Disusun oleh:
Daniel Fran’s Juari Tamba
17.I1.0110
Kelompok C7
2017
1. PENDAHULUAN
Daun pada tumbuhan membutuhkan sumber CO2 dan air sebagai energi kimia. Adapun
klorofil berfungsi untuk menerima cahaya berupa sinar matahari ataupun lampu,
kemudian oksigen akan dibebaskan sebagai hasil reaksi beserta produk berupa
karbohidrat yang akan di kirimkan ke bagian lain pada tumbuhan untuk disimpan (Green
et al, 1988). Pada umumnya, bagian yang menghasilkan oksigen adalah bagian hijau pada
tumbuhan. Peristiwa ini disebabkan karena peristiwa fotosintesis dapat berlangsung
ketika klorofil ada sebagai pigmen hijau tumbuhan (Kimball, 1922).
Daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah. Setiap sel yang memiliki kloroplas
dapat melakukan fotosintesis. Menurut Kimball (1994), klorofil selalu terdapat pada
tumbuhan hijau. Dan faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil antara lain faktor
pembawaan, cahaya, oksigen, dan air (Dwidjoseputro, 1978). Fotosintesis terjadi
bergantung pada jumlah stomata yang ada pada tumbuhan. Stomata adalah pori – pori
kecil yang ditemukan pada epidermis atas dan bawah yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas CO2 dan O2, dan berperan dalam kehilangan air (Purves, et al., 1992).
Fotosintesis terbagi menjadi 2 tahapan yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Letak
daripada reaksi terang adalah pada grana, sedangkan reaksi gelap berlangsung pada
stroma dalam kloroplas. Proses berlangsungnya reaksi terang membutuhkan energi
cahaya. Pada tahapan awal dari reaksi terang, air akan dipecah menjadi ion hidrogen (H)
dan ion hidroksil (OH). H akan diikat oleh NADP membentuk NADPH dan OH akan
bereaksi antara satu dengan lainnya membentuk air dan oksigen. ADP yang berikatan
dengan gugus fosfat akan membentuk ATP sebagai sumber energi bagi reaksi gelap.
Adapun proses berlangsungnya reaksi gelap diawali dengan pengikatan oksigen dari
udara oleh ribulosa biphosphat menjadi asam phospogliserat. H akan mereduksi APG
menjadi ALPG (Aldehid Phospogliserat). Amilum akan terbentuk dari dua molekul
ALPG yang digunakan untuk proses pertumbuhan (Roberts, 1993).
Robert Hill menerangkan bahwa pada saat fotolisis (reaksi terang) sinar hanya dipakai
untuk memecahkan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. H2 yang terlepas akan
diikat oleh NADP dan terbentuklah NADPH2, sedangkan O2 berada dalam keadaan
bebas. Reaksi ini dikenal dengan reaksi Hill (Djajadiredja, 1989). Reaksi Hill dapat
dituliskan sebagai berikut :
2.1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 lilin kecil, 2 jangkrik, tumbuhan hijau
kecil lidah mertua
2.1.1.3. Metode
Toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Toples 2 diisi lilin menyala dan jangkrik kemudian
ditutup. Toples 3 diisi tumbuhan, lilin menyala, jangkrik, kemudian ditutup. Tunggu dan amati
selama beberapa menit sampai terjadi perubahan dan sampai lilin mati.
2.2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuteks bening, selotip, daun dari percobaan
“Pengamatan Fotosintesis” beserta daun jambu air.
2.2.1.3. Metode
Mula-mula dipilih salah satu daun, lalu pada bagian bawah daun dicat dengan kuteks bewarna
bening ± 1 cm2. Kuteks dibiarkan mengering beberapa menit. Sepotong selotip bening
ditempelkan pada kuteks tersebut kemudian dikelupas secara hati-hati mulai dari bagian pojok.
Setelah itu potongan selotip tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
Dicari daerah yang bersih dan banyak mengandung stomata. Stomata dihitung pada 2 sisi yang
berbeda. Percobaan diulangi dengan menggunakan jenis daun yang berbeda.
