Anda di halaman 1dari 18

KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG DAN

SELEKSI ALAM

(Laporan Praktikum Genetika)

Oleh :
Siti Nurlela Wati
2017061020

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Kesetimbangan Hardy-Weinberg dan Seleksi Alam.

Tanggal praktikum : Kamis,16 September 2021

Tempat Praktikum : Laboraturium Botani 1

Tujuan Praktikum : Untuk memahami dan mengetahui hukum Hardy-Weinberg.

Nama : Siti Nurlela Wati

NPM : 2017061020

Jurusan :Biologi

Fakultas :Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : 2 (Dua)

Bandar Lampung,16 September 2021


Menyetuhui,
Asisten

Aura Priscilla Sabatini


NPM:1817021009
I.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Godfrey Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg tahun 1908 secara terpisah
menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu populasi.
Prinsip yang berupa teoritis tersebut dikenal sebagai hukum (prinsip
kesetimbangan) Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa
frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool) selalu konstan dari
generasi ke generasi dengan kondisi tertentu. Hukum ini digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung
evolusi atau tidak (Brookes, 2014).
Mempelajari ilmu genetika banyak melibatkan hukum-hukum yang
dikemukakan oleh para ilmuwan salah satunya hukum keseimbangan yang
dikemukakan oleh Hardy-Weinberg. Hukum ini terjadi apabila perkawinan itu
terjadi secara rambang dan bila beberapa asumsi terpenuhi maka frekuensi
alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu tidak
berubah dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Apabila dalam
perkawinan terjadi pindah silang secara rambang dan bila beberapa asumsi
terpenuhi maka alel akan tetap dalam kesetimbangan yang stabil, yaitu tidak
berubah dari satu generasi kegnerasi berikutnya. Tipe gamet yang berbeda
(gamet dengan alel berbeda) akan tetap terbentuk sebanding dengan frkuensi
masing-masing alelnya dan frekuensi tiap zigot akan sama dengan hasil kali
dari frekuensi gamet-gametnya (Robert, 2009).

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi


genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.
Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi,
ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting
untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini
akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah
tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan
ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan
genetik. Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke
generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak
adanya migrasi ataupun emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan
ketiadaan tekanan seleksi terhadap sifat-sifat tertentu (Brookes, 2014). Oleh
karena itu, pada praktikum kali ini saya selaku mahasiswa program studi
Biologi mencoba untuk menguji prinsip-prinsip kesetimbangan genetik dan
membuktikan kebenaran dari teori Hardy-Weinberg serta membuktikan
apakah terjadi perubahan nilai teoritis pada kesetimbangan Hardy-Weinberg
bila terjadi seleksi alam.

2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari dan mengetahui hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg.
2. Untuk menguji prinsip-prinsip kesetimbangan (Equilibrum)genetik dan
seleksi alam sebagai suatu proses yang berhubungan dengan evolusi populasi.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Hardy-Weinberg atau yang sering disebut dengan Hukum Ketetapan Hardy-
Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip dalam suatu
populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke
genarasi berikutnya kecuali apabila terdapat pengaruhpengaruh tertentu yang
mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu
kesetimbangan antara lain perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, dan aliran gen. (Vogel & Motulsky, 1997)

persyaratan kesetimbangan genetik dalam suatu populasi, seperti populasi berukuran


besar, perkawinan secara acak, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi, dan tidak ada
mutasi diduga terpenuhi, sehingga tidak terjadi perubahan frekuensi alel
Hukum Hardy – Weinberg Menjelaskan bahwa populasi tidak mengalami evolusi.
frekuensi alel dan genotip dalam gen pool tidak mengalami perubahan selama beberapa
generasi Hukum Hardy – Weinberg hanya dapat terjadi apabila :
1. Populasi sangat besar =pada populasi yang sangat besar terjadinya genetic drift tidak
menyebabkan perubahan frekuensi gen di dalam genpool. Tetapi dalam populasi
yang kecil, penyimpangan genetik bisa merubah frekuensi gen
2. Terisolasi dari populasi lain = terpisah dengan populasi yang lain sehingga
kemungkinan terjadinya gen flow (aliran gen) karena perkawinan antar populasi tidak
terjadi
3. Tidak terjadi mutasi perubahan satu alel menjadi bentuk alel lain akan merubah gen
pool 4. Perkawinan Acak= di dalam suatu populasi setiap anggota di dalam populasi
mempunyai kemungkinan yang sama untuk saling melakukan perkawinan. Kalau ada
faktor keinginan untuk memilih pasangan kawin, maka hukum H-W tidak akan
terjadi
4. Tidak ada seleksi alam = apabila semua individu mempunyai kemampuan hidup,
tidak ada persaingan dalam mempertahankan hidup, maka dunia akan penuh dengan
makhluk hidup yang beraneka macam jenisnya. Kenyataannya populasi makhluk
hidup relatif stabil = berarti ada yang mati karena tidak dapat mempertahankan hidup
atau populasinya makin menurun karena menurunnya kemampuan memperbanyak
diri
Nilai keseimbangan frekuensi alel dan genotip pada beberapa generasi dapat mengukur
apakah terjadi evolusi di dalam suatu populasi
Evolusi pada tingkat populasi ,perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu
populasi dari generasi ke generasi. Perubahan ini merupakan perubahan dalam skala
terkecil yang seringkali tidak nampak, maka sering disebut sebagai mikroevolusi.

Pada tahun 1908, seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris Godfrey Harold Hardy
(1877- 1947) dan seorang dokter berkebangsaan Jerman Wilhelm Weinberg (1862-1937)
secara terpisah menguraikan kondisi penting tentang keseimbangan genetik. Mereka
menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu populasi terpisah
menemukan suatu hubungan matematik dari frekuensi gen dalam populasi, yang
kemudian dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg (prinsip kesetimbangan). Pernyataan
itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool) selalu
konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.Hukum ini digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung evolusi
ataukah tidak. Hukum Hardy-Weinberg ini menjelaskan bahwa keseimbangan genotip
AA, Aa, dan aa, serta perbandingan gen A dan gen a dari generasi ke generasi akan selalu
sama dan tetap dipertahankan dalam suatu populasi bila memenuhi beberapa syarat
(Vogel & Motulsky, 1997).
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa di bawah suatu kondisi yang stabil, baik
frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke
generasi pada populasi yang berbiak secara seksual. Syarat berlakunya asas Hardy-
Weinberg:
1. Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama
2. Perkawinan terjadi secara acak
3. Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
4. Tidak terjadi migrasi
5. Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi banyak
dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan
perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut. Definisi evolusi sekarang dapat
dikatakan sebagai perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau
genotipe populasi.Dalam perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala
terkecil), spesifik dikenal sebagai mikroevolusi. Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi
sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi
selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi.
Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi
tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan
populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki
peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama
maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan
senantiasa konstan dari generasi ke generasi.

Dengan kawin acak, hubungan antara frekuensi alel dan frekuensi genotipe sangat
sederhana karena perkawinan acak individu setara dengan serikat acak gamet.Secara
konseptual, kita mungkin membayangkan semua gamet suatu populasi sebagai hadiah
dalam wadah besar.Untuk membentuk genotipe zigot, pasang gamet ditarik dari wadah
secara acak. Untuk lebih spesifik, mempertimbangkan alel M dan N pada golongan darah
MN, yang frekuensi alel adalah p dan q, masing-masing (ingat bahwa p + q = 1).
Frekuensi genotipe diharapkan dengan kawin acak berikut (Daniel, et al. 1998):

Genotipe yang dapat dibentuk dengan dua alel akan ditampilkan di sebelah kanan, dan
dengan perkawinan acak, frekuensi masing-masing genotipe dihitung dengan mengalikan
frekuensi alel dari gamet yang sesuai. Namun, MN genotipe dapat dibentuk dalam dua
cara-alel M bisa datang dari ayah (bagian atas diagram) atau dari ibu (bagian bawah
diagram). Dalam setiap kasus, frekuensi genotipe MN adalah pq; mengingat kedua
kemungkinan, kita menemukan bahwa frekuensi MN adalah pq + pq = 2pq. Di samping
kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum
HardyWeinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain,
terjadinya peristiwaperistiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan
perubahan frekuensi alel (Vogel & Motulsky, 1997).
Seleksi Alam. Menurut Hukum H - W, seluruh individu di dalam populasi mempunyai
kemampuan yang sama untuk hidup dan menghasilkan keturunan yang mempunyai
kemampuan hidup dan fertil. Tetapi kenyataannya di dalam populasi terdapat
keanekaragaman dan diantara varian-varian tersebut ada yang mempunyai keturunan
lebih banyak daripada yang lain. Perbedaan ini karena adanya seleksi alam, adanya sifat-
sifat khusus yang menyebabkan tidak menglami seleksi alam. Sifat ini diwariskan.

Dari ke 5 penyebab evolusi mikro yang dapat mengubah frekuensi gen pool hanya seleksi
alam yang kemungkinan besar merupakan proses kemampuan adaptasi dari populasi
terhadap lingkungan. Seleksi alam akan mempertahankan genotip yang baik di dalam
populasi. Apabila lingkungan berubah= respons terhadap seleksi dapat dilakukan oleh
individu yang mempunyai genotip tertentu
Selekasi Alam
Darwin dalam bukunya The Origin of Species menyatakan bahwa :
1. Spesies itu tidak diciptakan sesuai dengan keadaannya / bentuknya yang sekarang,
tetapi mengalami evolusi dari spesies yang telah ada pada jaman dulu
2. Mekanisme evolusi menurut konsep Darwin ialah karena adanya seleksi alam.
Menurut Darwin, dalam populasi suatu organisme ada individu-individu yang
mempunyai sifat tertentu, yang sifatnya diwariskan dan dapat bertahan hidup.
Organisme lainnya tidak mempunyai sifat tersebut sehingga populasinya semakin
menurun.
Seleksi alam dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Seleksi Stabilisasi (stabilizing selection) Pada seleksi tipe ini, fenotip yang ekstrim
yang selalu terseleksi.
2. Seleksi Mengarah (directional selection) Seleksi mengarah mengakibatkan frekuensi
alel akan mengarah kepada salah satu ekstrim dari kisaran salah satu ciri.
3. Seleksi Memisahkan (diversifying/distruptive selection) Pada keadaan tipe seleksi ini
selalu tertuju pada individu heterozigot.
III.METODELOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada kamis,13 September 2021 pukul 15.00 WIB-
Selesai secara daring dirumah masing-masing .

B. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya ;
Kancing plastikdua warna dan mangkuk/ cangkir plastik.

C. Prosedur kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tutuplah mangkuk dengan tangan dan kocok untuk mencampur
kancing-kancing dengan acak.
2. Ambil satu pasang (2 kancing) tanpa melihatnya. Pasangan kancing
ini merupakan gambaran kombinasi diploid suatu alel dari individu
generasi berikutnya.
3. Catat pasangan gen tersebut (genotip) pada table 1. Kembalikan
kancing-kancing tersebut ke dalam mangkuk untuk dikocok lagi.
Langkah ini diulangi untuk mendapatkan jumlah 100 genotip.
4. Dari hasil pencatatan genotip

B. Seleksi Alam Cara Kerja

1. Letakkan semua kancing didalam mangkok seperti halnya pada


latihan I. Ambil kancing secara acak berpasangan dan catatlah
hasilnya untuk sejumlah 100 genotip pada table 2.
2. Laporkan hasilnya pada asisten untuk dicata pada data kelas. Jika
semua hasil kelas telah diperoleh, berarti itu adalah data untuk
satu generasi. Hitunglahinformasi yang dibutuhkan pada table 2
dengan menggunakan persamaan pada latihan I.
3. Seleksi alam hanya terjadi pada fenotip. Gen-gen yang tidak
disukai harus terekspresikan agar bias terjadi seleksi. Jadi, jika A
dominant terhadap a dan aa menghasilkan fenotip yang tidak
disukai, maka akan terjadi seleksi yang menghapuskaan
sebagian besar individu aa disbanding dengan individu AA atau
Aa. Simulasikan seandainya selekai yang terjadi menghapuskan
½ kancing merah dari prosentase individu aa bedasarkan data
kelas. Contoh, jika diperoleh 17 % dari populasi adalah individu
aa, maka anda harus mengambil 17 kancing merah dari
mangkok untuk dipisahkan, jadi tinggal tersisa 83 kancing
keseluruhannya.
4. Ambil lagi pasangan-pasangan kancing seperti semula dan catat
hasilnya untuk tiap genotipnya sebagai generasi ke-2 pada tabel
2.
5. Laporkan hasilnya pada asisten dan hitunglah hasil pengukuran
seluruh kelas dengan melengkapi table 2 untuk generasi ke-2.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Adapun data pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

No. Genotipe Jumlah


1. AA 25
2. Aa 20
3. aa 15
Total 60
B. Perhitungan
Adapun perhitungan yang diperoleh dari praktikum sebagai berikut:

Frekwensi AA = Total AA
Total AA + Total Aa + Total aa
= 25
60
= 0.41

Frekwensi Aa = Total Aa
Total AA + Total Aa + Total aa

20
60
= 0.34

Frekwensi aa = Total aa
Total AA + Total Aa + Total aa

15
60
= 0.25
C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil Kesetimbangan Hardy-Weinberg


(p+q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1

Diketahui :
p 2 = Frekuensi genotipe dominan(AA) = 0,41
2pq = Frekuensi genotipe heterozigot(2Aa) = 0,34
q 2 = Frekuensi genotipe resesif (aa) = 0,25

Dimasukkan ke dalam rumus Kesetimbangan Hardy-Weinberg


(p+q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1
(p+q)2 = 0,41+0,34+0,25 =1
Maka dari hasil hukum Hardy-weinberg sama dengan hasil data tersebut

Pada tahun 1908, seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris Godfrey Harold
Hardy (1877- 1947) dan seorang dokter berkebangsaan Jerman Wilhelm Weinberg
(1862-1937) secara terpisah menguraikan kondisi penting tentang keseimbangan
genetik. Mereka menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu
populasi terpisah menemukan suatu hubungan matematik dari frekuensi gen dalam
populasi, yang kemudian dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg (prinsip
kesetimbangan). Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu
populasi (gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi
tertentu.Hukum ini digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam
suatu populasi sedang berlangsung evolusi ataukah tidak. Hukum Hardy-Weinberg
ini menjelaskan bahwa keseimbangan genotip AA, Aa, dan aa, serta perbandingan
gen A dan gen a dari generasi ke generasi akan selalu sama dan tetap dipertahankan
dalam suatu populasi bila memenuhi beberapa syarat (Vogel & Motulsky, 1997).

Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika
Jerman W. Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika
yang dapat menerangkan proses pewarisan tanpa mengubah struktur genetika
di dalam populasi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah
frekuensi alel di dalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal, dengan
beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin acak, tidak ada
perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu
ke dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua genotip
mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi).

Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jika terdapat keragaman gen


(alel-alel) pada suatu populasi dengan system breeding yang acak, maka
frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya akan tetap dalam
kesetimbangan (equilibrium) selama tekanan-tekanan lain (mutasi, migrasi,
dan seleksi) tidak ada. Jika ada satu atau lebih dari factor-faktor tersebut di
dalam suatu populasi maka kesetimbangan akan terganggu dan frekuensi gen
dapat berubah. Jika terjadi seleksi yang terus menerus terhadap suatu fenotip
tertentu, maka frekuensi gen akan berubah dan evolusi akan terjadi pada arah
tertentu.

Hukum Hardy-Weinberg memberikan standar ideal untuk para ahli genetika


untuk membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan
evolusi.
Dua hal utama dalam hukum Hardy-Weinberg, yaitu
(1) Jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang berbeda dalam populasi
akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu.
(2) Dengan tidak adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga
tidak akan berubah setelah generasi I. Hukum ini dapat dilihat misalnya pada
populasi siput yang dapat melakukan fertilisasi sendiri secara acak (langkah
1). Siput-siput ini memiliki sebagian gen-gen dominan untuk warna cangkang,
misalnya biru, kuning, atau hijau. Dengan menganalisis perubahan frekuensi
dari gen warna ini dengan persamaan Hardy-Weinberg maka kita akan dapat
menentukan apakah populasi siput tersebut berkembang.
Masing-masing dari ke 5 siput tersebut bersifat diploid dengan 2 kopi gen
pengendali warna. Satu alel dari gen (A) menyebabkan warna biru, 1 alel (a)
menyebabkan warna kuning dan heterozigot (Aa) menyebabkan warna hijau.
Pada unggun gen populasi ini ada 10 alel: 6 alel A dan untuk alel a. Jika
simbol q menggambarkan peluang dari alel a, maka q = 4/10 atau 0,4. Karena
jumlah alel A ditambah dengan alel a menggambarkan semua jumlah alel
pada gen dalam populasi siput, maka 0,6 + 0,4 = 1 atau p + q = 1.

Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa di bawah suatu kondisi yang stabil,


baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi
ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual. Syarat berlakunya asas
Hardy-Weinberg:
1. Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama
2. Perkawinan terjadi secara acak
3. Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
4. Tidak terjadi migrasi
5. Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi banyak
dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan
perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut. Definisi evolusi sekarang
dapat dikatakan sebagai perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel
atau genotipe populasi.Dalam perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan
skala terkecil), spesifik dikenal sebagai mikroevolusi. Hukum Hardy-Weinberg ini
berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam
suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak
mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen
berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Hukum
Hardy-Weinberg menyatakan populasi mendelian yang berukuran besar sangat
memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu
anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu
dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya.
Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari
generasi ke generasi.

Dengan kawin acak, hubungan antara frekuensi alel dan frekuensi genotipe sangat
sederhana karena perkawinan acak individu setara dengan serikat acak gamet.Secara
konseptual, kita mungkin membayangkan semua gamet suatu populasi sebagai
hadiah dalam wadah besar.Untuk membentuk genotipe zigot, pasang gamet ditarik
dari wadah secara acak. Untuk lebih spesifik, mempertimbangkan alel M dan N pada
golongan darah MN, yang frekuensi alel adalah p dan q, masing-masing (ingat bahwa
p + q = 1). Frekuensi genotipe diharapkan dengan kawin acak .

Genotipe yang dapat dibentuk dengan dua alel akan ditampilkan di sebelah kanan,
dan dengan perkawinan acak, frekuensi masing-masing genotipe dihitung dengan
mengalikan frekuensi alel dari gamet yang sesuai. Namun, MN genotipe dapat
dibentuk dalam dua cara-alel M bisa datang dari ayah (bagian atas diagram) atau dari
ibu (bagian bawah diagram). Dalam setiap kasus, frekuensi genotipe MN adalah pq;
mengingat kedua kemungkinan, kita menemukan bahwa frekuensi MN adalah pq +
pq = 2pq. Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi
berlakunya hukum HardyWeinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi.
Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwaperistiwa ini serta sistem kawin yang tidak
acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel .
V.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Hukum Hardy-Weinberg bisa mencapai kesetimbangan jika ada keragaman
gen dalam sistem breeding yang acak dan tidak adanya faktor
mutasi,migrasi dan seleksi.
2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkah
laku,gen,mutasi,perkawinan acak,dan seleksi alam.
3. Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam hukum Hardy-Weinberg Setiap
gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama,Perkawinan terjadi secara
acak,Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar,Tidak
terjadi migrasi ,Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar . semua syarat
tersebut harus terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Amania, N., Wiyono, H. T., Oktarianti, R., Biologi, P. S., Jember, U., & Osing, S.
(2020). BANYUWANGI ALLELE FREQUENCY OF A-B- O BLOOD GROUP IN
“ OSING ” POPULATION OF KEMIREN VILLAGE-BANYUWANGI. 11–21.
https://doi.org/10.32528/bioma.v5i1.3680
Fitriani, Y., & , Gede Wijana, I. A. P. D. (2019). TEKNIK STERILISASI DAN
EFEKTIVITAS 2,4-D TERHADAP PEMBENTUKAN KALUS EKSPLAN DAUN
NILAM (Pogostemon cablin Benth) IN VITRO. J. Agric. Sci. and Biotechnol,
2(1), 212–214.
Henuhili, V. (2008). Genetika dan Evolusi. Jurdik Biologi FMIPA UNY, 1–11.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ir-victoria-henuhili-
msi/genetika-dan-evolusi.pdf
Panggabean, T. N. (2016). Analisis Tingkat Optimasi Algoritma Genetika Dalam
Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Pada Bin Packing Problem. CESSJournal
Of Computer Engineering, System And Science, 1(2), 12–18.
Mariana Elmy. (2011). Analisis Keragaman Gen Laktoferin Pada Sapi Friesian-
Holstein. 11(1), 15–22.
Suryo. 2011. Genetika Strata 1 . U nivers itas Gadjah Mada .Yogyakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai