Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN I

IMITASI PERBANDINGAN GENETIS

NAMA : ABDUL HAYAT

NIM : H041 19 1083

HARI/TANGGAL PERCOBAAN : SELASA/3 MARET 2020

KELOMPOK            : III (TIGA)

ASISTEN : NURHIKMAH

LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memiliki sifat alamiah, berupa mengadakan

keturunannya, agar jenis nya tidak punah. Seperti yang kita ketahui bahwa ada sifat-

sifat yang diwariskan oleh induk kepada keturunanya dan Mendel membuat suatu

model pewarisan sifat-sifat tersebut yang kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu

dengan mengunakan metode matematis yang membantu menganalisis data yang

dihasilkan. Faktor keturunan pada setiap individu terdapat secara berpasangan dalam

bentuk unit. Mendel berpendapat bahwa pasangan tersebut terpisah secara seimbang

dalam bentuk komponen reproduksi jantan dan betina (gamet). Dengan demikian,

masing-masing karakter ini akan diwariskan pada generasi berikutnya.

Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Mendel menggunakan kacang ercis

Pisum sativum, Mendel menarik kesimpulan bahwa dua alel yang berlawanan untuk

sifat tertentu seperti fenotip tinggi dan pendek. Alasan Mendel memilih kacang ercis

dikarenakan kacang ercis mudah diamati fenotipnya, dapat hidup relatif singkat.

Apabila kita menghadapi suatu peristiwa/kejadian yang tidak dapat di pastikan

akan kebenarannya biasanya digunakan berbagai macam istilah seperti kemungkinan

atau peluang dan sebagainya. Seorang ibu yang menghadapi kelahiran anaknya

tentunya menghadapi kemungkinan apakah anaknya laki-laki ataukah perempuan.

Dalam ilmu Genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya, soal

pemindahan gen-gen dari orang tua/induk ke gamet-gamet, jenis spermatozoa yang

membuahi sel telur, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga terjadi

berbagai kombinasi (Suryo, 2011).

Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah percobaan untuk membuktikan

teori Mendel dengan rasio fenotip F2 yang diperoleh 9:3:3:1 melalui imitasi

perbandingan genetis dan untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-

gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu sehingga akan bertemu secara acak atau

random.
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu

secara acak atau random.

1.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 Maret 2020 pukul

14.00-17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi, Dasar

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Imitasi Perbandingan Genetis

Imitasi merupakan bagian dari teori Social Learning (Teori Pembelajaran

Sosial). Prinsip dasar social learning menyatakan sebagian besar dari yang dipelajari

manusia terjadi melalui peniruan (imitation), penyajian contoh perilaku (modeling).

Pada percobaan ini, imitasi dapat diartian sebagai proses peniruan sifat-sifat secara

genetic dari induk ke keturunannya (Kusuma, 2012).

Perbandingan genetis merupakan suatu cara membedakan dua hal atau tiga hal

berbeda dalam pewarisan sifat dari orang tua kepada keturunannya yang akan

menghasilkan perbandingan yang signifikan (Cahyono, 2010).

Imitasi perbandingan genetis adalah perbandingan yang dimiliki makhluk

hidup yang tidak dimiliki oleh orang lain karena memperhitungkan sifat genetik yang

dimiliki seseorang masing-masing berbeda (Cahyono, 2010).

II.2 Hukum Mendel I

Dari kenyataan adanya ciri yang memang terhadap yang lainnya, J. G. Mendel

menyimpulkan bahwa pada individu-individu (atau pada cirri-ciri heterozigot, satu

alel dominan sedangkan yang lainnya resesif). Dari kenyataannya bahwa cirri-ciri

induk muncul kembai pada turunan tanaman ercis yang tumbuh dari biji heterozigot,

Mendel menyimpulkan bahwa kedua factor untuk kedua cirri tidak bergabung (tidak

bercampur dalam cara apapun kedua factor ini tetap berdiri sendiri selama hidupnya

individu dan memisah pada waktu pembentukan gamet-gamet . dalam hubungan ini

separuh gamet mambawahi satu factor, sedangkan separuhnya yang lain membawahi

factor lainnya. Kesimpulan terakhir ini lah yang dikenal dengan hukum pemisahan

Mendel (Firdauzi, 2014).

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat

secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapat dari

hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria. Hukum Pertama

Mendel (hukum pemisahan atau segregation). Isi dari hukum segregasi: pada waktu
berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam

masing-masing gamet yang terbentuk (Cahyono, 2010).

Konsep yang salah bahwa gen homozigot tidak terjadi pemisahan. Individu

dengan genotipe BB atau bb disebut homozigot karena memiliki dua gamet yang

sama. Jika dikawinkan dengan sesamanya, individu homozigot tidak mengalami

pemisahan. Individu dengan genotipe Bb disebut individu heterozigot. Jika

dikawinkan sesamanya, individu heterozigot akan mengalami pemisahan. Misal Bb

disilangkan dengan Bb akan menghasilkan keturunan BB, Bb dan bb (Nusantari,

2013).

Konsep yang benar adalah “Bila individu genotipe BB atau bb dikawinkan

sesamanya, maka tetap mengalami pemisahan atau mengalami Hukum Mendel I.

Hanya saja hasil pemisahan adalah gamet yang sama yakni B dan B atau b dan b.

Demikian juga individu heterozigot akan mengalami pemisahan menjadi B dan b.

Jadi semua individu dengan genotip homozigot atau heterozigot sama-sama akan

mengalami pemisahan sesuai hukum Mendel I (Nusantari, 2013).

Konsep yang salah bahwa pemisahan gen berlangsung apabila gen Aa dan Bb

letaknya (lokusnya) berjauhan. Jika kedua macam gen itu lokusnya berdekatan maka

gen akan sulit memisah secara bebas, dengan kata lain gen-gen itu berpautan satu

dengan yang lain. Jadi jika gen Aa dan Bb berpautan (AaBb) maka gamet yang

dihasilkannya hanya AB dan ab (Nusantari, 2013).

Kedua alel setiap karakter berpisah selama produksi gamet. Jika suatu

organisme mempunyai alel yang sama untuk karakter tertentu, maka organisme

tersebut merupakan galur murni karakter tersebut dan akan muncul salinannya di

semua gamet. Namun, jika ada alel-alel yang berlawanan, seperti hibrid F 1, maka

50% dari gamet mendapat alel dominan, sedangkan 50% lainnya mendapat alel

resesif (Putri, 2013).

Dari hasil eksperimen Mendel pada kacang ercis, ia menarik kesimpulan

bahwa dua alternatif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi dan pendek.

Konsep ini dikenal dengan dominan dan resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis,

tinggi adalah dominan terhadap pendek sedangkan mengenai warna polong, hijau
dominan terhadap kuning. Mendel melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe

parental pada F2. Nampaknya selalu ada rasio pada perbandingan 3 : 1. Sumbangan

pikiran Mendel tidak berhenti pada pengenalan rasio saja. Mendel mengadakan

hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah

unit diteruskan kepada keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan

Hukum Mendel I (segregasi bebas). Contoh persilangan monohibrid (Agus, dkk.,

2013):

P: ♀ Tinggi x Pendek ♂

DD dd

G: D d

F1 : Tinggi

Dd

Menyerbuk sendiri (Dd x Dd)

F2 :

Tabel II.1 Persilangan Monohibrid


Gamet D D

D DD Dd

(tinggi) (tinggi)

D Dd dd

(tinggi) (pendek)

Keterangan:

Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1

DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1

Dari percobaan monohibrid yang telah dilakukan Mendel dapat mengambil

kesimpulan bahwa pada saat pembentukan gamet-gamet (serbuk sari dan sel telur)

maka gen-gen yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi

(memisah/pemisahan), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja.


Berhubungan dengan itu prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum I dari Mendel yang

dikenal dengan nama “The Law of Segregation of Allelic Genes” (Hukum Pemisahan

Gen yang sealel) (Suryo, 2011).

II.3 Hukum Mendel II

Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secarabebas atau independent

assortment). Isi dari hukum pasangan bebas: Segregasi suatu pasangan gen tidak

bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga didalam gamet-

gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas

(Cahyono, 2010).

Dalam praktek dua individu dapat mempunyai beda sifat lebih dari satu,

misalnya beda mengenai bentuk dan warna biji kapri. Hasil persilangannya (F 1)

dinamakan dihibrid. Mula-mula tanaman kapri yang bijinya berkerut hijau (bbkk)

disilangkan dengan tanaman yang bijinya bulat kuning homozigotik (BBKK). Semua

tanaman F1 (dihibrid) adalah seragam, yaitu berbiji bulat kunging (BbKk).

Persilangan tanaman F1 F1 menghasilkan keturunan F2 yang memperlihatkan 16

kombinasi terdiri dari 4 macam fenotip, ialah berbiji bulat kuning, bulat hijau

berkerut kuning, berkerut hijau (Suryo, 2011).

Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa anggota dari sepasang gen

memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis

selama pembentukan gamet-gamet. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel II

yang berbunyi: “The Law of Independent Assortment of Genes” (Hukum

pengelompokan gen secara bebas (Suryo, 2011).

Sebagai contoh marilah kita ikuti percobaan Mendel dengan menggunakan

tanaman kapri Pisum sativum ia memperhatikan dua sifat keturunan yang ditentukan

oleh dua pasang gen, yaitu (Suryo, 2011):

B = gen yang menentukan biji bulat

b = gen yang menentukan biji berkerut

K = gen yang menetukan biji berwarna kuning

k = gen yang menentukan biji berwarna hijau

P: ♀ BBKK  ♂bbkk
bulat kuning berkerut hijau
sel telur: BK serbuk sari: bk

F1: BbKk
bulat kuning
serbuk sari: BK, Bk, bK, bk
sel telur: BK, Bk, bK, bk

F2:
Tabel II.2 Persilangan Dihibrid
BK Bk bK bk
BK BBKK BBKk BbKk BbKk
bulat bulat bulat bulat
kuning kuning kuning kuning
Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
bulat bulat bulat bulat
kuning hijau kuning hijau
bK BbKK BbKk bbKK bbKk
bulat bulat berkeriput berkeriput
kuning kuning kuning kuning
bk BbKk Bbkk BbKK bbkk
bulat bulat berkeriput berkeriput
kuning hijau kuning hijau

II.4 Uji Chi-Square

Uji Chi Kuadrat adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara

frekuensi observasi yang benar-benar terjadi/aktual dengan frekuensi

harapan/ekspektasi (Putri, 2013).

Jika dalam suatu percobaan atau eksperimen hanya memiliki dua hasil

keluaran, sepertihalnya pelemparan mata uang, kita mendapatkan sisi depan dan sisi

belakang, maka distribusi normal dapat digunakan untuk menentukan apakah

frekuensi kedua hasil tersebut cukup signifikan terhadap frekuensi yang diharapkan.

Namun demikian, jika lebih dari dua hasil yang muncul, katakanlah ada k- hasil,

maka distribusi normal tidak dapat digunakan untuk menguji perbedaan signifikan

antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk

melakukan uji hipotesis menggunakan Uji Chi-Kuadrat (Chi-Square Testing,

dilambangkan dengan 2). Jika kita mempunyai frekuensi observasi sebanyak k, yaitu

o1, o2, o3, …., ok dan frekuensi harapan (expectation) yaitu e1, e2, e3 , …, ek, maka

rumusan chi-kuadrat dituliskan (Oktarisna, 2013):


Jika 2 = 0, maka ada kesesuaian sempurna antara hasil observasi dan nilai

harapan. Jika2> 0, maka antara hasil observasi dan nilai harapan tidak terjadi

kesesuaian sempurna. sSemakin besar nilai 2, ketidaksesuaian antara hasil observasi

dan nilai harapan juga semakin besar (Oktarisna, 2013).

II.5 Penyimpangan Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel terjadinya suatu kerjasama berbagai sifat

yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti hukum-hukum

perbandingan genotip dari Mendel (Susanto, 2011).

Penyimpangan semu terjadi karena interaksi antar alel dan genetik sebagai

berikut (Susanto, 2011):

a. Interaksi alel adalah berbagai bentuk interaksi alel yang merupakan interaksi

dominan tidak sempurna, kodominan, variasi dua atau lebih gen sealel (alel

ganda), dan alel letal.

b. Dominansi tidak sempurna (Incomplete Dominance) adalah alel dominan tidak

dapat menutupi alel resesif sepenuhnya sehingga keturunan yang heterozigot

memiliki sifat setengah dominan dan setengah resesif.

c. Kodominan adalah dua alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan

alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain. Contohnya sapi berwarna

merah kodominan terhadap sapi putih menghasilkan anak sapi roan.

d. Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. Umumnya

gen tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi dan

mutasi menyebabkan banyak variasi alel. Gejala adanya dua atau lebih fenotipe

yang muncul dalam suatu populasi dinamakan polimorfisme.

e. Alel letal adalah alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang

memilikinya. Alel letal resesif adalah alel yang dalam keadaan homozigot resesif

dapat menyebabkan kematian. Contoh alel letal resesif adalah albino pada
tumbuhan dan sapi bulldog. Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan

dominan dapat menyebabkan kematian. Contohnya ayam jambul.

f. Interaksi gen menyebabkan terjadinya atavisme, polimeri, kriptomeri, epistasis

dan hipostasis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan rasio tidak sesuai

dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya variasi.

g. Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari beberapa gen.

Contoh atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam. Ada empat bentuk

jengger ayam, yaitu walnut (R_P_), rose (RRP_), pea (rrP_), dan single (rrpp).

Perbandingan fenotipenya adalah walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.

h. Polimeri adalah bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling

menambah. Polimeri terjadi akibat interaksi atara dua gen atau lebih sehingga

disebut juga sifat gen ganda. Contoh polimeri terdapat pada percobaan

persilangan gandum, dilakukan H. Nilsson-Ehle yang menghasilkan perbandingan

fenotipe 15 : 1.

i. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen tersebut berdiri

sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya,

maka sifat gen dominan yang tersembunyi sebelumnya akan muncul. Contoh

kriptomeri adalah persilangan pada bunga Linaria maroccana yang menghasilkan

perbandingan fenotipe bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

j. Epistasis dan Hipostasis adalah persilangan dimana gen epistasis memiliki sifat

mempengaruhi gen hipostasis. Epistasis dibedakan menjadi epistasis dominan

dimana gen dengan alel dominan menutupi kerja gen lain, epistasis resesif yaitu

gen dengan alel homozigot resesif mempengaruhi gen lain, epistasis gen dominan

rangkap adalah peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk

munculnya satu fenotipe tunggal, dan komplementer adalah interaksi beberapa

gen yang saling melengkapi. Interaksi gen tersebut disebut juga epistasis gen

resesif rangkap.

Persilangan resiprok (persilangan kebalikan) ialah persilangan tukar kelamin

atau persilangan ulang dengan jenis kelamin yang dipertukarkan. Persilangan yang
merupakan kebalikan dari persilangan yang semula dilakukan. Sebagai contoh dapat

digunakan percobaan Mendel lainnya (Suryo, 2011):

            H  = Gen yang menentukan buah polong berwarna hijau

            h   = Gen yang menentukan buah polong berwarna kuning

Mula-mula, serbuk sari dan bunga pada tanaman berbuah polong hijau

diserbukkan pada putik bunga pada tanaman berbuah polong kuning. Pada

persilangan berikutnya cara tersebut diatas dibalik. Dari kedua macam persilangan

tersebut adalah ternyata didapatkan keturunan F1 atau F2 yang sama (Suryo, 2011).
BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat tulis menulis.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji genetik berbagai warna.

III.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:

1. Dominansi Penuh

a. Setiap praktikan menerima 40 biji genetik dan dimasukkan pada 2 kantong,

masing-masing kantong berisi 20 biji genetik, terdiri dari 5 kuning hijau, 5

kuning hitam, 5 merah hijau dan 5 merah hitam.

b. Diambil satu biji genetik dari kantong kanan dengan tangan kanan dan satu

biji genetik dari kantong kiri dengan tangan kiri pada waktu yang bersamaan

dan akan menghasilkan sebiuah kombinasi genetik. Catat hasil yang

diperoleh.

c. Setelah dicatat hasilnya, kombinasi biji genetik dikembalikan ke kantong

asalnya, dan dikocok supaya tercampur kembali.

d. Diulangi pengambilan (biji genetik), sampai 16 kali pengambilan dan dibuat

tabel dari hasil percobaan yang di lakukan.

e. Dilakukan 16 kali percobaan, maka masing-masing praktikan melaporkan

hasilnya pada asisten dan menulis hasil data kelas (data yang diperoleh dari

setiap praktikan) di papan tulis.

f. Dicatat data yang diperoleh dalam laporan praktikum.

2. Dominansi Tidak Penuh

a. Dilakukan metode yang sama dengan dominansi penuh, hanya berbeda dalam

penulisan genotip dan fenotip.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Kelompok

1. Dominansi Penuh

a) Data Kelompok

K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


Ke (Kuning (Kuning (Putih
(Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
1 √    
2 √    
3 √      
4 √      
5 √    
6 √      
7  √    
8  √    
9 √    
10 √    
11 √      
12  √   
13  √   
14      
15    √ 
16 √      
Σ 13 1 1 1

b) Tabel X2 (chi square) data kelompok

  K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


(Kuning (Kuning (Putih (Putih
 
Bernas) Kisut) Bernas) Kisut)
O 13 1 1 1
E 9 3 3 1
D 4 -2 -2 0
d2 0,44 1,33 1,33 0
e
x2 1.77

2. Dominansi Tidak Penuh

IV.1.2 Tabel Pengamatan Kelas

a. Data Kelas

K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


Klp
. (Kuning (Kuning (Putih
(Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
I 7 1 6 2
II 7 5 4 0
III 13 1 1 1
IV 11 1 2 2
V 10 2 3 1
VI 8 3 2 3
Σ 56 13 18 9

b. Tabel X2 (chi square) data kelas

  K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


(Kuning (Kuning (Putih
  (Putih Kisut)
Bernas) Kisut) Bernas)
O 56 13 18 9
E 54 18 18 6
D 2 -5 0 3
d2 0,07 1,4 0 1,5
e
x2 2,97

IV.2 Pembahasan

Imitasi perbandingan genetik adalah perbandingan yang dimiliki makhluk

hidup yang tidak dimiliki oleh orang lain karena memperhitungkan sifat genetik yang

dimiliki seseorang masing-masing berbeda.

Dari hasil eksperimen Mendel pada kacang ercis, Mendel menarik kesimpulan

bahwa dua alternatif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi dan pendek.

Konsep ini dikenal dengan dominan dan resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis,

tinggi adalah dominan terhadap pendek sedangkan mengenai warna polong, hijau

dominan terhadap kuning. Mendel melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe

parental pada F2. Nampaknya selalu ada rasio pada perbandingan 3 : 1. Sumbangan

pikiran Mendel tidak berhenti pada pengenalan rasio saja. Mendel mengadakan

hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah

unit diteruskan kepada keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan

Hukum Mendel I (segregasi bebas).

Untuk menguji kebenaran asumsinya mengenai unit pewarisan sifat (gen),

Mendel menggabungkan berbagai sifat menjadi galur murni, kemudian melakukan

hibridisasi tanaman-tanaman ini dan biarkan F1 melakukan penyerbukan sendiri. Pada

penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda, Mendel memperoleh hasil yang

secara tetap sama dan tidak berubah-ubah. Pengamatan ini meghasilkan formulasi
Hukum Mendel II (asortasi bebas) yang menyatakan bahwa gen-gen menentukan

sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain dan akan

terjadi pilihan secara acak pada keturunannya.

Chi-square (Uji Chi Kuadrat) adalah pengujian hipotesis mengenai

perbandingan antara frekuensi observasi yang benar-benar terjadi/aktual dengan

frekuensi harapan/ekspektasi. Tujuan dari percobaan ini untuk mendapatkan

gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan

akan bertemu secara acak atau random. Metode yang digunakan adalah metode papan

catur dan pengujian kemungkinan dengan chi-square.

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa dalam pewarisan sifat

terdapat dua hukum yang mengaturnya, yaitu Hukum Mendel I(segresi bebas) dan

Hukum Mendel II (asortasi bebas) dan untuk menguji hipotesis kemungkinan yang

dapat di peroleh dari persilangan dapat digunakan uji chi kuadrat (chi-square).

Dari hasil percobaan pada data kelompok diperoleh 7 K-B- (Kuning bernas), 5

K-bb (Kuning kisut), 3 kkB- (Putih bernas), dan 1 kkbb (Putih kisut). Jika menurut

teori Mendel karena bersifat dihibrid (K-B-) maka perbandingan fenotipnya 9:3:3:1.

Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori Mendel dihasilkan 9 K_B_ (Kuning

bernas), 3 K_bb (Kuning kisut), 3 kkB_ (Putih bernas), dan 1 kkbb (Putih kisut). Dari

hasil perhitungantelah didapatkan 2 = 1,77. Oleh karena ada empat kelas fenotip

(yaitu kuning bernas, kuning kisut, putih bernas dan putih kisut), berarti ada derajat

kebebasan 4-1 = 3. Angka 1,77 tidak tercantum pada tabel , tetapi angka itu terletak

antara angka 1,42 dan 2,37. Nilai kemungkinannya terletak antara 0,50 dan 0,70.

Karena nilai kemungkinan itu lebih besar daripada 0,05 (batas signifikan) maka dapat

diambil kesimpulan bahwa hasil percobaan itu bagus (memenuhi perbandingan

9:3:3:1 menurut Hukum Mendel).

Dari hasil pengamatan dengan data kelas diperoleh 61 K-B- (Kuning bernas),

27 K-bb (Kuning kisut), 16 kkB- (Putih bernas), dan 8 kkbb (Putih kisut). Jika

menurut teori Mendel karena bersifat dihibrid (K-B-) maka perbandingan fenotipnya

9:3:3:1. Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori Mendel dihasilkan 63 K_B_

(Kuning bernas), 21 K_bb (Kuning kisut), 21 kkB_ (Putih bernas), dan 7 kkbb (Putih
kisut). Hasil ekspektasi ini diperoleh dari perbandingan teori Mendel dikali dengan

jumlah total keseluruhan percobaan yaitu 112. Pada K_B_, menurut teori Mendel

dihasilkan 9/16 X 112 = 63 yang bersifat kuning bernas, namun dari percobaan

diperoleh 61 berarti terdapat deviasi sebesar -2, dimana deviasi ini diperoleh dari

hasil yang diperoleh dikurangi dengan ekspektasi. Pada K_bb dan kkB_, menurut

teori Mendel dihasilkan 3/16 X 112 = 21 yang bersifat kuning kisut dan putih bernas,

namun dari percobaan diperoleh 27 kuning kisut dan 16 putih bernas berarti terdapat

deviasi sebesar 6 pada kuning kisut dan -5 pada putih bernas. Dan pada kkbb,

menurut teori Mendel dihasilkan 1/16 X 112 = 7 yang bersifat putih kisut, namun dari

percobaan diperoleh 8 berarti terdapat deviasi sebesar 1.

Dari data-data tersebut hasil dari total deviasi pangkat dua dibagi dengan total

ekspektasi maka  diperoleh nilai X2 (chi-square) total sebesar 3,11. Nilai chi

square ini dicari untuk membuktikan data hasil percobaan yang dilakukan dalam

laboratorium sudah sesuai dengan teori yang ada supaya percobaan yang dilakukan

juga bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dari nilai chi square yang diperoleh

dikonversi ke dalam tabel chi square dengan memperhatikan derajat kekebasannya.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan biji

genetis sebagai imitasi perbandingan genetis diperoleh hasil yaitu perbandingan

7:5:3:1 dengan melakukan percobaan dengan cara mengambil dari kantong secara

acak atau random akan membentuk kombinasi-kombinasi yang menghasilkan

fenotipe dengan rasio mendekati perbandingan 9:3: 3:1, dan nilai kemungkinan yang

diperoleh terletak antara 0,50 dan 0,70. Karena nilai kemungkinan itu lebih besar

daripada 0,05 (batas signifikan) maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

percobaan itu bagus (memenuhi perbandingan 9:3:3:1 menurut Hukum Mendel).

V.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya pengolahan data lebih teliti dan

menggunakan peralatan laboratorium dengan baik serta menjaga kebersihan

laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, F., 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Institut


Teknologi Bandung.
Firdauzi, N., F., 2014. RASIO PERBANDINGAN F1 DAN F2 PADA
PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA
RESIPROKNYA. Jurnal Biology Science & Education. 3 (2): 197

Kusuma, N. N., 2012. Hubungan Celebrity Worship Terhadap Idola K-POP


(Korean Pop) dengan Perilaku Imitasi Pada Remaja. Universitas
Brawijaya: Malang.

Nusantari, E., 2013. Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar di
Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Sains. 1 (1): 59-60.

Oktarisna, F. A., Andy, S., Arifin, N. S., 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong
pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas
Introduksi dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi Tanaman. 1 (2): 82-84.

Putri E. D., 2013. Aplikasi Kombinator dalam Analisis Genetika Mendelian. Jurnal
Pendidikan Sains. 1(1): 23-26.

Ramandhani M. R., 2013. Penerapan Pattern Matching dalam Penentuan Pewarisan


Sifat Genetis Tetua pada Anaknya. Institut Teknologi Bandung.

Suryo, 2011. Genetika Manusia.  Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Susanto, A. H., 2011. Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai