Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

Oleh:

Nama : Andy Ganda Jeremia Sinaga


NIM : 19/21027/BP
Kelas : SPKS SMART A
Jurusan : Budidaya Pertanian
Acara V : Pembuatan Kompos dan Bioreaktor
Kompos
Co. Ass : Rikkhi Herianto Situmorang

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2020
I. ACARA : Pembuatan Kompos
II. TANGGAL : 19 Agustus 2020
III. TUJUAN DAN METODE
A.TUJUAN : Mampu membuat kompos dengan bahan dasar
kotoran kandang
B. METODE :
a) Alat :
1. Adukan
2. Sendok Semen
3. Ember
4. Karung
5. Tali rapia
b) Bahan :
1. Kotoran kandang sapi : 1 Kg
2. Daun-daunan legum : Satu karung ukuran 20 Kg
3. Dedak : 1-3 Kg
4. Pupuk Dolomite : 10 Gram
5. Pupuk Urea : 10 Gram
6. Dekomposer (EM4) : Satu tutup botos untuk satu liter
7. Air : Satu liter
8. Pepaya busuk, sayuran busuk, buah buah lainnya yang busuk
9. Jaring kawat untuk peletak bahan
c) Cara Kerja :
1) Pembuatan kompos Aerob
1. Menyiapkan lahan dengan tanah yang rata dan keras (1 m2) untuk
tempat pengomposan (aerob)

2. Lakukanlah pencampuran bahan-bahan hingga terbentuk gundukan


bahan kompos setinggi 60 cm yang terdiri dari 6 lapisan. Masing-
masing lapisan gundukan setebal 10 cm, berselang-selang dengan
pupuk kandang dan bahan pengkaya organic lainnya.

3. Siramkan decomposer pada setiap lapisan pengomposan dengan


takaran sesuai yang telah ditentukan. Tambahan air secukupnya
sehingga kadar lengas tumpukan mencapai sekitar 50%.
4. Kemudian tutup kompos dengan karung dan tunggu selama 1 bulan.

5. Setiap 3-5 hari lakukan pengadukan kompos agar temperature tetap


terjaga (cek dengan termometer). gundukan dibongkar dan dibolak-
balik agar aerasi, respirasi dan temperatur optimum dan sesuai untuk
kondisi mikroorganisme. Menambahkan air (cara aerob) apabila
kompos terlalu kering.

6. Kemudian setelah 4-6 minggu, kompos akan matang dan lakukan


pengayakan pada kompos. Bahan yang tidak lolos mata saringan
dikelompokkan kembali agar dapat digunakan sebagai bahan
pengomposan lagi.
2) Pembuatan Kompos Anerob
1. Menyiapkan ember untuk tempat pengomposan (Anaerob)

2. Buat gundukan bahan kompos di dalam ember setinggi 60 cm yang


terdiri dari 6 lapisan. Masing- masing lapisan setebal 10 cm,
berselang-selang dengan pupuk kandang dan bahan pengkayak.

3. Pada tiap lapisan ditaburkan dekomposer dengan takaran sesuai yang


telah ditentukan. Tambahan air secukupnya sehingga kadar lengas air
jenuh.
4. Setiap 3 hari, cek temperatur >50% (cek dengan termometer),
gundukan dibongkar dan dibolak-balik agar aerasi dan temperatur
optimum. Menambahkan air apabila kompos terlalu kering.

5. Kemudian kompos akan matang sekitar 4-6 minggu, setelah itu


kompos diayak. Bahan yang tidak lolos mata saringan dikelompokkan
kembali.
3) Pembuatan Bioreaktor Kompos
1. Menyiapkan sampah organik (buah, sayur, sisa dapur) dan mencacah
sayur dan buah busuk untuk bahan utama pembuatan bioreaktor

2. Kemudian, masukan potongan sayuran dan buah yang sudah dicacah


ke dalam drum bioreaktor.

3. Lalu tutup biorektor dan amati sepekan sekali. Bioreaktor kompos


akan matang sekitar 4-6 minggu dan hasilnya akan dipindahkan ke
dalam botol dengan cara di saring.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Kompos Anaerob
1. Pengamatan pekan ke satu

2. Pengamatan pekan ke dua

3. Pengamatan pekan ke tiga

4. Pengamatan pekan ke empat


5. Pengamatan akhir

Gambar Pembuatan Kompos Gambar Panen Kompos


Tabel 1 Hasil Pengamatan Kompos Anaerob
Parameter Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4

Tekstur - - - -

Warna - - - 

Aroma - - - 

Suhu 250 280 280 260


PH 8 8 7 7

Deskripsi hasil kompos Anaerob:


1. Tekstur : Menggumpal
2. Warna : Coklat kehitaman
3. Aroma : Masih sedikit berbau
4. Suhu : 26°C
5. pH :7
B. Kompos Aerob
1. Pengamatan pekan ke satu

2. Pengamatan pekan ke dua

3. Pengamatan pekan ke tiga

4. Pengamatan pekan ke empat


5. Pengamatan akhir

Gambar Pembuatan Kompos Gambar Panen Kompos


Tabel.2 Hasil Pengamatan Kompos Aerob
Minggu Ke-
Parameter
1 2 3 4
-   
Tekstur
-   
Warna
-   
Aroma
Suhu 27°C 26°C 27°C 26°C
pH 8 8 7 7

Deskripsi hasil kompos Aaerob:


1. Tekstur : Remah
2. Warna : Coklat cerah
3. Aroma : Tidak berbau
4. Suhu : 26°C
5. pH :7
C. Bioreaktor Kompos

Gambar Pembuatan Kompos Gambar Panen kompos


Table.3 Hasil pengamatan Bioreaktor Kompos
Parameter Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4
Kekerasan √ √ √ √√
Bahan
Warna √ √ √ √√
Aroma √ √ √ √√
Belatung √ √√ √√√ √√√
Suhu 320 320 300 290

Deskripsi hasil kompos Anaerob:


1. Tekstur : Cairan Kental
2. Belatung : Ada dalam jumlah banyak.
3. Warna : Hitam
4. Suhu : 290
5. Aroma : Sudah tidak berbau kotoran.
6. Kekerasan bahan : Semakin lembek dan berlendir dari keadaan
semula.
V. PEMBAHASAN
Pada hari Rabu, 19 Agustus 2020, telah dilaksanakan praktikum online
acara V tentang pembuatan kompos dan bioreaktor kompos. Tujuan dari acara
pembuatan kompos dan bioreaktor kompos adalah praktikan menjadi lebih
memahami dalam membuat kompos dan bioreaktor kompos. Pupuk kompos
adalah pupuk organik yang proses pembuatannya terjadi secara alami tanpa
campuran bahan kimiawi. Proses pengomposan terjadi dengan bantuan
makhluk hidup, yaitu mikroorganisme. Dalam proses pengomposan, hasil
akhir kompos akan mengandung jumlah nisbah C/N yang rendah, yaitu
kurang dari 15. Hasil pengomposan idealnya memiliki kandungan C/N yang
rendah, yaitu 10-12. Berdasarkan teori, hasil nisbah C/N menandakan bahwa
jika kandungan unsur C semakin banyak maka kompos akan semakin mentah,
dan kompos akan semakin sulit diuraikan. Hasil C/N yang besar menandakan
kandungan karbon lebih besar dibanding kandungan nitrogen. Tujuan
pengomposan adalah untuk mendapatkan unsur nitrogen dalam bentuk nitrat
agar dapat di serap oleh tanaman. Oleh karena itu, diharapkan hasil akhir
kompos memiliki nilai nisbah C/N yang kurang dari 15. Dalam pengomposan,
bahan dasar ideal kompos adalah bahan yang ada pada alam dan mengandung
nisbah akhir sekitar 30, seperti kotoran kandang, daun legum (kacang-
kacangan), dedak, dan lainnya. Fungsi dari bahan-bahan pembuatan kompos
adalah sebagai berikut: Kotoran ternak atau kotoran kandang sebagai tempat
hidupnya mikroorganisme atau menyediakan mikroorganisme, tumbuhan
kacang-kacangan atau leguminose sebagai penyedia unsur hara nitrogen dan
bakteri nitrobacter, dedak sebagai penyedia unsur K (kalium) untuk
mikroorganisme dalam melakukan dekomposisi, dolomit sebagai penaik Ph
bahan-bahan dasar yang telah dicampur (karena pada umumnya Ph bahan
pengomposan adalah masam), dan stardeks (dekomposer) sebagai penyedia
atau penambah jumlah mikroorganisme sehingga mempercepat terjadinya
proses dekomposisi.
Pada praktikum acara V, dilakukan praktek dua teknik pengomposan,
yaitu teknik pengomposan aerob dan pengomposan anaerob. Pengomposan
aerob adalah proses pengomposan atau dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme dengan keadaan lokasi ada oksigen. Perbedaan
pengomposan aerob dan anaerob adalah keberadaan oksigen pada kondisi
lingkungan pengomposan. Pengomposan aerob dilakukan dilahan terbuka
dengan tanah yang keras dan rata seluas minimal 1m2. Tempat pengomposan
aerob yang ideal adalah harus dekat dengan sumber bahan organik, dekat
dengan sumber air, mudah dalam proses pemanenan kompos, terlindung dari
sinar matahari dan curah hujan secara langsung, dan tempat yang terbuka (ada
oksigen). Proses pembuatan kompos aerob dilakukan dengan bahan-bahan
organik yang tersedia, seperti kotoran kandang, pupuk urea, pupuk dolomit,
dedak, dekomposer EM4, dan air secukupnya. Setelah selesai proses
pembuatan kompos aerob, tutuplah kompos dengan karung agar tidak terkena
curah hujan secara langsung dan buatlah aliran irigasi agar kompos tidak
tergenang. Lakukanlah pengecekan kompos setiap 3-5 kali sehari agar
keadaan aerasi, temperature, dan Ph kompos tetap dalam kondisi ideal untuk
terjadinya proses dekomposisi oleh mikroorganisme. Setelah sekitar 4
minggu, hasil akhir kompos akan berubah tidak seperti pada awal
pembentukan.
Berdasarkan hasil pengamatan, awal mula pengomposan aerob akan
memiliki ciri warna hitam yang gelap, aroma kotoran kandang tercium kuat,
tekstur liat dan lengket, Ph masam, dan suhu yang rendah. Hasil
pengomposan aerob akan mulai berubah warna, tekstur, dan aromanya pada
pekan ke-2, yaitu hasil kompos akan menunjukkan adanya proses
dekomposisi yang nyata dan hampir matang dengan ciri-ciri warna berubah
menjadi hitam cerah, tekstur mulai kering atau menuju remah, dan aroma
sudah tidak terlalu berbau kotorann. Pada pekan ke-3, hasil kompos aerob
mulai terjadi perubahan Ph dan suhu, Ph kompos aerob mulai menuju netral
dan suhu aerob mulai stabil (26℃ − 27℃) . Hingga pada pekan ke-4, hasil
akhir kompos aerob telah memiliki perubahan warna, tekstur, dan aroma yang
signifikan, serta perubahan suhu dan ph yang diinginkan. Pada hasil akhir
kompos aerob, hasil memiliki struktur remah, warna kompos coklat-
kehitaman, ph tanah netral (Ph sekitar 6-7), kadar air seimbang (sekitar 50%),
dan aroma kotoran kandang kompos sudah tidak tercium lagi. Dalam
mengambil hasil akhir kompos aerob, lakukanlah pengayakan atau
penyaringan pada hasil akhir kompos. Hal tersebut dilakukan agar lebih
mendapatkan hasil kompos yang baik dan ideal untuk pemupukan.
Selanjutnya, pada proses pembuatan kompos secara anaerob, proses
dilakukan di kondisi dengan keadaan tanpa oksigen, yaitu dalam wadah
tertutup rapat. Adapun cara pengomposan anaerob adaah sama dengan
pengomposan aerob, tetapi berbeda tempat dan kondisi oksigennya.
Lakukanlah pengecekan setiap seminggu sekali untuk memastikan keadaan
aerasi, temperatur dan kadar air agar tetap stabil untuk terjadinya proses
dekomposisi oleh mikroorganisme. Tunggulah selama kurang lebih 4 minggu
untuk dapat memanen hasil pengomposan secara aerob.
Berdasarkan hasil pengamatan, awal pembentukan kompos anaerob,
kompos memiliki bau busuk, tekstur kompos sangat liat, dan warna kompos
hitam kelam serta memiliki ph yang cenderung masam dan suhu yang rendah
(lembap). Hingga pada pekan ke-3, warna kompos anaerob menjadi berubah
warna, yaitu hitam cerah. Pada pekan ke-3, suhu kompos anaerob memilik
suhu yang lebih tinggi dari pada suhu pekan sebelumnya. Hal tersebut terjadi
karena suhu udara pada pengompos anaerob naik akibat cuaca panas yang
terjadi di lingkungan sekitar. Hingga pada pekan ke-4, hasil pengomposan
anaerob sudah hampir matang dengan ciri-ciri kompos sudah tidak tercium
bau busuk, warna kompos coklat-kehitaman, struktur kompos agak lembap
sampai remah, kadar air pas (sekitar 30% - 50%), dan Ph kompos netral
(sekitar 6-7).
Pada hasil akhir kompos aerob dan anaerob, memiliki perbedaan yang
tidak terlalu signifikan. Adapun perbedaan hasil pengomposan aerob dan
pengomposan anaerob adalah pada tekstur hasil kompos, yaitu hasil kompos
aerob memiliki tekstur yang lebih remah dengan kadar air yang lebih
seimbang daripada kadar air pada hasil kompos anaerob sehingga hasil
kompos anaerob masih sedikit basah. Juga, hasil akhir pengomposan anaerob
terkadang lebih sedikit masam daripada hasil kompos aerob dikarenakan
mikroorganisme yang bekerja pada proses dekomposisi anaeob adalah
mikroorganisme yang bekerja tanpa oksigen. Pupuk kompos yang telah
matang mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan magnesium.
Selanjutnya, adalah praktikum membuat bioreaktor.
Bioreaktor/fermentor adalah bahan atau peralatan yang memberikan
lingkungan terkontrol untuk pertumbuhan organisme. Bioreaktor dapat
diartikan sebagai bejana tempat terjadinya proses konversi yang melibatkan
organisme atau bahan-bahan yang berasal dari organisme untuk menjadi
bahan yang diinginkan. Manfaat bioreaktor kompos sangatlah dibutuhkan
dalam bidang pertanian seperti menjadi pupuk organik cair, sisa padatan
kompos bisa untuk vermikultur (budidaya cacing tanah) atau umpan dalam
pembuatan kompos lainnya, dan larva dalam bioreaktor kompos dapat
dipanen untuk pakan ikan, ayam, burung, umpan mancing dan lain – lain.
Berdasarkan hasil pengamatan, awal bioreaktor dibuat, bioreaktor akan
memiliki ciri seperti bahan yang masih keras, belatung yang belum ada
terbentuk, dan aroma yang berbau busuk. Pada pekan ke-2, hasil bioreaktor
mulai memiliki larva belatung yang telah terbentuk. Dan pada pekan ke-3,
hasil bioreaktor telah menunjukan perubahan yang signifikan, yaitu bentuk
kekerasan bahan sudah mulai lunak, suhu bioreaktor yang mulai stabil
dibawah 30°, bioreaktor sudah tidak terlalu berbau busuk, dan larva atau
belatung sudah semakin banyak terbentuk. Hingga pada pekan ke-4, hasil
akhir dari bioreaktor kompos telah sesuai dengan yang diharapkan, yaitu
memiliki warna hitam, memiliki Ph netral (Ph sekitar 6-7), aroma bioreaktor
sudah tidak berbau busuk, terdapat belatung dan larva yang dapat dipanen,
dan kekerasan bahan sisa bioreaktor kompos telah sesuai (kental sampai cair).
Hasil cairan bioreaktor kompos dapat diambil dan dijadikan pupuk cair
organik, sisa padatan bioreaktor kompos dapat dijadikan sebagai tempat
budidaya cacing tanah, dan sisa padatan bioreaktor kompos dapat dipanen
untuk jadi pakan ternak.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum acara V yang telah dilaksanakan secara online,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hasil kompos aerob lebih remah daripada hasil kompos anaerob.
2. Ph pada hasil kompos anaerob lebih sedikit masam daripada Ph hasil
kompos aerob yang dikarenakan mikroorganisme pada pengomposan
anaerob bekerja pada kondisi kandungan oksigen yang tidak ada.
3. Hasil akhir bioreaktor akan berubah warna menjadi warnah hitam dan
telah terpisah dari belatung yang dihasilkan selama proses bioreaktor
terbentuk.
4. Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik dengan nisbah C/N sekitar 20, yang
dapat dipercepat dengan penambahan populasi berbagai macam
mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan
aerobik atau anaerobik.
5. Pengomposan secara aerob adalah proses penguraian oleh
mikroorganisme yang terjadi di kondisi lingkungan dengan keadaan
ada oksigen.
6. Pengomposan secara anaerob adalah proses penguraian oleh
mikroorganisme yang terjadi di kondisi lingkungan dengan keadaan
tanpa oksigen.
7. Hasil akhir pengomposan yang baik adalah memiliki Ph netral,
temperature suhu kamar (27° − 32°), struktur remah, kadar air sekitar
30%, dan sudah tidak berbau busuk.
8. Tempat pengomposan yang ideal adalah memiliki dataran yang rata,
tanah yang keras, dekat dengan sumber bahan organik, dekat dengan
sumber air, dan mudah pada saat proses pemanenan hasil akhir
kompos.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Panduan Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan.


Yogyakarta: Institut Pertanian STIPER.

Andy. 2019. “Ubah Kotoran Ternak jadi Pupuk dan Listrik”. Diakses dari
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/196212/ubah-kotoran-
ternak-jadi-pupuk-dan-listrik pada Kamis, 17 September 2020 pukul 20.00
WIB.

Anonim. 2019. “Cara Membuat Kompos Metode Aerob”. Diakses dari


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/83581/Cara-Membuat-Kompos-
Metode-Aerob/ pada Rabu, 16 September 2020 pukul 21.00 WIB.

Dewi, C. M., Mirasari Dewi Mustika, dan Wenny Irawati. Yovita Hety. 2017.
“Pembuatan Kompos secara Aerob dengan Bulking Agent Sekam Padi”.
Jurnal Pertanian. Vol. 6, No. 1, hlm 21-31.

Tanian. 2020. “Panduan Membut Kompos dengan Metode Aerob dan Anaerobik”.
Diakses dari https://paktanidigital.com/artikel/panduan-membuat-kompos-
dengan-metode-aerob-dan-anaerob/#.X05M0NTgrDc pada Rabu, 16
September 2020 pukul 20.45 WIB.

Yogyakarta, 18 September 2020


Mengetahui,
Co. Ass Praktikan

(Rikkhi Herianto Situmorang) (Andy Ganda Jeremia Sinaga)

Anda mungkin juga menyukai