Anda di halaman 1dari 16

ANABOLISME

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI

Disusun oleh:
Daniel Fran’s Juari Tamba
17.I1.0110
Kelompok C7

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

2017
1. PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka


Anabolisme merupakan suatu peristiwa penyusunan molekul sederhana menjadi molekul
yang lebih kompleks. Adapun anabolisme dikenal sebagai peristiwa sintesis atau
penyusunan, sehingga dibutuhkan energi dalam reaksi (endergonik). Sumber energi dapat
diperoleh melalui proses katabolisme dimana terjadi pemecahan molekul kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana (Anonim, 1990). Salah satu contoh daripada
proses anabolisme adalah fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton (cahaya) dan
sintesis (penyusunan), sehingga fotosintesis dapat didefinisikan sebagai proses
penyusunan dengan menggunakan energi cahaya. Reaksi fotosintesis dapat diuraikan
sebagai berikut :

6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2

Daun pada tumbuhan membutuhkan sumber CO2 dan air sebagai energi kimia. Adapun
klorofil berfungsi untuk menerima cahaya berupa sinar matahari ataupun lampu,
kemudian oksigen akan dibebaskan sebagai hasil reaksi beserta produk berupa
karbohidrat yang akan di kirimkan ke bagian lain pada tumbuhan untuk disimpan (Green
et al, 1988). Pada umumnya, bagian yang menghasilkan oksigen adalah bagian hijau pada
tumbuhan. Peristiwa ini disebabkan karena peristiwa fotosintesis dapat berlangsung
ketika klorofil ada sebagai pigmen hijau tumbuhan (Kimball, 1922).
Daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah. Setiap sel yang memiliki kloroplas
dapat melakukan fotosintesis. Menurut Kimball (1994), klorofil selalu terdapat pada
tumbuhan hijau. Dan faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil antara lain faktor
pembawaan, cahaya, oksigen, dan air (Dwidjoseputro, 1978). Fotosintesis terjadi
bergantung pada jumlah stomata yang ada pada tumbuhan. Stomata adalah pori – pori
kecil yang ditemukan pada epidermis atas dan bawah yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas CO2 dan O2, dan berperan dalam kehilangan air (Purves, et al., 1992).
Fotosintesis terbagi menjadi 2 tahapan yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Letak
daripada reaksi terang adalah pada grana, sedangkan reaksi gelap berlangsung pada
stroma dalam kloroplas. Proses berlangsungnya reaksi terang membutuhkan energi
cahaya. Pada tahapan awal dari reaksi terang, air akan dipecah menjadi ion hidrogen (H)
dan ion hidroksil (OH). H akan diikat oleh NADP membentuk NADPH dan OH akan
bereaksi antara satu dengan lainnya membentuk air dan oksigen. ADP yang berikatan
dengan gugus fosfat akan membentuk ATP sebagai sumber energi bagi reaksi gelap.
Adapun proses berlangsungnya reaksi gelap diawali dengan pengikatan oksigen dari
udara oleh ribulosa biphosphat menjadi asam phospogliserat. H akan mereduksi APG
menjadi ALPG (Aldehid Phospogliserat). Amilum akan terbentuk dari dua molekul
ALPG yang digunakan untuk proses pertumbuhan (Roberts, 1993).
Robert Hill menerangkan bahwa pada saat fotolisis (reaksi terang) sinar hanya dipakai
untuk memecahkan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. H2 yang terlepas akan
diikat oleh NADP dan terbentuklah NADPH2, sedangkan O2 berada dalam keadaan
bebas. Reaksi ini dikenal dengan reaksi Hill (Djajadiredja, 1989). Reaksi Hill dapat
dituliskan sebagai berikut :

H2O + NADP NADPH + ½ O2 + H+


Cahaya dan kloroplas

DCPIP (biru)+H2O DCPIP H2 (tidak berwarna) + ½ O2


Cahaya dan kloroplas

(Green et al, 1988).


1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum terkait adalah untuk mengetahui proses fotosintesis pada
tumbuhan, mengetahui fungsi stomata dan cara perhitungan stomata, membandingkan
jumlah stomata pada berbagai jenis daun, dan mengetahui pengaruh cahaya terhadap
proses fotosintesis.
2. MATERI METODE

2.1. Pengamatan Fotosintesis


2.1.1. Materi
2.1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 toples plastik bening besar beserta tutupnya
dan stopwatch.

