Anda di halaman 1dari 7

1.

Secara umum :
a. Amphibi
Amphibia berasal dari kata Amphibi, artinya rangkap dan bios, artinya
kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yang hidup dengan dua bentuk
kehidupan, mula-mula dalam air tawar, kemudian dilanjutkan di darat.
b. Jantung
Jantung (bahasa Latin: cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot
yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama
yang berulang. Darah menyuplai okisgen dan nutrisi pada tubuh, juga
membantu menghilangkan sisa-sisa metabolism.
c. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan
zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh
(bagian dari homeostasis).
2. Anatomi Jantung

Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, atrium kanan, dan
ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Atrium kanan menerima darah yang kurang oksigen dari
seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru – paru. Darah dari
kedua atrium bersama – sama masuk ventrikel.
Jantung katak terdiri dari:
a. Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya disebelah posterior
b. Dua buah serambi,yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri
(atrium sinister)
c. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak disebelah dorsal dari
jantung
d. Trunkus arteriosus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar
anterior bilik.

Jantung katak hanya mempunyai satu bilik,darah yang banyak mengandung


oksigen dan karbon dioksida masih bercampur dalam bilik jantung. Walaupun
tampaknya terjadi percampuran antara darah yang miskin oksigen dengan darah yang
kaya oksigen namun percampuran diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat yang
terdapat pada ventrikel.
1. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada amphibi menunjukkan adaptasi yang luar biasa
untuk kehidupannya yang terbagi antara habitat akuatik dan terestrial. Atrium
terbagi secara sebagian pada Urodeles dan terbagi secara sempurna pada Anura.
Ventrikelnya tidak memiliki septa. Katub spiral pada conus arteriosus atau pada
ventral aorta membantu mengarahkan darah pada paru-paru dan sistemik sirkuit.
Pertukaran gas pada kulit pada amphibi, sama baiknya dengan pertukaran gas di
paru-paru. Oleh karena itu, darah memasuki jantung bagian kanan hampir sama
terisinya dengan baik oleh oksigen dengan darah yang memasuki jantung dari
paru-paru. Ketika amphibi benar-benar tenggelam, semua pertukaran gas terjadi di
seluruh kulit dan permukaan yang lembab lain dari tubuhnya; leh sebab itu, darah
datang dari atrium kanan memiliki oksigen dengan konsentrasi tinggi daripada
darah yang kembali pada atrium kiri dari paru-paru.

Sistem peredaran darah terdiri dari jantung/cor, pembuluh darah (aorta,


arterikapiler, vena), dan darah. Jantung merupakan organ sebagai pemompa
darah, sedangkan darah berfungsi sebagai transportasi nutrient, oksigen, karbon
dioksida, ampas metabolisme dan hormon (Ganong , 2010). Jantung katak (Rana
sp.) terdiri dari tiga ruangan yaitu dua atrium dan satu ventrikel (Campbell, 2004).
Peredaran darah katak termasuk peredaran ganda dan tertutup. Peredaran darah
pulmoner, darah dipompa dari ventrikel masuk ke pulmo melalui arteri
pulmonalis kemudian darah kaya okesigen akan masuk kedalam atrium kiri.
Peredaran darah sistemik, darah dipompa dari ventrikel masuk ke aorta, arteri,
kapiler, kemudian nutrisi dan oksigen disuplai pada sel. Darah kaya karbon
dioksida akan kembali ke jantung melalui venula, vena, dan vena kava, dan
bermuara pada atrium kanan (Campbell, 2004).

Ruangan jantung katak yang terdiri dari 1 ventrikel akan berpengaruh


terhadap peredaran darahnya. Karena darah yang datang dari seluruh tubuh kaya
akan CO2 akan tercampur kembali dengan darah yang datang dari paru-paru
(pulmo) yang kaya akan O2. Peredaran darah seperti ini tidaklah efektif dan
efesien, karena selalu terjadi kombinasi lagi di ventrikel darah yang kaya O2
dengan CO2. Peredaran darah seperti ini mempunyai pengaruh terhadap suplai O2
pada tingkat jaringan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi hipoksia.
Hipoksia adalah defesiensi O2 pada tingkat jaringan. Hipoksia tidak boleh terjadi,
karena berpengaruh terhadap proses fisiologi terutama oksidasi biologis dalam hal
pengadaan ATP. Utuk mengatasi supaya tidak terjadi hipoksia, maka di dalam
tubuh katak akan mengalami adaptasi fisiologis yaitu dengan cara meningkatkan
frekuensi denyut jantung. (Isnaeni, W. 2006).
Sebagian besar amfibi mempunyai masalah untuk mengisi jantung yang
menerima oksi dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigenn
dari tubuh. Amfibi mengembangkan darahnya ke arah sistem sirkulasi
transisional. Dan jantung mempunyai sekat interatria, kantong Vertikular, dan
pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistematik dan pembuluh
pulmonari.Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian
masuk ke sisi kanan ventrikel, dan dari sini di pompa ke paru-paru. Darah yang
mengandung oksigen dari paru-paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis
kemudian menuju ke sisi kiri ventrikel untuk dipompa menuju ke seluruh tubuh.
Beberapa pengecualian terjadi pada salamander yang tidak mempunyai paru-paru,
dan dimana celah interatrial tidak lengkap dan vena pulmonalis tidak ada.

D. KESIMPULAN
Pada amphibi, setiap bagian atrium terbuka melalui kanal
atrioventrikular yang memiliki katub menuju ventrikel yang terdir atas satu ruang
yang terbagi-bagi. Ventrikel tersebut secara struktural memiliki jaringan otot dan
jaringan ikat yang berlapis yang disebut trabekula dan menyerupai spons.
Fungsi struktural tersebut adalah mencampuri darah dari dua atrium.
Conus arteriosus sebagai saluran dari ruang ventrikel tersebut juga terbagi-bagi
oleh katub spiral.
Ketika ventrikel berkontraksi, sisi kirinya yang berisi darah kaya oksigen
akan dialiri ke aorta sistematik sedangkan sisi kanannya yang berisi darah miskin
oksigen akan dialirkan ke arteri pulmonaris. Dengan demikian terdapat sirkulasi
ganda yaitu:
1) Dari sinus venosus menuju atrium kanan dan ke ventrikel untuk kemudian
diteruskan ke arteri pulmonaris, selanjutnya ke kapiler paru-paru terus ke vena
pulmonaris.
2) Dari vena pulmonaris menuju ke atrium kiri dan ke ventrikel terus ke aorta
sistematik menuju kepala dan badan terus ke kapiler sistematik dan kembali
secara langsung melalui sinus venosus atau kembali melalui sistem porta
hepatika atau porta renalis.
Akan tetapi terdapat banyak pengecualian pada kelompok-kelompok
amphibia tertentu yang tidak memiliki beberapa organ yang terkait dengan sistem
sirkulasi tersebut. Beberapa spesies tidak memiliki paru-paru atau ada memiliki
insang eksternal serta ada juga hanya tergantung kulit sebagai organ respirasi
sehingga pola susunan sistem sirkulasinya akan berbeda-beda tergantung kepada
tipe respirasinya. Misalnya pada amphibi tanpa paru-paru (lugless amphibian)
tidak memiliki arteri pulmonari dan memiliki sekat antar atrium yang berlubang-
lubnag atau hanya berupa sekat yang merduksi (vestigeal septum) sehingga tidak
ada darah ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Jakarta: SinarWijaya
Miller, H. 2001. Zoology Fifth Edtion. New York: Mc Graw Hill.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.
Yudha, D,S, Eprilurahman, R, dan Muhtianda, I,A, Ekarini, D, F, dan Ningsih O,
C., 2015, Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka
Margasatwa Sermodaerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Mipa, 38(1): 8.
Widodo, Nur. 2002. Fisiologi Hewan. Malang: UMM
I Wayan Merta, Syachruddin AR, Imam Bachtiar,dan Kusmiyati, 2016,
Perbandingan antara Frekwensi Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan
Frekwensi Denyut Jantung Mencit (Mus musculus) Berdasarkan Ruang
Jantung, Jurnal Biota, 1(3): 126-131.

Anda mungkin juga menyukai