Anda di halaman 1dari 12

ACARA III

PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN BENIH

Disusun oleh:
Nama : Dimas Abimanyu Adwanda
NIM : 21987
Kelas : SPKS G
Nama Co.Ass : Zulfikar Arfan Purba

LABORATORIUM KLIMATOLOGI
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA
2021
Acara III
Pengaruh Kedalaman Penanaman Benih
I. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam terhadap persentase
perkecambahan biji.
2. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman tanam terhadap pertumbuhan
tanaman.

II. Tinjauan Pustaka


Benih yang variabel dan non dorman apabila disemaikan pada
kedalaman tertentu akan mengalami hambatan terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan bibitnya. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh faktor luar,
antara lain : air, oksigen, suhu, cahaya, yang tidak sesuai dengan kebutuhan
benih tertentu untuk dapat berkecambah dan tumbuh menjadi bibit.

Kedalaman tanam di dalam tanah sangat bervariasi, beberapa dengan


keadaan udara di atas tanah. Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks,
terdiri dari 4 komponen, yaitu : batu-batuan (mineral), bahan organik, air, dan
zat-zat yang larut. Makin ke dalam, kandungan oksigen semakin rendah,
sedangkan kandungan karbon dioksida semakin tinggi. Kekurangan oksigen di
dalam tanah ini tidak dapat diganti dengan segera karena berada dalam ruang
yang tidak sinambung. Di samping itu, di dalam tanah hidup bermacam-macam
organisme seperti bakteri, jamur, cacing tanah dll. Yang kesemuanya ini baik
secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap
perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit.

Hal yang paling penting dalam praktek pembibitan adalah keseriusan


dalam penanaman benih, pemeliharaan, dan ketelitian dalam pengawasan.
Penanaman benih yang termasuk langkah awal pembibitan yang dilakukan
diantaranya adalah kedalaman tanam benih kelapa sawit.
Kedalam tanam benih sangat mempengaruhi pertumbuhan awal bibit.
Dari pekerjaan ini dapat diketahui tahap-tahap perkecambahan benih.
Kecambah sudah tumbuh lanjut (over grown seeds) umumnya tampak setelah
14 hari sejak dikecambahkan dan dapat dilihat dari helai daun pada plumula
dan banyaknya rambut akar pada radicle. Kecambah tumbuh lambat dapat
terlihat dari kurusnya plumula dan banyaknya rambut akar.
III. METODE
1. Alat dan Bahan
a. Alat : polybag, dan cethok
b. Bahan : benih jagung dan media tanam.

2. Cara Kerja
A. Teoristis
1. Siapkan media tanam, berupa tanah yang sudah dicampur pupuk
kendang dengan perbandingan 2:1 dan masukkan ke dalam polybag.
2. Siram media tanam dengan air.
3. Siapkan dan pilih benih jagung yang besarnya seragam.
4. Tanam benih jangung pada berbagai kedalaman.
5. Tanam benih jagung dengan pangkal dibawah dibenamkan 1/3,
dibenamkan 2/3 bagian dan seluruhnya dibenamkan kedalam tanah .
B. Skematis
1. Siapkan media tanam.

2. Siram media tanam dengan air.


3. Pilih benih yang sama besar.

4. Tanam benih dengan berbagai kedalaman.


a. Dibenamkan 1/3.

b. Dibenamkan 2/3 bagian.

c. Dibenamkan seluruhnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengamatan pengaruh kedalaman penanaman benih ini, saya
memakai benih biji jagung.
Tabel 1. Tabel Tinggi Tanaman dan Jumlah Daunya.

Minggu Dibenamkan 1/3 Dibenamkan 2/3 Dibenamkan Seluruhnya

Ke Tanggal Tinggi Jmlh Daun Tinggi Jmlh Daun Tinggi Jmlh Daun

1 7 April 14,7cm 2 helai 14,5 cm 2 helai 14 cm 2 helai

2 14 April 29,5 cm 4 helai 28,5 cm 4 helai 28,2 cm 4 helai

3 21 April 36,5 cm 5 helai 32,5 cm 5 helai 31,5 cm 5 helai

4 28 April 39cm 6 helai 36,5 cm 6 helai 34,5 cm 6 helai

Rerata 30 cm 4 helai 28 cm 4 helai 27,05 cm 4 helai

Dari table diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, kecepatan tumbuh
benih yang di tananam dengan kedalam 1/3 mengalami rata-rata
peningkatannnya yaitu 9,75 cm setiap minggu nya. Kecepatan tumbuh benih
yang di tananam dengan kedalam 2/3 mengalami rata-rata peningkatannnya
yaitu 9,12 cm setiap minggu nya. Kecepatan tumbuh benih yang di tananam
dengan dibenamkan seluruhnya mengalami rata-rata peningkatannnya yaitu 8,6
cm setiap minggu nya.
Bentuk akar antara pertumbuhan kecambah pada ke 3 jenis penanaman
kedalaman tanam.

Gambar 1. Posisi dibenamkan 1/3

Gambar 2. Posisi dibenamkan 2/3


Gambar 3. Posisi dibenamkan seluruhnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman tanam benih


berpengaruh terhadap energi yang harus dikeluarkan untuk mengangkat
kotiledon ke atas permukaan agar mendapat cahaya. Pada tempat persemaian
kondisi harus lembab agar biji dengan cepat berkecambah jika di permukaan
sedang. Akan tetapi biji pada tempat perkecambahan akan lebih baik jika biji
ditutup dengan lapisan media yang tipis untuk menghindari kerusakan karena
panas atau kekeringan. Biji-biji yang berukuran kecil juga Lapisan media yang
lebih baik diselimuti untuk menghindari benih timbul keatas biji karena air /
penyiraman.
Proses pengaktifan komponen-komponen kimiawi dalam biji yang
berperan sebagai embrio dan selanjutnya tumbuh sebagai individu baru dalam
bentuk seedling disebut sebagai proses perkecambahan (Kamil, 1979).
Menurut Kamil (1987) factor yang mempengaruhi penyerapan air pada
benih adalah (1) permeabilitas memberan benih (2) konsentrasi air (3) tekanan
hidrostatik (4) luas permukaan biji yang kontak dengan air (5) varietas (6)
tingkat kemasakan (7)komposisi kimia (8) umur.
Untuk mendukung viabilitas dan pertumbuhan tanaman perlu adanya
modifikasi media tanam misalnya kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan tertentu yang dapat digunakan (Samekto, 2006). Media tanam
yang dibutuhkan memiliki karakteristik remah, poros (memiliki banyak pori)
dan subur, karena viabilitas benih selama periode konservasi dipengaruhi oleh
kadar air benih, kelembaban media, suhu ruang, media tanam.
Usman (2007) menyatakan bahwa campuran tanah dan pupuk kandang
berpengaruh positif pada hasil pertumbuhan akar dan dapat menyerap hara
dengan baik dalam pertumbuhan bibit dengan perbandingan media 1:1yang
artinya satu bagian tanah dan satu bagian pupuk kandang.
Selain pengunaan media tanam, faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perkecambahan ialah faktor kedalaman tanam. Semakin dalam kedalaman
tanam maka benih yang ditanam akan semakin sulit tumbuh. Menurut Sutopo
(2002) pada saat proses perkecambahan berlangsung proses respirasi akan
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida, air dan energi. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih (Ashari, 2006).
Proses-proses perkecambahan sangat terlihat oleh fakta-faktor-faktor
lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air peran dalam melunakkan kulit
biji,memfasilitasi masuknya O2, pengenceran protoplasma untuk aktivasi
fungsi, dan alattrasnportasi makanan. Suhu berperan dalam pematahan
dormansi; aplikasi fluktuasi suhu yang tinggi berhasil mematahkan dormansi
pada banyak spesies, terutama yang mengalami termodormansi. Aplikasi
fluktuasi suhu ini dapat berupa dingin / bergantian suhu maupun suhu di
permukaan. O2 dibutuhkan pada proses oksidasi untuk membentuk energi
perkecambahan.
Jagung termasuk kedalam perkecambahan hypogeal (Monokotiledon)
ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh
kepermukaan tanah menembus kulit biji kotiledon tetap berada didalam tanah.
Kedalam tanam benih berpengaruh terhadap energi yang harus
dikeluarkan untuk mengangkat kotiledon ke atas permukaan agar mendapat
cahaya. Pada penanaman benih jagung kedalaman tanam yang menunjukan
bahwa posisi tanam biji dengan dibenam 1/3 lebih baik dari pada posisitanam
dengan kedalam 2/3 maupun dibenamkan seluruhnya. Keefisianan kedalaman
tanam suatu tanaman pasti berbeda beda, dari data pengamatan kedalaman
tanam yang paling efisien adalah dengan posisi tanam yang dibenamkan 1/3
bagian.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar-Dasar Agronomi acara 3 dengan judul
Pengaruh Kedalaman Penanaman Benih dapat disimpulkan bahwa:
1. Kedalaman tanam benih berpengaruh terhadap pertumbhan awal bibit dan
energi yang harus dikeluarkan untuk mengangkat kotiledon ke atas
permukaan agar mendapat cahaya.
2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan seperti air, O2,
cahaya dan suhu.
3. Selain pengunaan media tanam, faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perkecambahan ialah faktor kedalaman tanam.
4. Tanaman jagung termasuk kedalam perkecambahan hypogeal.
5. Pada penanaman benih jagung kedalaman tanam yang menunjukan bahwa
posisi tanam biji dengan dibenam 1/3 lebih baik dari pada posisitanam
dengan kedalam 2/3 maupun dibenamkan seluruhnya.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press. 490 pp


Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang :Angkasa Raya.
Kamil, Jurnalis. 1987. Teknologi Benih. Padang : Aksara Raya.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. Yogyakarta: Citra Aji Parama. 44 hlm.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Usman, M. 2004. Sukses Membuahkan Lengkeng dalam Pot. Jakarta Selatan:
Agromedia Pustaka.74 hlm

Anda mungkin juga menyukai