2.1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 lilin kecil, 2 jangkrik, tumbuhan hijau
kecil lidah mertua

2.1.1.3. Metode
Toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Toples 2 diisi lilin menyala dan jangkrik kemudian
ditutup. Toples 3 diisi tumbuhan, lilin menyala, jangkrik, kemudian ditutup. Tunggu dan amati
selama beberapa menit sampai terjadi perubahan dan sampai lilin mati.

2.2. Perhitungan Jumlah Stomata


2.2.1. Materi
2.2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, kaca preparat, dan mikroskop.

2.2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuteks bening, selotip, daun dari percobaan
“Pengamatan Fotosintesis” beserta daun jambu air.

2.2.1.3. Metode
Mula-mula dipilih salah satu daun, lalu pada bagian bawah daun dicat dengan kuteks bewarna
bening ± 1 cm2. Kuteks dibiarkan mengering beberapa menit. Sepotong selotip bening
ditempelkan pada kuteks tersebut kemudian dikelupas secara hati-hati mulai dari bagian pojok.
Setelah itu potongan selotip tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
Dicari daerah yang bersih dan banyak mengandung stomata. Stomata dihitung pada 2 sisi yang
berbeda. Percobaan diulangi dengan menggunakan jenis daun yang berbeda.

2.3. Reaksi Hill


2.3.1. Materi
2.3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, mortar, kain saring (kain mori),
funnel (corong), sentrifuge, Erlenmeyer, timbangan, pompa pilleus, pipet volum, dan glass rod
(batang pengaduk).

2.3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa daun, medium isolasi dingin, dan
larutan DCPIP dingin.

2.3.1.3. Metode
2.3.1.2.1. Isolasi Kloroplas
Mula – mula, 3 daun tanpa tangkai dipotong kecil – kecil dan ditumbuk dengan mortar sampai
halus. Hasil tumbukan daun ditimbang sebanyak 2,5 gram dan dilarutkan dengan 20 ml medium
isolasi. Hasil pencampuran antara tumbukan daun dan medium isolasi disaring dengan kain
mori, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge sesuai penggunaan sentrifuge yang
benar. Bahan di sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 – 2 menit. Supernatant (bagian
jernih) di sentrifuge lagi dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatant kemudian
dibuang dan endapan pada dasar tabung dilarutkan dengan 2 ml medium isolasi dalam tabung
reaksi.

2.3.1.2.3. Reaksi Hill


Dilakukan perlakuan sebagai berikut :
i. 0,5 ml larutan kloroplas + 5 ml air destilasi (blanko) (Kel. 1,2,3)
ii. 0,5 ml larutan kloroplas + 5 ml larutan DCPIP (Kel. 4,5, dan 6)
iii. 0,5 ml larutan kloroplas + 5 ml larutan DCPIP, dan diletakkan di ruang terang (Kel.
7 dan 8)
iv. 0,5 ml larutan kloroplas + 5 ml larutan DCPIP, dan diletakkan di ruang gelap (Kel.
9 dan 10)
Setelah itu didiamkan selama 15 menit. Kemudian absorbansi diukur dengan menggunakan
spektrofotometer 600 nm.
3. HASIL PENGAMATAN

3.1. Pengamatan Fotosintesis

Tabel 1. Pengamatan Fotosintesis

Perlakuan Gambar Keterangan


Toples 1 diisi lilin Lilin mati setelah 31,8 detik.
menyala dan ditutup.

Toples 2 diisi lilin


menyala, jangkrik, dan
ditutup. Lilin mati setelah 25,5 detik.

Toples 3 diisi tanaman Lilin mati setelah 19,6 detik.


krokot, lilin menyala, dan
jangkrik, kemudian
ditutup.

Berdasarkan tabel 1, terdapat 3 perlakuan berbeda yang diterapkan dalam percobaan. Pertama,
toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Kedua, toples 2 diisi lilin menyala dan jangkik
kemudian ditutup. Ketiga, toples 3 diisi tanaman krokot, lilin menyala, dan jangkrik lalu
ditutup. Melalui percobaan di atas, diperoleh data dimana hasil dari ketiga perlakuan tersebut
tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Penghitungan Jumlah Stomata
Nama Gambar bagian atas Gambar bagian bawah Keterangan
tanaman daun daun

Daun Perbesaran:
singkong
10x40
Jumlah stomata
Bagian atas:
9
Bagian bawah:
1.112
Daun Perbesaran:
apu-apu 10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
10
Bagian bawah:
1.144
Daun krokot Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
40
Bagian bawah:
52
Daun puring Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
13
Bagian bawah:
884
Daun jeruk Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
0
Bagian bawah:
0
Daun tomat Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
0
Bagian bawah:
278
Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa setiap tumbuhan atau setiap daun memiliki jumlah stomata
yang berbeda-beda. Daun krokot bagian atas memiliki jumlah stomata terbanyak yaitu 40. Daun
apu apu bagian bawah memiliki jumlah stomata yang terbanyak yaitu 1144.
Reaksi Hill
Nilai Absorbansi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Blank 0 0,2316 0,4680 0,2588 - - - - - - - -
o
15 0,2180 0,4061 0,2197 - - - - - - - -

Kloro- 0 - - - 2,4343 2,4473 2,3964 - - - - -


plas
15
+
- - - 2,4198 2,4343 2,3947 - - - - -
DCPIP
Ruang 0 - - - - - - 2,4495 2,4346 2,3807 - -
Terang
15 - - - - - - 2,4606 2,5410 2,4529 - -

Ruang 0 - - - - - - - - - 2,4053 2,4518


Gelap
15 - - - - - - - - - 2,4020 2,4578
Berdasarkan tabel 3, terdapat empat perlakuan yang diterapkan dalam percobaan yaitu blanko,
kloroplas + DCPIP, ruang terang, dan ruang gelap. Tercatat adanya nilai absorbansi yang
berbeda dari setiap perlakuan pada menit ke-15.
4. PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Fotosintesis


Pada pengamatan proses fotosintesis, diberikan 3 perlakuan yang berbeda pada masing – masing
toples. Perlakuan pertama adalah toples 1 diisi dengan lilin menyala dan ditutup. Perlakuan
kedua adalah toples 2 diisi dengan lilin menyala dan jangkrik, kemudian ditutup. Perlakuan
ketiga adalah toples 3 diisi lilin menyala, jangkrik dan tumbuhan krokot, lalu ditutup.
Melalui hasil percobaan, diperoleh data dimana lilin yang terlebih dahulu padam adalah lilin
pada toples 1 yang hanya berisikan lilin menyala dengan waktu tercatat selama 31,8 detik.
Kemudian, lilin yang padam pada urutan kedua adalah lilin pada toples 3 berisikan lilin
menyala, jangkrik, tumbuhan krokot dengan waktu selama 19,6 detik. Sedangkan lilin yang
mengalami pemadaman terakhir adalah lilin pada toples 2 berisikan lilin menyala dan jangkrik
dengan waktu tercatat selama 25,5 detik.
Waktu yang diperlukan agar lilin padam mengidentifikasi jumlah oksigen yang ada di dalam
toples masing-masing. Dari percobaan tersebut, hasil yang di dapatkan sesuai dengan teori
Johnson, et al. (1984) bawha CO dan H2O dengan pengaruh cahaya diubah menjadi senyawa
organik yang berisi oksigen dan energi.
Pada toples kedua lilin cepat padam dikarenaka terjadi perebutan oksigen antara lilin dengan
jangkrik. Lilin menggunakan oksigen untuk proses pembakaran sedangkan jangkrik
membutuhkannya untuk bertahan hidup. Pada toples ketiga lilin lebih tahan lama karena
didalam toples tersebut terdapat sebuah tanaman melati, sehingga tanaman tersebut merubah
CO2 yang dihasilkan oleh lilin dan jangkrik. Oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut
digunakan untuk memperlama proses pembakaran dan untuk bertahan hidup seekor jangkrik.
4.2. Penghitungan Jumlah Stomata
Pada percobaan perhitungan jumlah stomata, pertama-tama pada bagian bawah dan atas daun
dilapisi dengan kuteks berwarna bening. Pelapisan tersebut dilakukan secara tipis dan diamkan
beberapa saat. Setelah kuteks yang diberikan mengering, ambil sepotong selotip dan
ditempelkan pada bagian berkuteks tadi. Kemudian secara hati-hati dan perlahan, selotip bening
yang telah menempel tadi dikelupas dan di tempelkan pada kaca preparat. Kaca preparat
tersebut di amati di bawah mikroskop.
Daun yang digunakan dalam percobaan ini yaitu daun singkong, daun apu-apu, daun krokot,
daun puring, daun jeruk, daun tomat. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan bahwa daun
krokot bagian atas memiliki jumlah stomata terbanyak yaitu 40. Daun apu apu bagian bawah
memiliki jumlah stomata yang terbanyak yaitu 1144. Untuk daun tomat bagian atas daun jeruk
bagian atas tidak memiliki stomata, sedangkan daun singkong bagian atas memiliki stomata
yang berjumlah 9 dan daun puring memiliki stomata yang berjumlah 13. Untuk stomata daun
bagian bawah jumlahnya bervariasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Kimball (1992),
Ia menyatakan bahwa tumbuhan memiliki stomata lebih banyak pada epidermis bagian bawah.

Pengamatan jumlah stomata dengan mikroskop ini memberikan hasil stomata yang berbeda-
beda. Hal ini dipengaruhi faktor cahaya, oksigen, air, konsentrasi CO2, karakteristik daun, dan
tempat hidup tanaman tersebut. Setiap tanaman memiliki lingkungan atau tempat hidup yang
berbeda-beda. Habitat menyebabkan kadar cahaya, suhu, kelembapan, air tanah yang didapatkan
oleh tiap tumbuhan berbeda-beda. Daun yang memiliki ukuran yang lebar biasanya memiliki
stomata yang lebih banyak jika dibandingkan dengan daun yang kecil/sempit. Hal ini yang
mengakibat jumlah stomata pada daun singkong lebih banyak dari pada daun-daun yang
lainnya.
Melalui hasil pengamatan, bentuk stomata daripada masing – masing tumbuhan beragam.
Peristiwa ini mungkin disebabkan karena adapatasi tiap tumbuhan terhadap lingkungan
hidupnya berkaitan dengan kadar air yang diperlukan dalam proses transpirasi. Peristiwa ini
sesuai dengan pernyataan Joshua (1996), yang mengemukakan bahwa transpirasi tidak lepas
dari pengaruh adaptasi lingkungan, air keluar melalui batang dan bunga tetapi sebagian besar
menguap melalui stomata. Proses transpirasi ini bertujuan untuk menjaga suhu tanaman tetap
dingin pada siang hari. Air yang didapat oleh tanaman sebagian diubah menjadi makanan tetapi
sebagian hilang dalam bentuk uap air melalui transpirasi ini.

4.3 Reaksi Hill


Pertama-pertama yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah daun yang sudah dilepas
dari tulang daun dipotong dan ditumbuk dengan mortar sampang halus, kemudian daun yang
telah halus ditimbang sebanyak 2,5 gram lalu dilarutkan dengan 20 ml medium isolasi, setelah
itu larutan tersebut disaring menggunakan kain mori dan dimasukkan kedalam tabung
sentrifuge, dan disentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 1-2 menit. Sentrifuge berfungsi
untuk memisahkan anatara endapan dengan supernatant. Setelah sentrifuge selesai, supernatant
(bagian jernih) diambil. Kemudian larutan tersebut disentrifuge kembali selama 5 menit. Lalu,
supernatant yang dihasilkan dibuang dan endapan di bawah tabung dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan dilarutkan dengan 2 ml medium isolasi. Setelah selesai, dilanjutkan dengan
reaksi hill, sesuai dengan ketentuan, kelompok 1,2 dan 3 dicampur dengan 0.5 ml larutan
kloroplas dengan 5 ml air destilasi (blanko). Kelompok 4, 5, dan 6 dicampur dengan 0.5 ml
larutan kloroplas dengan 5 ml larutan DCPIP. Kelompok 7, 8 dan 9 dicampur dengan 0.5 ml
larutan kloroplas dengan dengan 5 ml larutan DCPIP kemudian diletakan di ruang terang.
Kelompok 10, 11 dan 12 dicampur dengan 0.5 ml larutan kloroplas dengan 5 ml larutan DCPIP
kemudian diletakan di ruang gelap. Untuk nilai absorbansi 0 menit diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer 600 nm lalu catat nilai absorbansinya. Kemudian larutan yang
sudah diamkan selama 15 menit dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer 600
nm.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh data dimana nilai absorbansi terendah secara
keseluruhan terdapat pada percobaan pertama dengan penambahan blanko pada larutan
kloroplas. Disamping itu, nilai absorbansi pada ruang terang sedikit lebih tinggi daripada nilai
absorbansi pada ruang gelap. Hal ini belum sesuai dengan teori Robert Hill yang menyatakan
bahwa reaksi hill membutuhkan cahaya ( Green, et al, 1988 ). Seharusnya, nilai absorbansi pada
reaksi gelap lebih tinggi jika dibandingkan dengan reaksi terang. Menurut Ritchie & Carola,
(1983), fotosintesis reaksi gelap terjadi dalam ketiadaan cahaya. Reaksi gelap dari fotosintesis
berlangsung pada stroma. Fotosintesis reaksi gelap akan menggunakan energi ATP dan
NADPH2 yang dihasilkan dari reaksi terang untuk mengurangi CO2. Oleh karena itu,
seharusnya nilai absorbansi tertinggi diperoleh pada fotosintesis reaksi gelap. Adanya nilai
absorbansi lebih dari 1 dapat dikarenakan oleh berbagai faktor. Selama percobaan, ada
kemungkinan bahwa pembersihan cuvet tidak sempurna sehingga mempengaruhi nilai
absorbansi. Disamping itu, rendahnya kualitas kuvet yang digunakan juga menjadi salah satu
faktor mengapa nilai absorbansi pada beberapa kelompok lebih dari 1. Kuvet dengan kualitas
bahan yang rendah dapat menyebabkan terserapnya gelombang oleh sistem sehingga
mengakibatkan tingginya nilai absorbansi melampaui dari yang seharusnya.
4. KESIMPULAN

 Anabolisme adalah suatu proses penyusunan molekul sederhana menjadi molekul


kompleks
 Proses fotosintesis merupakan salah satu contoh anabolisme.
 Proses perubahan senyawa dari yang sederhana menjadi lebih kompleks/lengkap
disebut anabolisme.
 Salah satu contoh anabolisme adalah fotosintesis.
 Proses CO2 dan H2O dengan pengaruh cahaya diubah menjadi senyawa organik yang
berisi oksigen dan energi disebut proses fotosintesis.
 Fotosintesis terjadi dengan adanya bantuan sinar matahari dan klorofil.
 Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas CO2 dan O2, proses penguapan dari
permukaan tanaman dan mencegah kehilangan air.
 Stomata dapat ditemukan di bagian atas daun dan bagian bawah daun.
 Jumlah stomata pada bagian bawah daun lebih banyak dari pada bagian atas daun.
 Fotoisntesis adalah pengubahan senyawa anorganik CO2 dan H2O membentuk
karbohidrat dan oksigen dengan bantuan cahaya dan klorofil.
 Dalam proses pembakaran lilin dan respirasi jangkrik dibutuhkan adanya oksigen.
 Hasil dari proses respirasi adalah bahan dari proses fotosintesis, begitu juga
sebaliknya.
 Klorofil berfungsi untuk menangkap cahaya
 Stomata berperan dalam transpirasi dan pengaturan penghilangan air dari tumbuhan.

 Transpirasi tidak lepas dari pengaruh adaptasi lingkungan.

Semarang, 29 Oktober 2017


Praktikan, Asisten Dosen

Daniel Fran’s Juari Tamba Andreas Setiabudi


17.I1.0110
6. DAFTAR PUSTAKA
Audesirk, G. & L. Audesirk. (1989). Biology of Earth. Macmillan Publishing Company Inc. New
York.
Djajadiredja, S.S. (1989). Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 5. PT Cipta Adi Pustaka. Jakarta.
Dwidjoseputro, Prof. Dr. D. (1978). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Green, N.P.O. ; G.W. Stout & D.J. Taylor. (1988). Biological Science 1. Cambridge University
Press. New York.
Johnson, K. D.; D. L. Rayle & H. L. Wedberg. (1984). Biology an Intoduction. The Benjamin /
Cummings Publishing Company, Inc. Canada.
Kimball, J.W. 1992. Biologi edisi 5 jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Purves, W. K.; G. H. Orians & H. C. Heller. (1992). Life. SinauerAssociates, Inc. New York.
Roberts, M. (1993). Biology Principle and Process. Thomas Nelson and Sons Ltd. London.
Tjitrosomo, S. S. (1983). Botani Tumbuhan. Angkasa. Bandung.
V. B. Rastogi. (1997). Modern Biology. Pitambar Publishing. India.
7. LAMPIRAN
7.1. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai