Anda di halaman 1dari 14

Teknik Pembuatan

Pupuk Organik

Amin Susyanto

Disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik


Megasari, 29 Oktober 2021
Pembuatan pupuk Kompos
- Pupuk kompos dapat dibuat sendiri baik dalam
skala kecil maupun dalam skala besar.
- Pengomposan dilakukan dengan memanfaatkan
sampah organik dan jenis bakteri tertentu untuk
mempercepat pembusukan. Sehingga dari
sanalah muncul kompos yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman.
- Salah satu kelebihan pupuk kompos adalah tidak
berbau sehingga akan sangat disukai oleh ibu-ibu
yang hoby bercocok tanam bunga
Syarat pembuatan
1. Tempat dan Bangunan Layak – Tempat merupakan sebuah
hal yang harus diperhatikan dalam pengomposan. Bangunan
untuk membuat kompos itu sendiri sebisa mungkin dibuat
dengan mekanisme yang baik. Biasanya bangunan untuk
kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu, sementara
bagian atapnya bisa juga dengan atap rumbia. Sebisa
mungkin, bangunan harus tahan bocor dan tahan terhadap
limpasan air hujan.
2. Kadar Air 60% – Syarat berikutnya adalah kadar air. Kadar air
sebisa mungkin dipertahankan pada angka 60%. Tujuannya
adalah agar bakteri pengurai mampu bekerja dengan baik.
Bakteri inilah yang akan mempercepat proses
pengomposan. Jika dalam prosesnya kompos terlihat kering,
maka tambahan air perlu diberikan agar kadar air tetap
terjaga di 60%.
Syarat pembuatan
3. Suplai Oksigen – Tidak hanya air, oksigen pun juga perlu
diperhatikan. Karena bakteri pengomposan akan bekerja
dengan baik pada kadar oksigen yang baik juga. Jika tidak,
maka proses pengomposan akan berjalan kurang efisien.
4. pH Kompos (Basa) – Selain air dan oksigen, sifat keasaman
dari kompos juga harus dilihat dan diperhatikan. Pada
dasarnya pH kompos itu bersifat basa. Sehingga pH dalam
proses pengomposan tidak boleh menjadi asam. Maka dari
itulah abu dapur atau kapur dibutuhkan dalam proses
pengomposan, tujuannya adalah agar pH kompos tetap
basa.
5. Tinggi Tumpukan Kompos – Tinggi tumpukan kompos perlu
dibuat minimal 1 meter. Tujuannya agar kompos tetap
memiliki suhu yang ideal untuk proses penguraiannya.
Proses membuat Pupuk Kompos
Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat 1 ton
kompos, antara lain:
• 100 kg arang sekam
• 20 kg kaptan (gamping atau dolomit)
• 400 kg jerami padi
• 400 kg kotoran ternak
• 5 kg mikroorganisme pengurai (Orgadec)
• 80 kg serbuk geraji
Langkah Pembuatan Pupuk Kompos
1. Mengumpulkan semua bahan dan mempersiapkan peralatan
untuk membuat kompos.
2. Mencampurkan 5 kg mikroorganisme pengurai dengan 10 kg
arang sekam.
3. Mencampurkan jerami padi, arang sekam, serbuk gergaji,
kotoran ternak, kaptan, kemudian mengaduk semua bahan
hingga merata.
4. Jika bahan kompos kering, maka menambahkan air diperlukan
hingga kadarnya mencapai 60%. Lalu bagaimana cara menakar
kadar air yang 60% itu? Cara tradisional yang bisa dilakukan
adalah dengan tes sederhana. Genggam adonan kompos
dengan tangan, kemudian lepaskan. Jika ketika dilepaskan,
adonan kompos masih berbentuk genggaman tangan (tidak
buyar), maka itu tandanya adonan kompos sudah memiliki
kelembaban 60%.
Langkah Pembuatan Pupuk Kompos
5. Cara menata kompos pun perlu diperhatikan. Pertama,
hamparkan bahan kompos kira-kira setebal 10 cm di tempat yang
sudah disediakan. Kemudian mikroorganisme pengurai
ditaburkan di bagian atasnya. Tumpuk lagi dengan adonan
kompos berikutnya, juga dengan tebal 10 cm. Lalu taburi lagi
dengan mikroorganisme pengurai. Cara ini diulang terus hingga
adonan kompos mencapai ketinggian minimal 1 meter.
6. Tumpukan kompos kemudian diberikan penutup yang rapat.
Tujuannya adalah untuk menjaga proses pengomposan tetap
konsisten, dan juga suhu dan kelembapannya.
7. Pada hari kedua setelah proses di atas dilaksanakan, pengecekan
suhu perlu dilakukan. Jika suhu meningkat dari sebelumnya, maka
itu artinya proses pengomposan berjalan dengan baik.
Langkah Pembuatan Pupuk Kompos
8. Kemudian setiap 7 hari atau 1 pekan, kompos perlu dibalik.
Tujuannya adalah untuk menambah suplai oksigen. Jangan
lupa juga untuk mengecek kelembabannya. Jika kompos
kering, maka pemberian air perlu dilakukan agar tetap
memiliki kelembaban 60%.
9. Tanda bahwa proses pengomposan berakhir adalah suhu
adonan yang mengalami penurunan, yaitu di bawah 30 derajat
Celcius. Tutup rapat kembali dengan plastik. Di hari ke-21,
proses pembalikan dilakukan dua kali. Kemudian suhu perlu
dicek kembali di hari tersebut. Tidak hanya itu, warna kompos
pun perlu dicek. Biasanya menjadi cokelat tua kehitaman.
10. Kompos bisa disaring dengan saringan kawat, kemudian
dimasukkan ke dalam karung. Penyimpanan kompos perlu
dilakukan di ruangan yang terhindar dari hujan dan juga sinar
matahari langsung.
Faktor Keberhasilan
Agar pembuatan kompos berhasil, maka perlu diperhatikan faktor-faktor
berikut ini:
1. Rasio C/N
Mikroorganisme pengurai bahan organik membutuhkan karbon dan
nitrogen sebagai energi untuk pertumbuhan dan pembentukan protein.
Diperlukan rasion C/N sebesar 20:1 hingga 30:1 agar pengomposan berhasil.
Nilai C/N bahan organik diusahakan sama atau mendekati nila C/N dalam
tanah agar pupuk dapat diserap oleh tanaman. Umumnya kita perlu
menurunkan kadar C/N sampah organik menjadi kurang dari 20 agar sama
dengan C/N tanah. Selain itu, kadar C/N yang terlalu tinggi akan
berpengaruh terhadap proses pengomposan yang semakin lama.
2. Ukuran Partikel
Semakin kecil dan homogen ukuran partikel, maka proses pembuatan
kompos semakin cepat. Ukuran partikel kecil dan homogen memiliki luas
permukaan yang lebih luas dibanding partike berukuran besar.
Ukuran partikel yang ideal adalah 5 hingga 10 cm, sehingga mikroorganisme
dekomposer lebih cepat menghancurkan bahan-bahan organik.
Faktor Keberhasilan
3. Aerasi
Agar pengomposan berjalan lancar, maka dibutuhkan suplai oksigen atau
aerasi yang baik. Bakteri mikroba memerlukan sirkulasi oksigen selama proses
penguraian. Oleh sebab itu, diperlukan pembalikan timbunan bahan organik
ketika proses penguraian agar bakteri mendapat oksigen dan menjangkau ke
seluruh bahan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah kuran ruang kosong diantara tumpukan materian bahan
organik. Besaran dan banyaknya rongga dalam proses pengomposan
bergunan untuk mengalirkan pasokan oksigan agar sampah tidak jenuh.
Pengomposan juga dapat terganggu jika rongga-rongga tersebut tersisi air.
5. Kelembaban
Kelembaban bahan organik memberikan pengaruh terhadap proses
pengomposan. Timbunan bahan pupuk harus selalu lembab agar
mikroorganisme tetap hidup. Kandungan lengas yang digunakan antara 50%
hingga 60% karena kelembaban harus sesuai, tidak lebih maupun kurang.
Kelebihan kadar air akan menyebabkan volume udara berkurang sehingga
aerasi terganggu, sedangkan kekurangan kadar air akan menghentikan
aktivitas mikroba pengurai.
Faktor Keberhasilan
6. Suhu
Dalam proses pengomposan, suhu memegang peranan penting agar proses
dekomposisi berhasil. Proses penguraian akan menyebabkan peningkatan suhu
hingga 70%. Hal itu dipengaruhi oleh volume timbunan terhadap permukaan
sehingga diperlukan penentuan ektinggain timbunan bahan organik.
Semakin tinggi volume sampah terhadap permukaan, maka semakin tinggi suhu
panas yang terisolasi dan membuat proses pengomposan menjadi lebih cepat.
7. pH
Seluruh bahan organik ber-pH 3 sampai 11 dapat dijadikan pupuk kompos,
namun idealnya adalah bahan dengan ph 5,5 sampai 8. Kondisi ini sesuai
dengan mikroorganisme yang lebih menyukai pH netral, sedangkan jamur yang
menyukai pH asam. Dalam proses pengomposan, pH akan berubah mulai dari
awal yang bersifat asam kemudian menjadi netral pada tahp akhir
pengomposan.
8. Unsur Hara
Kandungan hara dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos
juga perlu diperhatikan. Semakin kaya kandungan hara makan aktivitas mikroba
dalam proses dekomposisi semakin cepat dan lebih bermanfaat bagi tanaman.
Faktor Keberhasilan
9. Bahan Berbahaya
Tidak menutup kemungkinan jika bagan alami yang akan dijadikan
kompos mengandung unusr berbahaya. Kita perlu memilah dan
menghindarkan pengomposan dari bahan berbaya yang sulit diuraikan,
seperti plastik, batu, logam dan bahan lain yang bersifat racun dan
tercemar.
10. Lama Pengomposan
Lama pembuatan kompos dipengaruhi oleh jenis bahan yang
digunakan, proses pengolahan serta jenis mikroba dalam proses
dekomposisis. Setidaknya diperlukan waktu 2 hingga 3 bulan untuk
menghasilkan pupuk kompos berkualitas baik.
Kualitas Kompos terbaik
Kualitas pupuk kompos yang baik ditentukan oleh kematangan kompos.
Kompos yang berkualitas memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
• tidak berbau
• tekstur remah
• warna kehitaman karena kandungan hara tinggi
• pH > 5
• rasio C/N < 20
• rendah toksik
• tinggi kandungan mikroba yang menguntungkan, seperti termofiliki
dan aktinomucetes sebagai pengendali penyakit tumbuhan
• Mutu kompos yang baik juga dipengaruhi oleh bahan baku dan
proses pengomposan. Bahan baku yang baik dan pembuatan kompos
yang baik akan menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
• Selain itu, pastikan kompos tidak tercemar oleh zat logam berat,
seperti merkuri, seng, kromium, dan kadmium serta bahan kimia
seperti pestisida
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai