Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

“IMITASI RATIO FENOTIPE”

Disusun Oleh :

Anisa Firdaus (180210103078)

Kelas : B Kelompok: 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
I. JUDUL

Imitasi Ratio Fenotipe

II. TUJUAN

1. Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh.


2. Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh.
3. Mempelajari pola persilangan dibibrid dominan penuh.
4. Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh.

III. DASAR TEORI

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang


dilakukan terhadap tetua-tetua yang diinginkan. Persilangan buatan ini
diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dengan viabilitas genetik yang
luas sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan
kemajuan genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu
persilangan buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan
persilangan dan banyaknya biji hasil persilangan varietas-varietas tetua.
Persilangan antara dua galur murni menghasilkan suatu hibrida F1 yang secara
genetik seragam. Pada pembentukan generasi F2 kombinasi-kombinasi gen
dipertukarkan dan berbagi dalam kombinasi-kombinasi baru pada individu-
individu F2. Secara umum terlihat generasi F2 lebih beragam dari F1 (Arifianto
dkk,2015:1170).
Sifat dan ciri khas tersendiri atau unik dari setiap makhluk hidup
didapat dari parental yang mengikuti pola penurunan. Sifat-sifat manusia yang
terkait autosom dapat disebabkan oleh gen dominan ataupun resesif.
Penurunan yang ditentukan oleh gen resesif ditandai dengan adanya
pelompatan generasi dalam munculnya suatu karakter pada individu,
sedangkan gen dominan ditandai dengan penurunan secara
berkesinambungan atau tidak terjadinya pelompatan generasi dalam
pemunculannya (Mirayanti dkk,2017:32).
Hukum Mendel 1 atau hukum segregasi merupakan pasangan alel
memisah selama pembentukan gamet menggunkaan mekanisme pembelahan
sel secara miosis. Karena pemisahan ini masing masing gamet akan terdiri dari
setengah dari kromosom (n kromososm) dan hanaya membawa satu alel dari
setiap gen. Mendel menyatakan bahwa unit pewarisan sifat dalam pasangan
memisah secara independen selama pembentukan gamet. Suatu persilangan
monohibrid adalah persilangan antara dua tanaman induk yang berbeda dalam
hal 1 karakteristik saja. Mendel mengembangkan 4 hipotesis dari prsilangan
monohibrid, yaitu (1) ada bentuk-bentuk alternatif gen (alel), (2) untuk setiap
karakteristik, setiap organisme memiliki 2 gen, (3) gamet hanya membawa 1
alel untuk masingmasing mewarisi karakteristik, (4) alel dapat menjadi
dominan atau resesif (Arumingtyas,2016: 5-7).
Hukum pemisahan Mendel ini menjelaskan terkait keberadaan suatu
pasang faktor yang akan mengendalikan setiap karakteristik yang akan
memisah pada saat pembentukan gamet. Pada hukum pemilihan bebas mendel
menjelaskan bahwa faktor faktor yang akan menentukan karakter yang berbeda
ini diwariskan secara bebas satu sama lain. Istilah dari faktor yang dijelaskan
tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen (Fauzi dan Corebima,
2016:278).
Hukum mendel kedua atau disebut dengan hukum perpasangan bebas ( the
law of independent assortment), atau hukum karakter satuan (the law of unit
characters), mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara
bebas. Mendel menggunakan logika untuk memperkirakan frekuensi kelas-
kelas yang diperoleh ketika melakukan persilangan f1 tanaman dihibrid
(heterozygot untuk dua sifat yang berbeda). Kejadian-kejadian saling bebas
yang berlangsung bersamaan dapat selalu diperkirakan dengan cara mengalikan
probabilitas-probabilitas individual untuk masing-masing kejadian tunggal
(Fried & George,2005:108).
Persilangan dihibrid yaitu pewarisan sifat dua atau lebih sifat secara
bersamaan, yang masing-masing dispesifikasi oleh sepasang gen autosomal
berbeda yang berpasangan secara bebas (gen-gen dalam kromosom yang
berbeda yang bukan merupakan kromosom seks). Persilangan dihibrid
merupakan persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang saling bebas
(Elrod & William,2007:33).
Peubah kualitatif diamati pada setiap karakter dan nisbah fenotipe
yang muncul dibandingkan dengan nisbah Mendel. Analisis Chi-Kuadrat
untuk marka molekuler dilakukan berdasarkan jumlah alil yang terbentuk.
Jika hasil seleksi marka diperoleh hasil bahwa tiap tetua hanya memiliki
satu alil, maka analisis Chi-Kuadrat pada generasi keturunan dilakukan
dengan model satu pasang alil dengan rasio 1:2:1. Derajat bebas yang
digunakan juga bergantung kepada jumlah alil yang terbentuk pada keturunan
(Carsono dkk, 2016 :12).
Penyimpangan yang terjadi pada Uji Chi-kuadrat, diperoleh hasil
pengamatan (Observed) berbeda nyata terhadap seluruh proporsi harapan
(Expected) yang diujikan, X2h > X2 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam pewarisan karakter jumlah anakan pada persilangan tidak memenuhi
pola segregasi Mendel. Suatu karakter yang dikendalikan oleh banyak gen,
dapat dikatakan sebagai sifat kuantitatif, masing-masing gen berkontribusi
terhadap penampilan karakter yang dianalisis, dan peran dari masing-
masing gen tidak besar. Hal ini menyebabkan pola segregasi untuk
karakter tersebut sukar diidentifikasi dan pewarisannya tidak sesederhana
seperti pada genetika Mendel. Sifat-sifat kuantitatif dapat diatur oleh
banyak gen (10-100 gen atau lebih), masing-masing berkontribusi terhadap
fenotip begitu sedikit sehingga pengaruh-pengaruh individunya tidak dapat
dideteksi dengan metode Mendel. Gen-gen yang bersifat demikian disebut
Poligen. Penampilan karakter kuantitatif tersebut dipengaruhi secara nyata
oleh lingkungan. Karena itu pola segregasi karakter ini tidak mengikuti nisbah
Mendel atau modifikasinya (Devina dkk,2019:89).

IV METODE PRAKTIKUM

1.1 Alat dan Bahan


1.1.1 Kancing genetika berwarna-warni, kancing berpasangan
menggambarkan diploid, gamet yang dibentuk memiliki kromosom
haploid yang diwakili oleh kancing yang tidak berpasangan
sedangakan pada percobaan diploid belahan kancing dengan
penonjolan mewakili gen dominan.

1.1.2 Kantong menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis dan


oogenesis

1.2 Skema Kerja

1.2.1 Perkawinan Monohibrid Dominan Penuh

Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Masing-masing kantong berisi 12 buah kancing dari dua warna


berbeda ( warna hitam = dominan dan warna putih = resesif)

Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing


dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing
dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel
(HH=hitam, Hh=hitam,hh=putih).

Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan


sampai tertukar
Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data
setiap kelompok

Lakukan uji 𝑋 2

1.2.2 Perkawinan Monohibrid Dominan Tidak Penuh

Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Masing-masing kantong berisi 12 buah kancing dari dua warna


berbeda ( warna hitam = dominan dan warna putih = resesif)

Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing


dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing
dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel
(HH=hitam, Hh=abu-abu,hh=putih).

Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan


sampai tertukar

Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data


setiap kelompok
Lakukan uji 𝑋 2

1.2.3 Perkawinan Dihibrid Dominan Penuh

Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Masing-masing kantong berisi 3 warna hitam dengan penonjolan


(Hitam tinggi =HT), 3 warna hitam tanpa penonjolaan (Hitam
pendek=Ht), 3 warna putih dengan penonjolan (Putih tinggi=hT),
3 putih tanpa penonjolan (Putih pendek=ht)

Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing


dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing
dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan


sampai tertukar

Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data


setiap kelompok

Lakukan uji 𝑋 2
1.2.4 Perkawinan Dihibrid Dominan Penuh

Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan


betina

Masing-masing kantong berisi 3 warna hitam dengan penonjolan


(Hitam tinggi =HT), 3 warna hitam tanpa penonjolaan (Hitam
pendek=Ht), 3 warna putih dengan penonjolan (Putih tinggi=hT),
3 putih tanpa penonjolan (Putih pendek=ht)

Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing


dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing
dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan


sampai tertukar

Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data


setiap kelompok

Lakukan uji 𝑋 2
V HASIL PENGAMATAN

1. Pola Persilangan Monohibrid


Dominan Penuh Dominan Tidak Penuh
Kelompok
Hitam Putih Hitam Abu-Abu Putih
1 6 6 3 6 3
2 10 2 3 8 1
3 8 4 2 9 1
4 11 1 5 1 6
5 10 2 4 2 6
6 8 4 6 3 3
7 8 4 2 4 6

2. Pola Persilangan Dihibrid


Kel Dominan penuh Dominan tidak penuh
HB HK PB PK HB HS HK AB AS AK PB PS PK
1. 7 5 4 0 1 1 2 2 4 1 3 2 0
2. 9 3 3 1 1 1 4 2 3 2 1 2 0
3. 4 2 0 10 2 2 0 2 4 1 1 3 1
4. 9 3 4 0 1 3 2 2 2 2 2 2 0
5. 11 1 3 1 3 0 3 2 5 1 0 1 1
6. 9 2 4 1 3 1 1 2 6 1 0 1 1
7. 9 4 3 0 3 1 1 1 6 2 0 1 1

3. Analisis X2 (Probabilitas)
K Pola Persilangan
Kel Monohibrid Monohibrid Dihibrid Dihibrid
dominan dominan tidak dominan penuh dominan
penuh penuh tidak penuh
1 5% <X2< 10% X2<99% 50%<X2<30% 50%<X2<30%
2 90%<X2<70% 50%<X2<30% X2<99% 30%<X2<10%
3 90%<X2<70% 30%<X2<10% 70%<X2<50% 99%<X2<90%
4 50%<X2<30% 5%<X2<1% 90%<X2<70% 90%<X2<70%
5 90%<X2<70% 5%<X2<1% 70%<X2<50% 30%<X2<10%
6 90%<X2<70% 30%<X2<10% 90%<X2<70% 50%<X2<30%
7 90%<X2<70% 30%<X2<10% 90%<X2<70% 70%<X2<50%

VI PEMBAHASAN

Persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan


pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Misalnya warna bunga adalah
karakter tanaman yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter
warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih. Bila
tanaman kacang kapri yang memilki bunga warna ungu disilangkan dengan
bunga yang berwarna putih, maka keturunan pertama (F1) 100% akan
memiliki bunga warna ungu, sedangakan bila tanaman yang memiliki bunga
warna ungu disilangkan dengan tanaman yang memiliki bunga warna ungu
(perkawinan inbreeding), maka keturunannya akan memiliki sifat 75%
berbunga ungu dan 25% berbunga putih.
Persialangan dihibrid adalah perkawin yang menghasilkan pewarisan
dua karakter yang berlainan. Misalnya persilangan antara tanaman kacang
kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji
keriput berwarna hijau menghasikan keturunan 100% anakan berbiji bulat dan
berwarna kuning, selanjutnya jika dikawinkan sesamanya, terjadi hasil
bpersilangan 9/16 bagian biji bulat kuning, 3/16 bagian biji bulat hijau, 3/16
bagian biji keriput kuning, 1/16 bagian keriput hijau.
Hukum Mendel I atau disebut hukum segregasi (The law of segregation
of allelic genes) adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu
pembentukan gamet. Hukum segregasi menyatakan bahwa pada waktu
pembentukan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas,
dari diploid mendaji haploid. Hukum Mendel 1 akan digunakan untuk
persilangan monohibrid. Pada saat pemebentukan gamet, pasangan alel akan
memisah secara bebas, sehingga suatu tanaman akan membawa salah satu sifat
saja.
Hukum Mendel II atau disebut hukum penggabungan secara bebas (The
law of independent assortment) mengenai penggabungan bebas yang harus
menyertai terbentuknya gamet pada saat penyilangan dihibrid. Hukum Mendel
dua dapat diterapkan pada persilangan dihibrid, yaitu pada individu yang
memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dab b memisah dan kedua
pasangan tersebut akan bergabung secara bebas, sehingga menghasilkan gamet
yang tidak tergantung pada pasangan sifat yang lain.
Sifat dominan merupakan suatu sifat dari individu yang dalam proses
persilangan mengalahkan sifat lainnya. Sifat dominan akan tampak pada
keturunannya. Sifat dominan disimbolkan dengan menggunakan huruf besar
atau huruf kapital contohnya M, K, atau H. Sedangakan sifat resesif merupakan
suatu sifat yang dikalahkan dalam proses persilangan sehingga tidak tampak
pada keturunannya. Akan tetapi, sifat resesif akan tampak pada keturunannya
apabila gennya berpasangan dengan sesamanya yang juga resesif. Sifat resesif
disimbolkan dengan menggunakan huruf kecil seperti m, b, atau h.
Persilangan dominansi penuh terjadi apabila sifat gen yang satu lebih
kuat dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya. Akibatnya, sifat gen yang
lebih kuat (dominan) tersebut akan menutupi sifat gen yang lemah (resesif).
Persilangan monohibrid dominan penuh memiliki rasio 3:1, sedangkan pada
persilangan dihibrid dominan penuh memiliki rasio 9 : 3 : 3 : 1.
Persilangan dominansi tidak penuh terjadi apabila kedua gen tersebut
memiliki sifat yang sama kuatnya. Jadi tidak ada gen yang dominan (kuat)
ataupun gen yang resesif (lemah). Persilangan monohibrid dominan tidak
penuh memiliki rasio 1:2:1, sedangkan pada persilangn dihibrid dominan tidak
penuh memiliki rasio 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Derajat kebebasan (degree of freedom) merupakan derajat independensi
yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. Pada
masalah dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan
berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Derajat kebebasan
dalam penggunaan tes chi square dalam suatu percobaan genetik, dilakukan
dengan cara melakukan interpretasi terhadap kemungkinan yang dimiliki oleh
setiap percobaan. Proses interpretasi nilai kemungkinan oleh setiap percobaan
sangat tergantung pada derajat bebas yang dimiliki dan derajat bebasnya
merupakan jumlah dari fenotip yang dihasilkan di suatu percobaan dengan
dikurangi satu.
Fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu,kantung genetika warna-warni, kancing berpasangan menggambarkan
diploid, gamet yang dibentuk memiliki kromosom haploid yang diwakili oleh
kancing yang tidak berpasangan sedangkan pada persilangan dihibrid belahan
kancing dengan penonjolan mewakili gen dominan. Kantong plastik
menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis dan oogenesis. Oleh
karena pada praktikum ini untuk melihat suatu kemungkinan atau peluang, jadi
dalam pengambilan kancing dilakukan secara acak sehingga jika menggunakan
kantung plastik warna hitam, data akan lebih netral.
Dalam melakukan percobaan mengenai persilangan ini, seringkali tidak
sesuai dengan ketetapan perbandingan yang telah ditemukan oleh mendel
karena adanya penyimpangan acak (kebetualan) atau adanya penyimpangan
lain. Untuk mengetahui penyebabnya dan menentukan distribusi peluang yang
telah dihitung dapat mewakili seluruh sampel data yang didapatkan, maka
dilakukan uji chi square (X2) yang merupakan uji analisis deskriptif.
Perbedaan antara rumus monohibrid dominan penuh dengan yang lain
adalah adanya pegurangan 0,5 (koreksi Yates) pada monohibrid dominan
penuh. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan jumlah fenotif. Dimana jumlah
kelas lebih dari dua fenotif maka tidak dilakukan koreksi Yates. Untuk
mengetahui data yang diambil baik atau tidak maka harus ada perbandingan
antara X2 hitung dengan X2 tabel. Jika X2 hitung < X2 tabel dengan
probabilitas 0,05 maka data memiliki penyimpangang yang tak bermakna atau
data hasil pengamatan baik. Jika X2 hitung > X2 tabel dengan probabilitas 0,05
maka data memiliki penyimpangang yang bermakna atau data hasil
pengamatan kurang baik.
Dari data hasil pengamatan kelas, didapatkan bahwa kelompok satu
pada data monohibrid dominan penuh 5% < X2 < 10% dan monohibrid tidak
penuh X2 > 90% serta data dihibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan
dihibrid tidak penuh 30% < X2 < 50% memiliki data hasil pengamatan dengan
X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data
hasil pengamatan baik. Pada kelompok dua, data monohibrid dominan penuh
70% < X2 < 90% dan monohibrid tidak penuh 30% < X2 < 50% serta data
dihibrid dominan penuh X2 > 90% dan dihibrid tidak penuh 10% < X2 < 30%
memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga
penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik. Pada
kelompok tiga, data monohibrid dominan penuh 70% < X2 < 90% dan
monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta data dihibrid dominan penuh
50% < X2 < 70% dan dihibrid tidak penuh X2 > 90% memiliki data hasil
pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak
bermakna atau data hasil pengamatan baik.
Data dari kelompok empat, monohibrid dominan penuh 30% < X2 <
50% dan monohibrid dominan tidak penuh 1% < X2 < 5% serta dihibrid
dominan penuh dan tidak penuh 70% < X2 < 90% memiliki data hasil
pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak
bermakna atau data hasil pengamatan baik. Namun pada monohibrid dominan
tidak penuh hasil pengamatan dengan X2 hitung > X2 tabel sehingga
penyimpangan bermakna atau data hasil pengamatan kurang baik. Pada data
kelompok lima, data monohibrid dominan penuh 70% < X2 < 90% dan
monohibrid tidak penuh 1% < X2 < 5% serta data dihibrid dominan penuh 70%
< X2 < 90% dan dihibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% memiliki data hasil
pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak
bermakna atau data hasil pengamatan baik. Namun pada monohibrid dominan
tidak penuh, hasil pengamatan dengan X2 hitung > X2 tabel sehingga
penyimpangan bermakna atau data hasil pengamatan kurang baik.
Data dari kelompok enam, monohibrid dominan penuh 70% < X2 <
90% dan monohibrid dominan tidak penuh 10% < X2 < 30% serta dihibrid
dominan penuh 70% < X2 < 90% dam dihibrid dominan tidak penuh 30% <
X2 < 50% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel
sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik.
Terakhir pada data kelompok tujuh, data monohibrid dominan penuh 70% <
X2 < 90% dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta data dihibrid
dominan penuh 70% < X2 < 90% dan dihibrid tidak penuh 50% < X2 < 70%
memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga
penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik.
Data pengamatan yang kurang baik, terdapat pada persilangan monohibrid
dominan tidak penuh dari kelompok 4 dan kelompok 5. Hal ini terjadi karena
dalam melakukan persilangan, suatu penyimpangan mungkin saja terjadi baik
secara acak ataupun karena faktor lain. Dalam kasus ini memungkinkan bahwa
dalam proses persilangan pola segregasi untuk karakter tersebut tidak mudah
untuk diidentifikasi seperti pada genetika mendel atau karena faktor lain
sehingga menghasilkan data yang kurang baik.
VII PENUTUP
7.1 Pola persilangan monohibrid dominan penuh merupakan persilangan antara
dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan salah
satu individu memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan
ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 3:1. Rumus untuk uji chi
{[𝑨−𝑯]−𝟎,𝟓}𝟐
square yang digunakan adalah adalah , dikurangi 0,5 karena
𝑯

jumlah fenotifnya tidak lebih dari dua.


7.2 Pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh adalah pesilangan
antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan
tidak ada individu yang memiliki sifat dominan terhadap pasangannya.
Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 1:2:1. Rumus
{[𝑨−𝑯]}𝟐
untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah , tidak
𝑯

dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.


7.3 Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan
sifat yang dimiliki dua atau lebih dan salah satu individu memiliki sifat
dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan
dengan perbandingan 9:3:3:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan
{[𝑨−𝑯]}𝟐
adalah adalah , tidak dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih
𝑯

dari dua.
7.4 Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah
perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih dan tidak ada individu yang
memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki
ketetapan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Rumus untuk uji chi
{[𝑨−𝑯]}𝟐
square yang digunakan adalah adalah , tidak dikurangi 0,5 karena
𝑯

jumlah fenotifnya lebih dari dua.


DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, H., D. S. Hanafiah, E. H. Kardhinata.2015. Uji f1 dari persilangan


genotip antara beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril) terhadap
tetua masing-masing. Jurnal Online Agroekoteknologi.3(3) : 1169 – 1179.
Arumingtyas, E. L.2016. Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika. Malang: UB
Press.
Carsono, N., G. I. Prayoga, N. Rostini, D. Dono.2016. Seleksi berbasis marka
molekuler pada padi generasi f2 guna merakit galur padi harapan tahan
wereng coklat. Jurnal Agrikultura. 27 (1): 9-15.
Devina, C. E., A. S. Ramayana, Rusdiansyah.2019. Studi pola segregasi karakter
morfologi – agronomi tanaman padi hasil persilangan kultivar pandan
ungu x roti pada f2. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab.1(2):88-92.
Fauzi, A., dan Aloysius, D. C. 2016. Pemanfaatan Drosophila Melanogaster
Sebagai Organisme Model Dalam Mempelajari Hukum Pewarisan
Mendel. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biologi.11(9) : 278-280.
Fried, G. H., G. J. Hademenos. 2005.Biologi Edisi Kedua.Jakarta: Erlangga.

Elrod, S., W. Stansfield. 2007. Genetika Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.

Mirayanti,Y., I K. Junitha, I. B. M. Suaskara.2017. Frekuensi gen cuping melekat,


alis menyambung, lesung pipi dan lidah menggulung pada masyarakat
desa Subaya, kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Jurnal Simbiosis.
5(1): 32-37.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai