Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dina Liani Harahap

Sem/ Kelas : V/ Tadris. Biologi 3


Mata Kuliah : Ekologi Tumbuhan

Faktor lingkungan adalah setiap faktor yang berpengaruh pada kehidupan suatu
organisme dalam proses perkembangannya. Faktor lingkungan dibagi menjadi 3 yaitu
yang bersifat fisik, kimiawi (abiotic) dan biologis (biotic). Contoh faktor fisik : suhu,
cahaya, kelembaban, angin dll, contoh faktor kimiawi : air, garam mineral, logam dll,
sedangkan faktor yang bersifat biologis (biotik), yaitu organisme yang berpengaruh
terhadap organisme lain. Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem merupakan bagian
komponen biotik, komponen ini akan menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan
tertentu. Dalam hal ini tidak ada organisme yang mampu berdiri sendiri tanpa dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan yang ada, dan harus ada kondisi lingkungan tertentu yang
berperan terhadapnya dan menentukan kondisi hidupnya.
Pembagian komponen lingkungan, mencakup:
a. Faktor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan
air, dan angina.
b. Faktor tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi
tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisik tanah.
c. Faktor topografi, meliputi pengaruh dari bentuk tanah antara lain seperti sudut ke-
miringan lahan dan ketinggian tempat dari permukaan laut.
d. Faktor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup se-
perti kompetisi, peneduhan dan lain-lain.
Banyak sekali penelitian yang dilakukan terhadap faktor komponen lingkungan
abiotic dan bagaimana hubungannya dengan suatu spesies tumbuhan terkait Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang sangat melimpah.
Yang pertama jurnal penelitian PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP
KANDUNGAN PROTEIN KACANG KEDELAI. Salah satu faktor lingkungan abiotik
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah
ketersediaan air yang cukup. Air berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam
translokasi hara dan fotosintesis. Unsur hara banyak di dapat dari tanah yang sangat
diperlukan tanaman. Dengan menggunakan akar dan adanya air sebagai pelarut di dalam
tanah membuat unsur hara terlarut sehingga akar dapat menyerap dan mengedarkannya
keseluruh tubuh tanaman dan tepat di daun unsur hara di rombak menjadi protein.
Indonesia beriklim tropis memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim kemarau kepanjangan akan mengakibatkan kekeringan air di dalam tanah di
sebabkan air menguap karena panas matahari yang berkepanjangan. Musim kemarau
terjadi karena adanya angin muson timur yang sedikit mengandung uap air. Musim
kemarau terjadi setiap bulan april- oktober. Dalam kasusu ini tanaman akan menghindar
dari cekaman kekeringan dengan memanjangkan akar untuk mencari sumber air dalam
permukaan tanah. Kekeringan yang berlangsung lama akan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan serta produktivitas tanaman, namun protein hasil perombak tanaman
akan di lindungi dengan mensintesis protein pelindung, sepertidehidrin dan terjadi
akumulasi protein dengan kandungan yang rendah selama kekeringan masih berlangsung.
Artikel jurnal penelitian selanjutnya MODEL EPIDEMI PENYAKIT
TANAMAN : HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU INFEKSI
DAN POLA SEBARAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) PADA
TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN JOMBANG. Faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman terutama faktor abiotic meliputi curah
hujan, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban. Apabila lingkungan menguntungkan
pathogen maka perkembangan penyakit tanaman semakin laju dan terjadi dalam kurun
waktu yang lama sehingga akan terjadinya epidemic dan membuat kerugian bagi petani.
Faktor lingkungan abiotic yang salah satunya iklim juga sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu tanaman untuk berkembang dan berproduktif. Jambu mete sangat
mudah terjangkit serangan hama serangga, dengan iklim tropis yang memiliki 2 musim
jambu mete akan tetap terjangkit serangan hama serangga, pada musim kemarau serangan
hama serangga S. indecora akan merusakan bunga dan produksi buah mete. Sedangkan
pada musim hujan serangan hama serangganya beda lagi yaitu Helopeltis sp yang akan
merusak bagian pucuk (daun muda) jambu mete.
Faktor lingkungan abiotic juga mempengaruhi morfologi suatu spesies tanaman
salah satunya Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) yang meliputi komponen matahari
sangat mempengaruhi warna daun terlebih lagi jenis tanaman ini merupakan jenis
tanaman gurun namun juga dapat hidup di daerah kelembaban yang tinggi seperti dataran
rendah namun tidak dapat hidup jika tergenang oleh air.
Faktor lingkungan abiotic sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan serta produktivitas tanaman. Ada yang berpengaruh positif dan ada yang
berpengaruh negative. Sehingga dengan mempelajari ilmu ekologi tumbuhan ini kita jadi
mengetahui di lingkungan seperti apa, bagaimana tumbuhan itu dapat hidup dan
berkualitas dengan baik dan juga mengenai adaptasi suatu jenis tanaman, adaptasi
lingkungan akan mempengaruhi morfologi, kekuatan tanaman terhadap pathogen di
lingkungan barunya dan juga kekrabatan antar spesies di lingkungan barunya.
Faktor lingkungan abiotik memiliki relevansi antar komponennya terhadap
tumbuhan seperti tanah yang menjadi penghasil unsur hara mikro terbesar yang sangat di
butuhkan oleh tumbuhan berfungsi sebagai Komponen molekul klorofil, Komponen asam
nukleat (DNA dan RNA), Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, Pembentukan
protein. Selain di dapat di tanah unsur hara juga terdapat di air dan udara. Kemudian
matahari yang membantu tumbuhan untuk menghasilkan makanan sendiri melakukan
fotosintesis. Selanjutnya komponen topografi yaitu keadaan suatu permukaan bumi
contohnya seperti tanaman lidah mertua yang dapat hidup di dataran rendah yang reletif
memiliki tanah yang lembab tanaman ini mampu bertahan hidup walaupun tanaman ini
merupakan tanaman gurun.
Faktor lingkungan abiotic memiliki korelasi terhadap tumbuhan, yaitu tumbuhan
sebagai sebab penerima yang dihasilkan oleh komponen abiotic dan tumbuhan akan
memberi akibat menjadi penghasil udara bersih yang dibutuhkan oleh manusia (oksigen),
mencegah terjadinya erosi (tanah longsor), menjadikan tanah tetap dalam keadaan stabil
sehingga tidak terjadinya banjir.
Selain manusia, ternyata tumbuhan juga bisa terkena penyakit yang di sebabkan
oleh adanya pathogen di tumbuhan tersebut. Salah satunya terhadap tanaman jambu mete
yang gampang terjangkit pathogen terhadap peruban iklim. Saya memberikan saran untuk
membuat penelitian tentang penanganan pathogen terhadap tanaman jambu mete.
Daftar referensi:
Yuniarsih Desti. 2017. PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP KANDUNGAN
PROTEIN KACANG KEDELAI. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi. Hal: B-111 – B-122
Purwanto Dodi Setyo, Herry Nirwanto dan Sri Wiyatiningsih. 2016. MODEL EPIDEMI
PENYAKIT TANAMAN : HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP
LAJU INFEKSI DAN POLA SEBARAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora
maydis) PADA TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN JOMBANG. Jawa Timur.
Volume 5. Nomor 2. Hal: 138-152
KARMAWATI ELNA. PERANAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP POPULASI
Helopeltis spp. dan Sanurus indecora PADA JAMBU METE. Bogor. Jurnal Littri
12(4). Hal: 129-135
Raharjeng Anita Restu Puji. 2015. PENGARUH FAKTOR ABIOTIK TERHADAP
HUBUNGAN KEKERABATAN TANAMAN Sansevieria trifasciata L. Palembang.
Jurnal Biota Vol. 1 No. 1. Hal: 33-41
BAB._2_FAKTOR_LINGKUNGAN_DALAM_EKOLOGI_T.pdf

Anda mungkin juga menyukai