Anda di halaman 1dari 24

PENUNTUN PRAKTIKUM
PENGANTAR FISIOLOGI TANAMAN

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019

 
 

Percobaan 1.
LAJU TRANSPIRASI

A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan
tumbuhan. Banyaknya air yang ada di dalam tubuh tumbuhan selalu mengalami
fluktuasi yang dipengaruhi oleh kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh
tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses
hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat
berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh
tumbuhan (dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan)
dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun,
batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Transpirasi berbeda
dengan penguapan/evaporasi sederhana karena berlangsung pada jaringan hidup
dan dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan.
Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi air dari udara yang lembab
di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya
melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu
pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke
akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang
mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan
faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor dari
dalam (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata) sedangkan faktor luar
meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, dan angin. Di samping itu luas
permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung
juga ikut berperan.
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan
larutan dalam fibril sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh
dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat
terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah.
Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki

 
 

resistensis (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki
resistensi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang yang melalui
kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat
tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara
untuk berfotosintesis.
Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan
menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi
dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi
pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam
atmosfer. Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat
kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki
gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang
lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih
lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta
pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukan mengapa transpirasi pada tumbuhan
lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin.
Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan
menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya trikoma pada
permukaan daun cenderung menyebabkan lapisan pembatas udara yang relatif
tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga
stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara.
Udara hangat membawa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu,
pada saat panas volume udara akan memberikan sedikit uap air dengan
kelembaban relatif yang yang lebih rendah dari pada saat dingin. Untuk alasan ini,
tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara
dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban
relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini
menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan
dalam daun.
Beberapa pergantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran
plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini

 
 

akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan
turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan
kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering
dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan
menguapkan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur
tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien
dalam memanfaatkan air.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan
dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu
bahkan mati. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara
sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat
tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah. Transpirasi
menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari
akar ke daun melalui xylem.

B. Tujuan
1. Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tanaman
2. Membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan
3. Mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun
4. Menghitung kerapatan stomata pada daun

METODOLOGI KERJA
 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Laboratoium CA BIO 1, pukul 08.00 wib s/d selesai

 Alat Dan Bahan yang Digunakan Dalam Percobaan


Alat
1. Tiga buah Gelas ukur 10 ml 5. Gunting
2. Kaca objek dan penutup 6. Rak tabung
3. Timbangan analitik 7. Penggaris
4. Mikroskop

 
 

Bahan
1. Dua ranting tanaman yang berbeda
(Coleus, Sampang Dara, Pucuk Merah, dan Bougenvile)
2. Minyak Kelapa
3. Kuteks Bening
4. Kertas Kuarto

 Metode Kerja
Laju Transpirasi
1. Siapkan alat dan bahan
2. Memotong ranting tanaman dari dua tanaman yang berbeda, usahakan
potongan selalu berada dalam air, demikian juga sewaktu memasukkan
potongan ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur selalu terendam.
3. Siapkan tiga buah gelas ukur 10 ml, untuk setiap prangkat (set) isilah dengan
air sebanyak 6 ml.
4. Masukkan segera potongan ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur dan satu
gelas dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai kontrol). Buat tinggi permukaan air
pada ke tiga gelas ukur sama, kemudian ditetesi dengan minyak kelapa
sampai seluruh permukaan tertutup, maksudnya agar air tidak menguap dari
tabung. Setelah itu setiap perangkat disusun pada rak tabung.
5. Catat waktu saat memasukkan daun ke dalam gelas ukur.
6. Letakkan perangkat gelas ukur di luar laboratorium yaitu di lapangan terbuka
dengan terik matahari.
7. Melakukan pengamatan perubahaan air yang terjadi dalam gelas ukur setiap
30 menit selam dua jam dengan membaca skala yang terdapat pada gelas ukur
tersebut.
8. Catat jumlah air yang menguap setiap periode

 
 

9. Ukur luas daun yang anda gunakan pada percobaan ini dengan cara sebagai
berikut:
a. Ambil kertas kuarto, timbang bobot kertas kuarto utuh (bk) dan hitung
luasnya (lk).
b. Gambar daun-daun ranting yang digunakan dalam percobaan diatas kertas
kuarto (dengan menjiplak daun utuh) lalu potong sesuai ukuran daun tersebut.
c. Timbang bobot kertas yang sudah dipotong atau duplikat daun (bd)
d. Luas daun (ld) ditentukan dengan rumus
Ld = (lk x bd) / bk

Pengamatan Stomata
1. Mengambil dua buah daun untuk dijadikan bahan pengamatan.
2. Menjiplak daun di atas kuarto kemudian dipotong dan di timbang.
3. Oleskan kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan biarkan beberapa
menit hingga kering.
4. Tarik dengan bantuan pinset kuteks yang telah mengering tersebut secara
hati-hati dan letakkan di atas gelas objek beri air sedikit dan tutup dengan
penutup.
5. Amati dengan mikroskop pada perbesaran 10 x 40 dan jumlah stomata/mm2
luas bidang pandang ( mm2 luas daun).
6. Hitung luas bidang pandang 10x40 dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan penggaris plastik diatas meja obyek,
b. Menghitung jumlah stomata dari satu sudut pandang sama dari setiap
orang pada bagian atas dan bawah.
c. Jika diameter sudah diperoleh,maka jari-jari bidang pandang dapat
dihitung (r = ½ x diameter). Lalu hitung luas bidang pandang (10x40)
dengan menggunakan rumus lingkaran yaitu L πr dan nilai π = 3.14

 
 

Percobaan 2.
OSMOSIS

A. Latar Belakang
Osmosis adalah kasus khusus dari transport pasif, dimana molekul air
berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeable. Dalam sistem
osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi yang
tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah) dan larutan
isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat
dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran
sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik
sebagian besar molekul air terikat oleh molekul terlarut, sehingga lebih banyak air
yang melewati membran. Oleh karena itu, dalam osmosis aliran netto molekul air
adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel
terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan
isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan
kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut dan
kepiting cairan selnya bersifat hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan
banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas
tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik,
maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat
menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang
hipotonik atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air yaitu
dalam proses osmoregulasi.

B. Tujuan
 Mempelajari peristiwa osmosis yang terjadi pada sel
 Mempelajari pengaruh osmosis terhadap perubahan volume

 
 

METODOLOGI KERJA

 Tempat dan Waktu pelaksanaan Kegiatan


Laboratorium CA BIO 1 pukul 08.00 s/d selesai
 Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
Alat :
 Pisau atau cutter
 Penggaris
 Tisu
 Gelas ukur 10 ml dengan skala 0.1 ml
 Kaca preparat dan gelas penutup
 Petridish, pinset
 Mikroskop cahaya
 Gelas piala
 Jam / stopwacth
Bahan :
 Kentang
 Bawang merah
 Larutan isotonis (H2O)
 Larutan Hipertonis (3 % sukrosa)

 Metode Kerja
a. Perubahan volume umbi kentang
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Siapkan umbi kentang dan potong dengan ukuran yang sama dengan
panjang dan lebar (1 cm, 1 cm). Potongan dibuat sebanyak lima potong
dadu sebangai ulangan. Letakkan pada tempat tertutup sebelum
dilakukan perlakuan selanjutnya.
3. Sebelum potongan kentang dimasukkan ke dalam larutan gula, terlebih
dahulu di ukur volume awal. Caranya : Isi gelas ukur berukuran 10 ml
dengan air aquades sejumlah volume tertentu 5 ml, kemudian masukkan

 
 

potongan kentang tersebut ke dalam gelas ukur yang sudah berisi air
kemudian hitung volume perubahan airnya.
4. Cara menghitung pertambahan volume yang didapat:
Volume awal potongan silinder = Volume akhir air setelah ditambah
dengan potongan kentang – Volume awal sebelum dimasukkan
potongan kentang.
5. Setelah penghitungan perubahan volume kentang tersebut. Segera
hilangkan air dari permukaan potongan kentang dengan tisu.
6. Selanjutnya potongan yang telah diketahui volume awalnya, direndam
dalam larutan gula 3 %.
7. Inkubasikan pada suhu kamar selama 1 - 1.5 jam dan setiap 15 menit
digoyangkan dengan tangan.
8. Pada akhir inkubasi, segara hilangkan larutan gula dari permukaan
kentang dengan tisu. Ukur volume akhir setiap potongan kentang,
caranya seperti penentuan awal potongan kentang. Ukur panjang dan
lebar kentang dengan menggunakan penggaris.
9. Catat hasil pengamatan.

b. Pengamatan Perubahan Bentuk Sel


1. Siapkan bawang merah dan kemudian kupas kulit arinya dan letakkan
pada kaca obyek. Kemudian ditambah dengan setetes air. Air ini
dianggap sebagai larutan isotonis. Amati kenampakannya di bawah
mikroskop.
2. Buat preparat baru kulit ari bawang merah dengan larutan hipertonik
sukrosa 3 %. Diamkan beberapa saat, amati dibawah mikroskop.
3. Bandingkan keadaan sel bawang merah pada larutan gula dengan sel
bawang merah pada air.

 
 

Percobaan 3.
KURVA SIGMOID

A. Latar Belakang
Salah satu ciri kehidupan tumbuhan adalah bahwa tumbuhan mengalami
proses tumbuh. Tumbuh adalah kenaikan volume yang tidak dapat balik. Besarnya
pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan
mula-mulanya lambat kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai mencapai
suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Oleh karena itu, bila laju
tumbuh digambarkan dengan suatu grafik dengan laju tumbuh pada ordinat dan
waktu pada absis, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk S atau kurva
sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-
bagiannya ataupun selnya.
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).
Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara
konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur
lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.
Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan.
Para ahli biologi dan matematika telah berusaha untuk merumuskan suatu
persamaan matematika dan kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan
semacam itu dapat diperkirakan secara tepat pertumbuhan mulai dari kecambah
sampai masa panen, hanya dengan menggunakan data pertumbuhan pada fase-fase
dini.

 
 
10 

B. Tujuan
Mempelajari laju tumbuh organ vegetatif dan generatif atau bagian-bagian
tanaman.

METODOLOGI KERJA
 Tempat dan waktu percobaan
Percobaan ini dilakukan di green house diploma  
 Alat dan Bahan yang digunakan
 Benih jagung  Air
 Polibag  Pupuk Urea, pupuk SP18 dan
 Arang sekam KCl
 Pupuk Kandang Karyana
 
 Metode Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan media tanam yang dimasukkan ke dalam polibag yang berisi
arang sekam yang sudah dicampur dengan pupuk kandang Karyana.
Perbandingan arang sekam dan pupuk adalah 1 : 1 kemudiam disiram
secukupnya.Buat sebanyak 3 polibag.
3. Tanam 4 benih jagung dalam polibag, siram secukupknya dengan air dan
dipelihara dalam rumah kaca.
4. Setelah tanaman berkecambah lalu memilih tanaman yang baik secara fisik
dan diberi label pada daunnya
5. Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap karakter vegetatif tanaman :
a. Mengukur tinggi tanaman
b. Menghitung jumlah daun
c. Menghitung panjang dan lebar jumlah daun
6. Dicatat data dan gambar grafiknya.
7. Pada minngu ke 3 MST dilakukan pemupukan, pemberian pupuk setiap
polibag mendapatkan dosis pupuk urea, SP18 dan KCl masing-masing 5
gram/polibag

 
 
11 

Percobaan 4.
LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG
GELOMBANG CAHAYA

A. Latar Belakang
Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan energi matahari oleh
tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Fotosintesis juga merupakan energi
utama bagi manusia, antara lain memasok energi untuk pangan, bahan bakar fosil
untuk diubah menjadi energi listrik, dll. Fotosintesis melibatkan tumbuh –
tumbuhan yang ada di darat, perairan air tawar maupun lautan.
Dalam fotosintesis terdapat dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap
(Siklus Calvin). Reaksi terang terjadi di granum, sedangkan reaksi gelap di
stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia
dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam siklus Calvin terjadi seri reaksi
siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energy (ATP dan
NADPH). Energi yang digunakan dalam siklus calvin diperoleh dari reaksi terang.
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak 380-700 nm. Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah 610-700 nm, hijau kuning 510-600 nm,biru 410-500
nm dan violet < 400 nm. Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang
berkerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda.
Kloroplast mengandung beberapa pigmen sebagai contoh korofil a
terutama menyerap warna biru violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru
dan oranye dan memantulkan cahaya kuning hijau. Klorofil a berperan langsung
dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam
reaksi terang.
Dalam praktikm ini, akan dipelajari peranan jenis cahaya tersebut terhadap
fotosintesis, dengan cara mengamati terbentuknya pati pada daun tanaman yang

 
 
12 

telah disinari dengan jenis cahaya yang berbeda-beda. Daun tanaman yang
melakukan proses fotosintesis akan membentuk pati yang dapat dideteksi dengan
menggunakan larutan Kalium Iodida (KI). Jika daun tersebut ditetesi dengan
larutan KI, maka bagian daun yang mengandung pati akan berwarna biru gelap.

B. Tujuan
 Untuk mengetahui Laju Fotosintesis pada berbagai panjang gelombang
cahaya
 Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fofosintesis.

METODOLOGI KERJA
 Tempat dan Waktu Percobaan
Laboratorium CA BIO 1 dan green house Diploma IPB
 Alat dan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
Alat :
 Polibag @ 3 buah
 Pupuk kandang karyana
 Arang sekam
 Mika plastik merah, biru dan bening
 Kertas manila hitam
 Klip kertas
 Gelas Piala 500 ml
 Gelas piala 200 ml
 Pipet tetes
 Pinset
 Cawan Petri
 Hot plate
Bahan:
 Benih kedelai  Alkohol 90%
 Daun kedelai yang telah  Iodium 10%
ditutup mika  air

 
 

 Metode Kerja
a. Perlakuan sebelum dilaksanakan percobaan laju fotosintesis
1. Tanam benih kedelai 4 butir per polibag dengan media tanam arang
sekam : pupuk kandang = 1 : 1
2. Siram dan pupuk tanaman kedelai hingga memiliki minimal 5 daun
3. Dua minggu sebelum percobaan dilaksanakan, pilih tanaman yang telah
memiliki 3-4 daun trifoliate dan pilih daun yang sehat. Tentukan 4
lembar daun yang akan diberi perlakuan.
4. Siapkan tiga pasang potongan plastik mika masing-masing berwarna
biru, merah, dan bening (tidak berwarna), serta sepasang kertas manila
hitam. Potongan kertas maupun plastik yang berbentuk segi empat
berukuran 2.5 cm x 5.0 cm telah disediakan di laboratorium.
5. Tempelkan atau memasang tiap pasangan plastik dan kertas tersebut
pada tiap daun yang telah dipilih sedemikian rupa dengan klip sehingga
lembar daun berada diantara dua potongan plastik/ kertas.
6. Letakkan tanaman pada daerah yang mempunyai cahaya penuh dan
dibiarkan selama 2 minggu
b. Uji kandungan Karbohidrat
1. Pada hari percobaan, ambil daun yang telah ditempeli potongan plastik
dan kertas yang telah kita lakukan 2 minggu lalu dan di bawa ke
laboratorium. Tidak melepaskan potongan plastik dari daun sampai
daun direbus dalam alkohol. Beri tanda pada masing-masing daun
untuk mencirikan warna plastik/kertas yang ditempel sebelumnya.
2. Gambar masing-masing daun di buku praktikum dan tentukan posisi
kertas dan plastik pembungkus daun
3. Siapkan alkohol mendidih dengan cara menempatkan gelas piala
ukuran 500 ml yang telah berisi air 300 ml diatas pemanas listrik (hot
plate). Dengan hati-hati menempatkan gelas piala ukuran 200 ml yang
telah berisi 100 ml alkohol 90%. Nyalakan pemanas listrik dan tunggu
hingga alkohol mendidih. (Jangan meletakan alkohol langsung diatas
pemanas listrik karena mudah terbakar).

 
 

4. Melepaskan plastik atau kertas tersebut dari masing-masing daun


dengan menggunakan pinset dan masukkan tiap daun ke dalam alkohol
yang telah mendidih untuk meluruhkan klorofil.
5. Jika daun telah berwarna putih, angkat daun dengan hati-hati dengan
pinset. Letakkan daun tersebut pada cawan petri yang berbeda.
6. Teteskan beberapa tetes larutan iodine 10 % ke dalam cawan petri
yang berisi daun tersebut.
7. Amati perubahan warna daun yang berubah menjadi warna ungu
kehitaman dan gambar hasil pengamatan.
8. Bandingkan masing – masing daun, dari hasil pengamatan tentukan
panjang gelombang mana yang paling efektif digunakan dalam
fotosintesis.

 
 

Percobaan 5.
TRANSPORT XYLEM

A. Latar Belakang
Transportasi tanaman adalah pemindahan hasil asimilasi (terutama
fotosintesis) dari daerah sumber (source) ke daerah pemanfaatan (sink) terjadinya
melalui pembuluh tapis (floem). Jaringan pengangkut atau transportasi terdiri atas
xylem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis). Xylem merupakan jaringan
kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun
utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan
penebalan dinding sel yang berfungsi sebagai penyokong. Xylem juga tersusun
atas serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam
berbagai kegiatan metabolisme sel. Xylem berperan mengangkut air dan mineral
dari dalam tanah ke daun, sedangkan floem berfungsi sebagai pengedar hasil
fotosintesis dari daun keseluruh bagian tumbuhan.
Xylem atau disebut juga pembuluh kayu adalah komponen utama pada
jaringan pengangkut yang ada pada tumbuhan. Kata xylem berasal dari Yunani
klasikxulon yang berarti kayu. Xylem memiliki dua fungsi, fungsi yang pertama
adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang
dan juga daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri
sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh.
Naiknya air di dalam xylem disebabkan karena adanya transpirasi di daun
yang mengakibatkan molekul air di daun berkurang yang akan segera diisi oleh
molekul-molekul air dibawahnya. Xylem terdiri dari empat macam sel yaitu
trakeid, unsur pembuluh, serat dan parenkima xylem. Masuknya air dan mineral
ke dalam xylem memerlukan proses pemindahan keduanya dari simplas ke
apoplas.

B. Tujuan
Mempelajari transport xylem dalam bunga potong untuk memperpanjang
masa hidup atau kesegaran bunga serta fungsinya dalam tanaman

 
 

METODOLOGI KERJA
 Tempat Percobaan
Laboratorium CA BIO 1
 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
 Bunga Potong Krisan
 Air
 Gula
 Gelas plastik dan tutup
 Gelas ukur Timbangan digital
Dalam percobaan ini perlakuan yang digunakan antara lain :
1. Kontrol
2. Larutan gula 2 %
3. Larutan gula 5 %

 Metode Kerja
1. Siapkan alat dan Bahan yang akan digunakan
2. Timbang gula sebanyak yang diinginkan untuk membuat larutan sukrosa
2 % dan 5 %.
3. Kemudian masukkan gula ke dalam 200 ml dalam gelas plastik aduk
sampai larut kemudian setelah itu larutan gula ditutup.
4. Masukkan potongan bunga krisan ± 20 cm dan sisakan 5 helai daun ke
dalam larutan tersebut. Ada tiga percobaan yaitu kontrol, gula 2% dan
gula 5%.
5. Pengamatan awal hitung jumlah bunga yang mekar 100 %, 75 %, 50 %,
25 % dan 0 % (kuncup).
6. Amati perubahan yang akan terjadi selama seminggu dengan 5 kali
pengamatan.
7. Lakukan pengamatan hingga bunga layu. Catat hasilnya dan gambar
grafik hasil pengamatan.

 
 

Percobaan 6.
UJI KEMASAKAN BUAH (PERAN ETILEN)

