Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR
“IMIT ASI RATIO FENOTIPE”

Oleh :

Nama : Delfi Kiranti Atmasari

NIM : 190210103062

Kelompok : 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
I. JUDUL
Imitasi ratio fenotipe
II. TUJUAN
II.1 Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh
II.2 Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh
II.3 Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan penuh
II.4 Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh

III. DASAR TEORI


Sebagai salah satu cabang ilmu biologi, genetika adalah ilmu yang
mempelajari tentang pewarisan sifat. Mendel melakukan persilangan berbagai
varietas kacang kapri. Hasil percobaannya kemudian dikenal dengan hukum
pewarisan Mendel. Permasalahan klasik dalam persilangan adalah jumlah sifat
beda yang akan disilangkan atau dikawinkan. Semakin banyak jumlah sifat beda
maka semakin lama proses pengerjaan soal persilangan karena semakin banyak
kombinasi gamet yang dapat dibentuk, serta semakin sulit dan butuh ketelitian
dalam pengelompokan genotipe dan fenotipe hasil persilangan. Biasanya beberapa
peserta didik mengalami kesulitan mengerjakan persilangan dengan tiga sifat
beda. (Alianto, & Huda. 2015 : 1-8).
Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas merupakan hukum yang
dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865. Secara garis besar, hukum
pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang. Faktor yang
mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet.
Pada hukum pilihan bebas, mendel menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama
lain. Istilah faktor yang dijelaskan oleh mendel tersebut dikemudian hari dikenal
dengan istilah gen (Fauzi, A., & Corebima, A. D. 2016. 372-377).
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip
pewarisan sifat-sifat. Seperti fenotipe. Jadi, fenotipe adalah ekspreksi gen yang
langsung dapat diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu. Sementara itu,
sususan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat dinamakan genotipe.
Nampak bahwa pada individu homozigot resesif, lambang untuk fenotipe sama
dengan lambang untuk genotipe. Percobaan-percobaan persilangan secara teori
akan menghasilkan keturunan dengan nisbah tertentu. Nisbah teoritis ini pada
hakikatnya merupakan pelluang diperolehnya suatu hasil, baik berupa fenotipe
maupun gentipe. Contoohh persilangan monohibrid antara sesama individu Aa
akan memberikan nisbah fenotipe A-: aa = 3 : 1 dan nisbah genotipe AA : Aa =
1 : 2 : 1 pada generasi F 2. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa peluang
diperolehnya fenotipe A- dari persilangan tersebut adalah ¾, seedangkan peluang
munculnya fenotipe aa aadalah ¼, begitu juga peluang munculnya AA,Aa, dan aa
masing-masing adalah ¼, 2/4 dan ¼ (Setyawan, F. 2012: 51-59).
Persilangan monohibrida adalah dasar untuk ilmu genetika Mendel. Informasi
terkait yang berhubungan dengan pemisahan genetik seperti yang muncul dalam
kombinasi monohibrida. Persilangan semacam itu dapat terjadi dalam semua
kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual (Gardner, 1991).
Dalam hubungan ini faktor yang dominan diberi simbol abjad Latin besar dalam
cetak miring, sedangkan faktor resesif diberi simbol abjad Latin kecil dalam cetak
miring. Contoh persilangan monohibrid tersebut Biji bulat (RR) disilangkan
dengan Biji keriput (rr) menghasilkan keturunan F1 adalah semua biji bulat
karena R dominan terhadap r. pada keturunan kedua (untuk memperoleh F2)
disilangkan hasil F1 yang heterozygote dan memperoleh hasil ¾ bulat (RR, Rr,
rR) dan ¼ keriput (rr), rasio perbandingan 3:1 (Firdaushi, N. F. 2014 : 197-20).
Mendel memulai percobaannya dengan melakukan persilangan dua kcang
ercis yang memiliki satu perbedaan sifat, dikenal dengan persilangan monohibri.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjawab pertanyaan dasar. Mendel
menyilangkkan dua ercis galur murni (homozigot) dengan karakteristik yang
berbeda yaitu satu berbiji kuning dan lainnya hijau. Kedua induk ini dikenal
dengan filial 1 (F1) memiliki biji bulat. Fenotip F1 menunjukkan seolah-olah sifat
dari individu hanya berasal dari salah satu iinduknnya saja ( Artadana. I. B. M, &
Savitri W.D. 2018 : 13-29).
IV. METODE PRAKTIKUM
4.1 Alat dan Bahan :
1. kancing genetika berwarna-warni
2. kantong

4.2 Skema Kerja :


a. perkawinan monohibrid dengan dominasi penuh

Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina

Mengisi masing-masing kantong berisi 10 buah kancing dari dua warna


berbeda

Mengacak kancing-kancing dan mengambil sebuah kancing dari masing-


masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan tulis
genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel (MM = merah, Mm =
merah, mm = putih)

Menulisakan fenotipe individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai


tertukar

Mengulangi pengacakan dan mengambil sehingga mendapatkan 12 data


setiap kelompok
Melakukan uji X 2

b. Perkawinan monohibrid dengan dominasi tidak penuh


Menyiapkan dua kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina

Mengisi masing-masing kantong 10 buah kancing dari dua warna berbeda

Mengacak kancing –kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari


masing-masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan tulis
genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai


tertukar

Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data


setiap kelompok

Melakukan uji X 2

c. Perkawinan dihibrid dengan dominan penuh

Menyiapkan dua kantong sebagai alat reproduksi jantaan dan betina

Mengisi masing-masing kantong 5 merah dengan percobaan

Mengacak kancing –kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari


masing-masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan tulis
genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan


Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai
tertukar

Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data


setiap kelompok

Melakukan uji X 2

d. Perkawinan dihibrid dengan dominan tidak penuh

Menyiapkan dua kantong sebagai alat reproduksi jantaan dan betina

Mengisi masing-masing kantong 5 merah dengan percobaan

Mengacak kancing –kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari


masing-masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan tulis
genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai


tertukar
Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data
setiap kelompok

Melakukan uji X 2

DAFTAR PUSTAKA

Alianto ., Huda, D. N. 2015. Aplikasi pembelajaran persilangan berdasarkan


hukum mendel. Jurnal Bangkit Indonesia, 4(2) : 1-8.

Artadana. I. B. M, & Savitri W.D. 2018.Dasar-dasar Genetika Mendel dan Cara


Pengembangannya. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Fauzi, A., & Corebima, A. D. 2016. Pemanfataan drosophila melanogaster


sebagai organisme model dalam mempelajari hukum pewarisan mendel.
Seminar Nasional Biologi  372-377.

Firdaushi, N. F. 2014. Perbandingan F1 dan F2 pada persilangan starin n xb dan


starin n tx. Biosel: Biology Science and Education.  3(2). 197-204.

Setyawan, F. 2012. Sejarah Teori Peluang dan Genetika Peluang. Jakarta Timur.


PT Balai Pustaka (Persero).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai