Anda di halaman 1dari 13

TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

Oleh :
Istiqomah B1A018102
Iqbal Auni Rahman B1A018105
Elsya Rosianita B1A018122
Rombongan :
Kelompok :3
Asisten : Juniar Susiani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi keberlangsungan kehidupan


tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami
fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan,
kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air
dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan
uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat
berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan
transpirasi(Dwidjoseputro, 1994).
Transpirasi terjadi pada tumbuhan dan memegang peranan penting dalam proses
metabolisme serta memberikan manfaat bagi tumbuhan. Transpirasi berlangsung
melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu jaringan
epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar.
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel.
Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya
yang dibicarakan adalah hanya transpirasi yang melalui daun, karena hilangnya
molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal
ini disebabkan karena luasnya permukaan daun, dan juga karena daun-daun itu lebih
terkena udara dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain (Dwidjoseputro,
1994).
Tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya
disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu
lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species
tumbuhan tertentu.Transpirasi penting bagi tumbuhan  karena berperan dalam hal
membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh
dan mengatur turgor optimum di dalam sel (Wahab, 2013).Tumbuhan, seperti juga
hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis terhadap
perubahan jangka  pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami
kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil
dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan
menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun
melalui penguapan (Campbell et al., 2010).
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum transpirasi pada tumbuhan adalah :


1. Mengetahui kecepatan transpirasi
2. Mengetahui jumlah air yang diuapkan, per satuan luas daun dalam waktu
tertentu.
II. TELAAH PUSTAKA

Menurut Abercrombie et al. (1993), transpirasi merupakan kehilangan air dari


permukaan tumbuhan.Secara singkat terjadinya proses transpirasi dapat di awali
dengan penyerapan air melalui akar, melewati bagian batang untuk di transportasikan
ke daun dan kemudian terjadinya penguapan air melalui stomata ke atmosfir.
Menurut Prijono dan Laksmana (2016), proses transpirasi dimulai dari absorbs air
tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan
dilepaskan sebagai uap air ke atmosfir.
Menurut Loveless (1987), transpirasi terbagi menjadi 2 tipe yaitu transpirasi
kutikula dan transpirasi stomata. Transpirasi kutikula yaitu penguapan air yang
terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis, sedangkan transpirasi stomata
yaitu penguapan air yang berlangsung melalui stomata.
1. Transpirasi kutikula Merupakan penguapan air yang terjadi secara langsung
melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan, transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun. Oleh karena itu, sebagian besar air
yang hilang terjadi melalui stomata.
2. Transpirasi stomata Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara
sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel
mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang
antar sel dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel
ke atmosfir. 13 Sehingga dalam kondisi normal transpirasi membuat ruang-ruang itu
selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer itu sendiri
sama-sama lembab.
Transpirasi adalah peristiwa uap air meninggalkan tanaman dan memasuki
atmosfer. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air, dalam hal ini terjadi pada
tanah. Transpirasi dari tubuh tanaman pada siang hari dapat melampaui evaporasi
dari permukaan air atau permukaan tanah basah, tetapi sebaliknya pada malam hari
lebih kecil bahkan tidak ada transpirasi. (chaer et al., 2016). Evaporasi dan
transpirasi memiliki respons yang berbeda terhadap pendorong lingkungan karena
transpirasi hanya terkait dengan vegetasi dan sebagian besar dikendalikan oleh
regulasi stomata, sedangkan penguapan tanah saja bergantung pada kondisi tanah dan
lingkungan, tercermin dari konduktansi tanah (Xi Li, 2019).
Menurut Loveless (1987), ada 4 metode yang dapat dilakukan untuk menghitung
laju transpirasi yaitu:
1. Kertas kobal klorida Metode ini dilakukan dengan cara menempelkan sehelai
kertas kobal klorida pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Pada
bagian bawah daun pada posisi yang sama di tempelkan lagi sebuah gelas preparat
lain dan kemudian kedua gelas preparat tersebut dijepit. Kertas kobal klorida ini
berwarna biru cerah bilah kering tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah
menjadi menjadi merah muda bila menyerap air. Kelemahan dari metode ini adalah
bahwa stomata yang berada di bawah kertas mulai menutup dalam waktu beberapa
menit setelah terlindung kertas.
2. Potometer Pengukuran transpirasi dengan metode potometer ini dilakukan
mengukur pengambilan air oleh sebuah tanaman. Metode potometer ini bermanfaat
untuk memperagakan pengaruh kondisi luar terhadap transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi Metode ini dilakukan dengan cara
mengurung bagian tanaman dikurung dalam dalam sebuah bejana tembus cahaya
sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung. Metode ini dilakukan dengan cara penimbangan berat
sampel tanaman dalam beberapa jangka waktu tertentu.
III.MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah botol yang diberi tutup,

timbangan analitik tertutup, penggaris, label, gunting, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ranting tanaman

(Putranjiva roxburghii), dan air.

B. Metode

Cara kerja dalam praktikum kali ini :

1)

Alat&bah Air Ranting Mulutbot Ditimbang Diletakkan di Setelah30


andisiapk sebanyak ¾ dimasuk olditutupd 3 perlakuan: menitditim
an botoldituan kankedal engankap tempatberangin,bangkemba
gkankedala ambotol as + tempatgelapdanli
mbotol plastik tempattersinari
matahari

2)

Semuadaun Daunditimbang 10 Poladaunditimbang


yang poladibuatberuk
terdapatpad uran 1 cm x 1
a ranting cm
dilepaskan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perlakuan Ulangan
1 2 3 4 5
Tempat gelap 0,463 0 0 0 0,35
Cahaya 0 0,596 0 0,29 0
angin 0,421 0,57 0 0 0,15
Tabel 4.1.1. Laju transpirasi daun rombongan V (ml/cm2 /jam)
Berat Awal Berat Akhir Berat Daun Berat Daun
Perlakuan
(gram) (gram) Awal (gram) Akhir (gram)
Terang 250 250 3,3417 0,1563
Gelap 275 275 2,5860 0,1693
Angin 225 225 1,8164 0,1770
Tabel 4.1.2. Tabel Data Penimbangan Botol dan Daun Kelompok 3
Data Perhitungan Laju Transpirasi Kelompok 3

1. Botol diletakkan di tempat terang


LB x A Berat awal – Berat akhir
L A terang = D=2
B LA
10 x 3,3417 250−250
= =2
0,1770 188,80
= 188,80 =0

2. Botol diletakkan di tempat gelap


LB x A Berat awal – Berat akhir
L A gelap = D=2
B LA
10 x 2,5860 275−275
= =
0,1693 152,74
= 152,74 =0

3. Botol diletakkan dekat sumber angin


LB x A Berat awal – Berat akhir
L A angin = D=2
B LA
10 x 1,8164 225−225
= =2
0,1563 116,21
= 116,21 =0
Gambar 4.1.1. Botol yang Gambar 4.1.2 Penimbangan berat
diletakkan di tampat terang botol sebelum perlakuan

Gambar 4.1.3. Penimbangan berat botol


Setelah perlakuan
B. Pembahasan

Percobaan kali ini, proses transpirasi tumbuhan diketahui dengan cara


penimbangan. Dari sini dapat diketahui ternyata proses tanaman tersebut melakukan
proses transpirasi atau tidak. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang
diperoleh. Hasil pengamatan didapatkan berat yang berdeda-beda pada setiap
perlakuan. Berat awal botol dengan perlakuan angin 225 gr, perlakuan cahaya 250
gr, dan perlakuan di tempat gelap 275 gr. Perakuan dibiarkan selama 30 menit lalu
dilakukan penimbangan kembali. Hasil penimbangan setelah perlakuan tidak
mengalami perubahan atau tetap. Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi
merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui
stomata, kutikula, dan lentisel. Tidak berkurangnya berat botol dan tanaman pada
proses penimbangan merupakan bukti tidak terjadinya proses transpirasi. Hal ini
sesuai dengan literatur yaitu transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air
dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993).
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata.
Oleh sebab itu dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan
tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,
1991).
Laju transpirasi pada ketiga perlakuan yaitu angin, cahaya dan gelap sebesar
0. Hal tersebut dikarenakan tidak terjadinya proses transpirasi.
Tidak terjadinya transpirasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya suhu,
kelembaban, cahaya angin dan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
faktor faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi antara lain kelembaban,
temperatur, suhu, angin dan sinar matahari (Dwijoseputro, 1989).
Menurut Salisbury dan Ross (1995), beberapa metode pengukuran transpirasi
yaitu:
1. Metode Lisimeter atau Metode Gravimetri Metode ini dilakukan dengan
mempersiapkan tanaman dalam pot, pot dan tanahnya ditutup rapat agar air tidak
hilang kecuai dari tajuknya yang bertranspirasi. Tanaman dalam pot itu ditimbang
dalam selang waktu tertentu. Air yang digunakan oleh tanaman kurang dari satu
persen dari jumlah air yang ditranspirasikan.
2. Metode Pertukaran Gas atau Metode Kuvet Metode ini dilakukan dengan cara
mengukur uap air di atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di
kurung dalam sebuah kuvet bening, kelembapan, suhu, serta volume gas yang masuk
dan keluar kuvet diukur. 3. Metode Aliran Batang Metode ini digunakan untuk
mengukur jumlah air yang mengalir melalui batang.
Luas permukaan, laju respirasi, suhu, dan kelembaban dan pergerakan udara.
Selain faktor-faktor ini, variabel biologis tanaman suka sifat fisik kulit, ketahanan
film udara, generasi panas respirasi, distribusi suhu di dalam produk dll. juga telah
dianalisis sebagai mempengaruhi tingkat transpirasi (singh, 2012)
factor internal yaitu Besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, banyak sedikitnya
stomata, bentuk dan lokasi stomata (singh, 2012).
Tujuan melakukan tiga perlakuan tersebut adalah untuk mengetahui
kecepatan laju transpirasi dan mengetahui banyaknya air yang diuapkan persatuan
luas pada waktu tertentu. Perlakuan pertama adalah sampel diletakan dibawah sinar
matahari, ketika banyaknya cahaya yang masuk kedaun sehingga menyebabkan
kelembaban udara berkurang dan daun lebih cepat mengalami proses transpirasi
(Purwoko et al, 2017) Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan
mempercepat transpirasi. Perlakuan kedua yaitu sampel diletakan dibawah kipas
angina. Angin dapat mempengaruhi laju transpirasi, baik dalam naungan atau
didalam cahaya melalui penyapuan uap air. Hal tersebut sesuai literature yaitu
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati
permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara
sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi
stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju
transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika
kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu
(Filter, 1991). Perlakuan ketiga yaitu sampel diletakkan pada tempat tanpa cahay
matahari (gelap). Hal ini dapat mempengaruhi laju transpirasi, karena cahaya dapat
mempengaruhi laju transpirasi jika cahaya itu tidak ada maka transpirasi bisa
terhambat lajunya. Hal ini sesuai dengan literature yaitu Salisbury dan Ross (1992)
yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat menyebabkan membuka dan
menutupnya  stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi dan sebaliknya.
Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.
Kerugian dari transpirasi yaitu kelayuan, gangguan pertumbuhan, bahkan
kematian (Fauziah et al., 2016). Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah,
mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem akar, menjaga
turgiditas sel tumbuhan agar kondisinya tetap optimal dan sebagai usaha
mempertahankan stabilitas suhu daun (Lakitan, 2008)
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. Transpirasi tercepat terjadi pada tumbuhan yang diletakkan di tempat yang
diberikan perlakuan cahaya, kemudian terjadi pada tumbuhan yang diletakkan di
tempat yang diberi perlakuan angin dan di tempat gelap, transpirasi berlangsung
paling lambat.
2. Laju transpirasi pada perlakuan cahaya, angin dan tempat gelap sebesar 0. Hal
ini bisa terjadi karena beberapa faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi tranpirasi salah satunya lamanya waktu perlakuan
B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya
praktikan teliti pada saat melakuan penimbangan sebelum perlakuan dan setelah
perlakuan agar didapatkan hasil yang maksimal. Memperhatikan waktu lamanya
perlakuan pada tanaman.
DAFTAR REFERENSI

Abercrombie, M., M. Hickman, M.L. Johnson, dan M. Thain. 1993. Kamus Lengkap
Biologi. Edisi ke 8. Diterjemhkan oleh: Sutarmi, T. S dan Nawangsari, S.
Jakarta: Erlangga.

Campbell, N. A., Reece, J. B. & Mitchell, L. G., 2010. Biologi jilid 5. Jakarta:
Erlangga.

Chaer, M. S. I., Abdullah, S. H., & Priyati, A. (2016). Aplikasi Mikrokontroler


Arduino Pada Sistem Irigasi Tetes Untuk Tanaman Sawi (Brassica Juncea)
(Application of Arduino Microcontroller on Drip Irrigation for Mustard Plant
(Brassica juncea). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 4(2), 228-
238.

Dwijoseputro. 1989.  Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia

Fauziah, R., Susila, A. D., & Sulistyono, E. (2016). Budidaya Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) pada Lahan Kering Menggunakan Irigasi Sprinkler
pada berbagai Volume dan Frekuensi. Jurnal Hortikultura Indonesia, 7(1), 1-8.

Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:


UGM Press

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Li, X., Gentine, P., Lin, C., Zhou, S., Sun, Z., Zheng, Y., Liu, J. & Zheng, C. 2019. A
simple and objective method to partition evapotranspiration into transpiration
and evaporation at eddy-covariance sites. Agricultural and forest
meteorology, 265, pp. 171-182.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik I.


Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Purwoko, B. A., Cucu, S., Yudithia, M., 2017. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh
Triakontanol dan Jarak Tanam Terhadap Tanaman Tembakau (Nicotiana
tabacum L.) Kultivar Nani. Jurnal Agroteknologi, 9(11). Pp. 1-11.

Prijono, S dan Laksmana, M.T.S. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum


dassyrachis dan Gliricidia sepium pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar serta
Pengaruhnya terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-Pal. 7(1): 15-24.

Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

Singh, R., Kumar, A., & Kulkarni, S. (2015). Study on transpiration of chickpea
sprouts (Cicer arietinum L.) in closed modified atmospheric system.

Anda mungkin juga menyukai