Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

“AKLIMATISASI ANGGREK”

Oleh:
DEWI PUTRIARTI
19030244036

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbanyakan tanaman banyak dilakuakan secara in vitro untuk
mendapatkan tumbuhan dalam jumlah yang banyak dan cepat. Setelah
perbanyakan in vitro berhasil dilakukan, langkah selanjutnya adalah
pengadaptasian planlet. Yusnita, (2003) dalam Suryani dan Sari, 2019)
menyatakan bahwa metode perbanyakan secara kultur jaringan telah banyak
dilakukan untuk memperbanyak bibit anggrek tersebut. Tahapan akhir dari
perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi
planlet.
Aklimatisasi merupakan tahap pengadaptasian plantlet dari lingkungan in
vitro ke lingkungan in vivo. Tahap ini merupakan tahap adaptasi plantlet dan
mengalami perubahan fisiologi karena faktor lingkungan. Menurut Yusnita
(2014), pada perbanyakan in vitro (dalam botol) faktor lingkungan terkontrol
sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol. Pada lingkungan
yang baru plantlet dapat mengalami cekaman lingkungan (Yasmin et al, 2018).
Kondisi lingkungan yang tidak mendukung pada tahap aklimatisasi dapat
menyebabkan kematian plantlet.
Dalam aklimatisasi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan aklimatisasi dan juga hal-hal yang harus diperhatikan selama
aklimatisasi. Anggrek merupakan salah satu tumbuhan yang diperbanyak
secara in vitro kemudian diaklimatisasi pada lingkungan in vivo. Pada proses
aklimatisasi anggrek, hal yang memperngaruhi keberhasilan aklimatisasi
adalah media aklimatisasi, morfologi planlet misalnya tinggi perawakan, dan
lingkungan seperti misal kelembapan sekitar. Dalam praktikum ini dilakukan
akimatisasi planlet anggrek untuk mengetahui cara aklimatisasi anggrek dari
lingkungan in vitro ke in vivo dan menganalisis faktor-faktor keberhasilan atau
kegagalan aklimatisasi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara aklimatisasi anggrek dari lingkungan in vitro ke in vivo?

C. Tujuan
Mengetahui cara aklimatisasi anggrek dari lingkungan in vitro ke in vivo

D. Manfaat
Hasil praktikum ini bermanfaat khususnya untuk mahasiswa agar memiliki
kemampuan untuk mengaklimatisasi anggrek. Selain itu manfaat lain untuk
khalayak umum yakni sebagai sumber literatur untuk memperkaya pengetahuan
tentang aklimatisasi anggrek Dendrobium Airiblue.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet ke media aklimatisasi


dengan intensitas cahaya rendah dan kelembapan nisbi tinggi, kemudian secara
berangsur-angsur kelembapannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan.
Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena kondisi iklim di rumah kaca atau
rumah plastik dan di lapangan sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur.
Tujuan dari aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan bibit yang baru tumbuh
secara kultur in vitro/kultur jaringan. Aklimatisasi yaitu masa adaptasi bibit
tanaman anggrek dari kondisi lingkungan yang terkendali (in vitro) ke lingkungan
in vivo sebelum ditanam di lapangan. Kesesuaian media tanam dan dosis pupuk
yang diberikan pada tahap aklimatisasi perlu diperhatikan supaya bibit tanaman
anggrek bisa tumbuh dan berkembang secara optimal (Ginting (2008) dalam
Suryani dan Sari, 2019).
Aklimatisasi merupakan masa adaptasi tanaman hasil pembiakan kultur
jaringan (Yusnita, 2004), sejalan pendapat Herawan (2006) bahwa aklimatisasi
adalah tahap kritis bagi tanaman anggrek Dendrobium karena sebelumnya kondisi
lingkungan terkontrol sedangkan dilapangan kondisi lingkungan sulit dikontrol.
Selain itu, persentase tumbuh juga dipengaruhi oleh komposisi daun dan akar yang
seimbang saat diaklimatisasi. Menurut Trubus (2005) dalam Marlina (2019), bahwa
ciri-ciri planlet yang berkualitas itu tanaman bibit vigor, bebas dari hama dan
penyakit, warna daun hijau, dan, serta komposisi daun dan akarnya seimbang.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi diantaranya yaitu ukuran
planlet, media, dan kelembaban udara. Ukuran planlet yang besar berpeluang
tumbuh dengan baik dan sehat (Slamet, 2011).
1. Ukuran planlet
Ukuran planlet kultur memengaruhi keberhasilan aklimatisasi tanaman
kedelai. Penggunaan planlet yang kurang vigor menyebabkan tanaman banyak
yangmati (Pardalet al. 2005). Damayanti et al. (2007) dalam Slamet et al,
(2011) pada aklimatisasi, bibit yang besar berpeluang tumbuh dengan baik dan
sehat. Vigor kuantitatif bibit kultur yang berhasil diaklimatisasi adalah tinggi
bibit 56 cm, jumlah tunas 23 buah, dan jumlah akar 24 buah (Slamet et al.
2005). Namun, pada tanaman lain, vigor kuantitatif yang meliputi tinggi
tanaman, jumlah akar, dan jumlah daun dalam kaitannya dengan persentase
tanaman hidup hinggakini masih sulit didapatkan sumber informasinya.
Akar merupakan bagian penting tumbuhan. Akar berperan penting dalam
menentukan keberhasilan aklimatisasi. Tanaman yang hidup setelah
aklimatisasi memiliki jaringan perakaran yang kuat. Eksplan kultur yang
memiliki akar 24 buah berhasil diaklimatisasi dengan jumlah tanaman hidup
yang tinggi. Demikian pula pada tanaman lainnya (Pardal et al. (1999); Slamet
et al. (2005) dalam Slamet et al, 2011).
2. Media tanam
Media yang sering digunakan adalah arang, sabut kelapa, dan akar pakis.
Media tanam tersebut tidak semuanya cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggrek. Anggrek menghendaki media tanam yang dapat
menyimpan air dan bebas dari jamur, bakteri dan mudah lapuk, karena anggrek
merupakan tanaman yang bersifat epifit. Anggrek membutuhkan media tanam
yang dapat menyediakan bahan organic sebagai sumber nutrisi yang
dibutuhkannya. (Setiawan (2003) dalam Marlina, 2019). Media tanam yang
dapat digunakan untuk anggrek yaitu moss sphagnum, pakis, akar kadaka,
sabut kelapa atau cocopit, arang kayu, pecahan bata, atau potongan kulit pinus.
Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penggunaan
media dapat dikobinasikan dengan komposisi tertentu untuk memenuhi
kebutuhan anggrek akan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan (Anonim,
2014).
3. Kelembapan udara
Tanaman hasil kultur jaringan memerlukan kelembapan udara yang tinggi
karena lapisan kutikula pada daun masih tipis, stomata belum berfungsi secara
normal, dan hubungan jaringan pembuluh batang dan akar belum sempurna
(Gunawan, 1988) dalam Slamet et al, 2011). Keadaan ini mengharuskan
aklimatisasi untuk menciptakan kondisi kelembapan yang tinggi bagi planlet
yang baru ditanam. Kelembapan udara yang rendah atau cuaca yang
terang/panas mengakibatkan bibit kultur kedelai layu setelah dikeluarkan dari
botol (in vitro). Pengaruh yang lebih buruk adalah daun menjadi kering dan
tanaman mati (Slamet et al, 2011).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Waktu : 28 Februari 2021
Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi UNESA

B. Alat dan Bahan


Alat :
1. Capit
2. Nampan plastik
3. Pinset
4. Pengaduk kawat/kaca
5. Pot komunitas diameter 20 cm
6. Baskom

Bahan :
1. Bibit anggrek/planlet 3 botol untuk satu kelas
2. Arang
3. Sabut kelapa
4. Fungisida
5. Kertas label
6. Kantung plastik gula

C. Prosedur Penelitian
1. Planlet di keluarkan dari botol/media
2. Di bersihkan akarnya menggunakan air.
3. Di rendam fungisida selama 10 menit
4. Planlet di pindahkan kedalam pot yang terdapat arang, planlet di baluti
serabut kelapa.
5. Ditutup dengan plastik bening yang dilubangi
6. Diberi label tanggal aklimatisasi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Aklimatisasi planlet anggrek
No Tanggal persilangan Hari Keterangan
ke-
1 1-5 Semua anggrek masih segar dan
sehat
2 6-7 2 anggrek (anggrek 3 dan 4) mati
28 Februari 2021 karena daun busuk
3 8-10 1 (anggrek 2) anggrek mati karena
daun busuk
4 11-28 Semua anggrek mati

Pada hari ke pertama sampai dengan hari ke-5, planlet masih segar dan sehat.
Namun pada hari ke-6 hingga hari ke-7 tiba-tiba 2 planlet dengan tinggi 2,5 cm
mati karena pangkal daunnya membusuk. Kemudian pada hari ke-8, 1 planlet
dengan tinggi 3 cm mati dengan penyebab yang sama. Sehingga jumlah total
planlet yang mati sebanyak 3 planlet. Pada hari ke-11, semua planlet mati.
Planlet yang mati paling akhir berukuran 5,5 cm.

Tabel 2. Perawakan planlet anggrek yang diaklimatisasi


Keterangan: Anggrek 1 Anggrek 2 Anggrek 3 Anggrek 4
(√ x) (√ x) (√ x) (√ x)
Tinggi 5,5 cm 3 cm 2,5 cm 2,5 cm
tanaman awal
Tinggi 0 0 0 0
tanaman akhir
Jumlah daun 4 helai 2 helai 2 helai 2 helai
awal
Jumlah daun 0 0 0 0
akhir

Tinggi awal anggrek 1 yakni 5,5 cm dan jumlah daun sebanyak 4 helai. Tinggi
awal anggrek 2 yakni 3 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai. Tinggi awal
anggrek 3 dan 4 yakni 2,5 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai. Tinggi akhir
dan jumlah daun akhir semua planlet adalah 0 karena semuanya mati
B. Pembahasan
Aklimatisasi merupakan tahap pengadaptasian plantlet dari lingkungan in
vitro ke lingkungan in vivo (Erva et al., 2019). Aklimatisasi ini dilakukan pada
kondisi yang sesuai dengan habitat anggrek. Menurut Slamet (2011), faktor
yang mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi diantaranya yaitu ukuran
planlet, media, dan kelembaban udara.
Pada praktikum ini dilakukan aklimatisasi planlet sejumlah 4 planlet
dengan ukuran awal bervariasi. Tinggi awal anggrek 1 yakni 5,5 cm dan jumlah
daun sebanyak 4 helai. Tinggi awal anggrek 2 yakni 3 cm dan jumlah daun
sebanyak 2 helai. Tinggi awal anggrek 3 dan 4 yakni 2,5 cm dan jumlah daun
sebanyak 2 helai. Menurut Damayanti et al. (2007) dalam Slamet (2011) pada
aklimatisasi ukuran planlet yang besar berpeluang tumbuh dengan baik dan
sehat. Ciri-ciri bibit dalam botol yang berkualitas menurut Anonim (2011)
adalah planlet nampak sehat dan tidak berjamur, ukuran seragam, tidak
menguning, planlet tumbuh normal dan tidak kerdil. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan yang menemukan bahwa kematian planlet diawali dari planlet
paling kecil hingga yang terakhir adalah yang paling besar. Planlet yang
diaklimatisasi masih terlalu muda dan kecil, belum cukup umur untuk
diaklimatisasi. Sehingga menyebabkan planlet rawan mati.
Gejala kematian planlet adalah pembusukan pada pangkal daun atau akar.
Pembusukan disebabkan oleh kelembapan atau kandungan air pada media
tanam yang berlebihan. Hal ini bisa diakibatkan karena tidak menyiram
menggunakan sprayer sehingga air yang disiramkan terlalu banyak, ditambah
lagi bagian bawah pot aklimatisasi tidak dilubangi. Sehingga air tidak bisa
keluar, tidak ada aerasi, dan air menggenang di dalam pot. Kelembapan yang
tinggi menyebabkan akar planlet membusuk.
Selain itu, faktor keberhasilan lainnya adalah media. Fungsi utama media
tanam anggrek terutama untuk menopang tegaknya tanaman sehingga suplai
hara yang utama diberikan melalui daun. Menurut Iswanto, (2002) dalam
Gunawan, (2010) media tanam yang baik harus memenuhi kreteria antara lain;
tidak mudah lapuk, tidak mudah menjadi sumber penyakit, aerasi baik, mampu
mengikat air dan unsur hara dengan baik, mudah didapat dan harga relatif
murah. Media tumbuh yang baik bagi anggrek (famili Orchidaceae) harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak lekas melapuk dan
terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan
draenase yang baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara optimal, dapat
mempertahankan kelembaban di sekitar akar. Ginting, (2008) menyatakan
bahwa media tumbuh tanaman anggrek yang umum digunakan adalah arang,
pakis, moss, potongan kayu, potongan bata atau genting, serutan kayu, kulit
pinus dan serabut kelapa.
Pada praktikum ini digunakan media arang dan sabut kelapa. Sabut kelapa
sebagai media tanam memiliki kemampuan yang cukup menyimpan air dan
mengandung zat hara organik (Febrizawati et al., 2014). Arang kayu memiliki
kuntungan dimana tidak mudah lapuk dan tidak mudah juga untuk ditumbuhi
cendawan dan bakteri (Marlina et al, 2019). Namun ternyata planlet mengalami
kematian. Salah satu syarat media tumbuh yang baik yaitu memiliki
kemampuan mengikat air dan hara dengan baik. Menurut Setiawan (2003)
dalam Marlin et al (2019), daya simpan air sangat tinggi pada media sabut
kelapa, tetapi hal ini dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit di bagian
akar. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan yang menemukan kematian
planlet akibat adanya pembusukan pada pangkal daun. Faktor lingkungan yang
kurang mendukung dapat menyebabkan pertumbuhan plantlet kurang baik.
Penelitian Erfa et al, 2019 mendapati media sabut kelapa (baik dikombinasikan
dengan bata maupun arang menghasilkan pertumbuhan bibit yang kurang
baik/lambat (Erfa et al, 2019).
Tumbuhan memerlukan nutrisi pupuk untuk membantu pertumbuhannya.
Pada praktikum ini, planlet yag diaklimatisasi setiap hari di siram
menggunakan air sisa cucian beras dan dicampur sedikit vetsin. Menurut Lalla,
(2018) air cucian beras berpotensi untuk digunakan sebagai pupuk pada
tanaman khususnya pada tanaman seledri namun pada konsentrasi yang
rendah. Air cucian beras mudah diperoleh dan setiap hari dihasilkan di setiap
rumah tangga dan tidak termanfaatkan. Bahar, (2016) menjelaskan bahwa air
cucian beras mengandung zat pengatur tumbuh. ZPT pada tanaman yang
berperan merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang
akar dan batang dengan pembentukan daun muda.
Mekanisme penyerapan pupuk yakni pupuk yang disemprotkan melalui
daun akan masuk melalui stomata secara difusi dan selanjutnya akan masuk ke
dalam sel-sel kloroplas baik yang di dalam sel penjaga, mesofil daun, maupun
seludang pembuluh dan akan berperan dalam fotosintesis (Agustina, (2004)
dalam Andalasari, 2014). Menurut Marlina et al, (2019) anggrek Dendrobium
yang diberi pupuk melalui daun lebih baik pertumbuhannya bila dibandingkan
dengan penyerapan yang dilakukan hanya melalui akar. Pemupukan melalui
daun lebih lebih efektif, seperti yang dilaporkan oleh Iswanto, (2010) bahwa
penyerapan melalui daun dapat mencapai 90% dari seluruh hara yang diserap
oleh tanaman anggrek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu faktor lingkungan yang memperngaruhi keberhasilan
aklimtisasi adalah kelembapan. Menurut Romodhon (2017) faktor lingkungan
(kelembaban) adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
anggrek Anggrek yang diaklimatisasi harus pada kelembapan yang tepat
seperti layaknya pada in vitro. Sehingga pada praktikum ini digunakan plastik
yang dilubangi kecil-kecil untuk membungkus pot aklimatisasi. Hal ini
betujuan untuk mengurangi penguapan air di dalam pot dan menjaga
kelembapan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, cara aklimatisasi planlet anggrek adalah
planlet di keluarkan dari botol/media kemudian bersihkan akarnya
menggunakan air dan direndam fungisida selama 10 menit. Fungisida berfugsi
untuk membunuh bakteri atau jamur maupun kontaminan lain yang mungkin
ada di planlet. Setelah itu, akar planlet di bungkus dengan serabut kelapa dan
ditanam pada pot yang sudah diberi arang. Sirami planlet dengan air
secukupnya menggunakan sprayer. Yang terakhir, planlet dalam pot ditutup
dengan plastik bening yang dilubangi untuk mencegah penguapan dan menjaga
kelembapan dalam plastik. Sirami planlet setiap kali dirasa perlu disiram.
Pastikan tidak berlebihan dalam menyiram karena dapat menyebabkan
pembusukan. Letakkan pot aklimatisasi di ruang yang ternaungi namun
terdapat sinar matahari.

B. Saran
Dalam aklimatisasi anggrek sebaiknya digunakan planlet yang benar-
benar siap diaklimatisasi dengan artian sudah cukup umur dan ukurannya.
Planlet yang kecil mudah mati karena belum siap diaklimatisasi. Selain itu,
letakkan pot aklimatisasi pada tempat dengan sinar cahaya mahatari tidak
langsung yang cukup. Untuk mencegah kebusukan planlet, gunakan sprayer
untuk menyiram planlet. Jangan lupa untuk melubangi pot bagian bawah agar
terjadi aerasi yang baik dan tidak menyebabkan pembusukan akar akibat air
dalam pot.
DAFTAR PUSTAKA

Andalasari, T. D., Yafisham., dan Nuraini. 2014. Respon Pertumbuhan Anggrek


Dendrobium Terhadap Jenis Media Tanam Dan Pupuk Daun. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, Vol. 14 (1): 76-82.
Anonim. 2011. Pemupukan Anggrek. Jakarta: Nusa Tani.
Anonim, 2014. Medium Tumbuh.
http://bioscbiologi.blogspot.com/2014/03/medium-tumbuh. Diakses pada 27
April 2021.
Bahar, A. E. 2016. Pengaruh Pemberian Limbah Air Cucian Beras Terhadap
Pertumbuhan kangkung darat (Ipomoea reptans L.). Artikel Ilmiah Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian, Riau.
Erfa, Lisa., Maulida, Desi., Sesanti, R. N., dan Yuriansyah. 2019. Keberhasilan
Aklimatisasi dan Pembesaran Bibit Kompot Anggrek Bulan (Phalaenopsis)
Pada Beberapa Kombinasi Media Tanam. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, Vol. 19 (2): 121-126.
Febrizawati, Murniati dan Sri Yoseva, 2014. Pengaruh Komposisi Media Tanam
dengan Konsentrasi Pupuk Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek
Dendrobium (Dendrobium sp.). Jom Faperta. 1(2).
Ginting, B. 2008. “Membuat Media Tumbuh Anggrek”, KP Penelitian Tanaman
Hias, Deptan.
Gunawan Livy W. 2010. Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.
Herawan. 2006. Mengenal Anggrek. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Iswanto, H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Lalla, Milawati. 2018. Potensi Air Cucian Beras Sebagai Pupuk Organik Pada
Tanaman Seledri (Apium Graveolens L.). Jurnal Agropolitan, 5(1) Bulan Juli
2018.
Marlina, G., Marlinda., & Rosneti, H. 2019. Uji Penggunaan Berbagai Media
Tumbuh dan Pemberian Pupuk Growmore pada Aklimatisasi Tanaman
Anggrek Dendrobium. Jurnal Ilmiah Pertanian, 15(2): 105-114.
Romodhon, S. 2017. Pengaruh Berbagai Media Tanam terhadap Aklimatisasi
Anggrek Dendrobium sp. Medan: Skripsi. Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
Slamet. 2011. Perkembangan Teknik Aklimatisasi tanaman Kedelai Hasil
Regenerasi kultur in Vitro. Jurnal Litbang Pertanian, 30(2), 2011.
Suryani, R. dan Sari, M. N. 2019. Penggunaan Berbagai Macam Media Tanam Dan
Pemberian Pupuk Organik Cair Pada Tahap Aklimatisasi Terhadap
Pertumbuhan Planlet Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilisi) Hasil Kultur
Jaringan. JAAST, 3(1): 105-114.
Yasmin, Z. F., Aisyah, S. I., dan Sukma, D. 2018. Pembibitan (Kultur Jaringan
hingga Pembesaran) Anggrek Phalaenopsis di Hasanudin Orchids, Jawa
Timur. Bul. agrohorti 6 (3):430–439.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisisen.
Cetakan Ketiga. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Yusnita. 2014. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

Planlet Planlet dikeluarkan dari botol

Planlet dicuci dengan air Planlet dicuci dengan fungisida

Akar planlet dibungkus dengan Melubangi plastik untuk bungkus


sabut kelapa kemudian dimasukkan aklim
pada pot yang sudah diberi arang

Aklim dibungkus plastik


Hari kedua aklimatisasi
Pembusukan pada pangkal daun

Anda mungkin juga menyukai