Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN PRAKTIKUM AKHIR FISIOLOGI

TUMBUHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Fisiologi Tumbuhan

DISUSUN OLEH :
CALVIN YONATHAN MANURUNG
D1AO21197
KELAS : N

DOSEN PENGAMPU :
DR. IR. NERTY SOVERDA, M.SI
DR. LIZAWATI, S.P., M.SI

ASISTEN DOSEN :
ESTERLINA BR. MALANGO
SABILIANI SABILA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERATNIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
LAPORAN PRAKTIKUM 1 FISIOLOGI TUMBUHAN
“KURVA PERTUMBUHAN TANAMAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam
kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
se&ara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil
asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung
(Zulkifli,2012)

Pola pertumbuhan tanaman digambarkan dengan kurva sigmoid.Kurva sigmoid


merupakan kurva pertumbuhan pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahn sel
tanaamn dan kemudian melambat.Periode awal dengan lalu pertumbuhan eksponensial yang
pendek, kemudian linier yang relative Panjang.Lalu pertumbuhan yang linier diikuti oleh fase
yang lalunya menurun (Perwtasari et al.,2012)

Setiap bagian tubuh makhluk hidup pasti menjadi tempat daerah pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk pada tumbuhan bahkan hingga padaunit terkecil penyusun suatu
makhluk hidup.Karena pada bagian inilah pertumbuhan terjadi sehingga menambah volume
serta ukuran tubuh dari suatu makhluk hidup.Perbedaan yang terdapat pada sel penyusun antara
sel hewan dan tumbuhan, membedakan kedua kelompok ini se&ara signifikan. Pada tumbuhan,
daerah petumbuhan dapat terjadi pada dua tempat, yaitu pada daerah meristematik atau daerah
pertumbuhan utama serta daerah pertumbuhan sekunder (Suparmuji,2013)

Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan atau
graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang
anak pada beberapa genotipe dan lingkunganterntenu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas
daun jagung tumbuh setiap buku, berhadapan satu sama lain.Bunga jantan terletak pada bagian
terpisah pada satu tanaman sehingga laim terjadi penyerbukan silang.Jagung merupakan
tanaman hari pendek, Jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga Jantan dan
dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran dan suhu (Akil dan Dahlan,2009)

1.1 TUJUAN

Untuk mengamati kurva pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif,yang meliputi


nilai kumulatif dan laju pertumbuhannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:Kingdom:Plantae ; Divisi :
Spematophyta ; Dub Divisi : Angiospmeae ; Kelas : Monocotyledone;Ordo: Graminase ;
Famili :Graminaceae ; Genus Zea ;Speacie : Zea mays L.(Deputi Menegristek,2000)

2.2 Syarat Iklim

2.2.1 Iklim

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21°C-30°C. Akan tetapi, untuk
pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung hibrida, suhu optimum adalah
23°C-27°C. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembapan yang rendah dapat menggangu proses
persarian.Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat
berbunga dan pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah
sekitar 250 mm/tahun (Sihotang,2010)

2.2.1 Tanah

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbih optimal
tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain:
andosol (berasal dari gunung berapi), latosol,grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah
dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol)
berdebu adalahyang terbaik untuk pertumbuhannya ( Deputi Menegristek, 2000).

2.3 Fase Pertumbuhan Jagung

Secara umum, kurva pertumbuhan tanaman terdiri dari beberapa fase utama. Berikut
adalah tinjauan pustaka tentang masing-masing fase ini:
1. Fase Perkecambahan (Germination Phase):

Selama fase ini, biji atau tunas mulai tumbuh menjadi tanaman yang lebih besar.Studi
dalam fase ini mencakup peran faktor-faktor seperti kelembaban, suhu, dan nutrisi dalam
mempengaruhi tingkat perkecambahan dan pertumbuhan bibit.
2. Fase Vegetatif:

Ini adalah fase di mana tanaman mulai mengembangkan daun dan batang yang
kuat.Penelitian dalam fase ini meliputi pengaruh cahaya, suhu, nutrisi tanah, dan faktor
lingkungan lainnya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman.

3. Fase Berbunga:

Fase ini ditandai dengan munculnya bunga pada tanaman.Tinjauan pustaka dalam fase
ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bunga, seperti fotoperiode
(durasi cahaya), hormon, dan polinasi.
Fase Pembuahan dan Pembentukan Buah:Ini adalah fase di mana bunga dibuahi dan
buah mulai berkembang.Studi dalam fase ini melibatkan penelitian tentang proses pembuahan,
perkembangan embrio, pengaruh nutrisi, dan hormon pada pembentukan buah.
4. Fase Kematangan:
Pada fase ini, tanaman mencapai kematangan penuh dan menghasilkan biji atau buah
yang siap untuk panen.Tinjauan pustaka dalam fase ini fokus pada penentuan faktor-faktor
yang mempengaruhi kematangan tanaman, seperti suhu, kelembaban, dan pengaruh hormon
pada proses pematangan.
Penelitian tentang kurva pertumbuhan tanaman juga melibatkan analisis matematika
dan statistik untuk memodelkan pola pertumbuhan. Beberapa model pertumbuhan tanaman
yang umum digunakan meliputi model logistik, model Gompertz, dan model Richards.Penting
untuk dicatat bahwa tinjauan pustaka tentang kurva pertumbuhan tanaman terus berkembang
seiring dengan penemuan dan penelitian baru. Oleh karena itu, selalu ada ruang untuk
penelitian lebih lanjut dalam memahami dan menganalisis pertumbuhan tanaman.

2.4 Kurva Sigmoid


Pola pertumbuhan tanaman digambarkan dengan kurva sigmoid. sigmoid merupakan
kurva pertumbuhan pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahn sel tanaamn dan
kemudian melambat. Periode awal dengan laju pertumbuhan eksponensial yang pendek,
kemudian liner yang relative panjang.Laju pertumbuhan yang liner dikuti oleh fase Jang
lajunya menurun (Pewtasari et al.,2012)
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Senin,13 Maret – 26 April 2023

Waktu : 13.20 – 15.00


Tempat : Lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

3.1 Alat dan Bahan


Alat:
• Penggaris
• kertas milimeter
• paranet
• kayu/tiang

Bahan:
• Benih jagung
• Polybag
• Tanah
• pupuk kandang
• pupuk NPK

3.3. Cara Kerja


1) Dibersihkan lahan dari gulma dan kotoran.
2) Diisi media kedalam polybag yaitu campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 4:1
3) Direndam benih jagung yang hendak ditanam dalam air selama 20 menit.
4) Dibuat 2 lubang pada setiap polybag dengan kedalaman 2 cm
5) pilihlah benih jagung yang baik dan seragam, dan tanamkan 2 benih untuk setiap
polybag.
6) Berikan pupuk Npk sebanyak 10 gram per tanaman dengan memasukan ke dalam lubang
pupuk yang sudah di sediakan.
7) Setelah benih di tanam di lakukan pemupukan segera di lakukan penyiraman hingga
mencapai kapasitas lapang.
8) Pengamtan
- Catat waktu perkecambahan ( Beberaoa hari setelah tanam )
- Ukurlah tinggi tanaman ( setiap 1 minggu sekali )
- Ukurlah panjang dan lebar daun ( Setiap 1 minggu sekali )
- Ukurlah luas daun dengan menggunakan kertas milimeter blok ( setiap 1 minggu sekali
)
- Amati jumlah daun
9) Buatlah grafik tumbuh
10) Bandingkan antara grafik tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tabel Pertumbuhan Tinggi dan jumlah Tanaman Jagung

VARIABEL PENGAMATAN

NO MiNGGU
TINGGI
JUMLAH DAUN
DAUN(cm)

1 1 12 3 helai
2 2 34 5 helai
3 3 71,6 7 helai
4 4 92 10 helai
5 5 147,5 11 helai
6 6 163,5 11 helai

1. Grafik Kurva Pertumbuhan

KURVA PERTUMBUHAN
200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6

Series 1
2. Grafik Kurva Helaian Daun

KURVA HELAIAN DAUN


20
18
16
14
12
10
8 Series 2
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6

4.2 Pembahasana
Percobaan kurva sigmoid pertumbuhan ini menggunakan tanaman jagung (Zea mays) yang
bertujuan untuk mengukur laju pertumbuha tanaman jagung.Laju pertumbuhan jagung nantinya akan
digambarkan dalam bentuk grafik dengan laju tumbuh ordinat dan wkatu pada absis kurva
sigmoid.Dimana pertumbuhan merupakan suatu penambahan yang dapat kita ukur atau mempunyai
data yang bisa dikelola yang pertambahannya dalam bentuk angka yang kemudian dihasilkan suatu
penilaian yang bisa berkita ambil keputusan dalam proses penambahan apa saja yang telah terjadi.
Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, jagung yang diberi pupuk memilikitinggi tanaman lebih tinggi
dan batang yang lebih kokok dibandingkan dengantanaman yang tidak diberi pupuk. karena pupuk
memberikan tambahan nutrisi bagi tanaman untuk mengalami pertumbuhan. Diperoleh juga tinggi
tanaman pada pengamatan kurva sigmoid mulai minggu pertama sampai minggu keenam pertumbuhan
tunggi tanamannya logaritmik. Tanaman belum menghasilkan buah. Hal ini sesuaidengan
literatur,Salisbury dan Ross (1996),Kurva pertumbuhan berbentuk S(Sigmoid) yang ideal, yang
dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun
bertahun, denganmengambil contoh tanaman jagung. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali:fase
logaritmik, fase linear, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik laju pertumbuhan lambat pada awalnya,
tapi kemudian meingkat terus. Padafase linier pertambahan ukuran berlangsung konstan. Fase peuaan
dicirakan oleh laju pertumnuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan.

Dari data percobaan dapat dilihat bahwa jagung mengalami pertambahan tinggi dari minggu
pertama rataanya awal hingga minggu keenam rataannya terjadi peningkatan. Semakin lama, tanaman
semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Pada fase
pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel(cell
division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation).
Terjadinya perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman bisa disebabkan beberapa faktor yakni volume,
biomassa, dan diameter umur tanaman mengikuti bentuk ideal pertumbuhan. Bentuk kurva
pertumbuhan tegakanyang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme yaitu
berbentuk kurva sigmoid.Pada pengamatan jumlah daun, terjadi juga pertumbuhandan perkembangan .
hal ini dapat kita lihat Jumlah daun, dari minggu pertamahanya 2- 3 daun, rataan akhir pada minggu
keenam menjadi 5-12. Fase vegetative terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang
baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah. Terjadi penurunan
jumlah daun dan kenaikan jumlah daun merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada
fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel,
pembesaran sel, dan diferensiasi(penggandaan) sel. Terdapat juga perbedaan warna daun antara
tanaman jagung yang diberi pupuk dan yang tidak. Tanaman yang diberi pupuk akan memiliki warna
daun lebih hijau dan lebih banyak dibandingkan tanaman yag tidak diberi pupuk. Hal ini dikarenakan
tanaman yang diberui pupuk memiliki nutrisi lebih banyak untuk melakukan metabolisme
pertumbuhan.Pada pengamatan pratikum ini hanya dilakukan sampai tahap yaitu minggu keenam yang
dimana tahap panen belum bisa didapatkan tetapi sudah terlihat yaitu benang sari dan putik yang
menunjukan pada tahadap dalam memulai membuahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam proses pertumbuhan tersebut melalui 3 fase yaitu fase logaritmik dimana pada awalnya
laju pertumbuhan tanaman jagung berjalan lambat pada awal minggu pertama hingga awal minggu ke
2, kemudian memasuki fase linear dimana laju pertumbuhan tanaman jagung teus meningkat dan
relative konstanyang berangsur memasuki fase penuaan laju pertumbuhan mulai menurun, fase-fase
tersebut dapat terlihat pada gambaran laju pertumbuhan tanaman jagungdalam grafik yang membentuk
huruf S atau sering disebut kurva sigmoid pertumbuhan. Bentuk kurva sigmoid ini juga dipengaruhi
faktor eksternal ataulingkungan dan faktor internal, dalam pengamatan pengaruh eksternal yang
dapatterlihat dampaknya pada laju pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) adalah pengamatan yang
dilakukan secara dekstruktif dan non dekstruktif dimanat anaman yang diukur secara dekstruktif
memiliki ukuran akhir tinggi tanaman danluas daun yang lebih besar daripada tanaman yang diukur
secara nondekstrutif
DAFTAR PUSTAKA
MARDINA. (2014). LAPORAN PRAKTIKUMSTRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II.
https://www.academia.edu/8972430/KURVA_SIGMOID_PERTUMBUHAN, 1-20.
MUAZIZAH, T. (2016). KURVA SIGMOID LAPORAN .
https://www.academia.edu/30813307/kurva_sigmoid_docx, 1-33.
WIDYARSIH, N. (2014). LAPORAN PRAKTIKUMANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN.
https://www.academia.edu/9506643/10_LAPORAN_PRAKTIKUM_Kurva_Sigmoid_Pertumb
uhan, 1-15.
LAPORAN PRAKTIKUM 2 AKHIR FISIOLOGI TUMBUHAN
“KARBOHIDRAT DALAM TANAMAN”
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannyauntuk
menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organikserta diasimilasikan
di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jikaada cukup cahaya, dan oleh
karena itu maka asimilasi zat karbon disebut jugafotosintesis (Dwidjoseputro, 1994)

Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi
dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti
halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam.

Hasil fotosintesis berupa amilum dan oksigen. amilum inilah yangmenjadi nutrisi bagi
tumbuhan. Karbohidrat mempunyai kedudukan penting yang khusus karena karbohidrat merupakan
produksi langsung fotosintesis.Dengan demikian karbohidrat menjadi dasar substansi organis yang
manasemua senyawa organis lainnya yang terdapt di pohon terbentuk. Tujuh puluhlima persen dari
tubuh tanaman terdiri atas karbohidrat yang rumus kimianyadituliskan sebagai Cx(H20)y.

Pati pada tumbuhan digunakan untuk membuat energi yang terdapatdalam sel-sel tumbuhan
hijau. Pati dibentuk dari dua polimer yaitu rapolimer molekulglukosa amilosa dan amilopektin. Amilum
digunakan sebagai sumber energi dan bahan untuk membuat senyawa lain yang dibutuhkan tumbuhan.
Sebagian dari amilum ini disimpan sebagai cadangan makanan. Sebagai sumber energi utama bagi
manusia, fotosintesis telah memasok energi untuk makanan, dan bahan bakar fosil yang memberikan
tenaga untuk pembangkit tenaga listrik dan banyak mesin lainnya. Studi mengenai fisiologi tanaman
bididaya segera menghasilkan penemuan bahwa produksi tanaman budidaya pada dasarnyatergantung
pada ukuran dan efisiensi sistem fotosintesis ini. Praktik-praktik pengelolaan tanaman budidaya
berlangsung berdasarkan asumsi ini. karena fotosintesis merupakan batupijakan produksi pangan, kita
perlu memahami tentang energi yang tersedia untuk mengadakan fotosintesis, dan mempelajari
bagaimana ciri anatomi dan proses-proses biokimia dalam tubuh tumbuhan berinteraksi untuk
menangkap dan menyimpan energi radiasi (Franklin P. G dkk, 1991). Oleh karena itu pada praktikum
ini akan melihat simpanan amilum yang terdapat pada bagian daun tumbuhan. Oleh karena itu,
dilakukan percobaan uji simpanan amilum dalam daun.

Karbohidrat merupakan konstituen utama dindingsel, merupakan titik awal sintesa protein dan
lemak, sebagain besar teroksidasidalam respirasi dan sisanya terakumulasi sebagai makanan.Pada
praktikum ini akan melihat simpanan amilum yang terdapat padabagian daun tumbuhan. Oleh karena
itu, dilakukan percobaan uji simpanan amilum dalam daun.
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagaimolekul yang kompleks
dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnyaseperti sukrosa, monosakarida dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidratyang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat
secara bersama-sama untukmembentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara
duamonosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002 )

Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik ( CO2 dan H2O )


padatumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesisdengan
persamaan reaksi kimia berikut ini :6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2.

Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan substratdalam reaksi
fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmenfotosintesis (berupa klorofil dan
pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkankarbohidrat dan melepaskan oksigen (Nio Song
Ai, 2012).Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum tampak dari merahhingga
ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari spektrum tampak diserap(diabsorpsi) oleh
pigmen fotosintesis. Atom O pada karbohidrat berasal dari CO2dan atom H pada karbohidrat
berasal dari H2O (Sasmitamihardja, 1996).Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa
fotosintesis menghasilkanamilum. Dalam percobaannya tersebut ia mengguanakan daun segar
yangsebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus,dimasukkan
kedalam alkohol dan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman
pada daun yang tidak ditutupi kertas timahmenandakan adanya amilum (Malcome, 1990).

1.2 Tujuan

Untuk mengamati simpanan amilum dalam daun


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidarat
Karbohidrat merupakan salah satu jenis senyawa organik yang penting dalam tanaman.
Mereka berfungsi sebagai sumber energi utama dan sebagai bahan pembangunan struktur
seluler. Dalam tinjauan pustaka mengenai karbohidrat dalam tanaman, beberapa topik yang
umumnya dibahas meliputi biosintesis karbohidrat, jenis-jenis karbohidrat dalam tanaman, dan
peran karbohidrat dalam metabolisme tanaman.
Biosintesis Karbohidrat: Tinjauan pustaka ini biasanya membahas tentang jalur
biosintesis karbohidrat dalam tanaman. Proses ini melibatkan beberapa tahap, termasuk
fotosintesis, respirasi, dan translokasi karbohidrat. Fotosintesis adalah proses di mana tanaman
menggunakan energi matahari, air, dan karbon dioksida untuk menghasilkan glukosa melalui
reaksi kimia kompleks. Glukosa kemudian dapat diubah menjadi berbagai jenis karbohidrat
lainnya seperti sukrosa, selulosa, dan pati.
Jenis-jenis Karbohidrat dalam Tanaman: Tinjauan pustaka ini akan membahas berbagai
jenis karbohidrat yang ditemukan dalam tanaman. Beberapa karbohidrat umum yang
ditemukan dalam tanaman antara lain glukosa, fruktosa, sukrosa, selulosa, pati, dan pektin.
Karbohidrat ini memiliki struktur kimia yang berbeda dan berperan dalam berbagai fungsi
fisiologis dalam tanaman.
Peran Karbohidrat dalam Metabolisme Tanaman: Karbohidrat dalam tanaman berperan
penting dalam menyediakan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Mereka juga berfungsi sebagai bahan pembangunan struktural seperti pembentukan dinding
sel (selulosa) dan penyimpanan energi dalam bentuk pati. Karbohidrat juga terlibat dalam
proses sinyal dan regulasi dalam tanaman.
Selain itu, dalam tinjauan pustaka karbohidrat dalam tanaman juga dapat dibahas topik-
topik lain seperti pengaturan sintesis karbohidrat dalam kondisi stres, peran karbohidrat dalam
interaksi tanaman-mikroba, dan pengaruh karbohidrat terhadap kualitas dan komposisi nutrisi
tanaman.
Penting untuk diingat bahwa tinjauan pustaka tentang karbohidrat dalam tanaman dapat
bervariasi tergantung pada fokus penelitian dan kepentingan penulis. Oleh karena itu, tinjauan
pustaka yang lebih spesifik dan terkini perlu dikonsultasikan untuk informasi yang lebih
mendalam dan terkini tentang topik ini.
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jumat, 10 Maret 2023
Waktu : 13.20 – 15.00 wib
Tempat : Lab. Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan


1. Bahan
• Daun tanaman segar yang sebagian telah ditutup kertas aluminium saat matahari belum terbit
• Alkohol 95% : larutan j-kj
2. Alat
• Aluminium foil / kertas timah
• Penjepit ( klip )
• Waterbath
• Petridisk

3.3 Cara Kerja


1) Daun yang belum terkena cahaya matahari sebagian ditu tup dengan kertas timah
dan dijepit rapat sehingga tidak ada kemungkinan ada cahaya yang masuk ke dalam, lalu
biarkan selama beberapa jam disinari matahari.
2) Daun tersebut kemudian dipotong, masukkan kedalam alkohol panas (ditangas di dalam
waterbath) selama kurang lebih 20 menit.
3) Cuci daun tersebut dengan air panas, masukkan ke dalam larutan J-KJ pada petridish
selama beberapa menit.
4) Cuci dengan air dingin agar J-KJ yang menempel pada permukaan daun larut, lalu
bentangkang. Warna ungu tua menunjukkan adanya amilum didalam daun (bagian yang
ditutup berwarna pucat, bagian yang terkena cahaya matahari berwarna ungu tua).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut Kesimpulan yang ada dapat kita ambil pada pratikum kali ini adalah sebagai berikut :

a. Fotosintesis memerlukan cahaya ,buktinya bagian daun yang terbuka kena cahaya matahari
langsung terbentuk amilim dari hasil fotosintesis
b. Berdasarkab pengamatan warna daun hijau mengandung karbohidarat dan dau berwarna
coklat berarti kandungan amilumnya belum terbentuk
c. Fungsi alcohol panas,aquades panas dan laruran jkj iodin yaitu pada alkolhol paas untuk
melarutkan klorofil,air panas untuk sel-sel pada daun mati dan larutan jkj untuk meliha
kandungan karbohidat
d. Amilum yang terbentuk tergantung pada bagian daun yang terkena cahaya matahari apabila
cahaya matahari terkena pada daun maka proses fotosinteisis akan terjadi sempurna
DAFTAR PUSTAKA

Sintia, M. (2014). LAPORAN PRAKTIKUM Uji karbohidrat melalui fotosintesis.


https://www.academia.edu/7624762/LAPORAN_PRAKTIKUM_Uji_karbohidrat_melalui_fot
osintesis, 1-8.
LAPORAN PRAKTIKUM 3 AKHIR FISIOLOGI TUMBUHAN
“PENGARUH SUHU TERHADAP RESPIRASI KECAMBAH”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan ataufisiologi
sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola ataukebiasaan yang
berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola ataukebiasaan yang berbeda.
Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya.Kebanyakan tumbuhan tidak
berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkandiri pada apa yang
diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar
harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukurantertentu dan harus
menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan

Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah
kemampuandalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik
sertadiasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong
padaorganisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa
organikyang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk
olehtumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses
pengubahan zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik
karbohidratdengan bantuan cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan
yangmempunyai klorofil. Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara
pigmen hijau daun yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas.

Fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) di manaenergi


diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses respirasiadalah
suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yangtersimpan
dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan.Respirasi merupakan
proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Dalam respirasi aerobik ini diperlukanoksigen dan dihasilkan karbondioksida serta
energi. Sedangkan dalam proses respirasi secaraanaerob dimana oksigen tidak atau kurang
tersedia dan dihasilkan senyawa lainkarbondioksida.

1.2 Tujuan

Untuk mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadisenyawa
anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam seldan berlangsung
secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigendan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimanaoksigen tidak atau kurang
tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, sepertialkohol, asetaldehida atau asam asetat
dan sedikit energi. (Lovelles, 1997).

Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhantinggi.
Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti
glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies
tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskansebagai berikut:

C6H12O6 + O2→6CO2+ H2O +energi

Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam prosesrespirasi.
(Danang, 2008)

Berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju respirasi, diantaranya adalahsebagai berikut
:

1. Ketersediaan substrat

Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kandungan pati,fruktan, atau
gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang rendah. Tumbuhanyang kahat gula sering
melakukan respirasi lebih cepat bila gula disediakan. Bahkanlaju respirasi daun sering lebih cepat
segera setelah matahari tenggelam, saatkandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika matahari
terbit, saat kandungangulanya lebih rendah. Selain itu, daun yang ternaungi atau daun bagian bawah
biasanya berespirasi lebih lambat daripada daun sebelah atas yang terkena cahayalebih banyak. Bila hal
ini tidak terjadi, maka daun sebelah bawah akan lebih cepatmati. Perbedaan kandungan gula akibat tak
berimbangnya laju fotosintesis mungkinyang menyebabkan laju respirasi yang lebih rendah pada daun
yang ternaungi.(Salisbury & Ross, 1995).

2. Ketersediaan oksigen

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruhtersebut


berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ padatumbuhan yang sama.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyakmempengaruhi laju respirasi, karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di
udara.
3. Suhu

Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,dimana
umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhusebesar 10oC, namun hal ini
tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan,
Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh
sampai 30 atau 35°C,laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun.
Penjelasantentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini adalah bahwa laju penetrasi O2 kedalam
sel lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan
cepat. Difusi O2 dan CO2 juga dipercepat dengan peningkatansuhu, tapi Q10 untuk proses fisika ini
hanya 1,1, jadi suhu tidak mempercepat secaranyata difusi larutan lewat air. Peningkatan suhu sampai
40°C atau lebih, laju respirasimalahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada keadaan ini
dalam jangkawaktu yang lama. Nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasidengan
cepat pada suhu yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik yangsemestinya terjadi. Pada kecambah
kacang kapri, peningkatan suhu dari 25°C menjadi45°C mula-mula meningkatkan respirasi dengan
cepat, tapi setelah dua jam lajunyamulai berkurang. Kemungkinan penjelasannya ialah jangka waktu
dua jam sudahcukup lama untuk merusak sebagian enzim respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).

4. Jenis dan umur tumbuhan

Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengandemikian kebutuhan


tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan
laju respirasi yang lebih tinggi dibandingtumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Kamis dan Jumat, 16 – 17 Maret 2023
Waktu : 13.00 – 13.30, 13.30 – 14.40 wib
Tempat : Lab. Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi
3.2 Alat dan Bahan
1. Bahan
• Kecambah kacang hijau ( phaseolus radiatus )
• NaOH 0,5 N
• HCl 0,05 N
• Phenolphtalin
2. Alat
Botol, ukuran 200ml, kain kasa, benang, isolasi ( selotip ), erlenmeyer, buret, dan corong.
3.3 Cara Kerja
1) Kecambah di timbang seberat 10 gram, kemudian di bungkus kain kasa.
2) Isi masing – masing ( 2 botol ) sebanyak 30 ml dengan larutan NaoH 0,5N.
3) Gantungkan bungkusan kain kasa berisi kecambah tersebut ke dalam botol yang telah berisi
larutan dan isolasi sehingga tidak ada udara keluar masuk ke dalam botol.
4) Simpanlah botol tersebut dan kontrornya ( botol berisi larutan NaoH tanpa kecambah ) pada
suhu kamar.
5) Setelah 24 jam larutan NaoH dalam botol di ambil 5 ml, masukkan ke dalam elenmeyer dan
tambahkan 2,5 ml, larutan Bacl. Tetesin 2 tetes phenolphtalin dan selanjutnya lakukan titrasi
dengan Hcl 0,05 N. Titrasi di hentikan setelah warna merah tepat hilang. Ulangin titrasi 3 kali
dan ambil hasil rata – ratanya.
6) Dari hasil titrasi tersebut hitunglah banyaknya CO2 yang di bebaskan.
7) Lakukan juga titrasi dengan menggunakan larutan Naoh blanko ( tanpa kecambah / kontrol ).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pembahasan


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau.Semakin tinggi suhu maka
semakin besar pula laju reaksi kecambah dengan hasil kecepatanyaitu kecambah kacang hijau dan
begitupun sebaliknya. Suhu sangat berpengaruh terhadap respirasi yang dimana dapat berjalan dengan
baik jika berada dalam suhu optimal.Semakin tinggi suhu,semakin cepat pula laju respirasinya begitu
juga sebaliknya maka hasilnya akan sesuai dengan dengan suhu yang ada pada sekitar pada longkungan
tempat pengamatan
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Deo, B. (2018). PENGARUH SUHU TERHADAP KECEPATAN RESPIRASI KECAMBAH.
https://www.academia.edu/36910484/PENGARUH_SUHU_TERHADAP_KECEPATAN_RES
PIRASI_KECAMBAH, 1-15.
Rahayu, A. (2014). pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah.
https://www.academia.edu/9484638/pengaruh_suhu_terhadap_laju_respirasi_kecambah, 1-
22.
LAPORAN PRAKTIKUM 4 AKHIR FISIOLOGI TUMBUHAN
’’ PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA TERHADAP ABSORBSI
AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhlukhidup yang lain juga
sangat membutuhkan air. Air adalah faktor yang menentukankehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air,
tumbuhan tidak bisa melakukan berbagaimacam proses kehidupan apapun. Kira-kira 70% atau lebih
daripada berat protoplasma sel hidup terdiri dari air. Air juga merupakan salah satu komponenfisik yang
sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhandan perkembangan tanaman.
Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperolehmelalui proses fisiologis absorbsi. Sedangkan
hilangnya air dari permukaan bagian-bagian tanaman melalui proses fisiologi, evaporasi dan
transpirasi.Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atautidak
langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua prosesmetaboliknya sehingga dapat
menurunkan pertumbuhan tanaman (Muliana, 2011).
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2,CO2, air dan unsur hara.
Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karenaadanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan
transpor aktif. Proses osmosis yangterjadi merupakan proses perpindahan air dari daerah yang
berkonsentrasi rendahke daerah yang berkonsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel.
Membransemipermiabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zattertentu yang
larut di dalamnya (Dwidjoseputro, 1980). Oleh karena itu kami akan melakukan percobaan ini agar
lebih mengetahui pengaruh osmotik konsentrasi garam hara terhadap absorpsi air dan pertumbuhan
tanaman.
Konsentrasi garam hara yang tinggi pada suatu tanaman disebut stress garam. Stres
garam merupakan salah-satu dari antara enam bentuk stres tanaman yaitu stress suhu, stres air,
stres radiasi, stres bahan kimia dan stres angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam terjadi
dengan adanya salinitas atau konsentrasi garam terlarut yang berlebih dalam tanaman. Stres
garam ini umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat
mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stres tanaman yaitu
NaCl,NaSO4, CaCl2, MgCl2 yang terlarut dalam air (Hamdayanti, 2010)
Berdasarkan dasar teori tersebut maka dilakukan praktikum mengenai
pengaruhosmotik konsentrasi garam hara terhadap absorbsi airdan pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan
Melihat pengaruh osmotik dari kosentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan
pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi yang berlebihan
dalam larutan tanah. Satuan pengukuran salinitas adalah konduktivitas elektrik yang dilambangkan
dengan decisiemens/m pada suhu 25 °C. Pengaruh utama salinitas adalah berkurangnya
pertumbuhan daun yang langsung mengakibatkan berkurangnya fotosintesis tanaman. Salinitas
mengurangi pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian penting dan pada kondisi terburuk dapat
menyebabkan terjadinya gagal panen. Pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terhambat karena akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam sitoplasma, menyebabkan perubahan
metabolisme di dalam sel. Aktivitas enzim terhambat oleh garam. Kondisi tersebut juga mengakibatkan
dehidrasi parsial sel dan hilangnya turgor sel karena berkurangnya potensial air di dalam sel.
Berlebihnya Na dan Cl ekstraselular juga mempengaruhi asimilasi nitrogen karena tampaknya
langsung menghambat penyerapan nitrat (NO3) yang merupakan ion penting untuk pertumbuhan
tanaman (Yuniati, 2004).

2.2 Pengaruh Salinitas Bagi Tumbuhan

Pengaruh salinitas pada tanaman sangat kompleks. Salinitas akan menyebabkan stress ion, stres
osmotik dan stres sekunder. Stres ion yang paling penting adalah keracunan Na+. Ion Na yang
berlebihan pada permukaan akar akan menghambat serapan K+ oleh akar. Ion K sangat berperan untuk
mempertahankan turgor sel dan aktivitas enzim. Na pada partikel tanah akan mengakibatkan
pembesaran dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas serta dispersi material
koloid tanah. Stres osmotik terjadi karena peningkatan konsentrasi garam terlarut dalam tanah akan
meningkatkan tekanan osmotik sehinggga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur yang
berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga
mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Stres osmotik pada tanaman ini
mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan. Stres ion dan stres osmotik karena salinitas yang
tinggi pada tanaman akan menyebabkan stres sekunder yaitu kerusakan pada struktur sel dan
makromolekul seperti lipid, ensim dan DNA. Gejala kekurangan hara dan keracunan pada tanaman
dicirikan dengan nekrosis, klorosis dan daun gugur (Majerus, 1966).

Salinitas mempengaruhi proses fisiologis yang berbeda-beda. Pada tanaman pertanian


seperti jagung, kacang merah, kacang polong, tomat dan bunga matahari, pertumbuhan dan berat
kering mengalami penurunan jika tanaman ditumbuhkan dalam media salin. Pada kacang merah,
pelebaran daun terhambat oleh cekaman salinitas karena berkurangnya tekanan turgor sel.
Berkurangnya pelebaran daun dapat berakibat berkurangnya fotosintesis maupun produktivitas
(Yuniati, 2004).
Beberapa tanaman mengembangkan mekanisme untuk mengatasi cekaman tersebut di samping
ada pula yang menjadi teradaptasi. Mayoritas tanaman budidaya rentan dan tidak dapat bertahan pada
kondisi salinitas tinggi; atau sekalipun dapat bertahan tetapi dengan hasil panen yang berkurang.
Tanaman yang toleran terhadap cekaman garam Na disebut tanaman natrofilik, sedangkan yang tidak
toleran disebut tanaman natrofobik. (Yuniati, 2004).

Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi
tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh (i) cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa
organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator; (ii) tanaman juga
dapat mencegah akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui eksklusi Na dan Cl ke lingkungan
eksternal (media tumbuh); (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl
ke jaringan-jaringan lain (Yuniati, 2004).

2.3 Pemanfaatan Tanah Salin

Perilaku manusia yang mengubah fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman dan
industri karena berbagai sebab menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Lahan-lahan
marginal seperti tanah salin akhirnya terpaksa menjadi areal pertanian. Penyebab tanah salin
adalah 1) tanah tersebut mempunyai bahan induk yang mengandung deposit garam, 2) intrusi air
laut, akumulasi garam dari irigasi yang digunakan atau gerakan air tanah yang direklamasi dari
dasar laut, 3) laju evapotranspirasi yang tinggi dengan curah hujan rendah sehingga mineral tidak
tercuci sepenuhnya (Kusmiyati, 2009).

Pemanfaatan tanah salin menjadi areal pertanian banyak mengalami hambatan. Tanah salin
adalah tanah yang mengandung garam mudah larut yang jumlahnya cukup besar bagi pertumbuhan
kebanyakan tanaman seperti klorida atau sulfat. Kemasaman (pH) tanah salin sekitar 8,5 dan pertukaran
kation kurang dari 15%. Masalah salinitas timbul apabila konsentrasi garam NaCl, Na2CO3,
Na2SO4 terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebih. Salinitas adalah konsentrasi garam-garam
terlarut dalam jumlah besar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kebanyakan tanaman
(Kusmiyati, 2009).

Berdasarkan kemampuan untuk tumbuh pada keadaan salin, tanaman digolongkan menjadi
yaitu glikofita dan halofita. Tanaman yang digolongkan sebagai halofita adalah tanaman yang tahan
terhadap konsentrasi NaCl yang tinggi. Tanaman glikofita adalah tanaman yang tidak dapat mentolerir
salinitas yang tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian digolongkan sebagai tanaman glikofita
(Kusmiyati, 2009).
2.4 Adaptasi Tumbuhan Terhadap Salinitas

Mekanisme ketahanan tanaman terhadap salinitas dapat dilihat dalam dua bentuk adaptasi
yaitu mekanisme morfologi dan mekanisme fisiologi. Mekanisme toleransi yang paling jelas adalah
dengan adaptasi morfologi. Bentuk adaptasi morfologi adalah perubahan struktur mencakup ukuran
daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan
kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Haryadi
dan Yahya, 1988).

Mekanisme fisiologi terdapat dalam beberapa bentuk yaitu osmoregulasi/pengaturan potensial


osmosis, kompartmentasi dan sekresi garam serta integritas membran. Osmoregulasi pada
kebanyakan tanaman melibatkan sintesis dan akumulasi solute organik yang cukup untuk
menurunkan potensial osmotik sel dan meningkatkan tekanan turgor yang diperlukan bagi
pertumbuhan. Senyawa-senyawa organik tsb adalah asam-asam organik, asam-asam amino dan
senyawa gula yang disentesis sebagai respon langsung terhadap menurunnya potensial air eksternal.
Pada beberapa tanaman, akumulasi sukrosa yang berkontribusi terhadap penyesuaian osmotika
merupakan respon terhadap salinitas (Haryadi dan Yahya, 1988).
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jumat, 31 Maret 2023
Waktu : 13.20 – 14.20 WIB
Tempat : Lab. Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan


1. Bahan
• 12 kecambah kacang hijau ( phaseolus radiatus ) yang berumur 10 hari.
• 1000 ml larutan kalsium klorida 0,5 M
2. Alat
• 12 buah botol kultur dengan sumbat yang telah di lubangi sebanyak 2 lubang dan kapas
• Kapas dan aquades

3.3 Cara Kerja


1) Dari larutan baku Cacl 0,5 M buatlah masing – masing 150 ml larutan 0,01; 0,02; 0,03; 0,05;
0,2; dan 0,1 M
2) Masukan larutan ke dalam botol kultur dan di beri label. Satu botol dipakai sebagai kontrol :
isilah dengan air distilata saja.
3) Ambil 14 kecambah kacang hijau berumur ± 10 hari. Pilih yang sehat dan baik pertumbuhan
nya.
4) Kedua lubang pada tutup botong masing – masing di masuki 1 kecambah kacang hijau. Untuk
mengganjal tanaman agar tegak dengan akar terendal dalam larutan pergunakan kapas. Jaga
kapas agar tidak mengenai larutan. Lakukan hal itu untuk semua botol kultur.
5) Ukur dan catat panjang batang di atas kotiledon dengan penggaris milimeter.
6) Berilah tanda tingginya cairan pada tiap botol kultur.
7) Setiap 2 hari liat keadaan cairan. Tambahkan larutan baku CaCl2 sesuai konsentrasi perlakukan
pada sampai tingkat semula. Catat volume larutan yang di tambahkan. Amati penampilan
tanaman.
8) Setelah 1 minggu keluarkan tanaman dan tentukan panjang batas diatas kotiledon, amati
keadaan tanaman dan tentukan total larutan yang di tambahkan. Buatlah tabel yang
menunjukkan hubungan antara pertumbuhan batang dan banyaknya larutan yang terserap pada
masing – masing perlakuan.
BAB IV

METODE PRSTIKUM
4.1 Hasil
No Perlakuan Tanaman Pertambahan Air Pertamabahan Keadaan
(ml) Tinggi (cm) Tanaman
0 2 4 0 4 9 S L M
1 Kontrol 1 - 3 1 - 7 7,5 ✓
2 - 2 1,5 - 9 9,6 ✓
2 CaCl2 0,01 1 - 1 - - - 1 ✓
2 - - 1 - - 1 ✓
3 CaCl2 0,02 1 - 1 - 5 5,5 - ✓
2 1 - - 5,6 6 - ✓
4 CaCl2 0,03 1 0 2 4 1,2 3.2 - ✓
2 - 2 1 0,8 4,1 - ✓
5 CaCl2 0,05 1 - 1,5 1 7,5 8 8,2 ✓
2 - 2 1,5 7 8 8,1 ✓
6 CaCl2 0,1 1 - 2 1 8,2 8,5 - ✓
2 - 2 - 5,5 5,9 - ✓

4.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini membahas tentang konsentari garam hara yang terdapat pada air waduh tanaman
yang kita akan diamati . Konsentrasi garam hara yang tinggi pada suatu tanaman disebut stress garam.
Stres garam merupakan salah-satu dari antara enam bentuk stres tanaman yaitu stress suhu, stres air,
stres radiasi, stres bahan kimia dan stres angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam termasuk stres
bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida, insektisida dan lain sebagainya.

Pada percobaan ini tanaman yang digunakan yaitu kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus.
Tanaman ini digunakanan karena pertumbuhannya yang cukup cepat dan mudah ditumbuhkan pada
media yang kecil. Biji kacang hijau ini dikecambahkan selama ± 10 hari. Setelah kecambah tersebut
tumbuh, dimasukkan ke dalam media yang berupa botol kultur yang berisi larutan CaCl2 dan air
destilata. Larutan CaCl2 digunakan sebagai unsur garam hara bagi pertumbuhan kecambah tersebut.

Hasil pengamatan yang yaitu bahwa kecambah yang di masukkan ke dalam botol kultur
yang berisi air CaCl2 mengalami layu sejak hari kedua hingga hari ketujuh. Hal ini mungkin
disebabkan karena ketika melakukan pengamatan ada praktikan yang tanpa sengaja menyentuh
batang kecambah hingga patah dan mengalami kematian,maka potensial osmotik di sekitar
tanaman sangat meningkat sedangkan potensial air murni menurun yang mengakibatkan energi
bebas air menurun. Sedangkan kecambah pada larutan 0,01 dan 0,02 yang tetap hidup pada
hari kedua hingga hari ketujuh walaupun pertumbuhannya lebih lambat dan tanaman kacang
hijau sudah layu sehingga kecambah tersebut tidak mampu bertahan hidup hingga hari ketujuh.
Pada pengamatan dari kelompok kami dengan konsentrasi CaCl2 0,03 pada hari
pertama dan kedua terlihat dari tanaman kecambah masih segar dan pertumbuhan cukup bagus
yang dimana penambahan air yang cukup banyak terlihat .Kemudian di hari selanjutnya yaitu
pengamatan kedua hari keempat ditemukan tanaman yang terlihat sudah layu dan beberapa
helaian daun yang gugur dengan penambahan larutan yang cukup banyak dan pertumbuhan
kecambah yang meningkat lebih tinggi . Pada pengamatan yang terakhir yaitu hari keenam
terlihat bagian pada batang tanaman sudah menghitam dan seluruh daun sudah gugur atau mati
dan seluruh bagian kecambah terlihat sudah menghitam dan mati.Sedangkan pada
pertumbuhan pada bagian akar kecambah terlihat seperti mengalami pertumbuhan yang cukup
Panjang dengan terlihat Panjang akar kecambah semakin Panjang dari sejak tananman
kecambah di amati dari hari ke hari

Konsentrasi garam yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua
cara yaitu : dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu. Serta membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi pertumbuhan
sel melalui pembentukan tyloses. Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek
yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan
secara perlahan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan garam CaCl2 yang digunakan maka
semakin menghambat pertumbuhan tanaman kacang kedelai. Semakin tinggi konsentrasi larutan
garam yang digunakan menyebabkan akar tanaman kacang kedelai semakin tidak mampu
menyerap air dan mengalami dehidrasi sel. Hal tersebut disebabkan karena kadar garam dapat
menghambat tekanan turgor sel. Oleh karena itu akibat yang tampak jelas adalah kondisi
tanaman kacang kedelai yang semakin memburuk bila dibandingkan dengan kontrol
DAFTAR PUSTAKA
LAYUKAN, F. (19 November 2013). PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA
TERHADAPABSORPSI AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN.
academia.edu/9383478/LAPORAN_PRAKTIKUM_2_fistum_v3, 1-14.
YANSIP, S. M. (2014). PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA TERHADAP
ABSORPSI AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN.
http://sophiabiologi.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan-i.html, 1-8.
LAPORAN PRAKTIKUM 5 AKHIR FISIOLOGI TUMBUHAN
“PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Potensial kimia adalah energi bebas per mol substansi di dalam suatu system kimia.
Oleh karena itu, potensial kimia suatu senyawa di bawah kondisi tekanan dan temperature
konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal hubungan air dan
tanaman, potensial kimia dan air sering dinyatakan dengan istilah “potensial air”. Selanjutnya,
bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran energy dari suatu substansi yang akan
bereaksi atau bergerak. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan
molekul-molekul air untuk molekul difusi.
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberapa substansi yang terlarut di dalam air
tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah
kurang dari nol. Definisi ini hanya berlaku pada tekanan atmosfir. Apabila tekanan di sekitar
system ditingkatkan atau diturunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun
sesuai dengan perubahan tekanan tersebut. Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua
komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah
atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menunjukkan status larutan di
dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersebut ke dalam seri larutan yang
telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tumbuhan tersebut dapat diketahui.
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat
keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu sel
atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari
dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan
untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah.
Dan dari uraian di atas, maka untuk mengetahui nilai potensial air pada jaringan
tumbuhan, dilakukan praktikum potensial air jaringan tumbuhan pada wortel, bengkuang, ubi
jalar, dan kentang.

1.2 Tujuan

Mengukur nilai potensial air larutam umbi kentang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensial Air
Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting dalam
fisiologi tumbuhan. Potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem
tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air
dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan
suhu yang sama. Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah
adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinsing primer dan dinding sekunder,di antara
dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya terdapat lamella
tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel secara bersama-sama untuk
membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara sel-sel primer yang berdekatan.
Karena air begitu sangat penting dan jumlahnya sangat banyak (konsentrasi sekitar 50 M),
difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi
secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke
larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi. Tumbuhan banyak mengandung air dalam
sel-selnya. Hal ini menyebabkan suhu tumbuhan relatif stabil walaupun menerima atau
kehilangan energi.
Potensial air memiliki dua komponen yaitu, potensial tekanan dan potensial osmotik.
Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan tekanan nyata di
bagian sistem tertentu. Potensial osmotik disebut juga potensial linarut, yang terjadi karena
adanya unsur terlarut. Karena potensial tekanan merupakan tekanan nyata untuk mudahnya kita
sebut tekanan (Salisbury dan ross, 1995). Membran sel memungkinkan molekul air melintas
lebih cepat daripada unsur terlarut. Dinding sel primer biasanya sangat permeabel terhadap
keduanya. Membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel
yang tegar itulah yang meninbulkan tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti
yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air (Salisbury dan ross, 1995). Osmosis
merupakan proses gerak air pelarut melewati membran yang bersifat permeabel selektif,
beberapa partikel yang terlarut (substansi dalam cairan tubuh dan cairan sel) seperti protein
tidak dapat melewati membran. Pada keadaan tersebut, supaya kedua sisi membran
mempunyai tekanan seimbang, air harus bergerak melewati membran untuk memperbaiki
perbedaan kadar yang disebabkan substansi yang tidak dapat melewati membran. Sebagai
contoh, bila sel mempunyai kadar partikel yang lebih tinggi dari pada cairan intertisial di
sekeliling sel, maka air dari cairan intertisial akan bergerak masuk ke dalam sel sampai tercapai
keseimbangan tekanan di kedua sisi membran. Karena adanya gerak air, maka volume sel akan
meningkat, dengan demikian tekanannya meningkat.
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati
membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik
(larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan
konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air
melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan
hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga
hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan
hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut),
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis
aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
2.2 Mengukur Potensial Air
Untuk mengukur potensial air, dapat digunakan metode volume-jaringan. Sampel
jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan dalam ragam konsentrasi yang
diketahui. Linarut yang terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang tidak mudah
melintasi membran atau tidak merusak jaringan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan larutan
yang tidak mengubah volume jaringan. Artinya, tidak ada air yang masuk atau yang hilang.
Hal ini menunjukkan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak awal berada dalam
kesetimbangan. Potensial air jaringan sudah sama dengan potensial air dalam larutan pada
tekanan atmosfer, saat P = 0, maka potensial air sama dengan potensial osmotik (Salisbury dan
ross, 1995).
Ada beberapa cara untuk mengetahui perubahan volume. Salah satu caranya adalah
dengan mengukur volume jaringan sebelum jaringan dimasukkan ke dalam larutan (biasanya
juga digunakan volume baku), dan mengukur volume (atau mengukur panjangnya) setelah
jaringan direndam dalam waktu tertentu. Perubahan volume dapat diartikan sebagai fungsi dari
konsentrasi larutan yang menunjukkan penambahan volume pada larutan yang encer dan
pengurangan volume pada larutan yang pekat (Salisbury dan ross, 1995).

2.3 Nilai Potensial Air


Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air
dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menentukan nilai
potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan. Nilai potensial air dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
PA = PO + PT dan PA = - TO
Dimana :
PO = Potensial osmotik
PA= Potensial Air
Untuk mencari nilai tekanan osmotik (TO) menggunakan rumus :
TO sel =
Dimana :
TO = Tekanan Osmotik
M = Molaritas
T = Temperatur mutlak (273+ to)
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jumat, 24 Maret 2023
Waktu : 13.20 – 14.30 wib
Tempat : Lab, Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan


1. Bahan
Umbi kentang ( solanum tuberosum ), dan larutan sukrosa.
2. Alat
Pisau silet, timbangan analitik dan 12 buah gelas piala
3.3 Cara Kerja
1) Siapkan 4 tabung reaski / gelas piala ( 150 / 250 ), masing – masing di isi 100 ml dari larutan
berikut ini : air destilata ; 0,05 ; 0,10, ; 0,20 ; 0,30 Molar larutan Glukosa.
2) Buatlah 12 balok umbi ketang dengan pisau silet dengan panjang 4 cm, hilangkan bagian
kulitnya, letakkan di dalam sebuah wadah tertutup.
3) Dengan pisau silet, potonglah setiap balok kentang menjadi isisan – irisan tipis dengan tebal 1
– 2 mm.
4) Bilas irisan kentang dengan air destilata dengan cepat, keringkan dengan tisue dan kemudian
di timbang. Selanjutnya masukkan ke salah satu larutan glukosa yang telah disiapkan. Lakukan
ini pada tiap – tiap silinder kentang untuk masing – masing larutan sukrosa berikutnya.
5) Setelah 40 menit di rendam, keluarkan irisan – irisan tersebut dari masing – masing tabung, lalu
keringkan dengan tisue dan kemudian timbang. Lakukan ini untuk semua percobaan.
6) Untuk menghitung perubahan berat, gunakan rumus :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penetapan potensial air jaringan tumbuhan ini adalah perubahan yang terjadi pada umbi
kentang (Jaringan tumbuhan yang dimana terjadi setalah dilakukan penambahan perlakuan
larutan sukrosa dengan terjadinya adanya pentensial air. Pada saat semakin pekat larutan
konsentrasi sukrosa ,maka perubahan berat menjadi berkurang (menyusut semakin
besar).Pontesial air pada tumbuhan semakin lebih tinggi dibandikan pontesial air pada sukrosa
sehingga air bergerak keluar dari konsentari tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Himmah, D. L. (2015). LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN


TUMBUHAN”POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN”. http://faroh-
novianti008.blogspot.com/2015/12/laporan-praktikum-potensial-air.html, 1-29.
Ma'ruf, M. (2019). LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN
TUMBUHAN.
https://www.academia.edu/42086680/LAPORAN_PRAKTIKUM_PENETAPAN_POTENSIAL_
AIR_JARINGAN_TUMBUHAN, 1-4.
LAPORAN PRAKTIKUM 6 AKHIR FISIOLOGI TUMBUHAN
“JARINGAN PENGANGUK AIR”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan mahluk hidup.Tumbuhan pun sangatmembutuhkan
air.Didalam tubuh tumbuhan,60-90 % tersusun atas air dan itu bukanlah jumlah yang
sedikit.Status air dari tumbuhan bergantung pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar
dan kehilangan air oleh tranpirasi. Penyerapan air yang tidakcukup oleh akar akan
menimbulkan defisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun,suatu defisit yang
mengakibatkan penurunan evaporasi air dari daun sehingga lajutranspirasi menjadi rendah.
Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapatmenimbulkan defisit air. Sistem tranport
bekerja sebagai suatu unit yang cenderungmenjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan
turgid.
Air masuk dari akar sampai ke tubuh tumbuhan melalui akar dan angkut oleh pembuluh
kayu (xylem).Dari pembuluh kayu inilah semua bermula,air dan zat-zat hara yang di butuhkan
oleh tanaman di angkut dan di sebarkan keseluruh tubuhtanaman.Sebelum masuk bagian atas
tumbuhan,di akan melewati bulu-bulu akar,sel-selkorteks,sel endodermis,sel perisikel,dan
akhirrnya sampai ke xylem.
Bila xilem primer diamati secara seksama akan ditemukan perbedaan
perkembangandan struktur xilem yang dibentuk pertama kali (protoxilem) dengan xilem yang
dibentukkemudian (metaxilem). Protoxilem menduduki tempat yang khas dalam struktur
jaringan pengangkut primer. Pada tumbuhan tingkat tinggi, protoxilem batang letaknya paling
dekat dengan empulur (di tengah, disebut xilem endarch) sedang di akar letaknyadi sebelah
luar metaxilem (disebut xilem exarch).

Status air dari tumbuhan bergantung pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan
kehilangan air oleh transpirasi. Penyerapan air yang tidak cukup oleh akar akan menimbulkan
defisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu defisit yang mengakibatkan penurunan
evaporasi ari dari daun sehingga laju transpirasi menjadi rendah. Selain itu, transpirasi yang
berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem tranport bekerja sebagai suatu unit yang
cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgid. Untuk dapat diserap oleh
tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar. Dari permukaaan akar ini
air bersama bahan-bahan terlarut diangkat menuju pembuluh xylem. Lintasan pergerakan air
dari permukaan arar menuju pembuluh xylem disebut lintasan radial pergerakan air. Pada
awalnya, diperkirakan air naik ke bagian atas tanaman karena adanya tekanan dari akar. Hal ini
didasarkan atas fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan
selang manometer air raksa mak air di dalam selang akan terdorong ke atas oleh tekanan yang
berasal dari akar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan akar adalah relatif rendah dan tidak
terjadi pada semua spesies tanaman dan juga hanya terjadi pada kondisi lingkungan yang
menghambat laju transpirasi.

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tumbuhan melalui
bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan
dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air
yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata.
Tumbuhan yang bertanspirasi akan menaikan cairan yang ditimbulkan oleh tarikan transpirasi.
Air yang mengisi tracheid mati dan pembuluh xylem merupakan kolom air yang kontinu dan
bergerak bebas sepanjang tumbuhan atau secara harafiah ditarik ke atas sepanjang secara utuh.
Air dalam pembuluh xylem tumbuhan yang bertranspirasi berada dalam keadaan tekanan
hidrostatik. Tegangan tersebut dialami oleh seluruh kolom air yang terdapat dalam pembuluh
xylem tumbuhan yang disebabkan oleh lebih kecilnya laju absorbsi air oleh akar dibandingkan
laju transpirasi melalui daun.

1.2 Tujuan

Mengukur nilai potensial air larutan umbi kentang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air dapat diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur harayang
terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun,melului
pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang dan daun merupakansuatu system yang
kontinu, berhubungan satu sama lain ( Lakitan, 2004 ).

Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarahkeujung-ujung.


Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungansitoplasmiknya mati.Hasilnya
adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yangtidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem
bersambung dengan transpor air danmineral keatas (Salisburry,1995).

Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yangdisebutdengan
perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yangdisebut stele. Disebelah
luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dindingtransversalnya dean juga pada
dinding radialnya terdapat suberin yang menebal,dikenaldengan pita kaspari.Suberin
mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luarindodermis terdapat beberapa
lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akan bergerak menuju pembuluh xylem melaluidinding sel korteks tersenut ( Lakitan, 1995 )

Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh


tumbuhandapatdilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya
berdasarkanatas energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan
inimerupakan cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanamandengan
memakai istilah potensial air.Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air
tersebut kurangatau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah denganmengukur kuantitas
air dari suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengankondisi standarttertentu
(Prawiranta, 1997 ).

Allamanda berasal dari Brazil dan secara luas didetribusikan di wilayahtropis. Allamanda
merupakan tanaman yang merambat dengan lapisan yang tebal,daunnya membentuk lingkaran besar,
bunga berbentuk terompet dengan warnakuning terang. Kulit bijiyang berduri mengikuti bunga dengan
benih bersayapyang terbang ketika kulit kering dan terbuka. Allamanda adalah tanaman tahunanpada
iklim tropis dan dapat diperlakukan sebagaitanaman semusim. ( Salisbury.1995

Xilem adalah jaringan pengangkut air dan mineral dari akar ke daun dan bagian atas
tanaman.Terdiri dari sel-sel yang disusun dalam bentuk pembuluh-pembuluh xilem, yang dapat berupa
trakeid (sel dengan dinding sekunder yang berpori-pori) atau elemen berpembuluh (seperti pembuluh
kapiler dan pembuluh tapis).Fungsi utama xilem adalah mengangkut air, nutrisi, dan zat kimia lainnya
dari akar ke daun, serta memberikan dukunganstruktural pada tanaman.adapun transpirasi juga adalah
proses penguapan air melalui stomatadi daun tanaman.Ketika air menguap dari permukaan sel-sel di
dalam daun, kekuatan tarik (tensile force) terbentuk di dalam xilem, yang disebut sebagai gaya hisap
(suction force).Gaya hisap ini membantu menarik air dari akar ke atas melalui xilem dalam proses yang
disebut ascent of sap.

Teori kohepsi-tensi,Teori ini menjelaskan bahwa air dalam xilem bergerak sebagai satu kolom
yang tidak terputus (continuous column) melalui kekuatan adhesi dan kohepsi (kohesi)antara molekul
air.Kohepsi mengacu pada daya tarik antar molekul air, sedangkan adhesi merujuk pada daya tarik
antara molekul air dan dinding sel xilem.

Daya tekan akar (root pressure)Daya tekan akar terjadi ketika adanya peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam akar tanaman.Proses ini dapat terjadi akibat akumulasi garam hara di dalam akar
dan aktifitas sel-sel akar yang menghasilkan tekanan hidrostatik.Daya tekan akar dapat membantu
mendorong air ke atas melalui xilem, tetapi memiliki peran yang lebih dominan dalam kondisi tanaman
yang lebih rendah seperti pada tanaman yang berada dibawah permukaan tanah atau saat malam
hari.Kekuatan kohepsi dan adhesi ini memungkinkan air untuk naik melawan gaya gravitasi melalui
xilem dari akar hingga ke daun.
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jumat, 24 Maret 2023
Waktu : 13.20 – 14.30 wib
Tempat : Lab, Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan


1. Bahan
• Cabang tanaman Alamanda catartila bagian ujung dengan diameter, jumlah ruas,
jumlah daun dan umur yang sama.
• Gabus penutup botol
2. Alat
Pisau potong, botol ( bening ), gelas ukur, dan spidol permanen.
3.3 Cara Kerja
1) Isi botol dengan air ¾ dari volumenya.
2) Pilih ujung tanaman yang sama, panjangnya , diameternya, jumlah ruasnya, jumlah daun dan
umurnya.
3) Kupas kulit dan dan kambiumnya kira – kira 2 cm dari pangkal.
4) Siapkan gabus penutup botol dan di lobangi di tengah untuk memasukkan tanaman dan
perkirakan pangkal tanaman tersebut masuk ke dalam botol kira – kira 1 cm dari dasar botol.
5) Setelah tanaman di masasukkan ke lubang gabus, bagian xilem di ttutup dengan vaseline (dan
floem di biarkan terbuka) dan segera di masukkan ke dalam botol yang telah diisi dengan air.
6) Olesi dengan vaseline gabus penutup botol hingga tidak terjadi kebocoran (penguapan air
melalui celah botol).
7) Seperti perlakukan nomor 5, tetapi yang di tutupi floemnya (sedangkan xilem di biarkan
terbuka).
8) Tandai tinggi permukaan air pada botol dengan spidol. Bila airnya berkurang, tambahkan
dengan menggunkan suntikkan sampai ketinggi semula. Catatlah jumlah air yang di tambahkan,
selain itu juga perhatikian keadaan morfologi tanaman pada setiap pengamatan (misalnya,
terbentuk akar, layu, dll).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jaringan xylem merupakan jaringan pembuluh pada tanaman yang berfungsi sebagai
pengangkut air,unsur hara dan lain-lain fari akar melalui batang menuju ke daun.,sedangkan jaringan
floem yaitu jaringan pembuluh yang bekerja menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagina
tanaman .Jadi apabila jaringan xylem tertutup atau mengalami hambatan ,maka dipastikan bahwa
tanaman tersebut akan mengalami masalah (kematian) karena sumber pasokan bahan fotosisntesis tidak
samapai ke daun yang menyebabkan tergangguannya proses fotosintesis
DAFTAR PUSTAKA

(Degei, 2014)

Degei, A. (2014). Laporan Pratikkun Fisiologi Tumbuhan JARINGAN PENGANGKUT AIR.


https://www.academia.edu/37567690/Laporan_Pratikkun_Fisiologi_Tumbuhan_JARINGAN_
PENGANGKUT_AIR, 1-6.
LAPORAN PRAKTIKUM 7 AKHIR FISIOLOGI TUMBUHAN
“AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jaringan tumbuhan dapat mengalami proses penuaan dengan berbagaicara, salah satunya yaitu
proses absisi. Absisi adalah suatu proses secaraalami terjadinya pemisahan bagian/organ tanaman dari
tumbuhan, seperti daun, bunga, buah atau batang. Dalam proses absisi faktor alami sepertidingin, panas
kekeringan akan mempengaruhi proses absisi yang terjadi.Dalam hubungannya dengan hormon
tumbuh, hormon ini akan mendukungatau menghambat proses tersebut.

Salah satu tumbuhan yang mudah mengalami absisi daun adalah iler atau Coleus sp. Tanaman
ini tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500m di atas permukaan laut
(dpl).Coleusmemiliki batangyang tegak dan merayap dengan tinggi berkisiaran 30-150 cm,
mempunyaipenampang batang berbentuk segiempat. DaunColeusberbentuk hati danpada setiap tepi
daun dihiasi oleh jorong'jorong atau lekuk'lekuk tipis yangbersambungan dan didukung oleh tangkai
daun dan memiliki (arna yangberaneka ragam.

Absisi daun Coleus sp.dipengaruhi oleh akti)itas hormon yang berperandalam senesensi
tumbuhan, yaitu asam absisat atau ABA dan etilen.Berlawanan dengan etilen dan AIA, tumbuhan juga
memiliki hormonpertumbuhan yang berpengaruh dalam merangsang pertumbuhan yaituauksin. Dalam
tubuh tumbuhan, auksin terdapat dalam bentuk A#A atauasam indol asetat yang terdiri atas cincin
ben+ena aromatis dan gugus karboksil (-COOH)/(Salisbury,1992).

Pada eksperimen ini penulis melakukan percobaan tentang 2engaruh AIA terhadap proses
Absisi Daun pada Coleus sp ,untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh AIA terhadap proses absisi daun
Coleus sp., khususnyakecepatan proses absisinya.

Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran). Misalnya daun,
cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses ini berada di bawah pengaruh auksin.
Pembentukan daerah absisi itu di pengaruhi oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Selama
auksin di dalam suatu tanaman cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi sebaliknya, apabila suplai
auksin dalam suatu tanaman kurang, maka daerah absisi akan terbentuk.
Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan dilakukannya
tindakan–tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga, dan buah. Auksin termasuk senyawa yang
sangat kuat (efektif pada konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran
yang akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain. Percobaan yang akan dilakukan berkaitan dengan
sistem kerja auksin dalam tanaman merupakan salah satu cara pembuktian apakah benar auksin suatu
zat pengatur tumbuh untuk mengontrol absisi suatu tanaman tertentu.

Umum terbentuknya zona absisi dapat mempengaruhi proses pengguguran daun, sehingga
diduga ada keterlibatan hormon di dalam proses tersebut. Salah satu hormon yang diduga berpengaruh
adalah hormon AIA. Hormon ini dapat memacu proses pemanjangan jaringan, akan tetapi ketika
kita mengamati tahapan selanjutnya, hormon AIA ini ternyata juga dapat mempengaruhi kerja dari
etilen. Sedangkan etilen merupakan suatu zat yang memegang peranan penting dalam terjadinya
mekanisme absisi.

1.2 Tujuan

Melihat pengaruh auksin terhadap absisi daun


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Coleus sp.
Coleus sp. atau iler memiliki batang yang tegak dan merayap dengantinggi berksiar 30-
50 cm, mempunyai penampang batang berbentuksegiempat. Daun tanaman iler berbentuk hati
dan pada setiap tepi daundihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk'lekuk tipis yang bersambungan
dandidukung oleh tangkai daun dan memiliki karna yang beraneka ragam.*unganya berbentuk
untaian bunga bersusun dan muncul pada pucuktangkai batang. Coleus sering tumbuh liar di
pematang salah, atau di tepi'tepi jalan. Namun, ada juga yang sengaja menanamnya sebagai
tanamanhias atau tanaman pagar. Tanaman ini tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 1500 m di atas permukaan laut (dpl).Tanaman ilermengandung senyawa kimia yang
bermanfaat di antaranya6 alkaloid, etilsalisilat, metil eugenol timol, kar)alenol dan mineral.

2.2 Auksin

Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama berpengaruh
terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembesaran sel dan
perubahan-perubahan lainnya, Auksin ini bekerja sama dengan hormon- hormon lain. (Anonim, 2009).

Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnyamerangsang


perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak
berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat
menghambat. (Anonim, 2008).

Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IA
Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakansalah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis
IAA. Dalam hal ini perl.dikemukakan pula bahwa Tryptophan adalah zat organic terpenting dalam
proses biosintesis IA. Bahan organic lain yaitu indoleacetonitrile, adalah bahan organic nag
dikemukakan dalam tanaman famili Cruciferae dam merupakan zat yang dikelompokan kedalam
auksin, Beberapa senyawa yang disintesis para ahli kimia yang dapat menimbulkan respon fisiologi
seperti IAA, dianggap sebagai auksin.yang termasuk kedalam kelompok ini adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam indolbutirat (IBA), asam 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D), asam 2,4,5- triklorofenoksi
asetat (2,4,5-T) dan asam 2 metil-4-Klorofenoksi asetat (MCPA). Olen karena tidak disintesis olen
tumbuhan, mereka bukan hormon tetapi dikelompokkan dalam zat pengatur tumbuh.

2.3 Hormon

Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman
dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain dimana pada konsentrasi yang sangat rendah akan
menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon harus di translokasikan didalam tubuh tanaman, tetapi
tidak disebutkan berapa jauh hormon tersebut harus di angkut, juga tidak disebutkan bahwa hormon
tidak akan menyebabkan pengaruh pada sel dimana hormon tersebut disintesis. Auksin yang ditemukan
oleh Went, sekarang dikenal sebagai asamindol-asetat (indole 3-acetic acid, disingkat IAA). Beberapa
ahli yakin bahwa IAA merupakanhormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan dengan
auksin. Walaupun demikian tanaman mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman
sama dengan IAAdan selayaknya juga di golongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula,
ion, dan bahan terlarut lainnya, IAA biasanya tidak di angkut melalui pembuluh floem dan tidak juga
melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada permukaan daun yang
cukup dewasa yang telah mampu mengekspor gula, tetapi pengangkutan IAA secaranormal dalam
batang dan tangkai daun adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya, termasuk floem
parenkima dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh. (Lakitan, 1996)
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Pelasanaan
Hari / Tanggal : Jumat, 24 Maret 2023
Waktu : 13.20 – 14.30 wib
Tempat : Lab, Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan


1. Bahan

 Tanamnan coleus sp dalam pot


 Pasta IAA 1000 ppm
 Pasta lanolin.
2 Alat
 Kertas label
 Kertas milimeter
 Pisau silet
 Sudip untuk memberikan pasta
3.3 Cara Kerja
1) Pilih tiga pasang daun ( enam daun ) dan potong dengan pisau silet pada pangkal helai daunnya,
serta biarkan petiolnya.
2) Bubuhkan pasta lanolin pada ujung 3 petio, dan pasta IAA pada ujung 3 petiol lainya. Dengan
demikian maka salah satu petiol dari setiap pasangan mendapat perlakuan IAA, sedangkan yang
lainnya tidak mendapat perlakukan.
3) Setiap petiol diberi label sesuai dengan perlakuannya.
4) Ukur panjang petiolo pada saat percobaan di mulai, dan setiap seminggu sekali selama 3
minggu.
5) Catat kapan petiol gugur. Untuk ini perlu di lakukan pengamatan setiap 2 hari sekali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Variabel pengamatan
Perlakuan Ulangan Kondisi petiol pengamatan ke- Panjang petiol
pengamatan ke-
0 1 2 3 0 1 2 3
1 IAA 1 Segar Segar Layu Layu 1,5 1,1 1,3 1,4
cm cm cm cm
2 Segar Layu Layu Gugur 2 cm 2 2,3 2,6
cm cm cm
3 Layu Layu Layu Gugur 2,5 2,2 3 cm 3,2
dan cm cm cm
mati
2 Tanpa IAA 1 Segar Segar Segar Segar 1,3 1,5 1,5 1,6
cm cm cm cm
2 Segar Segar Layu Layu 2 cm 2,2 2,4 2,7
cm cm cm
3 Layu Layu Layu Layu 3 cm 3,2 3,4 3,5
cm cm cm

4.2 Pembahasan

Pada pratikum kali ini berdasarkan analisis yang kami buat dapat kita ketahui dan terlihat yaitu
tangaki daun yang diolesi dengan Ianolin akan mengalami daun yang gugur lebih cepat
dibadndikan dengan daun yang di olesin dengan Ianolin IAA dibeberapa titik tangaki daun.Hal
ini disebabkan dikarenakan hormon IAA menghambat proses penguguran tangaki daun dan
pada ianolin hormon yang terdapat yaitu mempercepat proses penguguran tangkau daun.Pada
daerah tangkai daun yang akan di olesi yaitu Ianolin akan membentuk daerah absisi. . Daerah
ini merupakan bagian yang terlemah dan diameter berkas pengangkut lebih kecil dari
bagian lain, tidak mengandung kolenkim maupun sklerenkim (sebagai jaringan
penguat) sehingga lamela tengahnya larut yang mengakibatkan tangkai daun dapat putus
atau gugur. Putus atau gugurnya tangkai daun pada daerah absisi yang tidak mengalami
penebalan oleh lignin, suberin, dan selulosa serta dipicu oleh angin atau karena berat dari
jaringan itu sendiri.

Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa cabang yang diberikan IAA lebih lama gugur
dibandingkan dengan cabang yang diberikan Lanolin. Pada pengematan pertama terlihat
tanaman masih terlihat masih segar karena factor hormon yang di miliki IAA tidak berlum
bekerja secara maksmal pada jaringan pada tanaman.Pada pengamatan kedua terlihat tanaman
pada tangkai daun mulai mengalami kelayuan pada tangkai daun yang diolesin tetapi tidak
terlihat daun yang mengalami daun yang gugur.Pada pengamatan terakhir yaitu ketiiga terlihat
tangkai daun mengalami kelayuan yang terlihat semua bagian tangkain daun yang mulai
mengalami duan yang layu dan kan mengalami keguuguran yang kemudian akan mengalami
kematian pada tanaman itu sendiriSeperti yang kita ketahui bahwa IAA mengandung hormon
auksin yang dapat mencegah kegugurang daun. Sedangkan Lanolin merupakan pasta biasa
yang berbentuk seperti tepung tetapi dicampur dengan IAA agar dapat lengket di petiol
tumbuhan. Maka pada percobaan ini keguguran daun lebih cepat terjadi pada lanolin
disbanding dengan IAA.

Tangkai daun yang diolesi dengan pasta Lanolin mengalami absisi terlebih dahulu
dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua. Hal tersebut
dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat membelah secara aktif dan
sel-sel pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak mudah larut dan bahkan sel-selnya tidak
mudah hancur karena pengaruh hormon auksin yang terkandung dalam IAA, sehingga absisi
dapat dicegah lebih lama. Pengaruh itu lebih jelas dengan pertambahan panjang tangkai daun
yang diolesi IAA.

Percobaan ini membuktikan bahwa hormon auksin sangat berpengaruh pada absisi
daun. Apabila daun kekurangan hormone auksin, maka absisi daun akan terjadi lebih cepat dan
akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman berkaitan dengan proses fotosintesis.

Pada percobaan pratikum ini mengalami banyak gangguan atau hasil yang tidak sesuai
dengan teori yang akan di pakai yaitu kondisi tanaman yang di pastikan dengan baik yaitu
dengan kondisi yang sehat dan bagus karena apabila kondisi daun yang tidak baik maka semua
teori yang telah disampaikan di atas akan tidak sejalan dengan lurus dengan semua peryataan
yang telah disampaikan dengan semua teori di atas.Dan hormon IAA yang diberikan kurang,
sehingga tidak berpengaruh pada tangkai daun itu sendiri.Kemungkinan lain juga dapat
bersumber mungkin dari kondisi tanaman yang berbeda,dari luar memang terlihat kedua
tanaman iler ini memiliki kondisi yang sama, namun tidak memungkinkan secara fisiologis
tanaman dapat berbeda sehingga proses kerja hormon juga akan berubah nantinya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum eksperimen pengaruh IAA terhadap proses absisi daun Coleus
Sp kita dapat menyimpulkan bahwa pada IAA sangat berpengaruh dalam mempercepat proses
absisi daun dibandinkan dengan petiol yang diberikan pasta lanolin.Dan Absisi daun
berpengaruh pada hormon auksin kemudian pada proses absisi daun akan berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman yang berkaitan dengan proses fotosintesis

5.2 Saran

Dalam melakukan pratikum di pastikan tanaman yang akan di lakukan pengamatan


dalam kondisi sehat dan tidak mengalami gangguan apapun karena akan menunjukan kondisi
hasil yang sesuai dengan hasil pada teori yang telah di berikan diatas.
Daftar Pustaka
Bibliography
Abdillah, G. N. (2015). Laporan pratikum fisiologi tumbuhan pengaruh AIA terhadap proses Absisi
Daun Coleus sp. https://www.academia.edu/17346969/Absisi_daun, 1-23.
Kuala, U. S. (28 Maret 2014). Laporan Fisilogi Tumbuhan : Pengaruh Auksin Terhadap Absisi Organ
Tubuh Tanaman. http://cangkulmania.blogspot.com/p/laporan-fisilogi-tumbuhan-
pengaruh.html, 1-10.
Mentari, D. (5 juni 2013). laporan fistum absisi daun.
http://dwimentari40.blogspot.com/2013/06/laporan-fistum-absisi-daun_5.html, 1-15
LAMPIRAN

 Pratikum 1 ( Kurva Pertumbuhan Tanaman)

PEMBUATAN MEDIA PENGUMPULAN MEDIA MEMASUKKAN MEDIA


TANAH TANAH TANAH KE POLYBAG

PENGAMATAN MINGGU 5
PENGAMATAN MINGGU 1 PENGAMATAN MINGGU 2

PENGAMATAN MINGGU 6
PENGAMATAN MINGGU 4 PENGAMATAN MINGGU 5
 Pratikum 2 ( Karbohidrat dalam Tanaman)

Larutan aquades Yodium Larutan yodium dan daun ubi

Hasil larutan alkohol setelah Pengambilan daun ubi


di masukkan daun ubi

Inkubasi daun ubi

 Pratikum 3 (Pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah)


Larutan NaoH kecambah dimasukkan kedalam Dimasukkan kedalam
botol dan di gantungg dengan kulkas
kain kasa

Larutan NaoH hasil setelah di campurkan Titrasi


Phenolphtalin

Hasil
 Pratikum 4 ( Pengaruh osmotik konsentrasi garam hara terhadap absorbsi
air danpertumbuhan tanaman)

Proses awal Proses awal

Pengamatan hari 3 Pengamatan hari 7

Proses akhir
 Pratikum 5 (Penetapan Potensial Air Jaringan Tumbuhan)

Kentang di kupas Hasil Dimasukkan kedalam


Glukosa di dalam
Gelas piala

Larutan glukosa kentang dan larutan glukosa kentang di timbang


 Pratikum 6 ( Jaringan Pengangkut air)

Dikikis dengan silet xilem diberi vaseline Penutup gabus

Hasil Penutup di oleh dengan di tambahkan air


Vaseline setelah air berkurang
beberapa hari

Hasil Bunga yang layu pengukuran air


 Pratikum 7 (Auksin dan Absisi Bagian atau Organ Tumbuhan)

Menyiapkan bungan pemberian IAA pemberian tanda hasil pengamaatan


colleus

Hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai