3)
- Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun
amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia
sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi
Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15
menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8
jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS
diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan
beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500
galon (13,248 L) harus disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat.
Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia
mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau
temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi
sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap.
"Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3
dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan
komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat
baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di
rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia. Amonia umumnya
bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah
(pKa=9.25).
Penetapan kadar NH3 dalam udara dengan metode Indofenol.
a. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat deret standard dengan kondentrasi 0, 2, 4, 8, dan 10 μg/ mL dalam labu
ukur 25 mL. Dipipet sebanyak 4 mL dari setiap deret standard dalam test tube,
lalu disimpan dalam water bath selama 1 jam dengan temperatur 30°C.
Kemudian ditambahkan masing-masing 2 mL pereaksi A dan 2 mL pereaksi
B. Setelah itu dihomogenkan hingga terbentuk warna biru dan diukur menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 640 nm. Lalu dibuatlah kurva kalibrsi dari
hasil absorban yang terukur.

Pengukuran Sampel
Dipipet 4 mL sampel ke dalam test tube, kemudian disimpan dalam water bath selama 1 jam
dengan temperatur 30°C. Lalu ditambahkan pada test tube tersebut 2 mL pereaksi A dan 2
mL pereaksi B. Dan dihomogenkan sampai terbentuk warna biru dan diukur menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 640 nm.

Penetapan Kadar NH3 Dalam Udara Dengan Metode Indofenol


Pada tahap ini dilakukan tiga hal, yaitu pembuatan kurva kalibrasi, pengukuran sampel
dan perhitungan. Untuk tahap pembuatan kurva kalibrasi sama seperti percobaan
penentuan kadar SO2 data yang digunakan diperoleh dari database sehingga alat tidak
perlu dikalibrasi terlebih dahulu. Untuk tahap pengukuran sampel, dilakukan dengan
memipet 4 ml sampel ke dalam test tube dan disimpan di dalam water bath selama 1
jam dengan suhu 30oC. Kemudian ditambahkan masing-masing 2 ml Pereaksi A dan 2
ml Pereaksi B dan dihomogenkan sampai terbentuk warna biru. Lalu diukur
menggunakan Spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm.
Metode Pengukuran Zat Pencemar Di Udara
1. Sulfur dioksida (SO2)
a.Metode
Metode yang digunakan untuk pengujian kadar SO2 di udara memakai
metode pararosaniline-spectrofotometri.
b.Prinsip Dasar SO2
di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetra kloromercurate(absorbent) dengan laju
flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium tetra kloromercurate membentuk komplek
diklorosulfitomercurate. Dengan penambahan pararosaniline dan formaldehide akan
membentuk senyawa pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu kemerahan. Intensitas
warna diukur dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
c.Dasar pengukuran gas SO2 dengan UV-spectrofotometri Prinsip dasar pengukuran gas SO2
dengan sinar ultra violet adalah ber-dasarkan kemampuan molekul SO2 berinteraksi dengan
cahaya pada pan-jang gelombang 190 –230 nm, menyebabkan elektron terluar dari molekul gas
SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Elektron pada posisi
tereksitasi akan kembali ke posisi ground state dengan melepaskan energi dalam bentuk panjang
gelombang tertentu . Dengan mengukur intensitas cahaya tersebut maka dapat ditentukan kon-
sentrasi gas SO 2
. Metode ini praktis mudah dioperasikan, stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai
untuk alat pemantauan kualitas udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui bahwa
ketelitian dan keaku-ratan metode ini, sangat dipengarhui oleh sistem kalibrasi alat tersebut. Pada
gambar 1, diperlihatkan skema alat SO2 analyzer.

Perhitungan Kadar SO2


Hitung kadar SO2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar SO2 (mg/m3) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)° K x76
Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)°Kx P
Volume Udara (L) = f x t
Keterangan :
f = kecepatan aliran udara (L/menit)
t = waktu pengambilan contoh uji/(sampel), menit
Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)
P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)

2. Oksida-oksida Nitrogen NO2


a. Metode
Metode Griess-Saltman-Spectrofotometri, NO2 di udara direaksikan dengan
pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang berwarna ungu.
Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 520 nm.
b. Prinsip Dasar
Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus
dan porositas frittednya berukuran 60 μm. Untuk pengukuran NO, sample gas
harus dilewatkan ke dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3).
c. Metode chemiluminescence
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen di-oksida
tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground state dengan
melepaskan energi berupa cahaya pada panjang gelombang 600 - 875 nm.
Intensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan photo mulltifier , Intensitas yang
dihasilkan sebanding dengan konsentrasi NO di udara. Sedangkan gas NO2
sebelum direaksikan dengan gas ozon terlebih dahulu direduksi dengan katalitik
konventor.

6. Amoniak (NH3)
Ammonia adalah zat pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah
gas yang tidak berwarna. Dengan bau menyengat. Biasanya, ammoniak berasal dari
aktifitas mikroba, industry ammonia, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara.
Di atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam
ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2011).
a. Pengukuran Amoniak
Pengujian dilakukan dalam toilet karena banyak mengandung endapan
ammonia yang menempel di dinding dan saluran pembuangan urin. Hal ini
ditandai dengan bau yang menyengat karena toilet jarang dibersihkan. Udara
yang berada di toilet diserap oleh impinger selama 60 menit. Kemudian, larutan
penyerap yang telah terkandung ammonia dibawa ke lab untuk dilakukan proses
pengujian kadar ammonia. Lalu, dilakukan beberapa perlakuan pada sampel,
diantaranya diberikan 2 ml larutan penyangga, 5 ml larutan pereaksi fenol; 2,5 ml
larutan pereaksi natrium hipoklorit. Setelah larutan dihomogenkan, tabung
didiamkan hingga 30 menit kemudian dilakukan uji absorbansi dengan
spektrofotometri.

7. Dihidrogen Sulfida (H2S)


Penentuan Kadar Dihidrogen Sulfida (H2S) dengan menggunakan
metode W.Leithe 1971 yang bertujuan untuk menentukan kadar H2S pada udara
ambien. Prinsip yang digunakan adalah Gas dihidrogen sulfida (H2S) diserap dalam
larutan penjerap cadmium dihidroksida Cd(OH)2. Dengan menambahkan larutan
amin dan FeCl3 kedalam larutan tersebut maka terbentuk senyawa FeS beserta
endapan putih. Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 670 nm.

3. Karbonmonoksida
a. Metode Nondispersive infrared (NDIR)
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah pada panjang 4,6
μm. Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udara.
Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah, tabung sampel dan reference, detektor
dan rekorder.
b. Metode Lain
Metode lain yang juga digunakan adalah metode oksidasi CO dengan campuran CuO-MnO2
dalam suasana panas membentuk gas CO2. Selanjutnya CO2 tersebut diabsorpsi dengan larutan
Ba(OH)2 berlebih. Kelebihan Ba(OH) dititrasi asam oxalat menggunakan indikator phenol
phthalin.
c. Metode Iodine Pentoxide, specktrofotmeter
Gas CO di udara akan bereaksi dengan Iodin Pentoksida pada suhu 135 -
1500C, membentu gas CO2., dan uap Iodin. Senyawa yang terbentuk akan
ditangkap oleh larutan potassium iodide. Kadar gas CO di udara dapat ditentukan
dengan menganalisis kadar gas CO2 atau Iodin yang dihasilkan dengan cara
analisis menggunakan alat specktrofotmeter. Pembacaan dilakukan pada panjang
gelombang 352 nm.
d. Perhitungan Kadar CO
Hitung kadar CO dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar CO (ppm) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)° K x76
Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)° K x P
Volume Udara (L) = f x t
Keterangan :
f = kecepatan aliran udara (L/menit)
t = waktu pengambilan contoh uji/(sampel), menit
Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (°C)
P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)

µ : mu (myu)
nama alat no 2 di presentasi : quality meter 
1. Ba(OH)2 = Barium Hidroksida

1. MnO2 = Mangan (IV) Oksida

2. PCl3 = Fosfor Triklorida (indeks 1 pada unsur P tidak perlu ditulis)

3. N2O3 = Dinitrogen Trioksida

4. NO = Nitrogen Oksida

5. CCI4 = Karbon Tetraklorida

6. NO2 = Nitrogen Dioksida

7. SO2 = Sulfur Dioksida


8. SO3 = Sulfur Trioksida

9. N2O5 = Dinitrogen Pentaoksida

10. CI2O7 = Dikloro Heptaoksida

11. CO2 = Karbon Dioksida

12. FeCl3 = Ferri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)

Fe = besi+ S = sulfur (feS)


Part per million (ppm) adalah salah satu satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagain dalam satu juta bagian
yang lain. Satuan ini biasanya banyak dipakai dalam kimia analisa untuk menytakan satuan konsentrasi senyawa misal
banyaknya polutan dalam air sungai atau banyaknya kandungan zat dalam air minum. 

Anda mungkin juga menyukai