Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

Mohamad Dava Aditya

H1020045

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2021
ACARA VI

KEBAKARAN HUTAN

A. TUJUAN
1. Mengenali dan memahami faktor terjadinya pembakaran (bahan bakar,
sumber panas, dan oksigen) dalam proses kebakaran hutan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau reaksi kimia eksotermik


yang disertai timbulnya panas/kalor, cahaya (nyala), asap dan gas dari bahan
yang terbakar. Apabila suatu molekul mengadakan kontak amat dekat dengan
molekul oksidator (yaitu Oksigen), maka pada umumnya akan terjadi reaksi
kimia. Apabila tumbukan antar molekul hanya berenergi rendah, maka reaksi
kimia tidak akan terjadi, tetapi apabila energi cukup besar, maka reaksi akan
berlangsung. Karena reaksi eksotermis, maka banyak panas yang terbentuk.
Energi ini memanaskan bahan dan oksigen yang selanjutnya berekasi dan
menimbulkan reaksi kebakaran. (Kusumo, 2008)
Pembakaran terjadi akibat adanya reaksi-reaksi kimia eksotermal antara
bahan bakar dan oksidan berupa udara disertai dengan produksi energi berupa
panas dan konversi senyawa kimia (Hakim 2009). Pada proses pembakaran
dapat dilihat dalam konsep segitiga api. Menurut Suratmo (1985) terjadinya
kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur yaitu sumber panas, bahan
bakar, dan oksigen, atau yang dikenal sebagai teori segitiga api (fire triangle).
Prinsip segitiga api ini dipakai sebagai dasar untuk mencegah kebakaran
(mencegah api agar tidak terjadi) dan menanggulangi api yakni memadamkan
api yang tidak dapat dicegah (Abdullah et. al. 2002).
C. METODE PENGAMATAN
a) Alat dan Bahan
1. 3 gelas/cangkir bening dengan ukuran berbeda (kecil, sedang, dan besar)
2. Lilin
3. Korek api
4. Stopwatch
b) Cara Kerja
Percobaan 1
1. Menyiapkan 1 buah lilin dan nyalakan menggunakan korek api. Biarkan
lilin menyala selama sekitar 1 menit.
2. Menutup lilin dengan gelas A.
3. Menghitung waktu yang dibutuhkan hingga api pada lilin padam
menggunakan stopwatch.
4. Mencatat waktu yang tertera pada stopwatch.
5. Mengulangi langkah 1-4 menggunakan gelas B dan C
Percobaan 2
1. Menyiapkan 2 buah lilin dan nyalakan menggunakan korek api. Biarkan
lilin menyala selama sekitar 1 menit.
2. Menutup lilin dengan gelas A
3. Menghitung waktu yang dibutuhkan hingga api pada lilin padam
menggunakan stopwatch.
4. Mencatat waktu yang tertera pada stopwatch.
5. Mengulangi langkah 1-4 menggunakan gelas B dan C
Uji Remas
1. Membuat plot pengamatan sebanyak 3 plot
2. Mengambil daun teratas sejumlah 10 daun
3. Melakukan uji remas pada masing-masing daun
4. Menghitung jumlah patahan daun yang terjadi
5. Mencatat dalam tally sheet dan menentukan tingkat bahayanya
D. HASIL PENGAMATAN

Percobaan 1

Gelas Vol. gelas Panjang awal lilin Jumlah lilin Waktu


A 250 ml 6,5 cm 1 2 detik
B 680 ml 6,5 cm 1 5 detik
C 800 ml 6,5 cm 1 17 detik

Percobaan 2

Gelas Vol. gelas Panjang awal lilin Jumlah lilin Waktu


A 250 ml 6,5 cm 2 1 detik
B 680 ml 6,5 cm 2 4 detik
C 800 ml 6,5 cm 2 14 detik

Plot I (Tegakan Mahoni)

No No daun Posisi/Keadaan Daun


merah kuning hijau biru
1 I √
2 II √
3 III √
4 IV √
5 V √
6 VI √
7 VII √
8 VIII √
9 IX √
10 X √
jumlah 8 2
Plot II (Tegakan Sonokeling)

No No daun Posisi/Keadaan Daun


merah kuning hijau biru
1 I √
2 II √
3 III √
4 IV √
5 V √
6 VI √
7 VII √
8 VIII √
9 IX √
10 X √
jumlah 4 6

Plot III (Tegakan Kesambi)

No No daun Posisi/Keadaan Daun


merah kuning hijau biru
1 I √
2 II √
3 III √
4 IV √
5 V √
6 VI √
7 VII √
8 VIII √
9 IX √
10 X √
jumlah 3 7

