Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

MENGHITUNG INDEKS DIVERSITAS


VEGETASI HERBA DAN SEMAK

Disusun oleh:

Bintang Faisal Akbar 4411421056


Danissa Wirna Karmesti 4411421057
Septianisa Ulfalah 4411421059
Annisa Zahra Julietta 4411421067

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
A. Lokasi dan Koordinat
Lokasi: Curug Lawe Benowo, Desa Kalisidi, Gunung Pati, Kecamatan Ungaran Barat,
kabupaten Semarang.
Koordinat: -7.132519366215377, 110.36384308070711
B. Tanggal
Sabtu, 18 Maret 2023
C. Tujuan
1. Menghitung indeks nilai penting dari suatu komunitas herba pada suatu wilayah
2. Menghitung indeks keanekaragaman jenis tumbuhan herba pada suatu wilayah.
D. Landasan Teori
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesame
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis vegetasi
merupakan suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara
bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah
bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks
nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat
diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan (Hidayat et al, 2017).
Struktur dan komposisi jenis vegetasi di lapangan diamati parameter jenis
kerapatan, frekuensi, dominasi, indeks nilai penting, indeks kesamaan komunitas,
indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman. Untuk mengukur data parameter-
parameter ini salah satunya dengan menggunakan metode transek. Di areal penelitian
arah transek ditentukan dengan mempertimbangkan keterwakilan komunitas vegetasi
yang diteliti. Panjang transek ditetapkan minimum sepanjang 1 km (Fandeli et al,
2017).
Menurut Pertiwi (2019) Indek diversitas merupakan indeks keanekaragaman
suatu komunitas. Dalam suatu komunitas maka akan diperoleh beberapa
kanekaragaman. Keanekaragaman dapat berupa perbedaan jenis spesies dalam suatu
komunitas, karena semakin tinggi tingkat diversitas dalam suatu komunitas maka
semakin tinggi tingkat keanekaragamannya. Sedangkan pengertian komunitas itu
sendiri merupakan kumpulan dari beberapa populasi pada suatu tempat, ruang dan
waktu yang sama. Oleh karena itu komunitas terdiri dari beberapa populasi yang jelas
spesiesnya maka indeks keanekaragaman perlu dihitung.
Menurut Martono (2012), perhitungan indeks diversitas dilakukan pada dua
daerah :
1. Daerah ternaung merupakan daerah yang sinar matahari jarang yang sampai
kepermukaan tanah karena tertutup tumbuhan yang berkanopi atau beber cover
tumbuhan sehingga diduga ada beberapa seleksi untuk mendapatkan sinar
matahari.
2. Daerah terdedah merupakan daerah yang mendapatkan sinar matahari secara
bebas atau dapat dikatakan semua tumbuhan mendapatkan sinar matahari secara
sama sehingga persaingan untuk mendapatkan sinar matahari hamper tidak.
Faktor–faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap vegetasi
diantaranya adalah ketinggian tempat, kelembaban udara, suhu udara serta intensitas
cahaya matahari. Faktor–faktor lingkungan tersebut berpengaruh terhadap
penyebaran jenis–jenis tumbuhan dan pertumbuhannya (Nadia & Sulistyani, 2017).
Nilai penting merupakan sebarnya nilai kehadiran suatu spesies tumbuhan
dalam suatu ekosistem, sehingga diperlukan analisis vegetasi. Selain itu nilai penting
juga dapat menggambarkan karakter dalam komunitas. Indeks nilai penting =
Frekuensi relatif + dominansi relatif + densitas relative. Nilai penting dari suatu
tumbuhan dapat digunakan sebagai penyebut ekosistem dalam suatu tempat tersebut
dengan kata lain apabia dalam suatu tempat diperoleh suatu nilai penting tumbuhan
tersebut yang terbesar maka dapat dikatakan bahwa tumbuhan tersebut mewakili
nama ekosistem tersebut. Nilai yang diperoleh dapat pula untuk menggambarkan
kapasitas produksi dan kemampuan adaptasi serta dapat pula menunjukkan jumlah
sampling unit yang menggandung jenis tumbuhan tertentu. Nilai penutup dapat
dipakai untuk mengetahui nilai dominasi suatu jenis tumbuhan, terutama tumbuhan
semak, herba, atau rumput-rumputan (Pamungkas, 2018).
E. Alat dan Bahan
1. Alat tulis 5. Pasak
2. Papan ujian 6. Plastik ziplock
3. kertas kalkir (tally sheet) 7. Label
4. Rafia 8. Kamera
F. Cara Kerja
Metode kuadrat (Plot)

Survey dilakukan untuk menentukan komunitas yang memiliki jenis


tumbuhan yang beragam (heterogen).

Buat petak dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 2 m. Jumlah plot/petak


disesuaikan dengan luas. Umumnya pengambilan data sebanyak 1% -
10% dari total luas wilayah.

Petak/plot diletakkan pada lokasi yang telah disurvei.

Vegetasi diamati dan di catat spesies yang teramati di dalam plot.

Untuk menghitung luasan penutupan tajuk tiap spesies digunakan


kisaran penutupan tajuk Braun Blaunqet.

Ambil dokumentasi dan sampel untuk di identifikasi.


Ambil faktor lingkungan tiap wilayah.

Ulangi pengambilan plot sampai pengambilan data terpenuhi.

Gambar 1. Macam-macam ukuran kuadrat (Plot)


G. Analisis Data

Tabel. Kisaran penutupan Braun-Blanquet


H. Pembahasan
Pada praktikum “Menghitung indeks diversitas vegetasi herba dan semak”
memiliki tujuan untuk menghitung indeks nilai penting dari suatu komunitas
tumbuhan herba pada suatu wilayah dan menghitung indeks keanekaragaman jenis
tumbuhan herba pada suatu wilayah yang dilakukan dengan menggunakan Metode
Kuadrat (Plot), yang merupakan salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran
luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m2, cm2 dan lain-lain. Analisa
struktur vegetasi tumbuhan semak merupakan analisa ekologi tumbuhan yang bersifat
kuantitatif, dimana untuk menentukan analisis vegetasi pada herba ditentukan
beberapa komponen yang mempengaruhi antara lain dominansi, dominansi relatif,
frekuensi, dan frekuensi relatif. Dalam penentuan angka pada komponen- komponen
tersebut digunakan skala kisaran yang disebut skala braun blankuet, metode ini
menggunakan sistem ploting agar dapat memudahkan dalam penghitungan yaitu
dengan peletakan 50 plot yang berfungsi untuk mewakili seluruh seluruh spesies yang
tumbuh di sepanjang jalan menuju Curug Lawe dan Benowo. Sistem plot yang
digunakan harus tersebar, karena menentukan kevaliditasan dan kemerataan spesies
yang tersebar di daerah tersebut.
Adapun yang menjadi fokus untuk menghitung komposisi vegetasi dalam
suatu wilayah adalah nilai penting. Dari tiga jenis nilai penting, diperlukan setidaknya
dua untuk mengetahui selanjutnya menghitung komposisi vegerasi dalam suatu
wilayah. Dua nilai penting tersebut adalah nilai penting dominansi dan frekuensi.
Untuk nilai penting dominansi, data yang diambil berasal dari dominansi spesies
dibagi dengan total dominansi semua spesies kemudian dikali 100 sehingga hasil yang
didapat adalah dominansi spesies dalam persen. Kemudian untuk nilai penting
frekuensi, nilai penting ini didapat dari kehadiran spesies dibagi dengan total dari
semua kehadiran spesies. Setelah didapat frekuensi, kemudian mencari frekuensi
relative dengan mengalikan frekuensi yang didapat dengan 100 sehingga frekuensi
relative didapat dalam persen. Dari kedua nilai penting tersebut kemudian dijumlah
untuk mendapatkan nilai penting dari setiap spesies. Jika nilai penting dominansi
relative berjumlah 100 sama halnya dengan nilai penting frekuensi relative juga 100
sehingga total nilai penting didapat sebesar 200.
Data yang didapat dari 50 plot tersebut terdapat sebanyak 72 spesies dengan
nilai penting dominansi serta frekuensi yang bervariasi. nilai penting dominasi yang
paling tinggi adalah Sp.6 (Pilea pumila) memiliki Dominansi Relative (DoR) sebesar
0.067 serta Frekuensi Relative (FR) sebesar 0,085 dengan NP 0.152. Pilea pumia
terdapat pada plot 1,5, 10,11,12,13,14,15,16,17,28,29,44,46,dan 49.

I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, Nilai Penting (NP)
menggambarkan parameter tinggi rendahnya peran suatu individu dalam komunitas.
Indeks diversitas menggambarkan kekayaan jenis dan kelimpahan dalam suatu
komunitas. Data yang didapat dari 50 plot tersebut terdapat sebanyak 72 spesies
dengan nilai penting dominansi serta frekuensi yang bervariasi. nilai penting dominasi
yang paling tinggi adalah Sp.6 (Pilea pumila) memiliki Dominansi Relative (DoR)
sebesar 0.067 serta Frekuensi Relative (FR) sebesar 0,085 dengan NP 0.152. Pilea
pumia terdapat pada plot 1,5, 10,11,12,13,14,15,16,17,28,29,44,46,dan 49.

J. Daftar Pustaka
Arisandy, D. A., & Triyanti, M. (2020). Keanekaragaman Jenis Vegetasi di Bukit
Cogong Kabupaten Musi Rawas. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi
dan Sains, 3(1), 40-49.
Fandeli, Chafid., Utami, Retno Nur., Nurmansyah, Sofiudin. 2017. Audit Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hidayat, Muslich., Laiyana., Silvia, Nanda., Putri, Yenni Aulia., Marhamah, Nurul.
2017. Analisis Vegetasi Tumbuhan Menggunakan Metode Transek Garis
(Line Transek) di Hutan Seulawah Agam Desa Pulo Kemukiman Lamteuba
Kabupaten Aceh Besar. Prosiding seminar nasional Biotik. Vol 4(1). 85.
Martono, DS. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi Jenis-Jenis Pohon Utama
Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gunung Rinjani
Nusa Tenggara Barat. Jurnal ekologi. Vol. 13. No. 2.
Nadia, D., & Sulistyani, E. Y. (2017). Pinus Di Rph Kalirajut Dan Rph Baturraden
Banyumas. Jurnal Scripta Biologica, 4(September), 155–160.
Pamungkas,D S.J. 2018. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Rural
Tourism. Journal Biology education. Vol. 12. No. 1.
Pertiwi, Annisa Dian, Safitri, Nur Fadillah Asmi, & Azahro, Dita Arista. (2019).
Penyebaran vegetasi semak, herba, dan pohon dengan metode kuadrat di
Taman Pancasila. Proceeding of Biology Education, 3(1), 185–191.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pbe/article/view/13104
Samin, Annisa Novianti., Chairul., & Mukhtar, Erizal. (2016). Analisis Vegetasi
Tumbuhan Pantai pada Kawasan Wisata Pasir Jambak, Kota Padang. Jurnal
Biocelebes, 10 (2): 32-42.

K. Lampiran
Plot 1

Plot 2

Contoh spesies

Anda mungkin juga menyukai