Anda di halaman 1dari 21

PENGAMATAN GERAK BAKTERI DAN PEWARNAAN KAPSULA

BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang Dibimbing oleh bapak Agung Witjoro, S. Pd, M. Kes

Disusun oleh :
Kelompok 6
Atika Nurlailika O. 130341614795
Auliyah Shofiyah 130341614790
Intan Sartika Riski S. 130341614811
Miftahul Roqhmah 150341603883
Retza Firmanda 130341603388
Ulfatur Rohmah 150341600067
Yuliati Jamilah 150341600279

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
A. Topik : Pengamatan gerak bakteri
Pewarnaan kapsula bakteri

B. Tujuan : 1. Untuk menentukan ada atau tidak adanya kemampuan


gerak bakteri
2. Untuk mengamati gerak bakteri
3. Untuk memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan
kapsula bakteri
4. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya kapsula
bakteri

C. Kajian Pustaka
a) Gerak bakteri
Bakteri dapat bergerak dengan berbagai cara. Pergerakan bakteri
berdasarkan mekanisme gerak bakteri yang dapat didasari oleh ada atau
tidaknya alat gerak. Sehingga berdasarkan pergerakannya, bakteri dapat
digolongkan menjadi bakteri yang bersifat motil dan bersifat nonmotil.
Bakteri motil mempunyai alat gerak berupa flagel, karena ukurannya
yang kecil maka terkadang flagel tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Flagel merupakan struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-
macam protein termasuk flagelin yang membuat flagel berbentuk seperti
tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding dan
membran sel untuk membentuk motor yang menyebabkan flagel berotasi.
Flagel bergerak dengan cara memutar. Berdasarkan flagel yang dimiliki,
bakteri dapat dibedakan menjadi:
1. Monotrik : bakteri dengan satu flagel yang erada disalah satu
ujung selnya.
2. Lopotrik : bakteri dengan banyak flagel yang ditemukan pada
salah satu kutub selnya
3. Amfitrik : bakteri yang memiliki flagel pada kedua kutubnya
dengan jumlah lebih dari satu
4. Peritrik : bakteri yang mempunyai flagel tersebar pada
seluruh bagian selnya
Gambar 1: Macam-macam bentuk flagel (Ferawati, 2012)
Bakteri yang tidak memiliki alat gerak umumnya bergerak secara
menggelinding (meluncur) dan akan bergerak bila ada kontak terhadap
benda padat (Darkuni, 2001). Apabila bakteri tidak menunjukkan gerakan
yang cepat dan perpindahan tempat saat diamati, dapat dipastikan bahwa
gerakan yang terjadi adalah gerak Brown (gerakan yang terjadi pada
bakteri akibat adanya energi kinetik). Pada gerak brown, semua
organisme bergetar dengan laju yang sama dan menjaga hubungan ruang
yang tetap satu sama lain, sedangkan bakteri yang motil terus-menerus
bergerak ke arah tertentu (Hadioetomo, 1993). Kemampuan bakteri
bergerak tanpa flagel dapat dimiliki oleh bakteri-bakteri meluncur,
diantaranya misobakteri, sianobakteri dan kelompok bakteri lain, maupun
Spirochaeta (Schlegel, 1994). Beberapa organisme prokariot dapat
bergerak namun tidak memiliki organ pergerakan atau flagella.
Organisme tersebut bergerak dengan cara meluncur atau menggelinding,
dan akan bergerak jika mengalami kontak dengan suatu permukaan yang
padat, tetapi tidak bergerak jika terdapat dalam bentuk suspensi di dalam
cairan (Fardiaz, 1992).
Pengamatan pergerakan bakteri dibawah mikroskop harus dapat
dibedakan antara pergerakan sejati yang disebabkan oleh flagella dengan
pergerakan brown (brownian motion) yang terjadi juga pada sel yang
telah mati. Pergerakan brown adalah pergerakan yang terjadi pada semua
benda kecil di dalam air, yang disebabkan oleh pergerakan molekul air
yang dipindahkan ke benda-benda kecil tersebut (Fardiaz, 1992). Bakteri
yang memperlihatkan pergerakan brown, gerakannya tidak teratur dan
tidak terarah. Hanya benda-benda kecil yang memperlihatkan pergerakan
brown sedangkan bakteri yang berukuran besar dan khamr pergerakannya
kecil sekali atau tidak ada sama sekali (Fardiaz, 1992).
b) Pewarnaan kapsul bakteri
Sebagian besar sel bakteri memiliki lapisan pembungkus sel,
berupa membran plasma, dinding sel yang mengandung protein dan
polisakarida. Sejumlah bakteri dapat membentuk kapsul dan lendir
(Kusnadi, 2003). Kapsul merupakan substansi yang bersifat vikous
sehingga membentuk suatu selubung yang mengelilingi dinding sel,
memiliki fungsi lain yakni melindungi tubuh bakteri pada permukaan
atau substrat. Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen)
berfungsi untuk menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi.
Selain itu, bakteri berkapsula juga menyebabkan adanya gangguan lendir
dalam proses industri. Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium
tempat ditumbuhkannya bakteri tersebut. Pada beberapa kejadian
tebalnya kapsula hanya satu per sekian diameter selnya, namun dalam
kasus-kasus lainnya ukuran kapsula jauh lebih besar daripada diameter
selnya (Pelczar, 2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri
dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk
melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada
bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme
dengan sekitarnya (Kusnadi, 2014). Selain dengan pewarnaan gram,
untuk emlihat sel bakteri terdapat pewarnaan negatif atau pewarnaan
asam. Pewarnaan negatif atau pewarnaan asam merupakan salah satu
teknik pewarnaan bakteri, tetapi teknik ini bukan utuk mewarnai sel
bakteri, hanya mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Zat
warna yang digunakan tidakakan mewarnai sel, tetapi mewarnai
lingkungan sekitar sehingga sel bakter tampak transparan. Dalam kondisi
pH mendekati netral, dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif
dan senyawa pewarna juga bermuatan yang sama sehingga akan ditolak
oleh dinding sel (Anna Rahmawati,2013). Pewarnaan negatif atau
pewarna asam dapat terjadi karena senyawa pewarna bermuatan negatif.
Contoh pewarna yang biasa digunakanyaitu tinta cina, larutan nigrosin,
asam pikrat, dan eosin. Bakteri yangdapat digunakan dalam pewarnaan
ini seperti Pseudomonasaeruginosa, Lineola longa, dan Klebsiella sp.
(Rahayu,2014).

D. Alat dan Bahan


a) Gerak bakteri
Alat : 1. Mikroskop Bahan : 1. Aquades steril
2. Kaca benda cekung 2. Kertas penghisap
3. Jarum inokulasi ujung lurus 3. Alkohol 70%
4. Jarum inokulasi ujung berkolong 4. Biakan bakteri
5. Kaca penutup sebelumnya
6. Lampu spiritus 5. Lap
7. Enk-kas 6. Korek api
7. Sabun cuci
8. Lisol
9. Tissue
b) Pewarnaan kapsula bakteri
Alat : 1. Mikroskop Bahan : 1. Biakan bakteri
2. Kaca benda sebelumnya
3. Lampu spirtus 2. Tinta cina
4. Mangkuk pewarna 3. Aquades steril
5. Kawat penyangga 4. Larutan kristal
6. Jarum inokulasi berkolong violet 0,5%
7. Pinset 5. Larutan CuSO4,
8. Korek api 5H2O 20%
6. Alkohol
7. Lisol
8. Sabun cuci
9. Kertas penghisap
10. Lap

E. Cara Kerja
a) Gerak bakteri

Gerak Bakteri
Diambil Kacabenda bersih dilewatkan diatas spiritus
yang menyala
Diteteskan satu ose aquades pada kaca penutup
Inokulasi bakteri secara aseptik pada kaca benda yang
tedapat akuades tersebut
Menelungkupkan bagian kaca benda yang cekung pada
kaca penutup
Membalik kaca benda dan kaca penutup secara cepat
diusahakan aquades tetap mengantung pada cekungan
kaca benda
Diamati dibawah mikroskop
Hasil
b) Pewarnaan kapsula bakteri

Pewarnaan langsung
Diambil Kacabenda bersih dilewatkan diatas spiritus
yang menyala
Diteteskan satu ose aquades pada kacabenda
Inokulasi bakteri secara aseptik pada kaca benda yang
tedapat akuades tersebut
Fiksasi
Meneteskan larutan kristal violet pada sediaan dan
menunggu selama 1 menit
Membilas sediaan dengan menggunakan larutan
CuSO4, 5H2O secara hati hat
Dikeingkan dengan kertas hisap
Diamati dibawah mikroskop

Hasil

Pewarnaan tidak langsung

Diambil Kacabenda bersih dilewatkan diatas spiritus


yang menyala
Diteteskan satu ose aquades pada kacabenda
Inokulasi bakteri secara aseptik pada kaca benda yang
tedapat akuades tersebut tanpa dilakukan fiksasi
Diteteskan tinta cina padasediaan secara perlahan -
lahan
Ditunggu hingga tinta cina kering
Diamati dibawah mikroskop

Hasil

F. Data Pengamatan
a) Gerak bakteri
Koloni Bakteri Gerak Bakteri Keterangan
Koloni A Gerak brown (pasif) Gerak bakteri yang
dipengaruhi aliran air
Koloni B Gerak brown (pasif) Gerak bakteri yang
dipengaruhi aliran air
b) Pewarnaan kapsula bakteri
Koloni Jenis Warna Sel Warna kapsula
Bakteri Pewarnaan Vegetatif
Koloni A Langsung (A1) Ungu -
Tidak langsung Transparan -
(A2)
Koloni B Langsung (A1) Ungu -
Tidak langsung Transparan -
(A2)

G. Analisis Data
a) Gerak bakteri
Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati kemampuan gerak
dan pergerakan bakteri. Pengamatan dilakukan pada dua jenis koloni
bakteri (koloni A dan koloni B) yang masing-masing telah dibiakkan
dalam medium agar miring. Metode yang digunakan untuk mengamati
bakteri adalah menggunakan metode tetesan bergantung. Kaca benda
cekung dan kaca penutup yang bersih di lewatkan diatas lampu
spiritus, setelah itu diteteskan satu oase aquades steril diatas kaca
penutup. Secara aseptik dua jenis koloni bakteri masing-masing di
ambil menggunakan jarum inokulasi dan disentuhkan pada tetesan
akuades steril pada kaca penutup tersebut dan diaratakan secara
perlahan-lahan. Selanjutnya bagian cekung dari kaca benda cekung
tersebut ditelungkupkan diatas kaca penutup yang diberi inokulum.
Secara cepat kaca benda dan kaca penjtup ditelungkupkan dan
diusahakan supaya tetesan aquades tersebut menggantung dan
terkurung di dalam cekungan kaca benda setelah itu diamati di bawah
mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan dibawah mikroskop,
terlihat koloni A maupun koloni B menunjukkan gerak yang
mengikuti aliran air (aquades). Sehingga dapat disimpulkan sementara
bahwa kedua koloni bakteri baik koloni A maupun koloni B
melakukan gerak pasif atau disebut gerak Brown.
b) Pewarnaan kapsula bakteri
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pewarnaan
langsung/positif, dapat diketahui bahwa bakteri koloni A dan B
merupakan bakteri tidak berkapsul karena ketika diamati sel
vegetatifnya berwarna ungu. Jika bakteri tersebut memiliki kapsula
maka di sekeliling sel vegetatif yang berwarna ungu akan dilapisi oleh
warna biru hasil pewarnaan dari CuSO4.
Berdasarkan pewarnaan tidak langsung/negatif, dapat diketahui
bahwa bakteri koloni A dan B merupakan bakteri tidak berkapsul
karena ketika dia mati di bawah mikroskop nampak sel vegetatif yang
transparan. Jika bakteri tersebut memiliki kapsul, maka di sekeliling
sel vegetatif yang transparan akan dilapisi oleh warna coklat.
Sehingga berdasarkan dua tes pewarnaan yaitu pewarnaan
langsung/positif dan tidak langsung/negatif, menunjukkan hasil yang
sama yaitu bakteri koloni A dan B merupakan bakteri tidak berkapsul.

H. Pembahasan
a) Gerak bakteri
Pada umumnya pergerakan mikroba dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu gerak pasif dan gerak aktif. Gerak pasif disebabkan oleh
adanya gerakan pertikel-pertikel disekitarnya, misalnya gerakan dari
molekul-molekul (gerakan Brown) yang menyebar kesemua arah.
Sedangkan gerakan aktif disebabkan oleh pergerakan mikroba itu
sendiri. Berdasarkan cara pergerakannya, mikroba dibagi atas mikroba
yang bersifat motil dan bersifat non-motil. Mikroba motil ialah
mikroba yang dapat bergerak karena mempunyai flagella, sedangkan
bakteri non-motil tidak dapat bergerak (Dwijoseputro, 1978).
Berdasarkan hasil pengamatan dalam praktikum ini, dari kedua
koloni bakteri (koloni A dan koloni B) yang diamati didapatkan hasil
bahwa terlihat pergerakan bakteri yang searah dengan aliran alir. Pada
koloni bakteri A yang diamati di bawah mikroskop terlihat berwarna
gelap dan berbentuk kokus. Koloni bakteri ini memiliki kemampuan
bergerak pasif atau disebut gerak Brown. Hal Ini sesuai dengan
pendapat Dwidjoseputro (2008: 27) bahwa, sel bakteri yang berbentuk
coccus umumnya tidak motil dan baru akan bergerak dari satu tempat
ke tempat lain jika terbawa arus air atau angin. Bakteri yang demikian
bergerak dengan berlliku-liku. Bakteri baru akan bergerak umumnya
apabila mempunyai satu hingga lima flagela.
Gerak pada bakteri yang bersifat tidak motil akan bergerak maju
mundur secara zig-zag yang disebut dengan gerak brown. Gerak
brown terjadi karena adanya benturan degan molekul air (Volk 1988).
Menurut Fariaty (1995), Gerak brown adalah gerak partikel koloid
yng bergerak dengan arah zig-zag, gerakan ini disebabkan adanya
tumbukan antara molekul-molekul pelarut dengan molekul koloid.
Tumbukan terjadi antara lentingan sempurna, artinya tenaga kinetik
molekul pelarut dan pertikel koloid sama tetepi karena partikel koloid
lebih besar maka gerakanyan lebih lambat jika dibandingkan dengan
molekul pelarut.
Gerak brown merupakan salah satu gerak yang merupakan suatu
gerak yang dapat menstabilkan koloid karena gerak terus
menerus,maka partikel koloid ini dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga tidak mengendap, semakin kecil ukuran koloid, maka
semakin cepat pula gerak brown terjadi, demikian pula semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak brown terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak brown sulit diamati dalam pengamatan
dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Menurut Tarigan
(1988),bahwa sel prokariotik yang bersifat unisellular tidak
mengandung struktur yang di batasi membrane didalam sitoplasma
nya disebut bakteri. Sebagian besar bakteri dapat berubah-ubah bentuk
atau sifat yang di sebut pleomorfik. Pada jenis permanen merupakan
hasil perubahan genetic yang irreversible.
Selanjutnya pengamatan terhadap koloni bakteri B, didapatkan
hasil bahwa koloni bakteri ini juga mengalami gerak pasif. Padahal
pada pengamatan yang dilakukan sebelumnya terlihat bahwa koloni
bakteri B memiliki bentuk basil. hal ini sesuai dengan pendapat
Dwidjoseputro (1978) yang mengatakan bahwa tidak semua bakteri
mempunyai daya motilitas, ada bakteri yang tidak mempunyai alat
gerak yaitu flagel sehingga berdasarkan letak dan jumlah flagel pada
sel bakteri, jenis ini digolongkan dalam bakteri atrik. Pendapat serupa
juga dinyatakan oleh Volk (988) yang menyatakan bahwa ada
sebagian bakteri berbentuk basil bersifat motil, yang berarti bahwa
sebagian bakteri basil juga ada yang bersifat immotil.
Menurut Prasetyawati (2009), Banyak spesies bakteri yang
mempunyai alat gerak yangdisebut dengan flagel. Hampir semua
bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang
ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali
memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 0,1
mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan
tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima
golongan, yaitu:
Atrik : kelompok bakteri yang tidak mempunyai flagel
Monotrik : kelompok bakteri yang mempunyai satu flagelpada
salah satu ujungnya.
Lofotrik : kelompok bakteri yang mempunyai sejumlahflagel
pada salah satu ujungnya
Amfitrik : kelompok bakteri yang mempunyai sejumlahflagel
pada kedua ujungnya
Peritrik : kelompok bakteri yang mempunyai flagel padaseluruh
permukaan tubuhnya
(Sumber: Prasetyawati, 2009)
Fungsi utama flagela pada bakteri adalah sebagai alat untuk
pergerakan. Flagela bukan merupakan alat untuk pertahanan hidup.
Flagela dapat dipisahkan dengan guncangan atau dengan putaran
dalam alat pengocok seperti sentrifuga. Sel tetap hidup dan
memperoleh motilitas dengan pertumbuhan kembali flagela. Sel
bakteri berflagela dapat menghampiri sumber nutrisi dan menghindari
racun dengan menghampiri suatu kemoatraktan atau meninggalkan se
nyawa yang tidak diinginkan (Milton, 2001).
Pergerakan sel oleh flagela mendorong sel dengan putaran
melingkar searah sumbu panjangnya, seperti baling-baling. Putaran
flagela dikuatkan oleh arus listrik. Fungsi flagela dibangun oleh
respon kemotaktik, menunjukkan suatu sistem regulasi sensori umpan
balik. Flagela ganda memutar berlawanan dengan arah jarum jam
untuk membentuk suatu berkas yang terkoordinir dan efek pergerakan
sel umumnya ke arah nutrisi (kemotaksis positif). Pengaruh adanya
senyawa yang tidak diinginkan, menyebabkan koordinasi menjadi
hilang, berkas flagela mengalami kekacauan, dan sel berputar dan
cenderung menjauhi senyawa tersebut. Koordinasi fungsi flagela
melibatkan kemoreseptor, yang disebut protein pengikat
periplasmik, yang berinteraksi dalam transpor membran. Koordinasi
pergerakan flagela juga melibatkan proses metilasi suatu protin
membran plasma spesifik. Adanya kemoatraktan, proses metilasi
protein tersebut meningkat, sebaliknya dengan adanya racun/senyawa
yang tidak diinginkan, proses metilasi menurun (Milton, 2001). .
Pengamatan pergerakan bakteri dalam praktikum ini
menggunakan metode tetesan bergantung. Hanging drop atau biasa
dikenal dengan preparat tetes bergantung merupakan salah satu cara
untuk mengamati mikroba yang berada di genangan air.Tarigan
( 1988: 30) menyatakan bahwa ptreparat basah (wet preparation)
dapat dibuat dengan cara meneteskan setetes cairan yang mengandung
mikroba keatas sebuah kaca objek dan di tutup dengan kaca penutup
(converslip) untuk mencegah penguapan cairan dan timbulnya
gelembung udara, preparat di bubuhi petrolium jelly agar coverslip
dan kaca objek menjadi rapat.
Menurut Agus (2009:13) preparat basah dan tetes gantung
memungkinkan pemeriksaan organisme hidup yang tersuspensi dalam
cairan untuk mengetahui motilitas atau proses-proses pengamatan
dalam keadaan utuh.Dengan menggunakan preparat tetes bergantung,
pergerakan mikroba dalam objek air yang diamati di bawah mikroskop
akan tampak jelas pergerakannya. Pendapat lain dikemukaan oleh
Tarigan (1998: 148) bahwa, preparat bawah atau preparat tetes
bergantung berguna terutama apabila dalam pengamatan morfologi
mikroorganisme yang tengah diperiksa dapat rusak karena perlakuan
dengan panas atau bahan kimia ataupun bila organisme itu sukar
diwarnai.
b) Pewarnaan kapsula bakteri
Kapsula adalah lapisan polimer yang terdapat diluar dinding sel.
Kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik
pewarnaan, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Hadioetomo,1990). Jika lapisan polimer ini terletak berlekatan
dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika
polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel
maka lapisan ini disebut lendir (Darkuni, 2001).
Sel bakteri pada umumnya tidak bewarna, sebagian besar
bagiannya adalah transparan. Karena itu penting dilakukan pewarnaan
agar bakteri dapat dilihat sehingga dapat diketahui morfologinya.
Pewarna adalah cairan terlarut yang mengandung kromofor. Kromofor
adalah pewarna yang terlarut dalam bahan pewarna dan bertanggung
jawab dalam proses pewarnaan (Atlas, 1984)
Pewarnaan langsung
Pada kegiatan praktikum ini, pewarnaan secara langsung
dilakukan dengan menggunakan kristal violet dan CuSO 4.5H2O.
Pewarnaan secara langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai sel-sel
bakteri yang diamati. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam
pengamatan sel bakteri akan tampak berwarna ungu dan diselubungi
oleh kapsul yang berwarna biru muda. Sel bakteri pada umumny
amemiliki permukaan ion negatif yang disebabkan karena adanya
molekul seperti polisakarida, protein, dan asam nukleat,
sehinggadibutuhkan pewarna positif untuk mewarnai permukaan sel.
Kristal violet merupakan larutan yang yang mempunyai
kromofor atau butir pembawa warna yang bermuatan positif (memiliki
kation) sedangkan muatan yang berada di sekeliling bakteri bermuatan
negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya tarik menarik antara
kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna
ungu. Terbentuknya warna biru muda pada kapsula disebabkan karena
kapsula menyerap CuSO4.5H2O (Atlas, 1984). Contoh zat pewarna
basa misalnya metilen blue, Kristal violet, dengan anionnya Cl -, SO42-,
dan sebagainya (Suriawiria, 1985).
Pewarnaan tidak langsung/negatif
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap
bakteri yang sulit diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai
melainkan latar belakangnya. Metode pewarnaan negatif merupakan
suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna
yang tidak meresap kedalam sel-sel bakteri melainkan
melatarbelakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-
bentuk kosong tak berwarna (negatif) (Lay,1994). Pengecatan negatif
bertujuan untuk mewarnai latar belakang atau bidang pandang di
bawah mikroskop dan bukan untuk mewarnai sel-sel mikroba yang
diperiksa. Pengecatan negatif dapat digunakan untuk melihat kapsul
yang menyelubungi tubuh bakteri dengan hanya menggunakan satu
macam cat saja (Tarigan, 1988).
Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau
butir pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki anion),
sedangkan muatan yang ada di sekeliling bakteri juga bermuatan
negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya tolak menolak
antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri
berwarna transparan dan nampak hanya warna latar belakangnnya
yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel
bakteri tidak mampu menyerap warna (Sarles, 1956).
Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen) berfungsi
untuk menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi (Pelczar,
2007). Jenis patogen (penyebab penyakit) misalnya, akan turun
keganasanya jika kapsulnya dihilangkan. Hal ini erat kaitannya
dengan kehadiran bahan-bahan pembentuk kapsul dengan sifat
fagositik bakteri. Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium
tempat ditumbuhkannya bakteri tersebut. Pada beberapa kejadian
tebalnya kapsula hanya satu per sekian diameter selnya, namun dalam
kasus-kasus lainya ukuran kapsula jauh lebih besar daripada diameter
selnya. Kebanyakan kapsul terdiri dari senyawa polisakaraida. Selain
glukosa, polisakarida kapsul juga mengandung gula amino, ramnosa,
asam uronat, dan asam organik seperti asam tartarat dan asam asetat
(Schlegel, 1994).
Kapsula bukan organ yang penting untuk kehidupan sel bakteri.
Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk
kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam medium. Kapsula
berfungsi dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Misalnya
berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau
menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat antifagosit
sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga
berfungsi untuk alat menempelkan diri pada permukaan seperti yang
dilakukan oleh Streptococcus muans (Darkuni, 2008).

I. Kesimpulan
1. Gerak yang dilakukan oleh koloni bakteri A dan B merupakan gerak
brown (gerak pasif), yaitu gerak akibat molekul-molekul larutan).
2. Koloni A dan B diuji dengan pewarnaan langsung/positif maupun
pewarnaan tidak langsung/negatif menunjukkan tidak memiliki
kapsula.
J. Diskusi
a) Gerak bakteri
1. Keuntungan apakah yang diperoleh dengan menggunakan metode
tetesan bergantung dalam pengamatan gerak bakteri ?
Jawab :
Keuntungan yang didapatkan dari metode tetesan bergantung
diantaranya adalah:
a. Mengetahui motilitas atau proses-proses pengamatan dalam
keadaan utuh melalui pemeriksaan organisme hidup yang
tersuspensi dalam cairan.
b. Dengan menggunakan preparat tetes bergantung, pergerakan
mikroba dalam objek air yang diamati di bawah mikroskop akan
tampak jelas pergerakannya.
c. Preparat tetes bergantung berguna terutama apabila dalam
pengamatan morfologi mikroorganisme yang tengah diperiksa
dapat rusak karena perlakuan dengan panas atau bahan kimia
ataupun bila organisme itu sukar diwarnai.
d. Sel bakteri lebih leluasa dalam bergerak, karena dalam media
aquades steril yang menggatung memberikan ruangan yang
lebih luas untuk pergerakan bakteri, sedangkan apabila tidak
menggantung akan membuat bakteri terhimpit sehingga tidak
dapat bergerak bebas.
e. Dapat meminimalisis resiko kematian bakteri yang diamati
f. Bakteri dapat bergerak bebas tanpa tertimpa kaca obyek
2. Bagaimana ciri-ciri gerakan bakteri ?
Jawab :
Menurut Dwidjoseputro (2008: 14) bahwa, gerakan pada
mikroba dibagi menjadi dua macam, yaitu gerak pasif dan gerak
aktif. Gerak pasif disebabkan oleh adanya gerakan partikel-partikel
disekitarnya, misalnya gerakan dari molekul-molekul air (gerakan
Brown) yang menyebar ke semua arah. Gerak brown yaitu gerak pada
bakteri yang tidak mempunyai flagel, tetapi gerakannya disebabkan
oleh pergerakan molekul air yang saling bertumbukan. Sedangkan
gerakan aktif disebabkan oleh gerakan mikroba itu sendiri. Pada gerak
aktif yaitu gerak berpindah tempat dengan menggunakan flagel.
Bakteri yang tidak bergerak dengan kekuatan sendiri melainkan
bergerak maju kemudian mundur ke tempat semula. Bakteri tidak
menunjukkan gerakan yang cepat dan perpindahan tempat saat
diamati. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa gerakan yang terjadi
adalah gerak Brown (gerakan yang terjadi pada bakteri akibat adanya
energi kinetik). Pada gerak Brown semua organisme bergetar dengan
laju yang sama dan menjaga hubungan ruang yang tetap satu sama
lain, sedangkan bakteri yang motil terus menerus bergerak kearah
tertentu.
b) Pewarnaan kapsula bakteri
1. Apakah fungsi kapsula bagi bakteri ?
Jawab :
Kapsula bakteri merupakan suatu lampiran lendir dengan tebal
lebih dari 0,2 mU yang terdapat diluar sel. Yang berfungsi sebagai
pelindung bakteri terhadap pengaruh luar yang merugukan dan
menyebabkan suatu bakteri bersifat virulensi, Inisiasi infeksi dimana
suatu bakteri akan dengan mudah mengikuti atau menempel pada sel
inang.
2. Adakah hubungan antara kapsula dengan virulensi bakteri ? Jelaskan !
Jawab :
Kapsula merupakan tanda virulensi suatu bakteri. Selain itu
virulensi bakteri menyebabkan kemampuan fagosi suatu bakteri akan
terbatas sehingga baktri dengan kapsula memiliki virulensi yang
tinggi.

Daftar Pustaka

Agus dan Maulana. 2012. Petunjuk Kegiatan Praktikum Pengantar Mikrobiologi.


Malang: UMM Metro
Anna, Rahmawati. 2013. Pewarnaan Bakteri Berkapsul. Yogyakarta: UNY Press

Atlas, R. M. 1984. Basic and Practical Microbiology. New York: Macmillan

Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi).


Malang: Universitas Negeri Malang

Dwijoseputro. 1978. Dasar-dasar Mmikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Dwijoseputro. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama

Fariaty. 1995. Kimia Larutan I. Malang: IKIP Malang

Ferawati, Srikandi. 2012. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Uutama

Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia

Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP

Kusnadi. 2014. Identifikasi Bakteri. (online).


(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1968050919
94031 KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi
,dkk/identifikasi_bakteri.pdf). Diakses pada tanggal 16 Februari 2017

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press

Prasetyawati, E.T. 2009. Bakteri Rhizosfer sebagai Pereduksi Merkuri dan


Agensia Hayati. Surabaya: UPN Press

Rahayu. 2014. Pewarnaan Negatif. Semarang: UNDIP Press

Salton, Milton R. J. Dan Kim, Kwang-Shin. 2001. Structure of Bacteria. USA:


Departement of Bacteriology University of Wisconsin-Madison
Sarles, W. B, Frazier, W.C, Wilson, J. B, dan Knight S. G. 1956. Microbiology,
General and Apllied. New York: Hharper & Brother

Schhlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


Uuniversity Press
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek


Pengembangan LPTK

Volk, Swisley A, dan Margargareth F Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:


Erlangga

Lampiran
Alat dan bahan Fiksasi dan sterilisasi

Pengambilan koloni bakteri Pelaksanaan prosedur


dari sediaan pengamatan gerak bakteri
Pengamatan gerak bakteri Pewarnaan kapsula bakteri
secara langsung/positif

Pewarnaan kapsula bakteri Gerak brown pada koloni A


secara tidak langsung/negatif
Gerak brown pada koloni B

Anda mungkin juga menyukai