E. PEMBAHASAN
Proses pembakaran adalah proses kimia-fisika yang merupakan kebalikan
dari reaksi fotosintesis. Semakin besar ukuran gelas menentukan banyaknya
volume oksigen yang ada didalam gelas. Kadar volume oksigen yang sedikit
dapat menyebabkan api padam, sedangkan dengan kadar volume oksigen yang
lebih banyak api dapat bertahan lebih lama. Hal ini membuktikan bahwa
keberadaan oksigen dapat mempengaruhi dalam proses pembakaran. Sesuai
dengan syarat-syarat terjadinya nyala api yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas.
Jika salah satunya tidak ada maka api akan padam. (Suharsini, 2005).
Pada percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa semakin besar
volume suatu gelas ukur, maka akan semakin lama lilin menyala. Pada gelas
ukur berukuran 250 ml diperoleh lama lilin menyala yaitu 2 detik. Pada gelas
ukur berukuran 680 ml, diperoleh lama lilin menyala yaitu 5 detik. Pada gelas
ukur berukuran 800 ml, diperoleh lama lilin menyala yaitu 17 detik.
Selanjutnya pada percobaan kedua, dengan volume gelas yang sama tetapi
jumlah lilin ditambah menjadi 2 buah diperoleh data sebagai berikut. Pada gelas
A berukuran 250 ml diperoleh lama lilin menyala yaitu 1 detik. Pada gelas B
berukuran 680 ml diperoleh lama lilin menyala yaitu 4 detik. Pada gelas C
berukuran 800 ml diperoleh lama lilin menyala yaitu 14 detik.
Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa terbukti terdapat hubungan
antara volume gelas ukur dengan waktu padamnya api yaitu ketika ukuran
volume gelas semakin besar maka padamnya api lilin semakin lama. Hal
tersebut terjadi karena semakin besar atau semakin luas penampang suatu
wadah untuk menampung banyaknya oksigen, maka diperlukan waktu yang
lebih lama untuk memadamkan lilin. Percobaan tersebut dapat melambangkan
gelas ukur sebagai jumlah pasokan oksigen dan lilin sebagai sumber panas. Dari
data diatas juga dapat disimpulkan bahwa nyala api tidak akan terjadi jika
kurangnya oksigen, dan sumber panas yang tersedia.
Kemudian uji remas digunakan sebagai alat penunjuk sederhana sebagai
penunjuk peringkat kerawanan kebakaran, dilakukan dengan cara remas daun.
Pada praktikum ini dilakukan peremasan 10 seresah daun pada 3 plot. Yang
pertama plot tegakan mahoni, kedua sonokeling, dan terakhir kesambi. Plot
tegakan Mahoni ditemukan 8 daun berada pada tingkat sedang (kuning) dan 2
daun berada pada tingkat rendah (biru). Plot tegakan Sonokeling ditemukan 4
daun berada pada tingkat tinggi (kuning) dan 6 daun berada pada tingkat sedang
(hijau). Plot tegakan Kesambi ditemukan 3 daun berada pada tingkat sedang
(hijau) dan 7 daun berada pada tingkat rendah (biru). Uji remas ini
mengindikasikan kadar air pada daun semakin tinggi kerawanan maka semakin
sedikit pula kadar air yang berada di daun. Faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kadar air pada seresah ditentukan oleh hujan.

F. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori segitiga api dengan
menggunakan lilin sebagai bahan bakar, gelas sebagai wadah oksigen, dan api
sebagai sumber panas, dapat terjadi pembakaran. Ketika salah satu dari tiga
unsur segitiga api yaitu oksigen ditiadakan atau sudah habis maka tidak ada
nyala api lagi. Hal ini dibuktikan ketika oksigen pada gelas ukur dihilangkan
api pada lilin padam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M J, Ibrahim, Abdul R. 2002. The influence of forest fire in Peninsular


Malaysia: Hisrory, root causes, prevention, and control. Makalah disajikan
pada Workshop of Prevention and Control of Fire in Peathlands, 19-21 March
2002,Kuala Lumpur, Malaysia.

Hakim W, Sunanto S. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar 2. Surabaya (ID) :


jurusan Kimia FMIPA UNESA.

Kusumo, Raden Hanyoko. 2008. Evaluasi Sarana Terjadinya Kebakaran Hutan.


Grafindo. Jakarta
Suharsini, Maria.2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Jakarta
Suratmo FG. 1985. Ilmu Perlindungan Hutan. Bagian Perlindungan Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor (ID). IPB Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai