Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kangkung (Ipomoea reptans) termasuk ke dalam kingdom plantae, divisi
spermatophyte, kelas dicotyledone dan famili convolvulaceae [Ware dan
MacCollum, 1980]. Kangkung memiliki dua varietas yaitu kangkung merah yang
dicirikan berbunga ungu atau merah jingga atau lembayung disebut juga sebagai
kangkung air dan kangkung berbunga putih yang disebut dengan kangkung darat.
Kangkung darat ynag merupakan salah satu jenis tanaman kangkung yang
saat ini tergolong tanaman sayuran daun yang memiliki kegunaan selain sumber
vitamin A dan mineral serta unsur gizi lainnya yang berguna bagi kesehatan
tubuh, juga dapat berfungsi untuk menenagkan syaraf atau berkhasiat sebagai obat
tidur [Rukmana, 1994].
Kangkung yang tumbuh di perairan memiliki tangkai daun panjang, daun
lebar dan berwarna hijau tua segar dang bunga berwarna ungu. Buah kangkung
memiliki diameter 7-9 mm halus, berwarna kecokelatan dan berisi 2-4 biji
[Westphal, 1994]. Sementara, kangkung darat banyak tumbuh di lahan kering atau
tegalan. Daun agak kecil dengan ujung daun meruncing.warna bunga putih hingga
merah muda, warna batang putih kehijauan hingga keunguan [Palada dan Chang,
2003].
Tanaman ini dapat tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6
minggu sejak dari benih. Kangkung termasuk tipe sayuran dataran rendah yang
pertumbuhannya kurang optimal bila ditanam di dataran lebih dari 700 m dpl
[Westphal, 1994]. Di dataran rendah tropika sekitar khatulistiwa kangkung dapat
dipanen sesudah 25 hari dan dapat menghasilkan lebih dari 20 ton/ha daun segar.
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari
setahun [Rukmana, 1994]. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang
beriklim panas dan beriklim dingin. Suhu tumbuh yang optimal yaitu pada 25-30
°C [Palada dan Chang, 2003]. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan, pertumbuhan
tanaman kangkung sangat cepat dan subur.
Kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari
yang cukup. Di tempat yang terlindungi tanaman kangkung akan tumbuh
memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas
terik dan kemarau panjang dengan kelembaban 60%. Apabila ditanam di tempat
yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas. Begitu sebaliknya,
apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya
menjadi agak keras. Kangkung darat juga tumbuh optimal pada tanah yang
banyak mengandung bahan organic, tinggi kandungan air dengan pH 5.3-6.0
[Westphal, 1994].
Menurut Palada dan Chang (2003), kangkung dapat dipanen pada umur 30-
45 hari setelah tanam tergantung varietas dan tipe tanaman. Palada dan Chang
(2003) juga menyatakan kangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut
tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali dengan memotong sepanjang 15-25
cm pada bagian batang. Pemanenan yang sering dilakukan akan mengahambat
pembungan dan menstimulasi pertumbuhan tunas samping. Tanaman yang tidak
dipanen menyebabkan tunas samping berkembang menjadi daun yang panjang.

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media miring dengan
indeks luas daun dan tinggi tanaman kangkung.
II. METODIOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah talang air sepanjang ± 6
meter yang telah dilubangi; botol mineral 1.5 liter; selang kecil; penyangga kayu;
dan pisau. Sementara bahan yang digunakan yaitu, tanah yang telah digemburkan;
kotoran sapi sebanyak seperempat ember kecil; dan bibit kangkung.

2.2. Prosedur Kerja


Praktikum ini dilakukan didalam rumah kaca. Hal pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Talang air yang telah
dilubangi diletakan miring. Tanah dimasukan ke dalam talang dan diratakan
hingga sepanjang talang tersebut. Ditambahkan kotoran sapi lalu diaduk rata.
Sepuluh bibit kangkung ditanam di talang yang berisi tanah tersebut dengan
mengatur jarak yang ditanam. Pengamatan dilakukan selama 3 minggu dengan
mengamati tinggi dan indeks luas daun. Kangkung yang diamati dipilih 6 enam
tanaman yang tumbuh dengan baik.
Pembuatan irigasi manual juga dilakukan guna membantu dalam
penyiraman tanaman. Pembuatan irigasi ini dibuat dengan menggunakan btotol
mineral ukuran 1.5 liter yang bawahnya telah dipotong. Botol diletakkan terbalik
dengan tutup dibawah. Tutup dilubangai dan dipasangkan selang kecil sepanjang
± 9 meter. Setiap 1 meter selang dilubangi untuk mengaliri air dari tampungan
botol.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012


Gambar 1. Posisi Talang (miring) pada Tanaman Kangkung
III. DATA HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanaman kangkung yang dilakukan di rumah kaca dengan media miring


menunjukkan pertumbuhan tanaman kangkung yang berbeda-beda. Sepuluh bibit
kangkung yang ditanam, secara random diambil enam tanaman kangkung untuk
diamati. Pemberian nama kangkung (kangkung 1, 2, dst..) juga dilakukan secara
random.
Enam tanaman kangkung yang diamati selama 3 minggu memiliki indeks
luas daun dan tinggi yang berbeda. Dibandingkan dengan indeks luas daun dari
keenam kangkung yang menunjukkan pertumbuhan paling tinggi setiap
minggunya adalah kangkung ke-6 yang memiliki indeks luas daun sebesar 3.44
cm2; 4.77 cm2; dan 5.92 cm2 (tabel 1). Hal ini disebabkan tanaman kangkung ke-6
terletak pada ujung talang dengan kondisi talang miring. Keberadaan kangkung
ke-6 pada ujung talang mempengaruhi pertumbuhan kangkung tersebut
dikarenakan kangkung mendapatkan unsur hara lebih banyak dibandingkan
dengan kangkung yang lain. Posisi talang yang miring menyebabkan tanah dan
kandungan haranya turun dan tanaman dibawahnya akan menerima unsur hara
yang berbeda.

Tabel 1. Indeks Luas Daun Tanaman Kangkung Selama Tiga Minggu


Indeks Luas Daun (cm2) Minggu ke–
Kangkung Ke–
I II III
Kangkung 1 2.99 3.81 4.77
Kangkung 2 3.19 4.05 5.09
Kangkung 3 1.94 3.20 4.22
Kangkung 4 1.96 3.11 4.14
Kangkung 5 3.28 4.44 5.89
Kangkung 6 3.44 4.77 5.92

Pertumbuhan kangkung yang diamati tidak dilihat dari indeks luas daun
yang dimiliki saj namun juga tinggi tanaman kangkung tersebut. Tidak hanya
indeks luas daun yang tinggi, kangkung ke-6 juga memiliki tinggi paling besar
diantara tanaman kangkung yang lain (tabel 2). Perbedaan indeks luas daun dan
tinggi tanaman kangkung tidak hanya dipengaruhi oleh posisi talang yang miring
namun juga dipengaruhi oleh penerimaan sinar matahari, kelembaban, dan sistem
irigasi yang dibuat secara manual dengan menggunakan botol mineral.
Tabel 2. Tinggi Tanaman Kangkung Selama Tiga Minggu
Tinggi Tanaman (cm) Minggu ke–
Kangkung Ke–
I II III
Kangkung 1 5.8 10.4 14.5
Kangkung 2 7.5 12.9 16.5
Kangkung 3 6.4 10 14
Kangkung 4 4 6.5 10
Kangkung 5 8.25 16 20
Kangkung 6 10.65 18.6 24

Grafik indeks luas daun tanaman kangkung (gambar 2) menunjukkan bahwa


luas daun tanaman kangkung tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Indeks luas
daun terendah dialami oleh kangkung ke-4 dan kangkung ke-3. Sementara
kangkung ke-6 memiliki indeks luas daun tertinggi. Perbedaan yang tidak
signifikan ini diakibatkan jarak tanam kangkung terlalu dekat sehingga terjadi
persaingan ketat antara kangkung yang satu dengan yang lainnya.

Indeks Luas Daun Tanaman Kangkung


7.00

6.00

5.00
Luas Daun (cm)

Kangkung 1
4.00 Kangkung 2
3.00 Kangkung 3
Kangkung 4
2.00
Kangkung 5
1.00
Kangkung 6
0.00
I II III
Minggu Ke-

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Indeks Luas Daun Tanaman Kangkung

Persaingan terjadi akibat jarak tanam kangkung yang terlalu dekat (gambar
3). Kangkung meupakan tanaman yang kaut sehingga mampu bersaing untuk
mendapatkan nutrisi. Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dari
dalam tanah saja. Oleh karena itu, tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari
luar berupa pupuk. Pemberian pupuk dari luar juga akan menjamin setiap tanaman
mendapat kadar hara yang sama. Namun, pada praktikum ini tanaman kangkung
tidak mendapatkan unsur hara dari luar sehingga terjadi kurangnya keseimbangan
mendapatkan unsur hara. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman
sayuran membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara
esensial adalah nutrisi yang berperan penting sebagai sumber unsur hara bagi
tanaman. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda
antar tanaman.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012


Gambar 3. Jarak Tanam Tanaman Kangkung Kelompok 1 LNK A1
Grafik tinggi tanaman sawi menunjukkan bahwa tinggi setiap tanaman tidak
berbeda jauh. Pertumbuhan tinggi yang signifikan dialami oleh sawi ke-2 yaitu,
5.8 cm pada minggu pertama; 9 cm pada minggu kedua; dan 14 cm pada minggu
ketiga. Pertumbuhan yang signifikan ini dapat disebabkan sawi ke-2 mendapatkan
air yang cukup intensif dikarenakan letak selang irigasi mengenai sawi ke-2.

Tinggi Tanaman Kangkung


30

25

20 Kangkung 1
Tinggi (cm)

Kangkung 2
15
Kangkung 3
10 Kangkung 4
Kangkung 5
5
Kangkung 6
0
I II III
Minggu Ke-

Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi


IV. KESIMPULAN
Budidaya kangkung (Ipomoea reptans) dilakukan di rumah kaca dengan media
miring secara hortikultur (horizontal). Parameter yang diamati yaitu indeks luas
daun dan tinggi tanaman. Indeks luas daun tertinggi dimiliki oleh kangkung ke-6
dikarenakan letak kangkung berada pada ujung talang. Posisi talang yang miring
mengakibatkan kangkung ke-6 mendapatkan unsur hara lebih banyak
dibandingkan kelima kangkung lainnya. Karena kandungan hara tanah yang
diterima setiap tanaman berbeda. Ketersediaan unsur hara di tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kangkung terutama dari luas dan tinggi
tanaman tersebut. Selain unsur hara, faktor lain yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman kangkung adalah penerimaan sinar matahari untuk
membantu proses fotosintesis, penyiraman intensif, dan pemberian unsur hara dari
luar (pemupukan).
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012. Skripsi pada: [http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/


123456789/47279/D11lsw_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequ
ence=6]. Diakses pada Selasa, 11 Desember 2012 pukul 16.45 wib.
Maryam, A. 2009. Skripsi: “Pengaruh Jenis Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Sayuran di Dalam Nethouse”.
Terhubung berkala pada [http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/11276/A09ama.pdf?sequence=2]. Diakses pada Selasa, 11
Desember 2012 pukul 12.15 wib. Program Studi Hortikultura, Fakultas
Pertanian. IPB: Bogor.
Palada, M. C. and L. C. Chang. 2003. Suggestes cultural practices for kangkong.
www.avrdc.org/pdf/seeds/kangkong.pdf. Diakses pada Senin, 10
Desember pukul 13.00 wib].
Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.
Westphal, E. 1994. Ipomoea aquatic Forsskal, p. 181-184 In: J. S. Siemonsma and
K. Piluek (Eds). Plant Resources of Sounth-East Asia and Vegetables 8.
PROSEA Foundation. Bogor.
LaporanPraktikum Hari, tanggal: Kamis, 8 November 2012
PertanianOrganik Dosen : Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc.
Asisten : SetyoAndiNugroho, S.Pd.

PENGARUH INDEKS LUAS DAUN DAN TINGGI TANAMAN


TERHADAP PERTUMBUHAN KANGKUNG
PADA MEDIA MIRING

LNK A1 (Kelompok 1)
DIENI FIKRIANTI
J3M110036

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Anda mungkin juga menyukai