Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN PREPARAT HAPUSAN DARAH

Disusun Oleh:

1. Destiari Ayu Widinugroho 17030244034


2. Dewi Roudhotul Jannah 17030244049
3. Ahmad Rizal Mirdad 17030244053
4. Dea Aprillia Ningsih 17030244066

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Darah merupakan bagian dalam sistem transport yang ada disetiap
organisme. Selain berfungsi menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh, darah
juga membawa serta nutrisi-nutrisi yang diserap dari makanan melalui usus
halus yang akan disebarkan keseluruh tubuh (Ronaldo, 2006). Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri atas dua komponen
yaitu plasma darah adalah cairan yang mengandung sel-sel darah. Didalam
plasma darah terlarut berbagai macam zat antara lain zat makanan, protein, zat
sekresi dan gas (O2, CO2, dan N2). Plasma darah mengandung serum yang
berfungsi sebagai tempat pembentukan antibodi. Ada tiga jenis sel darah, yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah
(trombosit) (Sacher, 2002).
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang jumlahnya
paling banyak, berwarna merah, serta tidak memiliki inti sel (Warni, 2009).
Sel darah putih atau leukosit merupakan komponen penyusun darah yang
jumlahnya paling sedikit, berperan dalam memperkuat antibodi atau sebagai
anti bodi yang melawan penyakit, serta strukturnya memiliki inti yang
bermacam-macam (Noercholis, 2013). Trombosit/ keeping darah disebut juga
sel darah pembeku, yaitu bentuk keping darah tidak teratur dan tidak
mempunyai inti., serta berperan penting pada proses pembekuan darah
(Ronaldo, 2006). Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku
(hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor). Jika
seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut menderita Hemofilia. Dari ketiga komponen darah
tersebut, sama-sama dibentuk di dalam sumsum tulang (Sacher, 2002).
Berdasarkan uraian diatas, maka dianggap perlu untuk mengadakan
pengamatan mengenai “Preparat Apusan Darah (Smear preparation), Metode
Smear biasanya digunakan untuk mengamati bentuk-bentuk sel-sel darah dan
penyusunnya, melalui proses pemisahan sel-sel baik secara kimiawi maupun
mekanik. Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan
sesuatu menjadi tersedia, specimen patologi maupun anatomi yang siap dan
diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan (W.A. New Dorland, 2002).
Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masing-masing sel
darah, tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung perbandingan antar
masing-masing jenis sel darah.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut. Bagaimana cara membuat preparat hapusan darah dengan metode
smear (smear preparation).
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui cara pembuatan preparat hapusan darah dengan metode
smear dan dapat mengamati bentuk-bentuk sel darah serta penyusunnya,
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat
badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45%
sisanya terdiri dari sel darah ( Evelyn C. Pearce dalam Arista,2012) .
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa
eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu
mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan,
sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. Darah berwarna
merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk
heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen ( Pebri,
2012).
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri
pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah
itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah
yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui
pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga
mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obatobatan dan bahan kimia asing
ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. ( Habibi,
2012)
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula
darah terdiri dari:
a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak
dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan
golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam
proses pembekuan darah.
b. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas
untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh
tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki
bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit
leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit
leukopenia.
c. Plasma darah
Pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan
pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein,
berbagai jenis garam ( Pebri, 2012)
2.2. Sediaan Apus Darah
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan
yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan
bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain
bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan
tipis darah (kaca perata). Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung
jari. Sebaiknya tetesan darah pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang
memuaskan. Tetesan yang kedua diletakan pada daerah ujung kaca sediaan
yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata diletakan miring dengan
sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah menyebar sepanjang sisi pendek
kaca perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakan
secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan.
Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan
pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode
Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky
(Maskoeri dalam Evita, 2010).
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa
yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah
dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit.
Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya menjadi
semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam
hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau
yang lain (Maskoeri dalam Evita, 2010).
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan
manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel
pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di
dalamnya yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10% sebagai
pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan
ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak
dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk
identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia
dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap. Di
dalam laboratorium-laboratorium banyak dipakai larutan Giemsa 3% yang
dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan (larutan) (Kurniawan
dalam Pebri, 2012).
Sediaan apus darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat warna
khusus yang pertama kali ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan diubah
oleh penyelidik lainnya. Pada tahun 1891, Romanosky menemukan campuran
methylen blue dan eosin dalam perbandingan tertentu memberi warna ungu
inti leukosit.
Pembuatan sediaan apus menggunakan beberapa bahan yang berupa
larutan-larutan khusus yang memiliki fungsi masing-masing. Diantaranya
menggunakan methanol/ alkohol 100%, alkohol ini diteteskan ke atas sediaan,
sehingga bagian yang terlapis darah tertutup seluruhnya. Metanol atau alkohol
ini berfungsi untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada sediaan
tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya. Dari
literatur lain disebutkan, tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan proses
metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan
komponen-komponen sitologis dan histologist, mengawetkan keadaan
sebenarnya, dan mengeraskan (Rudyatmi, 2011).
Kemudian menggunakan larutan pewarna giemsa. Pewarna Giemsa
sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan apus, agar
sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan
Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari
morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit
darah misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru.
Pembuatan sediaan apus juga menggunakan xylol. Xylol berfungsi untuk
menjernihkan sediaan, karena zat pewarna Giemsa masih bersisa disediaan.
Xylol terus diberikan agar sediaan tidak kering. Pada akhir pengamatan
sediaan apus yang telah dibuat, kaca bendaa diberi zat entellen serta langsung
ditutup kaca penutup. Zat entellen ini berfungsi untuk melekatkan kaca
penutup pada objek, selain itu agar objek yang sudah diamati tidak rusak dan
tetap awet (Mescher, Anthony L. 2012).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Jumat,18 Oktober 2019.


Tempat pelaksanaan praktikum di laboratorium Mikrotek Biologi FMIPA
UNESA.
3.2 Alat dan bahan

1. Mikroskop
2. Obyek glass
3. Cover glass
4. Blood lancet
5. Giemsa fluka
6. Etanol
7. Methanol
8. Darah (Manusia)

3.3 Cara kerja

1.Diambil setetes darah ( manusia) dan diteteskan pada obyek glass


2. Ditipiskan darah dengan menggunakan tepi obyek glass dengan kemiringan
kurang lebih 45dan ditunggu sampai kering.
3. Hapusan yang sudah kering ditetesi dengan methanol ( obyek glass
dimiringkan ) hingga merata dan ditunggu hingga kering ± 1 jam
4. Pembuatan pewarna sel dengan cara mencampurkan giemsa fluka dan buffer
giemsa/ etanol ( 1: 5 )
5. Diteteskan pewarna giemsa pada apusan dan ditunggu selama 15 – 30 menit (
hingga berubah menjadi warna ungu )
6. Kemudian dibilas dengan air mengalir hingga tida ada pewarna giemsa yang
tersisa dan dikeringkan.
7. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian dengan
perbesaran kuat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum pembuatan preparat apus darah adalah sebagai
berikut:

Eritrosit

Leukosit

Gambar 1. Hasil pengamatan Preparat apusan darah perbesaran 40x10

4.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum di atas dapat diketahui bahwa pada kegiatan


ini,pengamatan apus darah menggunakan darah manusia yang berasal dari
mahasiswi bernama Ahmad Rizal Mirdad. Sediaan apus darah diwarnai dengan
pewarna Giemsa fluka yang merupakan pewarna khusus darah. Berdasarkan
pengamatan preparat cukup rapid an berwara ungu kegelapan. Dapat terlihat
adanya eritrosit dan leukosit.
Eritrosit yang berhasil terlihat pada pengamatan ini berbentuk bulat dan
terlihat dari atas, bagian tengahnya seperti mengalami pelekukan bukan inti sel.
Eritrosinnya berwarna merah dan terlihat banyak mendominasi setiap lapang
pandang mikroskop. Leukosit yang berhasil terlihat pada pengamatan ini
berbentuk bulat dan lebih besar daripada eritrosit dan berinti. Dibagian tengah sel
terlihat granul berwarna ungu lebih gelap dengan berbagai bentuk. Meskipun
ditemukan beragam bentuk leukosit, namun pengamat masih belum dapat
menentukan katagori leukosit tersebut apakah termasuk granulosit atau
agranulosit. Hal ini karena keterbatasan pengamat dan media. Trombosit pada
apus darah memiliki bentuk beragam dan tidak teratur. Ukurannya ada yang kecil
dan besar serta berwarna ungu gelap.

Sel leukosit terlihat mencolok pada preparat karena intinya yang berwarna biru.
Sehingga kita dapat membedakannya dengan eritrosit. Inti leukosit bersifat basa,
sehingga jika direaksikan dengan pewarna basa maka sel tersebut akan menyerap
warnanya.
Eritrosit memiliki kadar yang paling banyak dalam darah jika
dibandingkan dengan leukosit dan trombosit. Jumlah eritrosit antara individu yang
satu dengan individu yang lain itu berbeda-beda. Ini dapat disebabakan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah ketinggian tempat. Individu yang hidup di
daerah dataran tinggi akan memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibandingkan
individu yang hidup di dataran rendah. Ini terkait dengan kebutuhan fisiologinya.
Pada individu yang hidup di dataran tinggi membutuhkan asupan oksigen yang
cukup, sedang kandungan oksigen di dataran tinggi lebih sedikit sehingga
membutuhkan banyak Hb untuk mengikat oksigen. Begitu juga sebaliknya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sediaan apus darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai berbagai
unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu dapat pula
digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan
lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.

5.2 Saran

Dari praktikum yang telah dilaksanakan disarankan agar dalam membuat


preparat darah harus dilakukan secara hati-hati dan terampil dan juga untuk
menghasilkan preparat yang baik dan jelas, sebaiknya pada waktu melakukan
pengapusan diusahakan setipis mungkin. Dan ketelitian dan kesabaran menjadi
pokok dalam praktikum, karena hal tersebut menjadi penunjang kesuksesan
dalam praktikum. Disamping itu diharapkan agar mahasiswa dapat menjaga
ketertiban dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Arista,2010.PreparatApusDarah.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptuni
mus-gdl-aristakurn-5312-2-bab2.pdf. Diakses pada Kamis, 6 November
2019 Pukul 10.00 WIB

Evita,2010.Preparat Darah.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus
gdl-evitapradi-5656-2-babii.pdf. Diakses pada Kamis, 6 November 2019
Pukul 10.00 WIB

Habibi,2012. Blood Smear. http://habibi.staff.ub.ac.id/files/2012/11/blood-


smear.pdf. Diakses pada Kamis, 6 November 2019 Pukul 10.00 WIB

Noercholis, A., Muslim, M.A., dan Maftuch, 2013, Ekstraksi Fitur Roundness
untuk Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan, Jurnal
EECCIS,Vol. 7, No. 1.
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Pebri,2012. Apus Darah. http://pbr2008unj.files.wordpress.com/2012/08/apus-
darah.pdf. Diakses pada Kamis, 6 November 2019 Pukul 10.00 WIB

Rudyatmi,Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA


UNNES

Ronaldo, D., 2006, Perbedaan Nilai Agregasi Trombosit Antara Sediaan Darah
Segera Dengan Darah Yang Mengalami Penyimpanan Pada Hari Pertama,
Ketiga,dan Kelima. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Sacher, R.A., dan Mcpherson R.A., 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Warni, E., 2009, Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis
Pengolahan Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan, Jurnal Ilmiah “Elektrikal
Enjiniring” Unhas, Vol 07. No.03.

Anda mungkin juga menyukai