Anda di halaman 1dari 36

Kepada pria yang hendak memeriksakan spermanya, hendaknya dokter atau

petugas laboratorium menjelaskan hal-hal seperti berikut :


1. Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan
letih atau lapar dan cukup beristiraahat.
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak
ejakulasi dengan cara apapun) selama 3 - 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia
2 sampai 7 hari).
3. Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di
tampung secara utuh.

Dalam keadaan dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium


Andrologi, maka boleh yang bersangkutan mengeluarkan di tempat lain,
misalnya di rumah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun,
minyak dan lain-lainnya.

2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan
dibilas berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai.
Botol sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml.
Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom berbahan latex
yang dijual bebas (kecuali dengan menggunakan kondom yang diproduksi
khusus untuk penampungan sperma / condom sperm friendly). Gelas
penampung ditutup cukup dengan kertas biasa (atau menggunakan wadah
penampung khusus sperma / andrology pack #1 (sterile semen container).
3. Sperma yang sudah tertampung segera dalam waktu setengah jam sudah di
serahkan kepada petugas Laboratorium. Dalam perjalanan menuju
Laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35oC, misalnya dalam
kantong pakaian yang dikenakan.

Untuk pemeriksaan bakteriologis/perbenihan, maka terdapat suatu prosedur


yang lebih khusus. Hal ini tidak akan dibahas disini.

ANALISA SPERMA

Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen
berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat
kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang
di dalam semen disebut sperma.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan
kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada
sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu
diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan
karena ketidaksuburan pasangan prianya.

Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap
pemeriksaan sperma.
Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam
keadaan letih atau lapar.
2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas
seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari
harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun.
3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan
tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.
4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll.
Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.
Beberapa hal yang diperiksa antara lain :
Hitung Sperma (Sperma Count)
Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya
bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan
kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan
(tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita).

Hasil pemeriksaan biasanya disajikan dalam istilah sebagai berikut :


• Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi
• Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml
• Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml • Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml
• Aspermia : Tidak ada semen
• Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen
• Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen
• Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40%. • Teratozoospermia : > 40%
sperma mempunyai bentuk yang tidak normal
• Necozoospermia : sperma yang tidak hidup
• Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml

Hasil pemeriksaan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu : bentuk normal, kepala tidak
normal, ekor tidak normal, dan sel sperma yang belum matang (immature germ cells, IGC).
Gerakan Sperma (Sperm Motility) dikatakan normal jika 40% atau lebih sperma dapat
bergerak normal. tetapi, beberapa pusat laboratorium mengatakan bahwa nilai normal adalah
60% atau lebih.

Contoh kesimpulan dalam pemeriksaan sperma :


-Jumlah Sperma : Oligozoospermia
- Motilitas : Nekrozoospermia
- Morfologi : Teraozoospermia
- Viabilitas : Buruk
-Viskositas : Normal

Hasil pemeriksaan sperma yang normal menurut WHO


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air
mani yang normal, sebagai berikut :
1. Volume total cairan lebih dari 2 ml
2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml
3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal
4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak
kurang dari 1 jam setelah ejakulasi
5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml
6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang
dari 10 % dari jumlah sperma)
Diposkan oleh yudi di 02.16
kuliah kedokteran
SKIP TO CONTENT

 H O M E
 A K U P U N K T U R
 I L M U B E D A H
 I L M U K E S E H A T A N A N A K
 I L M U K E S E H A T A N J I W A
 I L M U P E N Y A K I T D A L A M
 I L M U P E N Y A K I T K U L I T
 I L M U P E N Y A K I T M A T A
 I L M U P E N Y A K I T T H T
 I L M U S A R A F
 O B S T E T R I G I N E K O L O G I
 P A T O L O G I K L I N I K
 R A D I O L O G I
 R E Q U E S T O R D E R

← PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH PADA RAMBUT

Lupus Kutaneus →

NOVEMBER 27, 2015 · 4:00 PM

↓ Jump to Comments

PEMERIKSAAN SPERMA PADA


KASUS PERSETUBUHAN
PENDAHULUAN
Deteksi dan identifikasi cairan tubuh di TKP adalah aspek yang sangat penting dari ilmu forensik. Cairan
tubuh yang paling umum ditemukan di TKP adalah darah, air mani, dan air liur, tetapi lainnya seperti
cairan vagina, urin, dan keringat juga dapat memainkan peran penting termasuk kontribusi evidence DNA
berharga.
Masalah utama dengan tes-tes ini adalah penghancuran sampel. Kadang-kadang kasus dapat rusak dengan
jumlah bukti biologis yang sedikit, sehingga sangat penting bahwa jumlah sampel kecil diperiksa seefisien
mungkin dengan metode non destruktif di TKP. Alasan yang paling penting tes non-destruktif ini adalah
pelestarian evidence DNS.
Penentuan jenis dan asal cairan tubuh yang ditemukan di TKP dapat memberikan wawasan penting dalam
rekonstruksi TKP dengan mendukung hubungan antara donor sampel dan tindak pidana yang sebenarnya.
Selama lebih dari satu abad, berbagai jenis metode identifikasi sperma telah dikembangkan, seperti tes
kimia, tes imunologi, tes aktivitas katalitik protein, metode spektroskopi dan mikroskop. Namun, metode
identifikasi sperma konvensional sebagian besar merupakan test dugaan, dan dilakukan hanya pada suatu
waktu. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan molekuler genetika berbasis RNA atau deteksi metilasi
DNA baru-baru ini diusulkan untuk menggantikan metode identifikasi cairan sperma konvensional.
Beberapa penanda RNA dan tDMRs yang khusus untuk cairan semen yang relevan telah diidentifikasi, dan
spesifitas dan sensitivitas telah diuji menggunakan berbagai sampel.

PEMERIKSAAN SPERMA PADA KASUS PERSETUBUHAN


Semen merupakan salah satu cairan tubuh yang paling sering ditemui di TKP. Terdapat beberapa tes
dugaan serta test konfirmasi untuk mengidentifikasi semen. Berikut ini menjelaskan teknik pemeriksaan
yang sudah diakui di bidang forensik atau telah diringkas pada literatur umumnya.
Tanda marker mani telah lama digunakan dalam kasus-kasus kekerasan seksual, namun, dalam sekitar dua
pertiga kasus, tidak mungkin untuk mengidentifikasi donor sperma, karena cairan biologis campuran
menghasilkan jenis serologis campuran.

Bahkan ketika sperma tidak ada, beberapa jenis sel non-sperma yang ditinggalkan oleh pelaku (epitel,
leukosit, sel germinal belum matang) dan merupakan sumber yang layak untuk analisis DNA. Sel-sel ini
biasanya ditemukan di sekitar 15% dari bahan sperma yang disediakan oleh kelenjar prostat dan vesikula
seminalis. Azoospermia dilaporkan oleh Willott sekitar 1,9% dari bercak air mani yang ditemukan pada
swab kasus serangan seksual.
1. Alternating least squares (ALS)
Mirip dengan darah, air mani juga dapat dideteksi menggunakan alternating least squares (ALS) seperti
sinar ultraviolet. Ini merupakan prosedur rutin untuk mencari air mani dan cairan lainnya di TKP
menggunakan metode yang sederhana dan non-destruktif. Wood’s Lamp (WL) adalah perangkat khusus
yang memancarkan panjang gelombang 320-400 nm, dengan ukurannya yang kecil, murah, aman, dan
mudah digunakan.
Namun ketika WL diuji terhadap cairan lainnya, alat tersebut menjadi tidak spesifik dan bahkan kadang-
kadang tidak mendeteksi noda air mani, dan memberikan hasil positif palsu terhadap salep dan krim. Alat
ALS komersial lainnya, BluemaxxTM BM500, diuji dengan cara yang sama dan hasilnya 100% sensitif
terhadap noda air mani. Dan juga para dokter yang menggunakan ALS mampu membedakan semen
dengan cairan lainnya dengan waktu 83% setelah menerima pelatihan tentang bagaimana menggunakan
perangkat tersebut. Perangkat ALS lainnya yang digunakan untuk pemeriksaan cairan termasuk air mani
adalah Polilight1 yang memiliki rentang panjang gelombang 415-650 nm cahaya putih ultraviolet.

2. Seminal acid phosphatase (SAP)


Test pemeriksaan yang paling populer dan diterima keberadaan air mani adalah tes seminal acid
phosphatase (SAP). Enzim ini memiliki kemampuan untuk mengkatalisis hidrolisis fosfat organik
membentuk produk yang akan bereaksi dengan chromogen garam diazonium yang menyebabkan
perubahan warna. Ini merupakan prinsip dasar dari tes SAP. Salah satu kombinasi pengembang substrat /
warna populer adalah alpha-naphthyl phosphate dan Brentamine Fast Blue. Kombinasi lain adalah beta-
naphthol dengan Fast Garnet B, danalphanaphthol dengan Fast Red AL. 3
AP (asam fosfatase) adalah enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Ini mengkatalisis hidrolisis
asam lysophosphatidic, produk pemecahan membran fosfolipid, dan mungkin terlibat dalam kapasitasi
spermatozoa (dimana membran sel yang hilang) yang mengekspos protein di kepala akrosom, yang
memungkinkan penetrasi ovum. AP ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam air mani (sekitar 1 mg / mL
atau 300 U / mL), sehingga berguna sebagai penanda untuk penentuan forensik cairan mani. AP stabil
dalam keadaan kering, dan dapat dideteksi dalam bercak air mani lama. Tes AP pertama kali dijelaskan
oleh Babson pada tahun 1959. Meskipun tidak sensitif seperti tes PSA, namun memberikan hasil yang
dramatis dalam waktu 15 detik dengan bercak yang kuat dan sangat mudah digunakan di lapangan.
Gambar 1. Pemeriksaan seminal acid phosphatase (SAP).
Positive bila berwarna ungu dalam 15 detik.
Gambar 2. Alat untuk memeriksa SAP
Reagen tambahan natrium thymolphthalein monofosfat telah digunakan karena selektivitas dan stabilitas
yang tinggi dan risiko bahaya rendah, dan merupakan kombinasi pnitroaniline, NaNO3, a-naftil asam
fosfat, dan magnesium klorida encer. Tes ini juga menghasilkan hasil positif palsu pada vaginal acid
phosphatase (VAP), sehingga teknik ini tidak dapat dianggap sebagai test konfirmasi. Salah satu cara
untuk menghindari potensi hasil positif palsu pada VAP adalah mengamati perubahan warna yang terjadi
antara 5 hingga 30 detik karena VAP tidak pernah memberikan hasil positif yang begitu cepatnya. Metode
lain yang telah dikembangkan untuk membedakan antara SAP dan VAP ialah melibatkan pemisahan dua
fosfatase asam menggunakan fokus isoelektrik, dan dengan menggunakan elektroforesis gel akrilamida.
Kerugian lebih lanjut dari tes SAP adalah enzim dapat menurun ketika terkena panas, jamur, membusuk,
atau bahan kimia.
Tabel 1. Komposisi masing masing cairan tubuh
3. Leucine aminopeptidase (LAP)
Ada tes dugaan serupa untuk pemeriksaan semen berdasarkan adanya enzim lain, tetapi tes ini tidaklah
populer. Dalam sebuah studi, perbandingan dengan tes SAP, uji leucine aminopeptidase (LAP) memiliki
hasil positif palsu yang lebih sedikit dibandingkan dengan cairan tubuh manusia lainnya dan hanya
menunjukkan hasil negatif dengan spesies lain. Namun tes tersebut kurang sensitif terhadap pengenceran
tinggi.
4. Glycylproline dipeptidyl aminopeptidase (GDA)
Enzim lain yang telah diuji adalah glycylproline dipeptidyl aminopeptidase(GDA). Hasil menunjukkan
bahwa noda semen berumur 24 tahun dapat memberikan reaksi positif; positif palsu pada cairan vagina,
feses, stroberi, kacang, dan bawang. Sensitivitas diuji dengan pengenceran serendah 1:4 di mana semua
hasil positif.
5. Cystine aminopeptidase (CAP)
Tes berbasis enzim lainnya mendeteksi cystine aminopeptidase (CAP). Enzim ini 100 kali lebih nampak
pada air mani dari cairan lainnya. Ketika diuji cairan tubuh lainnya termasuk cairan vagina dan feses, tidak
ditemukan adanya hasil positif palsu seperti dengan beberapa tes enzim yang disebutkan sebelumnya.
6. Gglutamyltransferase (g-GTP)
Sebuah tes dengan enzim gglutamyltransferase (g-GTP) menggunakan garamFast Garnet
GBC dan anaphthylamine sebagai indikator menunjukkan hasil positif pada noda semen tapi dapat
memberikan positif palsu pada ASI, cairan vagina, kacang hijau, kacang-kacangan, bawang, stroberi, apel,
dan plum.
7. Pemeriksaan Zinc
Pemeriksaan zinc pada mani telah diteliti dan lebih baik dan kurang degradabledibandingkan SAP. Sebuah
metode pemeriksaan paperstrip zinc dibandingkan dengan paperstrip SAP, dan pada akhirnya kedua tes
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sama. Pemeriksaan ini menggunakan reagen Hooft’s 1-(2-
Pyridylazo)-2-naphthol. Pemeriksaan dianggap positif bila perubahan warna dari kuning ke pink.
Gambar 3. Pemeriksaan Zinc
8. Tes kolin
Tes dugaan pemeriksaan semen lainnya yang telah digunakan sejak lama namun tidak lagi digunakan
secara teratur adalah tes kolin. Pemeriksaan kolin menggunakan tes Florence yang menempatkan ekstrak
zat yang dicurigai pada slide mikroskop, diberikan larutan yodium dan kalium iodida, dan diamati kristal
jarum cokelat yang terbentuk. Kemungkinan negatif palsu sangat besar karena sensitivitasnya rendah, dan
tes ini negatif untuk cairan tubuh lainnya seperti cairan vagina serta semen dari spesies lain. Metode
pemeriksaan kolin didasarkan pada reaksi dengan kolin oksidase ialah tes chemiluminescent yang
melibatkan cairan kolin oksidase / luminol. Sebuah metode yang lebih rumit untuk mendeteksi kolin ialah
metode isotachophoresis dimana tidak memiliki positif palsu dengan cairan tubuh lain, buah-buahan, atau
sayuran. Bercak berumur 10 tahun masih menunjukkan beberapa hasil positif, dan tes menunjukkan
semen positif pada vaginal swab yang diambil dari perempuan yang telah meninggal.
9. Seminal polyamine atau spermine (SPM)
Satu tes dugaan yang telah dipelajari di masa lalu tapi jarang digunakan adalah deteksi seminal
polyamine atau spermine (SPM) yang konsentrasinya tertinggi pada air mani. Kromatografi cair berkinerja
tinggi (HPLC) dikombinasikan dengan metode ekstraksi sederhana telah ditemukan untuk menjadi cara
yang sederhana dan sensitif untuk mendeteksi SPM dibandingkan dengan kromatografi kertas, TLC,
tabung kapiler isotachophoresis, dan metode enzim. Positif palsu yang paling umum berasal dari kecap,
dan tidak ada spermine diukur dalam cairan tubuh seperti urine, darah, keringat, air susu ibu, dan air liur.
10. Tes Barberio
Test lainnya untuk pemeriksaan spermine yaitu tes Barberio, melibatkan konfirmasi kristal kuning yang
terbentuk oleh mikroskop ketika air mani terkena larutan asam pikrat. Tes ini dianggap lebih dapat
diandalkan dibandingkan tes Florence untuk kolin, dan masih memberikan hasil positif pada bercak setua
3 tahun dan dipanaskan sampai 150 oC. Sebuah metode yang sama yaitu tes Puanen adalah tes kristal lain
yang menggunakan Naphthol Yellow S sebagai reagen dan membentuk kristal oranye dengan adanya air
mani.
11. Identifikasi mikroskop
Teknik pemeriksaan konfirmasi yang paling dapat diandalkan dan diterima secara luas untuk mendeteksi
air mani adalah identifikasi mikroskopis sel sperma. Semen adalah satu-satunya cairan tubuh yang
memiliki sel sperma, dan sejumlah besar DNA di kepala sperma dapat diidentifikasi dengan zat warna
untuk membuat sperma terlihat. Zat warna paling populer digunakan adalah zat warnaChristmas tree,
dikenal warna khas pada kepala sperma adalah merah dan hijau pada ekor.
Teknik tambahan menggunakan larutan proteinase K yang akan mengubah sifat sel-sel epitel dan membuat
kepala sperma yang tidak berpengaruh lebih terlihat. Zat warna lain yang kurang efektif daripada zat
warna Christmas tree yang telah diuji adalah pewarnaan Gram modifikasi Christmas tree, hematoxylin dan
eosin, Baecchi, Papanicolaou, dan Wright. Tentu saja kelemahan terbesar dari teknik mikroskop ini jika
donor sperma adalah azoospermia karena penyebab alami atau dengan vasektomi; untuk alasan ini, tes
kimia lainnya telah dikembangkan.
Gambar 4. Deteksi spermatozoa berdasarkan pewarnaan Dibandingkan dengan alkaline
fuchsin, pewarnaanChristmas tree dan hematoxylin-eosin merupakan metode sitologi baku
emas deteksi spermatozoa.
Gambar 5. Analisis mikroskop pada sampel pewarnaan dengan Baechi
12. Prostate-specific antigen (PSA)
Tes konfirmasi yang paling populer untuk sel sperma di luar dari semen adalah tes prostate-specific
antigen (PSA).
Antigen spesifik prostat (PSA, juga dikenal sebagai p30), suatu glikoprotein yang diproduksi oleh kelenjar
prostat dan disekresikan ke dalam plasma mani, adalah penanda yang digunakan untuk menunjukkan
adanya cairan mani.

Air mani dari pria azoospermia masih akan berisi antigen ini yang hadir dalam plasma mani; cairan tubuh
lainnya mengandung tingkat PSA yang sangat rendah. Kadar PSA yang rendah mengakibatkan tes PSA
tidak terlalu sensitif sehingga tidak dapat mengakibatkan hasil positif palsu. Konsentrasi PSA pada urin
laki laki adalah 800 ng/ml. PSA tidak terdeteksi pada urine dilusi laki laki di atas 1/200.7Sebuah aspek
penting untuk pendeteksian PSA melibatkan kemampuan yang baik untuk mendeteksi sampel yang
terkontaminasi atau sulit seperti kain yang telah dicuci dan mayat yang membusuk.
Menurut beberapa penelitian, PSA dapat ditemukan dalam cairan tubuh wanita.Breul menyatakan bahwa
konsentrasi PSA di urin perempuan rata rata adalah 3,72 ng/ml. Pembentukan protein PSA dipengaruhi
oleh steroid; Oleh karena itu, dapat dikembangkan dalam berbagai jaringan tubuh termasuk jaringan
perempuan. Walaupun begitu, konsentrasi PSA di urin perempuan sangatlah rendah, sehingga tidak
terdeteksi oleh rapid test PSA karena di bawah cut-off point dari perangkat. Dengan demikian, hasil positif
palsu yang disebabkan oleh urin perempuan bisa dihilangkan.
Metode yang melibatkan immunoelectrophoresis atau ELISA, dan beberapa teknik khusus immunoassay
dot blot dengan metode radiolabeled Protein Aserta dot-immunobinding disebut juga membrane
aspiration test (MAT). Tes lainnya mengunakan thin-layer immunoassay (TIA) dan tidak menunjukkan
hasil positif palsu dengan darah, air liur, urine, keringat, dan air mata. Sekarang telah terdapat beberapa
alat tes yang bergantung pada reaksi antigen-antibodi dan jauh lebih cepat dan lebih mudah digunakan.
Pemeriksaan PSA dalam cairan mani kuantitatif relatif sulit dan cukup mahal, sehingga tidak pernah
dilakukan di Indonesia. Untungnya, ada rapid test untuk memeriksa PSA, yang sangat praktis, cepat,
mudah digunakan, murah, dan cukup sensitif dan spesifik. Namun, rapid test ini dirancang untuk
memeriksa konsentrasi PSA dalam darah, plasma, dan serum.
Salah satu alat yang tersedia secara komersial adalah tes Biosign1 PSA, dan alat tersebut lebih murah untuk
digunakan daripada metode tradisional ELISA. The OneStep ABAcard1 adalah alat test komersial lainnya.
Alat ini juga bergantung pada teknik antibodi mobile monoclonal anti-human PSA yang mengikat PSA
manusia dan bermigrasi sepanjang alat strip ke antibodi polyclonal anti-human PSA imobile dan
membentuk garis. PSA dalam air mani yang diencerkan 106 kali mampu dideteksi dengan tes ini, dan
hanya sampel urin pria memberikan hasil positif palsu.
Gambar 6. Pemeriksaan ABAcard (hasil positif dan negative)
Tes komersial lainnya yang telah dikembangkan meliputi Chembio, Medpro, Onko–screen, PSAcheck-
1, Seratec1 PSA Semiquant dan Phosphatesmo KM PaperR _ test.5,10 Alat test Seratec1 ditemukan
menunjukkan positif palsu dengan sampel cairan vagina bebas semen. Sebuah studi perbandingan
antaraPSA Rapid Test Kit, Rapid PSA, dan SMITEST menetapkan bahwa tiga alat tersebut memiliki
spesifisitas yang sama, tetapi SMITEST memiliki sensitivitas terbesar. Alat tes otomatis yang
memungkinkan analisis simultan adalahHybritech Tandem-E PSA Immunoenzymetric Assay karena
menggunakan lebih sedikit tenaga kerja dan dana daripada metode tradisional.
Gambar 7. Pemeriksaan PSA hasil positif dengan Seratec
MHS-5, yang juga dikenal sebagai immunoglobulin G1 dan seminal vessel specific antigen (SVSA),
merupakan antigen yang hanya akan bereaksi dengan epitel di vesikula seminalis manusia. Protein utama
pembentuk gel dalam air mani manusia, semenogelin I dan semenogelin II, keduanya mengandung SVSA
dan dapat dideteksi oleh antibody MHS-5 monoklonal. Sema1 adalah alat tes ELISA yang dirancang untuk
mendeteksi keberadaan semen berdasarkan reaksi antara antibody MHS-5 dan SVSA. Metode ini sensitif
untuk sampel semen yang diencerkan sebanyak 106 kali, tapi tidak sama spesifik dengan tes PSA dan tidak
lagi digunakan. Metode imunologi lain yang telah dikembangkan untuk mendeteksi air mani melibatka
semenogelin, semenogelin II, 19-OH F1A / F2a prostaglandin, dan antibodi monoklonal yang disebut 1E5.
Akhirnya, teknik ELISA untuk mendeteksi antibodi monoklonal untuk SAP telah dikembangkan yang tidak
menunjukkan hasil positif palsu dengan cairan tubuh lainnya dan sensitif dengan pengenceran air mani
hingga 1: 100.000.
13. Isozim LDH dan Isozim lainya
Seperti disebutkan sebelumnya dalam diskusi tentang mengkonfirmasikan adanya darah, suatu isozim
LDH juga dapat berperan dalam mengkonfirmasikan kehadiran air mani. LDH isozym memiliki properti di
antara LDH-3 dan LDH-4 dan dinamakan LDH-X. Hal ini unik terhadap sperma manusia, bagaimanapun,
teknik pewarnaan Christmas tree, metode LDH hanya akan bekerja jika air mani donor mengandung
sperma. Isozim terdeteksi dengan elektroforesis, dan teknik ini akan memberikan hasil positif pada
pewarnaan setidaknya setelah 30 minggu dan pada swab vagina pasca-coital. Sperma bahkan dapat
dideteksi dalam campuran dengan darah dan cairan vagina menggunakan metode ini. Metode ini tidak
umum digunakan di laboratorium forensik modern.
Isozim lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi air mani adalah g-glutamil transpeptidase (GGT).
Isozym ini jauh lebih aktif dalam plasma mani dari cairan tubuh lain.. Beberapa isozim lainnya telah
dipelajari seperti ” sperm” diaphorase,creatine phosphokinase (CPK), dan berbagai esterase, tetapi metode
ini belum terbukti sama efektifnya dengan tes PSA yang lebih populer.
Tabel 2. Ringkasan Pemeriksaan Sperma Model Lama
Tabel 3. Ringkasan Pemeriksaan Sperma Model Baru
14. SPERM HY-LITER
SPERMA HY-LITER TM dikembangkan dan divalidasi untuk analisis mikroskopik spermatozoa manusia
dari bukti serangan seksual. Kekhasan metode ini dilakukan dengan fluorescent antibodi monoklonal Alexa
488 (flourescein isotiosianat hijau – FITC), yang secara khusus menargetkan antigen pada membran inti
sel sperma. Dalam hubungannya dengan Alexa 488, perwarnaan inti biru, 40,6-diamidino-2-phenylindole
(DAPI), juga dimasukkan sebagai bagian dari pewarnaan tersebut. Akibatnya, semua sel yang mengandung
inti kaya DNA dapat divisualisasikan melalui penggunaan selektif DAPI kompatibel penyaring fluoresent.

Hal ini memungkinkan untuk memvisualisasikan berbagai sel tanpa perlu degradasi selektif epitel / sel
vagina oleh proteinase K sebelum analisis mikroskopis. Karena fluoresensi intens, sedikitnya satu sel
sperma dapat diidentifikasi antara sampel padat sel epitel vagina yang sering ditemukan pada swab
serangan seksual.
Gambar 8. Sampel analisis mikroskopik SPERM HY-LITER.
Percobaan dilakukan menunjukkan bahwa uji Sperma Hy-LiterTM adalah (1) sangat spesifik dan valid
(tidak ada gangguan dari semen diperoleh dari berbagai hewan dan tidak adanya sinyal fluoresensi positif
di semua slide control dari swab darah, ragi, urin, epitel vagina sel atau feces), (2) sensitif dan dapat
diandalkan (spermatozoa terdeteksi pada swab vagina dilarutkan dalam pengenceran semen 1: 1000 dan 1:
10.000; spermatozoa terdeteksi lebih efektif dalam sampel mengandung beberapa spermatozoa
dibandingkan menggunakan mikroskop), (3 ) cepat (1 menit dibandingkan rata-rata 10 menit atau lebih
menggunakan mikroskop untuk spermatozoa < 10), (4) kuat (spermatozoa dideteksi pada noda semen
berusia 24 tahun, bebas dari spermisida, pelumas, kondom fluorescent dan non-fluorescent dan krim anti-
jamur) dan (5) sederhana untuk digunakan.
15. Skoring Sperma
Metode yang paling banyak digunakan untuk mengklasifikasikan kehadiran spermatozoa dengan
visualisasi dikembangkan pada tahun 1974 oleh Davies dan Wilson. Metode menggunakan serangkaian
plus (+) untuk merekam jumlah spermatozoa yang diamati. Sebutan digunakan adalah:

++++, banyak spermatozoa di setiap lapang pandang;

+++, banyak atau beberapa spermatozoa di seluruh lapang pandang;

++, beberapa spermatozoa di beberapa lapang pandang, mudah untuk digunakan;

+, sulit untuk ditemukan, dan;

0, tidak nampak spermatozoa.

Metode skoring sperma saat ini sangat subjektif dengan % RSD slide sangat tinggi dengan jumlah sperma
rendah secara keseluruhan. Selain itu, rekaman ekor tidak menambah nilai teknik skoring sperma.
Penelitian lebih lanjut mungkin meningkatkan objektivitas penilaian sperma dan keandalan pencatatan
ekor sperma.

16. Sperm-elution
Secara historis, metode yang paling umum untuk menghilangkan sel-sel dari sampel dikirimkan untuk
dilakukan pemeriksaan elusi air. Ketika sel merupakan campuran, biasanya epitel dan spermatozoa, slide
elusi dan sentrifugasi disiapkan dan jika spermatozoa ditemukan, ekstraksi preferensial ini dapat dilakukan
sebelum profiling DNA.

Ekstraksi preferensial memisahkan fraksi spermatozoa dan sel epitel, paling sering memproduksi dua profil
DNA; satu terutama dari bahan epitel dan lainnya dari laki-laki (spermatozoa).

Proses ini bukan tanpa keterbatasan. Menurut AFSP Body Fluid Forum (BFF) menunjukkan bahwa
pemulihan awal spermatozoa dalam sel pelet yang dihasilkan oleh metode ekstraksi air adalah 20%.
Penilaian jumlah pulih spermatozoa pada slide mikroskop dapat terhambat oleh kehadiran sel-sel epitel
berinti (NECs) yang dapat menyembunyikan spermatozoa sehingga sulit untuk ditemukan. Jika pemulihan
spermatozoa rendah dan pemisahan fraksi mani dan epitel sulit, kemungkinan menghasilkan profil DNA
mani yang dilaporkan sangatlah kecil.
Orchid Cellmark (Cellmark) telah mengembangkan protokol elusi dua tahap; Sperma Elusi©. Metode ini
memungkinkan pelepasan NECs utuh dan beberapa spermatozoa terutama pada fase pertama dan fase
kedua. Pelet mani terdiri dari NECs utuh jumlah terbatas dan sel debris kecil, menghasilkan slide yang
lebih mudah mencari rendahnya spermatozoa juga menghasilkan fraksi mani mengandung DNA epitel.
1. Slide dari sampel elusi air Cellmark ( pembesaran ×400 ).
2. Slide dari elusi sperma ( pembesaran ×400).
Gambar 9. Persentase rata rata recovery dari swab polyester Scenesafe® ketika
spermatozoa dalam jumlah ‘tinggi’ (sekitar 4700) dan jumlah ‘rendah’ (sekitar 470) (n = 10
swab per metode elusi).
17. Metode RT-PCR
Bagian berikut akan menjelaskan teknik-teknik baru dalam unit forensik yang mendeteksi semen. Seperti
dengan darah, kebanyakan tehnik ini melibatkan penanda imunologis dan sekaligus dapat mengidentifikasi
spesies dari sampel air mani yang tidak diketahui.

Banyak metode baru yang dikembangkan untuk mengidentifikasi semen dengan melibatkan penanda
mRNA dan metode yang sama telah disebutkan untuk mendeteksi noda darah. Ulasan Bauer mengenai
penggunaan RNA dalam ilmu forensik juga mencakup metode pendeteksi air mani. Metode ko-isolasi RNA
dan DNA yang dijelaskan oleh Alvarez et al. juga dapat diterapkan untuk sampel air mani. Protamine 1
(PRM1) adalah penanda semen khusus yang masih diselidiki dalam penelitian ini.
Metode RT-PCR yang diusulkan oleh Juusola dan Ballantyne pada tahun 2005 juga dapat digunakan untuk
memeriksa semen. Proses ini melibatkan deteksi gen spesifik air mani-PRM1 dan protamin 2 (PRM2).
Metode paten mulai dikembangkan untuk teknik yang sama. Sensitivitas untuk sampel air mani adalah
yang tertinggi di antara cairan tubuh lainnya yang terdeteksi dengan kurang dari 200 pg RNA yang
diperlukan untuk hasil yang positif untuk kedua gen. Spesivitas terbukti saat gen ini hanya terdeteksi
dalam sampel air mani.

Metode RT-PCR octaplex tidak menghasilkan positif palsu, tidak ada negatif palsu, dan tidak ada gen
tunggal drop out. Versi terbaru percobaan ini disajikan pada tahun 2007 melibatkan sistem tripleks, dan
gen yang terlibat yaitu gen semen PRM1 dan PRM2 bersama dengan gen GAPDH. Sebuah studi serupa
dilakukan pada tahun 2008 dengan menggunakan gen semen yang sama PRM1 dan PRM2 dimana
dilakukan oleh Juusola dan Ballantyne, dan ditemukan bahwa hasil positif pada semen yang berusia hingga
15 bulan.
Pendekatan RT-PCR yang dikembangkan oleh Nussbaumer et al. pada tahun 2006 berfokus pada kallikrein
3 (KLK) penanda untuk semen (juga dikenal sebagai PSA). Tidak ada reaktivitas silang dengan sampel dari
cairan lain seperti darah, cairan vagina, dan air liur, dan tidak ada dari sampel ini menunjukkan hasil
positif untuk uji KLK. Juga, penanda semen mRNA khusus ini menunjukkan stabilitas yang besar dan
sama-sama terdeteksi setelah 10 hari penyimpanan pada suhu kamar tanpa adanya buffer stabil. Teknik ini
terbukti lebih sensitif dibandingkan tes berbasis protein PSA.

18. Rapid stain identification (RSID) – Semen Test


Pada tahun 2007 Pang dan Cheung membandingkan rapid stain identification (RSID) -Semen Test dengan
tes ABAcard1 PSA untuk deteksi bercak air mani.
RSID-Semen Test didasarkan pada deteksi semenogelin (Sg) menggunakan antibodi monoklonal anti-
human Sg. Kedua tes melibatkan teknologiimmunochromatographic membrane assay. RSID-Semen Test
ditemukan lebih sensitif mendeteksi Sg pada pengenceran semen 1: 100.000. Test air mani pada beberapa
spesies yang berbeda yang dinyatakan positif spermatozoa semua menunjukkan hasil Sg negatif. Tes ini
tidak menunjukkan positif palsu dengan cairan tubuh lainnya, dan analisis hanya memakan waktu 10
menit. Alat test komersial lain yang mendeteksi Sg disebut Nanotrap Sg. Alat ini memiliki sensitivitas yang
sama dengan RSID-Semen Test, tetapi lebih dari tiga pengulangan pembekuan dan pencairan sampel
semen menyebabkan hasil sensitivitas menurun. Tes ini dapat mendeteksi semen pada 67% sampel yang
tidak mengandung spermatozoa.
Kemampuan metode ini untuk menemukan DNA pada sampel yang tidak menunjukkan spermatozoa
membuatnya berharga untuk dilakukan analisis DNA selanjutnya.

Gambar 10. Pakaian putih dan hitam mengandung semen diiluminasi dengan Lumatec
Superlight 400 at 550 nm. Alat ini mengunakan gelombang 320 – 700 nm.
Mirip darah, Trombka et al. telah memperkenalkan metode identifikasi semen non destruktif. Metode
melibatkan teknologi NASA yang unik, melibatkan XRF portabel yang dapat mendeteksi zat Seng dalam
bercak air mani, dan juga memiliki potensi untuk menjadi bantuan berharga dalam identifikasi semen di
TKP karena perangkatnya yang portabel. Proses ini hanya membutuhkan waktu sekitar satu menit, dan
memiliki presisi baik lebih dari 10% dalam mengukur 1 ml air mani dalam area 40 cm 2. Metode non-
destruktif akan sangat membantu dalam kasus-kasus kekerasan seksual yang mengandalkan bukti DNA
yang tidak hancur akibat tes skrining awal.
19. Lumatec Superlight 400
Akhirnya, tes terbaru dikembangkan untuk pemeriksaan bercak air mani adalah sumber cahaya UV-
vis disebut Lumatec Superlight 400. Alat tesebut memancarkan cahaya 320-700 nm dan dilakukan uji
pada sampel air mani manusia dan babi pada jenis dan warna kain yang berbeda. Gambar. 10
menunjukkan hasil bercak bercahaya pada kain terang dan gelap dengan filter yang berbeda. Superlight
mampu mendeteksi bercak baik di kegelapan dan di siang hari; waktu penyimpanan 3 dan 5 minggu tidak
menunjukkan perbedaan dalam hasil. Semen paling baik dideteksi menggunakan cahaya kisaran 415-490
nm dengan kacamata oranye atau merah. Hasil buruk diperoleh pada kain gelap dan pada kain yang telah
dicuci, tetapi berbagai jenis kain menunjukkan hasil yang sama.
Gambar 11. Lumatec Superlight 40
20. Metode non destruktif
Tabel 2 menunjukkan bahwa banyak metode identifikasi cairan tubuh menggunakan tes kimia yang
bersifat destruktif untuk mengidentifikasi komponen-komponen tertentu di setiap cairan. Melihat Tabel 3,
jelas bahwa banyak teknik yang muncul menggunakan metode mRNA yang sangat spesifik. Kecuali profil
DNA secara bersamaan dianalisis seperti yang diusulkan oleh Alvarez et al., bahan sampel tambahan akan
diperlukan untuk melakukan tes DNA kedua. Seperti disebutkan sebelumnya, kemampuan untuk
mengidentifikasi cairan tubuh di TKP dengan cara non-destruktif sangat penting untuk melestarikan
sampel dan bukti DNA. Selain menjadi tak rusak, tes yang bisa dilakukan di TKP akibat dari pemeriksaan
terbatas di laboratorium sangat penting dilakukan karena memberikan jawaban instan.
Hal ini memberikan informasi berharga pada para peneliti tentang bercak yang sulit diketahui seketika
sehingga mereka dapat mengubah penyelidikan mereka. Ada beberapa metode non destruktif yang telah
disebutkan, namun terdapat dua metode yang memiliki kemampuan terbaik untuk mengkonfirmasi setiap
cairan. Kedua metode baru tersebut melibatkan spektroskopi fluoresensi dan spektroskopi Raman, dimana
masih dalam tahap percobaan pengembangan dan saat ini tidak sedang digunakan untuk pengujian
forensik.

Harapannya adalah bahwa teknik ini pada akhirnya akan diterima oleh komunitas forensik dan akan dapat
memberikan konfirmasi, identifikasi non-destruktif dari cairan tubuh di TKP tanpa perlu pengujian
laboratorium yang panjang. Mungkin ada kebutuhan untuk duplikat pengujian di laboratorium dalam
tahap awal penerapan metode ini untuk menunjukkan hasil yang handal dan cocok untuk kesaksian
pengadilan, tetapi akhirnya metode baru harus mampu menghasilkan hasil yang dapat diterima, cara kerja
otomatis dan sederhana untuk digunakan oleh penyidik dan polisi di TKP.
20.1. Fluorescence spectroscopy
Spektroskopi fluoresensi adalah teknik sensitif yang menggunakan fluorophore, merupakan kelompok
kimia suatu analit yang menyerap radiasi (biasanya di daerah ultraviolet) dan memancarkan cahaya
dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini tidak menggunakan reagen perusak dan tidak
menyebabkan kontak dengan sampel, tetapi sifat non-destruktif dipertanyakan karena kemungkinan
adanya fotodegradasi setelah terpapar sinar ultraviolet.

