DISUSUN OLEH:
NAMA : DEWI NURAKMAL
NIM : F107171011
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
Abstrak
Abstract
Sigmoid growth curve practicum The tools used are millimeter paper, knives,
polybags / pots, rulers, ovens, and scales. While the materials used are corn
kernels, fertilizer and soil media. The way to prepare is prepared by soil
media and filled with polybags with this soil media. given labels on each
polybag. Good corn kernels are chosen before they are planted. Corn seeds
were planted with 10 seeds per polybag that contained planting media and
watered. The polybags were placed in an open field and watered sufficiently.
Checked growth every week with destructive / non destructive. Measured
plant height, leaf width and number of leaves, wet weight, dry weight of the
top (stems and leaves) and the bottom of the roots after cleaning first. Dry
weight is obtained by measuring the weight of plants that have been dried in
an oven at 80ºC where the weight does not change anymore. The results
obtained are in the form of sigmoid in destructive handling higher than in
nondestructive handling, this depends on this treatment related to corn plant
that is revoked thereby reducing the scramble which increases the growth of
corn plants.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Teori
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh
letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa
sentimeter di bawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap
lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan
kecambah mati (Salisbury & Ross, 1992).
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam
pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau
massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena
organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam
volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan
tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur.
Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur
perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang)
atau luas (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun).
Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak
merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada
waktu yang berbeda (Salisbury & Ross, 1992).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu,
oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan
laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi. Maka grafik itu merupakan suatu
kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Sujarwati, 2004).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase
utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase
penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat
pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Srigandono, 1991).
Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapat dinyatakan dalam bentuk kurva
pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu
tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa dan diameter
dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan yang ideal akan mengikuti
bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh – tumbuhan),
yaitu berbentuk kurva sigmoid (Latifah, 2004).
Model pertumbuhan digunakan untuk mengetahui hubungan antara produk
pertumbuhan terhadap waktu. Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman
yang paling sering dijumpai adalah biomassa tanaman yang menunjukkan
pertumbuhan mengikuti bentuk S sering dengan pertambahan waktu yang
dikenal dengan nama model sigmoid (Ramadani, dkk., 2010).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan luar dan adalah
penyesuaian diri antara genetik dan lingkungan (Mukherji & Glosh, 2002).
Faktor lingkungan juga penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tidak hanya lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan, tetapi
juga banyak faktor seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan faktor nutrisi
mempengaruhi akhir morfologi dari tanaman. Cahaya meliputi pada lekukan
dari batang morfogenesis. Temperatur, kelembaban,dan nutrisi mempunyai
efek yang lebih halus, tetapi juga mempengaruhi perubahan morfologi (Ting,
1987).
C. Masalah
D. Tujuan
BAB II
METODOLOGI
Adapun alat yang digunakan adalah kertas milimeter blok, pisau, polibag/ pot,
penggaris, oven, dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu biji
jagung, pupuk dan media tanah.
Cara kerjanya adalah disiapkan media tanah dan diisi polibag dengan media tanah
ini. di beri lebel pada setiap polibag. Dipilih biji jagung yang baik dan redam
sebelum ditanam. Ditanam biji jagung sebanyak 10 biji pada setiap polibag yang
telah berisi media tanam dan disiram. Diletakkan polibag tersebut pada lapangan
terbuka dan disiram secukupnya. Dicek pertumbuhan setiap minggu dengan
destruktif/ non destruktif. Diukur tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun,
berat basah, berat kering dari bagian atas (batang dan daun) dan bagian bawah
akar setelah dibersihkan terlebih dahulu. Berat kering didapatkan dengan
mengukur berat tanaman yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 80ºC
dimana berat tidak berubah lagi. Dicatat temperatur tanah dan udara, kelembaban
relatif, dan curah hujan setiap hari sebagai data pendukung setiap hari. Dibuat
tabel pengamatan untuk pertumbuhan dan faktor iklim, di buat grafik rerata dari
pertumbuhan tanaman dan faktor iklim dengan waktu sebagai absis.
BAB III
A. Hasil Pengamatan
Berat daun +
Minggu Tinggi Jumlah Berat akar
Luas daun batang
ke- tanaman daun
Basah Kering Basah Kering
1 22.7 cm 2 16.4 cm 0.19g 0.01g 1.19g 0.01g
2 39.5 cm 4 53.28 cm 0.21g 0.02g 2.44g 0.19g
3 43.9 cm 4 99.47 cm 0.31g 0.03g 6.67g 0.56g
4 56.1 cm 4 50.66 cm 0.74g 0.09g 8.18g 0.68g
5 57.1 cm 4 124.5 cm 0.83g 0.10g 7.74g 0.84g
6 58.7 cm 4 126.9 cm 1.17g 0.77g 9.0g 0.13g
7 59 cm 6 128.64 cm 6.62g 2.19g 17.47g 0.45g
8 58 cm 7 122.85 cm 1.46g 0.21g 10.96g 1.43g
Berat daun +
Minggu Tinggi Jumlah Berat akar
Luas daun batang
ke- tanaman daun
Basah Kering Basah Kering
1 21.8 cm 2 10.5 cm 0.17g 0.01g 1.15g 0.02g
2 31.9 cm 4 43.2 cm 0.24g 0.02g 1.89g 0.15g
3 37.5 cm 4 73.36 cm 0.50g 0.07g 4.17g 0.42g
4 41.4 cm 3 32.48 cm 0.50g 0.32g 3.09g 0.08g
5 45.7 cm 3 114.14 cm 0.30g 0.04g 5.24g 0.63g
6 60.8 cm 4 152 cm 1.11g 0.74g 11.12g 0.10g
7 60.2 cm 5 139.5 cm 1.49g 0.87g 12.89g 0.13g
8 66.5 cm 6 125 cm 1.31g 0.20g 12.39g 1.72g
B. Pembahasan
Pada perlakuan destruktif dan non pupuk diperoleh tinggi tanaman dari
minggu ke 1 sampai minggu ke 8 berturut-turut 21.8 cm, 31.9 cm, 37.5 cm,
41.4 cm, 45.7 cm, 60.8 cm, 60.2 cm, dan 66.5 cm. Lebar daun dari minggu
ke 1 sampai minggu ke 8 adalah 10.5 cm, 43.2 cm, 73.36 cm, 32.48 cm,
114.14 cm, 152 cm, 139.5 cm, dan 125 cm. Jumlah daun pada Minggu ke 1
sampai ke 8 ialah 2, 4, 4, 3, 3, 4, 5, dan 6. Berat basah akar dari minggu ke 1
sampai minggu ke 8 yaitu 0.17g, 0.24g, 0.50g, 0.50g, 0.30g, 0.74g, 0.87g, dan
1.31g. Berat kering akar yang diperoleh dari minggu ke 1 sampai minggu ke
8 adalah 0.01g, 0.02g, 0.07g, 0.32g, 0.04g, 1.11g, 1.49g, dan 0.20g.
Kemudian berat basah dari batang dan daun berturut-turut dari minggu 1 ke
minggu 8 adalah 1.15g, 1.89g, 4.17g, 3.09g, 5.24g, 11.12g, 12.89g, dan
12.39g. diperoleh berat kering dari batang dan daun dari minggu ke 1 sampai
minggu ke 8 adalah 0.02g, 0.15g, 0.42g, 0.08g, 0.63g, 0.10g, 0.13g, dan
1.72g.
Untuk perlakuan non destruktif dan pupuk diperoleh tinggi tanaman dari
minggu ke 1 sampai minggu ke 8 berturut-turut 23.9 cm, 33.5 cm, 59.6 cm,
54.9 cm, 56.9 cm, 52 cm, 53.7 cm, dan 56.5 cm. Jumlah daun pada minggu ke
1 sampai ke 8 ialah 3, 4, 5, 4, 4, 5, 6, dan 7. Lebar daun dari minggu ke 1
sampai minggu ke 8 adalah 19.2 cm, 39.5 cm, 160.2 cm, 52.47 cm, 185.64
cm, 228 cm, 134.4 cm, dan 109.2 cm. Berat basah akar dari minggu ke 1
sampai minggu ke 8 yaitu 0.20g, 0.15g, 0.84g, 1.05g, 1.9 g, 1.76g, 1.99g, dan
0.96g. Berat kering akar yang diperoleh dari minggu ke 1 sampai minggu ke
8 adalah 0.01g, 0.01g, 0.08g, 0.15g, 0.29g, 2.25g, 8.33 g, dan 0.18 g.
Kemudian berat basah dari batang dan daun berturut-turut dari minggu 1 ke
minggu 8 adalah 1.15g, 1.54g, 11.35g, 7.16g, 11.91g, 20.41g, 4.56g, dan
10.50g. Diperoleh berat kering dari batang dan daun dari minggu ke 1 sampai
minggu ke 8 adalah 0.04g, 0.12g, 1.01g, 0.75g, 1.31g, 0.29g, 0.74g, dan
2.04g.
Untuk perlakuan non destruktif dan non pupuk diperoleh tinggi tanaman dari
minggu ke 1 sampai minggu ke 8 berturut-turut 16.7 cm, 21.7 cm, 46.5 cm,
47.6 cm, 53.1 cm, 59 cm, 60.9 cm, dan 62 cm. Jumlah daun pada minggu ke 1
sampai ke 8 ialah 2, 4, 4, 4, 4, 4, 6, dan 6. Lebar daun dari minggu ke 1
sampai minggu ke 8 adalah 7.5 cm, 27.75 cm, 90 cm, 39.6 cm, 142.29 cm,
93.6 cm, 145 cm, dan 132.5 cm. Berat basah akar dari minggu ke 1 sampai
minggu ke 8 yaitu 0.19g, 0.14g, 0.24g, 0.67g, 1.21g, 1.45g, 0.84g, dan 0.68g.
Berat kering akar yang diperoleh dari minggu ke 1 sampai minggu ke 8
adalah 0.03g, 0.01g, 0.05g, 0.08g, 0.17g, 0.71g, 3.42 g, dan 0.14g. Kemudian
berat basah dari batang dan daun berturut-turut dari minggu 1 ke minggu 8
adalah 1.11g, 1.22g, 8.18g, 4.64g, 7.74g, 6.53g, 14.21g, dan 9.86g. Diperoleh
berat kering dari batang dan daun dari minggu ke 1 sampai minggu ke 8
adalah 0.03g, 0.10g, 0.68g, 0.42g, 0.77g, 0.18g, 0.74g, dan 1.58g.
70
60
Berdasarkan grafik
50 Destruktif pupuk
40 tinggi tanaman,
30 Destruktif non tanaman jagung
20 pupuk
dari minggu ke 1
10 Non destruktif
0 pupuk
Non destruktif non
g e-6
pupuk
g e-1
M gu 2
-3
M gu 4
M gu K 5
gg e-7
-8
-
g e-
-
in k e
in k e
in k e
ke
M gu k
M gu k
M gu k
M gu
u
g
g
g
g
in
in
in
in
in
M
sampai minggu 8, tinggi tanamannya tidak selalu naik, ada juga terjadi
penurunan, hal ini dikarenakan pada waktu pengukuran, tanaman yang
diambil berbeda beda, walaupun dalam satu perlakuan yang sama. Namun
apabila dilihat tinggi tanaman pada minggu ke 8, maka tanaman yang
memiliki laju pertumbuhan yang tinggi adalah tanaman jagung dengan
perlakuan destruktif non pupuk, karena mempunyai tinggi tanaman paling
tinggi dari pada tanaman jagung dengan perlakuan lainnya.
8
7
6
D+P
5
D+NP
4
ND+P
3
ND+NP
2
1
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8
250
200
D+P
150
D+NP
100 ND+P
ND+NP
50
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8
9
8
7
6 D+P
5 D+NP
4 ND+P
3 ND+NP
2
1
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8
Grafik 4 menunjukkan berat basah akar tanaman jagung setiap minggu. Dari
minggu ke 1 sampai minggu ke 8 menunjukkan peningkatan dan penurunan
berat basah akar pada setiap perlakuan. Tanaman jagung yang mempunyai
berat basah akar paling tinggi adalah yang diberi perlakuan non destruktif
pupuk. Sedangkan paling rendah adalah destruktif non pupuk.
Grafik 5. Berat Kering Akar
2,5
2
D+P
1,5 D+NP
1 ND+P
ND+NP
0,5
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8
25
20
D+P
15 D+NP
10 ND+P
5 ND+NP
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
ke
ke
ke
ke
ke
ke
ke
ke
u
u
u
u
gg
gg
gg
gg
gg
gg
gg
gg
in
in
in
in
in
in
in
in
M
Grafik 6 menunjukkan berat basah batang dan daun tanaman jagung. Berat
basah batang dan daun tanaman jagung mengalami peningkatan dan
penurunan. Tanaman jagung pada perlakuan non destruktif pupuk mempunyai
berat basah batang dan daun yang tinggi, kemudian destruktif pupuk, dan non
destruktif non pupuk. Sedangkan berat basah paling rendah adalah destruktif
non pupuk.
2,5
2
D+P
1,5
D+NP
1 ND+P
ND+NP
0,5
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8
KESIMPULAN
SARAN
Pada saat melakukan pengukuran dan penimbangan berat kering dan berat basah,
sebaiknya lebih teliti. Agar tidak terjadi kesalahan hasil pengukuran maupun
penimbangan.
DAFTAR PUSTAKA