Anda di halaman 1dari 15

1.

PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka


Proses metabolisme dibagi menjadi 2 yaitu proses katabolisme (pemecahan) dan proses
anabolisme (pembentukan). Anabolisme merupakan suatu proses dimana suatu molekul
sederhana disintesis atau dibentuk menjadi molekul yang lebih kompleks. Proses
anabolisme memerlukan energi, sehingga proses ini disebut proses endergonik. Contoh
dari proses anabolisme adalah reaksi fotosintesis pada tumbuhan (Audesirk & Audesirk,
1989).

Fotosintesis merupakan proses pembentukan senyawa kompleks dari karbohidrat yaitu


glukosa. Reaksi ini memerlukan energi dari cahaya matahari, klorofil dari tumbuhan,
senyawa karbon CO2, dan air. Dalam proses ini dihasilkan glukosa dan oksigen.
Tumbuhan berperan penting dalam proses ini karena daun berfungsi sebagai penangkap
cahaya matahari. Stomata terdapat pada daun yang berfungsi sebagai organ respirasi.
Stomata akan mengambil karbon dioksida di sekitar yang digunakan sebagai bahan
baku fotosintesis. Reaksi fotosintesis:
6 H20 + 6 CO2 + Energi cahaya + klorofil  C6H12O6 + 6 O2
(Audesirk & Audesirk, 1989).

Salah satu organ tumbuhan yang paling penting adalah daun. Pada tubuh daun terdapat
sel penjaga yang bentuknya menyerupai katup yang bisa membuka dan menutup.
Terbuka dan tertutupnya sel penjaga ini dipengaruhi oleh kadar glukosa pada tumbuhan
yang merupakan hasil fotosintesis. Apabila konsentrasi air menurun menyebabkan air
berpindah ke sel penjaga secara osmosis. Stomata pada daun berfungsi untuk pertukaran
gas O2 dan CO2, juga untuk mengatur berkurangnya kandungan air dalam tumbuhan.
Semakin lebar terbukanya stomata artinya semkain banyak air yang menguap sehingga
banyak air yang hilang (Audesirk & Audesirk, 1989). Pengaturan penghilangan air ini
dapat dilihat dari jumlah stomata yang terdapat pada bagian atas dan bawah tumbuhan.
Tumbuhan darat memiliki jumlah stomata pada bagian atas lebih sedikit dibanding
bagian bawah, hal ini dikarenakan pada bagian atas stomata akan mendukung terjadinya
pengupapan air (Joshua, 1996).

1
2

Reaksi Hill merupakan reaksi yang ditemukan oleh Robert Hill (1939) dimana kloroplas
yang diisolasi mampu membebaskan O2 menggunakan agen pengoksidasi atau electron
acceptor. Proses terjadinya reaksi Hill dapat dilihat dari perubahan warna larutan
DCPIP (2,6 dichlorolindophenol) yang digunakan dalam percoban ini. DCPIP memiliki
sifat bolak balik sehingga bila oksidasinya menghasilkan warna biru dan reduksinya
tidak berwarna maka dari tidak berwarna dapat dioksidasi lagi menjadi biru. Selain itu,
DCPIP memiliki daya tarik yang tinggi terhadap elektron. Laju fotosintesis diukur
dengan indikator reduksi saat cahaya mengenai larutan (Anonim, 1990):
cahaya
H2O + NADP ----------> NADPH + ½ O2 + H+
Kloroplas

cahaya
DCPIP (blue) + H2O ------------> DCPIP-H2 (colorless) + ½ O2
Kloroplas
(Green et al., 1988)

Percobaan ini menggunakan spektrofotometer untuk mengukur absorbansi larutan yang


diuji. Spektrofotometer adalah sebuah alat yang mampu mengukur penyerapan radiasi
oleh larutan. Metode spektrofotometri merupakan suatu metode pengukuran intesitas
cahaya yang diserap dengan menggunakan berbagai panjang gelombang setelah sinar
tersebut diserap oleh suatu warna. Panjang gelombang yang digunakan adalah 600 nm.
Absorbansi yang menunjukkan nilai 1 artinya larutan telah mneyerap 90% cahaya, bila
nilainya menunjukkan angka 2 artinya 99% cahaya sudah diserap oleh larutan (Pauling
Linus, 2014).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui proses fotosintesis pada
tumbuhan, mengetahui fungsi stomata dan cara perhitungan stomata, membandingkan
jumlah stomata pada berbagai jenis daun, mengetahui pengaruh cahaya terhadap proses
fotosintesis, dan memahami reaksi Hill.
2. MATERI METODE

2.1. Pengamatan Fotosintesis


2.1.1. Materi
2.1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 toples plastik bening besar beserta
tutupnya dan stopwatch.

2.1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 lilin kecil, 2 jangkrik, tumbuhan
hijau kecil (melati)

2.1.1.3. Metode
Toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Toples 2 diisi lilin menyala dan jangkrik
kemudian ditutup. Toples 3 diisi tumbuhan, lilin menyala, jangkrik, kemudian ditutup.
Selanjutnya ditunggu dan diamati sampai terjadi perubahan dan sampai lilin mati.

2.2. Perhitungan Jumlah Stomata


2.2.1. Materi
2.2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, kaca preparat, dan mikroskop

2.2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuteks bening, selotip, dan daun
jeruk.

2.2.1.3. Metode
Mula-mula dipilih salah satu daun, lalu pada bagian bawah daun dicat dengan kuteks
berwarna bening ± 1 cm2. Kuteks dibiarkan menegring beberapa menit. Sepotong
selotip bening ditempelkan pada kuteks tersebut secara hati-hati mulai dari bagian
pojok. Selanjutnya potongan selotip teserbut diamati di bawah mikroskop dengan
menggunakan perbesaran 10x40. Dicari daerah yang bersih dan banyak mengandung

3
4

stomata. Stomata tersebut dihitung pada 2 sisi yang berbeda. Percobaan diualngi dengan
menggunakan janis daun yang berbeda.

2.3. Reaksi Hill


2.3.1. Materi
2.3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, mortar, kain saring (kain
mori), funnel (corong), sentrifuge, Erlenmeyer, timbangan, pompa pilleus, pipet volum,
dan glass rod (batang pengaduk).

2.3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa daun jeruk, medium isolasi
dingin, dan larutan DCPIP dingin.

2.3.1.3. Metode
2.3.1.3.1. Isolasi Kloroplas
Daun dipotong kecil-kecil sebanyak 3 daun tanpa tangkai lalu ditumbuk dengan mortar
sampai halus. Sebanyak 2,5 gram daun ditimbang dan dilarutkan dengan 20 ml medium
isolasi. Kemudian disaring dengan kain mori dan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifuge dengan mnengamati penggunaan sentrifuge yang benar. Sentrifuge diatur
pada kecepatan 1000 rpm selama 1-2 menit. Supernatant (bagian jernih) di sentrifuge
lagi dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatant dibuang dan endapan
yang ada didasar tabung diendapkan dengan 2ml medium isolasi dalam tabung reaksi

2.3.1.3.2. Reaksi Hill


Sebanyak 0,5 ml larutan kloropas ditambahkan larutan dengan 4 jenis perlakuan
berbeda, dimana perlakuan tersebut dilakukan oleh tiap 3 kelompok. Perlakuan pertama
(kelompok 1-3) ditambhakan 5 ml air, perlakuan kedua (kelompok 4-6) ditambahkan 5
ml larutan DCPIP, perlakuan ketiga (kelompok 7-9) ditambahkan 5 ml larutan DCPIP
dan diletakkan ditempat yang terang, dan terakhir perlakuan keempat (kelompok 10-12)
ditambahkan 5 ml larutan DCPIP lalu diletakkan di ruang yang gelap. Setelah itu
5

didiamkan selama 15 menit. Kemudian absorbansi diukur dengan menggunakan


spektrofotometer 600 nm.
3. HASIL PENGAMATAN

3.1. Pengamatan Fotosintesis


Hasil pengamatan percobaan fotosintesis dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Pengamatan Fotosintesis


Perlakuan Gambar Keterangan

Perlakuan 1:
Toples tertutup dan berisi Lilin mati setelah 127 detik
lilin

Perlakuan 2:
Toples tertutup berisi lilin Lilin mati setelah 125 detik
dan jangkrik

Perlakuan 3:
Toples tertutup berisi lilin,
Lilin mati setelah 116 detik
jangkrik, dan tanaman
melati

Pada percobaan ini menggunakan toples berukuran cukup besar yang muat bila
dimasukkan tanaman melati. Pada perlakuan pertama yang hanya berisi lilin
menunjukkan kalau lilin mati setelah 127 detik. Perlakuan kedua yang berisi lilin dan
jangkrik menunjukkan lilin mati setelah 125 detik. Perlakuan ketiga yang berisi lilin,
jangkrik, dan melati didapatkan lilin mati setelah 116 detik.

6
7

3.2. Penghitungan Stomata


Hasil pengamatan percobaan penghitungan stomata dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Penghitungan Stomata


Daun I Daun II
Nama Tanaman Daun melati Daun jeruk

Gambar bagian atas daun

Jumlah stomata bagian atas 0 3

Gambar daun bagian bawah

Jumlah stomata bagian bawah 235 45

Pada percobaan penghitungan stomata daun dapat dilihat bahwa bagian atas melati tidak
memiliki stomata dan bagian bawahnya memiliki stomata berjumlah 235. Jumlah
stomata bagian atas daun jeruk juga lebih sedikit dibandingkan bagian bawahnya.
Jumlah bagian atas yaitu 3 dan bagian bawahnya 45.
8

3.3. Reaksi Hill


Hasil pengamatan percobaan reaksi Hill dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Reaksi Hill


Nilai Absorbansi
Menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Blanko 0 - - - - - - - - - - - -
15 0,2556 1,0822 0,2107 - - - - - - - - -
Kloroplas
0 - - - - - - - - - - - -
+ DCPIP
15 - - - 1,7642 1.6703 1,6123 - - - - - -
R.Terang 0 - - - - - - - - - - - -
15 - - - - - - 1,705 1,6461 1,7258 - - -
R. Gelap 0 - - - - - - - - - - - -
15 - - - - - - - - - 1,6651 1.7344 1,6438

Pada percobaan reaksi Hill didapatkan hasil pengamatan yang berbeda-beda tiap kelompknya. Reaksi ini menggunakan daun puring, jarak,
pandan, jeruk, mangga, dan pepaya. Pada menit ke 0 tidak dihitung, dan pada menit ke 15 dihitung menggunakan beberapa perlakuan.
Digunakan larutan 0,5 ml kloroplas sebagai larutan dasar dan dilakukan penambahan 5 ml aquades, 5 ml larutan DCPIP, 5 ml DCPIP
sambil diletakkan di dalam ruang terang, dan 5 ml DCPIP sambil diletakkan di ruang gelap. Hasil yang tercantum dalam tabel adalah hasil
setelah larutan didiamkan 15 menit dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
4. PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Fotosintesis


Fotosintesis merupakan proses sintesis glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2) dimana gas
tersebut dihasilkan dari proses kemosintesis klorofil, energi matahari, CO2, dan H2O.
Sintesis ini membutuhkan energi matahari yang sangat esensial dalam prosesnya
(Audesirk&Audesirk, 1989).

Pengamatan fotosintesis menggunakan 3 perlakuan untuk dibandingkan. Perlakuan


pertama yaitu toples yang tertutup diisi lilin kecil lalu diamati lilin mati setelah berapa
detik. Perlakuan kedua adalah toples yang tertutup diisi lilin kecil dan jangkrik lalu
diamati lilin mati setelah berapa detik. Sedangkan perlakuan ketiga adalah dengan
memasukkan lilin kecil, jangkrik, dan tumbuhan melati pada toples tertutup lalu diamati
lilin mati setelah berapa detik.

Dari ketiga perlakuan tersebut didapatkan pada perlakuan pertama lilin mati setelah 127
detik, lilin pada perlakuan kedua mati setelah 125 detik, dan lilin pada perlakuan ketiga
mati setelah 116 detik. Terlihat bahwa lilin yang paling cepat mati adalah lilin ketiga.
Penambahan tumbuhan adalah untuk membuktikan adanya proses fotosintesis yang
dilakukan oleh tumbuhan. Sedangkan toples kedua yang diisi jangkrik untuk
membuktikan adanya proses respirasi, karena supaya apinya dapat mneyala maka
oksigen yang ada di udara diserap oleh api (James, 2008).

Proses fotosintesis memerlukan CO2 sebagai bahan baku utama. Api menghasilkan
senyawa karbon CO2, dan klorofil didapatkan dari tanaman melati yang ada di dalam
toples. Terbukti bahwa percobaan fotosintesis yang terjadi pada toples ketiga. Tanaman
melati menyerap CO2 dari udara yang terdat di dalam toples tertutup dan dari proses
ekshalasi jangkrik lalu mengubahnya menjadi oksigen. Hasil dari fotosintesis ini yang
merupakan oksigen digunakan kembali oleh jangkrik untuk respirasi dan api juga
menyerap oksigen untuk mempertahankan diri agar tetap bisa menyala. Namun karena
pasokan oksigen dan karbon dioksida tidak sesuai dengan kebutuhan akan oksigen,
maka menyebabkan lilin pada toples ketiga paling cepat mati. Meskipun seharusnya

9
10

toples ketiga memiliki waktu pemadaman api yang paling lama karena adanya
fotosintesis yang menghasilkan O2 (Biology, et al,. 2002).

Lilin yang ada pada toples kedua memerlukan waktu 125 detik untuk mati. Hal ini
karena oksigen yang tersisa di dalam toples diserap oleh jangkrik dan api. Sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk lilin dapat menyala hanya 125 detik. Pada percobaan ini
yang seharusnya mati paling cepat adalah toples kedua karena oksigen yang ada hanya
tersedia sedikit dan tidak ada proses yang menghasilkan oksigen pada toples tertutup
kedua ini. Terlebih oksigen yang ada di dalam toples digunakan juga oleh jangkrik
sehingga membuat nyala api tidak bisa selama toples pertama. Hal ini dikarenakan pada
toples pertama oksigen hanya digunakan oleh lilin untuk mempertahankan dirinya
(James, 2008).

Ketidaksesuaian percobaan dengan teori dapat dikarenakan ketidaktelitian praktikan


dalam melakukan percobaan. Ada kemungkinan praktikan tidak menutup rapat toples
meskipun sudah ditutup dengan isolasi hitam, sehingga udara masuk ke dalam toples
sehingga pengamatannya terganggu oleh udara.

4.2. Penghitungan Jumlah Stomata


Pada bagian epidermal daun terdapat stomata. Stomata merupakan bagian dari daun
yang berfungsi untuk pertukaran gas dan sebagai organ pengatur penghilangan air
dalam tumbuhan. Stomata memiliki sel penjaga yaitu sel yang mampu membuka dan
menutup berdasarkan konsentrasi glukosa dalam tumbuhan. Apabila konsentrasi air
menurun menyebabkan air berpindah ke dalam sel sehingga sel menggembung dan
membuka. Semakin besar terbukanya stomata artinya semakin banyak air yang keluar
(Audesirk&Audesirk, 1989).

Pada percobaan penghitungan stomata ini dilakukan dengan menghitung stomata


menggunakan mikroskop. Caranya yaitu dengan mengoleskan kuteks bening di bagian
atas dan bawah daun yang akan diuji lalu ditunggu kering. Dengan menggunakan
isolasi, kuteks bening dikelupas secara hati-hati kemudian diletakkan di kaca preparat
lalu diamati dengan mikroskop.
11

Hasil percobaan ini menggunakan 2 jenis tumbuhan yaitu tumbuhan melati dan jeruk.
Didapatkan dari hasil pengamatan bahwa daun melati memiliki stomata hanya dibagian
bawahnya saja yaitu ±235 stomata. Daun melati memiliki stomata ±3 buah dibagian
atasnya, dan ±45 stomata pada bagian bawah daun. Hal ini menunjukkan bahwa stomata
pada bagian bawah memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan bagian atas.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Joshua (1996) bahwa pada tumbuhan darat
memiliki stomata bagian atas yang lebih sedikit dibandingkan bagian bawah. Hal ini
karena stomata berguna untuk proses penguapan air. Sehingga pada tumbuhan darat
stomata bagian atas (menghadap matahari) memiliki jumlah yang lebih sedikit supaya
air tidak banyak keluar atau sebagai bentuk pengurangan transpirasi (Biologi, et al.,
2003)

4.3. Reaksi Hill


Pada tahun 1939 Robert Hill menguji kloroplas yang diisolasi kemudian didapatkan
bahwa kloroplas mampu membebaskan O2 dengan adanya bantuan dari akseptor
elektron atau agen pengoksidasi. Reaksi Hill ini dilihat dengan adanya perubahan
larutan DCPIP (Anonim, 1990).

Metode isolasi kloroplas dilakukan dengan menumbuk daun yang diuji lalu diberi
medium isolasi kemudian ditimbang terlebih dahulu dan didapatkan timbangan 23,04
gram dan di sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 1-2 menit. Kemudian larutan
jernih (supernatant) dipisahkan dari endapan dan supernatant ditimbang telebih dahulu
sebelum di sentrifuge yaitu sebanyak 20,86 gram. Di sentrifuge lagi dengan kecepatan
yang sama selama 5 menit. Lalu supernatant dibuang dan endapan yang dihasilkan di
dasar tabung dicampur dengan 2 ml larutan medium isolasi.Pada reaksi Hill ada
beberapa perlakuan yang juga perlu diperhatikan yaitu penambahan larutan pada 0,5 ml
kloroplas. Perlakuan pertama yaitu penambahan 5 ml aquades, perlakuan kedua yaitu
penambahan 5 ml DCPIP dingin, perlakuan ketiga yaitu 5 ml DCPIP dingin dengan
diletakkan diruang terang, dan perlakuan keempat adalah penambahan 5 ml DCPIP
dingin dengan diletakkan di ruang gelap. Kemudian didiamkan 15 menit dan diukur
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm.
12

Larutan aquadestilata (blanko) adalah sebagai kontrol pada percobaan ini. Larutan
DCPIP (2,6 dichlorolindophenol) adalah sebagai larutan untuk mengetahui jalannya
reaksi Hill. Pengamatan reaksi dilakukan dengan perubahan warna DCPIP menjadi biru
(Anonim, 1990). Larutan medium isolasi digunakan sebagai media untuk mengisolasi
kandungan kloroplas yang terkandung dalam daun sehingga kloroplasnya dapat
direaksikan dengan larutan DCPIP untuk diamati perubahannya. Apabila warna yang
dihasilkan semakin biru artinya reduksi yang terjadi makin besar.

Hasil yang didapatkan dari pengukurn absorbansi larutan dengan spektrofotometer


menunjukkan angka yang berbeda-beda tiap kelompoknya. Nilai absorbansi kelompok 1
adalah0,2556, kelompok 2 1,0822, kelompok 3 0,2107, kelompok 4 adalah 1,7642,
kelompok 5 adalah 1,6703, kelompok 7 yaitu 1,705, kelompok 8 yaitu 1,6461,
kelompok 9 yaitu 1,7258, kelompok 10 yaitu 1,5651, kelompok 11 yaitu 1,7344, dan
kelompok 12 yaitu 1,6438. Terlihat bahwa kebanyakan hasilnya memnunjukkan angka
lebih dari 1. Hal ini artinya bahwa sinar yang diserap oleh larutan lebih dari 90% dan
bila ada yang hampir mendekati angka 2 artinya sinar tersebut diserap hampir 99%
(Pauling Linus, 2014).

Larutan yang diletakkan di ruangan terang seharusnya memiliki nilai absorbansi yang
lebih besar karena proses fotoisntesis telah lebih dulu terjadi. Proses fotosintesis
membuat nilai absorbansi makin besar karena sinar yang diserap lebih banyak sehingga
larutan DCPIP tereduksi dan merubah warnanya menjadi semakin biru. Tumbuhan
dengan warna hijau yang semakin pekat artinya nilai absorbansinya juga semakin besar
karena banyaknya kandungan klorofil dalam daun sehingga nilai proses fotosintesis
yang terjadi juga semakin besar (Anonim, 1990). Ketidaksesuaian ini dapat terjadi
apabila praktikan melakukan kesalahan dalam melakukan praktikum. Praktikan tidak
teliti dalam mengukur larutan DCPIP yang ditambahkan dalam larutan kloroplas. Selain
itu untuk kelompok 7-9 yang membutuhkan matahari, tidak bisa dilakukan karena pada
saat praktikum matahari sudah terbenam dan sebagai gantinya menggunakan lampu dari
handphone, sehingga hasilnya kurang maksimal.
5. KESIMPULAN

 Proses fotosintesi merupakan proses sintesis senyawa glukosa dan oksigen (O2).
 Proses fotosintesis membutuhkan CO2, H2O, klorofil, dan energi matahari.
 Reaksi fotosinteis dapat dituliskan:
6 H20 + 6 CO2 + Energi cahaya + klorofil  C6H12O6 + 6 O2
 Proses fotosintesis sangat bergantung pada cahaya matahari
 Semakin pekat warna hijau daun maka reaksi fotosintesis yang terjadi juga semakin
besar.
 Stomata berfungsi sebagai organ yang mengatur penghilangan air dan sebagai
tempat pertukaran gas.
 Semakin besar terbukanya stomata maka semakin banyak air yang menguap.
 Stomata berbentuk seperti mulut atau katup yang dikelilingi oleh 2 sel penjaga.
 Sel penjaga pada stomata dapat membuka dan menutup yang dipengaruhi oleh
konsentrasi gula dalam tumbuhan.
 Tumbuhan di darat memiliki stomata yang lebih sedikit pada bagian atas daun untuk
mengurangi proses transpirasi.
 Pada daun melati stomata hanya terdapat pada bagian bawah
 Pada daun jeruk stomata terdapat pada bagian atas dan bawah daun meskipun lebih
banyak bagian bawah
 Laju reaksi Hill dapat dilihat dengan perubahan warna pada larutan menjadi biru

Semarang, 4 November 2015


Praktikan, Asisten Dosen,

Elisabeth Merline Bernadeta Pingkan Larasati


15.I1.0032

13
6. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1990). Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 1. PT. Cipta Adi Pustaka.
Jakarta.

Audesirk, G. & L. Audesirk. (1989). Biology of Earth. Macmillan Publishing Company


Inc. New York.

Green, N.P.O.; G.W Stout & D.J Taylor. (1988). Biological Science 1. Cambridge
University Press. New York.

James, Joyce., Colin Baker & Helen Swain. (2008). Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Erlangga. Jakarta.

Joshua, I. (1996). Kehidupan Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Neil A. Campbell., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. (2003). Biologi. Erlangga.
Jakarta.

Pauling Linus. (2014). General Chemistry. W. H. Freeman. San Francisco

14
7. LAMPIRAN

7.1. Laporan Sementara

15

Anda mungkin juga menyukai