A. Latar Belakang
Buah-buahan mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral
dan zat-zat lain dalam menunjang kecukupan gizi. Buah-buahan dapat kita makan
baik pada keadaan mentah maupun setelah mencapai kematangannya. Sebagian
besar buah yang dimakan adalah buah yang telah mencapai tingkat
kematangannya.
Untuk meningkatkan hasil buah yang masak baik secara kualitas maupun
kuantitas dapat diusahakan dengan substansi tertentu antara lain dengan zat
pengatur pertumbuhan ethylene. Dengan mengetahui peranan ethylene dalam
pematangan buah kita dapat menentukan penggunaannya dalam industri
pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan aktivitas ethylene dalam
usaha penyimpanan buah-buahan. Ethylene mula-mula diketahui dalam buah yang
matang oleh para pengangkut buah tropika selama pengapalan dari Jamaica ke
eropa pada tahun 1934. pada pisang masak lanjut mengeluarkan gas yang juga
dapat memacu pematangan buah yang belum masak sejak saat itulah ethylene
dipergunakan sebagai sarana pematangan buah dalam industri.
Ethylene adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur
pertumbuhan (fitohormon) yang aktif dalam pematangan. Proses pematangan
buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi
warna, aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat
tersebut akan menyokong kemungkinan buah-buahan enak dimakan.
Proses pematangan buah pisang merupakan proses pengakumulasian gula
dengan merombak pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tidak seperti buah
pada umumnya yang mengakumulasi gula secara langsung dari pengiriman
asimilat hasil fotosintesis di daun yang umumnya dikirim ke organ lain dalam
bentuk sukrosa. Dengan demikian penggunaan etilen merupakan cara yang paling
praktis dan mudah dilakukan untuk proses pematangan buah.

 
 

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan praktikum ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh zat pengatur pertumbuhan ethylene pada pemasakan buah pada berbagai
konsentrasi.

METODOLOGI KERJA
 Tempat Percobaan
Laboratorium CA BIO 1
 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Buah pisang ½ sisir ( dua ulangan) / nanas
 Spray
 Perlakuaan ya adalah :
1. Kontrol
2. Etilen 2cc/l
3. Etilen 5cc/l
4. Etilen dari buah matang

 Metode Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan buah yang akan di semprot oleh spray yang berisi air 500 ml
sebagai control dengan 2 ulangan
3. Siapkan buah yang disemprot dengan larutan etilen 1 ppm dan 2 ppm
pada 500 ml dengan dua ulangan.
4. Simpan pada suhu kondisi kamar.
5. Melakukan pengamatan setiap hari dengan menggunakan skor nilai
antara lain :
a. Skor warna kulit
1 = Hijau
2 = Hijau kekuningan
3 = Kuning
4 = Kuning Tua

 
 

b. Warna daging buah


1 = Putih pucat
2 = Putih kekuningan
3 = Kuning
4 = Kuning + lembek
c. Skor kekerasan
1 = Keras
2 = Agak keras
3 = Lunak
4 = Sangat Lembek/busuk
d. Rasa tingkat kemasakan
1 = Sepat/ bergetah
2 = Agak manis
3 = Manis
4 = Manis agak pahit

 
 

Percobaan 7.
NUTRISI TANAMAN
 

A. Latar Belakang
Setiap organisme merupakan suatu sistem terbuka yang berhubungan
dengan dalam aliran energi dan siklus kimia yang mempertahankan ekosistem
agar tetap hidup, tumbuhan dan autotrof-autotrof fotosintetik lainnya melakukan
tahapan pokok yaitu mentransformasi senyawa anorganik menjadi senyawa
organik. Namun untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan juga memerlukan
bahan mentah dalam bentuk bahan-bahan anorganik seperti karbondioksida, air,
dan berbagai mineral yang ada sebagian ion anorganik dalam tanah.
Tumbuhan pada dasarnya memerlukan berbagai air dan nutrisi bagi proses
pertumbuhan dan perkembangannya nutrisi tersebut didapatkan oleh tanaman
dengan berbagai cara mendapatkannya bisa langsung dari tanah ataupun dari
berbagai proses.
Namun sering kita jumpai banyak diantaranya tanaman kekurangan
ataupun kelebihan nutrisi hal tersebut dinamakan dengan malnutrisi. Ketika
tumbuhan mengalami malnutrisi, tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak
sehat dan dapat mengakibatkan kematiaan pada tanaman tersebut. Meskipun
nutrisi yang terlalu sedikit dapat menimbulkan masalah pada tumbuhan ternyata
jika tumbuhan mengalami overdosis dalam pemberiaan unsure hara pada mineral
juga dapat menimbulkan masalah pada tanaman tersebut.
Untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada tanaman, maka manusia
berinisiatif untuk menambahkan nutrisi tersebut kepada tanaman.nutrisi yang
ditambahkan berupa bahan kimia yang biasa dikenal sebagai pupuk .hal ini
dilakukan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman,baik pada
masa vegetatif,maupun pada masa generatif.

B. Tujuan
Mempelajari pengaruh komposisi hara terhadap pertumbuhan caisim dalam
kultur air.

 
 

METODOLOGI KERJA

 Tempat Percobaan
Laboratorium CA BIO 1
 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Bibit Caisim
 Air
 Pupuk sesuai dengan perlakuan : Growmore (32-10-10) dan
Hyponex (10-45-15)
 Metode Kerja
1. 3 minggu sebelum praktikum, tanam benih caisim pada tray semay
dengan media tanam pupuk kandang.
2. Buat larutan hara 2 gram / liter untuk setiap komposisi
3. Masukkan 300 ml larutan hara dalm gelas plastik lalu aduk sampai rata
dan ditutup.
4. Kemudiaan masukkan transplant caisim dalam lubang tutup gelas
sebanyak 3 tanaman per gelas.
5. Amati peubah pada tanaman caisin yaitu :
 Jumlah daun
 Skor warna daun :
1. Hijau tua
2. Hijau
3. Hijau Kuning
4. Kuning
 Jumlah akar
 Panjang akar

 
 
10 

Percobaan 8.
INISIASI PEMBENTUKAN AKAR
 

A. Latar Belakang
IAA merupakan hormon tumbuhan yang pertama kali ditemukan dan
menyebar merata diseluruh bagian tumbuhan. Selain berperan dalam pembesaran
sel, IAA yang dikenal sebagai auksin juga diketahui dapat menstimulasi
pembelahan sel dalam inisiasi pembentukan akar adventif. Pembelahan sel pada
kambium dipengaruhi oleh auksin dari daun.
Salah satu respon morfologis yang paling umum dari perlakuan auksin
adalah inisiasi akar pada batang, daun dan bagian lain pada tumbuhan. Efektivitas
auksin dalam inisiasi akar memperluas penggunaannya dalam perbanyakan
tanaman berkayu dan herba. Dalam proses inisiasi akar struktur yang dapat
diketahui adalah primordial akar yang terbentuk didalam jaringan batang. Sesudah
inisiasi, sel-sel akar akan tumbuh memanjang dan menembus jaringan batang
sehingga terbentuk struktur akar normal.
Pada umumnya jumlah akar yang diinisiasi oleh perlakuan auksin sebanding
dengan konsentrasi yang digunakan. Konsentrasi auksin sebaiknya digunakan
dengan konsentrasi optimum. Kenaikan konsentrasi selanjutnya akan menghambat
pembentukan akar.
Penggunaan auksin dalam perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan
mengoleskan bubuk talk pada tangkai stek, mencelupkan bahan tanam dalam
larutan auksin dan merendam bahan tanam dalam auksin sebelum bahan tanam di
tanam.

B. Tujuan
Merangsang pembentukan akar pada stek batang dan stek daun
kalnchoe/cocor bebek dengan auksin.

 
 
11 

METODOLOGI KERJA

 Tempat Percobaan
Laboratorium CA BIO 1

 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Tanaman Coleus sp
 Air
 Kertas merang
 Wadah plastik mika
 Pisau Cutter

 Metode Kerja
1. Larutkan bubuk Rootone-F dengan air sehingga menjadi bentuk
pasta
2. Pilih 2 batang Coleus (atau tanaman lain) masing-masing dipotong
menjadi 3 bagian, :pucuk, tengah dan pagkal sebagai bahan stek.
3. Oleskan 3 stek dari batang yang sama engan pasta Rootone-F
selama beberapa menit untuk. Tiga stek dari batang satunnya tanpa
diolesi Rootone-F.
4. Bahan stek yang sudah dioleskan ke dalam rooton-f ditanam diatas
kertas merang yang sebelumnya dibasahkan dengan air kemudian
dilapisi plastik.
5. Bahan stek ditanam dengan menggunakan metode UKDDP (uji
kertas digulung dalam plastik)
6. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali dengan peubah
pengamatan yaitu waktu muncul akar, jumlah akar yang muncul
dan panjang akar.

 
 

Anda mungkin juga menyukai