2.3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa daun, medium isolasi dingin, dan
larutan DCPIP dingin.
2.3.1.3. Metode
2.3.1.2.1. Isolasi Kloroplas
Mula – mula, 3 daun tanpa tangkai dipotong kecil – kecil dan ditumbuk dengan mortar sampai
halus. Hasil tumbukan daun ditimbang sebanyak 2,5 gram dan dilarutkan dengan 20 ml medium
isolasi. Hasil pencampuran antara tumbukan daun dan medium isolasi disaring dengan kain
mori, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge sesuai penggunaan sentrifuge yang
benar. Bahan di sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 – 2 menit. Supernatant (bagian
jernih) di sentrifuge lagi dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatant kemudian
dibuang dan endapan pada dasar tabung dilarutkan dengan 2 ml medium isolasi dalam tabung
reaksi.
Berdasarkan tabel 1, terdapat 3 perlakuan berbeda yang diterapkan dalam percobaan. Pertama,
toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Kedua, toples 2 diisi lilin menyala dan jangkik
kemudian ditutup. Ketiga, toples 3 diisi tanaman krokot, lilin menyala, dan jangkrik lalu
ditutup. Melalui percobaan di atas, diperoleh data dimana hasil dari ketiga perlakuan tersebut
tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Penghitungan Jumlah Stomata
Nama Gambar bagian atas Gambar bagian bawah Keterangan
tanaman daun daun
Daun Perbesaran:
singkong
10x40
Jumlah stomata
Bagian atas:
9
Bagian bawah:
1.112
Daun Perbesaran:
apu-apu 10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
10
Bagian bawah:
1.144
Daun krokot Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
40
Bagian bawah:
52
Daun puring Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
13
Bagian bawah:
884
Daun jeruk Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
0
Bagian bawah:
0
Daun tomat Perbesaran:
10x10
Jumlah stomata
Bagian atas:
0
Bagian bawah:
278
Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa setiap tumbuhan atau setiap daun memiliki jumlah stomata
yang berbeda-beda. Daun krokot bagian atas memiliki jumlah stomata terbanyak yaitu 40. Daun
apu apu bagian bawah memiliki jumlah stomata yang terbanyak yaitu 1144.
Reaksi Hill
Nilai Absorbansi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Blank 0 0,2316 0,4680 0,2588 - - - - - - - -
o
15 0,2180 0,4061 0,2197 - - - - - - - -
Pengamatan jumlah stomata dengan mikroskop ini memberikan hasil stomata yang berbeda-
beda. Hal ini dipengaruhi faktor cahaya, oksigen, air, konsentrasi CO2, karakteristik daun, dan
tempat hidup tanaman tersebut. Setiap tanaman memiliki lingkungan atau tempat hidup yang
berbeda-beda. Habitat menyebabkan kadar cahaya, suhu, kelembapan, air tanah yang didapatkan
oleh tiap tumbuhan berbeda-beda. Daun yang memiliki ukuran yang lebar biasanya memiliki
stomata yang lebih banyak jika dibandingkan dengan daun yang kecil/sempit. Hal ini yang
mengakibat jumlah stomata pada daun singkong lebih banyak dari pada daun-daun yang
lainnya.
Melalui hasil pengamatan, bentuk stomata daripada masing – masing tumbuhan beragam.
Peristiwa ini mungkin disebabkan karena adapatasi tiap tumbuhan terhadap lingkungan
hidupnya berkaitan dengan kadar air yang diperlukan dalam proses transpirasi. Peristiwa ini
sesuai dengan pernyataan Joshua (1996), yang mengemukakan bahwa transpirasi tidak lepas
dari pengaruh adaptasi lingkungan, air keluar melalui batang dan bunga tetapi sebagian besar
menguap melalui stomata. Proses transpirasi ini bertujuan untuk menjaga suhu tanaman tetap
dingin pada siang hari. Air yang didapat oleh tanaman sebagian diubah menjadi makanan tetapi
sebagian hilang dalam bentuk uap air melalui transpirasi ini.