Sebuah metode mendeteksi air liur menggunakan spektroskopi fluoresensi telah dibahas sebelumnya.
Selain itu, Powers dan Lloyd menunjukkan bahwa spektroskopi fluoresensi ultraviolet dapat diterapkan
untuk mengidentifikasi beberapa cairan tubuh. Kemampuan setiap tes yang akan diterapkan ke beberapa
cairan merupakan karakteristik berharga karena menghilangkan dugaan mengenai tes apa yang akan
digunakan berdasarkan cairan apa yang mungkin tidak diketahui. Banyak komponen yang ditemukan
dalam cairan tubuh dapat menunjukkan fluoresensi seperti asam nukleat, protein dan lipid, produk
metabolit dalam urin, heme dalam darah, air mani kering.
Komposisi cairan masing masing individu (lihat Tabel 1) adalah unik, dan sidik jari kimia akan sesuai
dengan karakteristik spektrum emisi. Gambar.12menunjukkan spektrum emisi dari semen, darah, air liur,
dan urin diukur dengan panjang gelombang eksitasi 260 nm. Eksitasi panjang gelombang terendah yang
digunakan adalah 260 nm, dan tidak jelas apakah panjang gelombang ini akan merusak bukti DNA mirip
dengan kerusakan yang diamati dalam penelitian lain menggunakan eksitasi 255 nm. Teknik ini sangat
ideal karena dapat dengan cepat memindai area bahan bernoda yang luas dan sangat sensitif. Penggunaan
beberapa panjang gelombang eksitasi dan deteksi fluoresensi atas berbagai panjang gelombang
memungkinkan untuk identifikasi cairan tubuh tertentu tanpa tumpang tindih karakteristik masing
masing.
Gambar 12. Spektrum fluoresensi emisi semen (—), skin oil (-..-..), blood (- – -), saliva (-.-.),
and urine (———)260 nm.
Studi independen lain memperkenalkan alat fluoresensi genggam yang berpotensi dapat digunakan di TKP
untuk memberikan umpan balik instan tentang identitas cairan tubuh. Alat ini dirancang pada tahun 2003
untuk mendeteksi mikroba contamina tion, tetapi sensitivitas tinggi akan membuatnya ideal untuk aplikasi
deteksi cairan tubuh ketika digabungkan dengan perangkat lunak yang tepat.

20.2. Raman spectroscopy


Spektroskopi Raman merupakan teknik bioanalitis non-destruktif lainnya yang memiliki potensi besar
identifikasi konfirmasi cairan tubuh di TKP. Spektroskopi Raman, bila dibandingkan dengan spektroskopi
fluoresensi, menunjukkan selektivitas dan spesifitas kimia dan biokimia yang lebih tinggi walaupun
memiliki sensitivitas yang lebih rendah, dan berpotensi digunakan dalam menyelesaikan sampel campuran
beberapa cairan tubuh. Teori di balik spektroskopi Raman didasarkan pada hamburan inelastis sinar laser
intensitas rendah, non-destruktif oleh sampel padat, cair atau gas.

Sangat sedikit atau tidak ada persiapan sampel yang dibutuhkan, dan jumlah bahan uji yang diperlukan
oleh mikroskop Raman sebanyak picograms atau femtoliter. Spektrum Raman terdiri dari beberapa band
yang sempit dan memberikan getaran unik. Tidak seperti spektroskopi absorpsi IR, jenis lain dari
spektroskopi vibrasi, spektroskopi Raman menunjukkan sedikit gangguan air, yang membuatnya menjadi
teknik analisis cairan tubuh yang hebat. Biasanya, spektroskopi Raman non resonansi tidak merusak
sampel.

Bercak atau swab dapat diuji di lapangan dan masih dapat digunakan lebih lanjut di laboratorium untuk
analisis DNA, dan yang sangat penting untuk aplikasi forensik. Desain spektrometer Raman portabel
adalah realitas kemampuan untuk membuat identifikasi di lapangan. Gambar.13 menunjukkan foto
instrumen Raman portabel yang dirancang untuk mengidentifikasi narkotika, bahan peledak, bubuk putih,
senjata kimia, dan industri kimia yang ditemukan di TKP. Sekali lagi, dengan software yang tepat dan
implementasi database, perangkat portabel ini berpotensi dapat digunakan untuk mendeteksi cairan tubuh
di lapangan.
Gambar 13. Spektometer Raman portabel
Microspectroscopy Raman memanfaatkan cahaya inframerah pendek non-actinic(non-destruktif) untuk
eksitasi, baru-baru ini diterapkan untuk analisis cairan tubuh yang mengering termasuk darah, air mani,
air liur, cairan vagina, dan keringat. Hasil yang dilaporkan sangat menjanjikan dan menunjukkan spektrum
Raman mengidentifikasikan setiap cairan tubuh yang berbeda. Komposisi yang berbeda dari masing-
masing cairan yang tercantum dalam Tabel 1 membuat setiap cairan itu unik, dan variasi ini menghasilkan
karakteristik spektrum Raman.
Sifat spektrum Raman memiliki puncak tajam yang berbeda dengan luas puncak spektrum emisi
fluoresensi membuat metode spektroskopi Raman jauh lebih selektif dan spesifik, dan teknik ini berpotensi
lebih berguna untuk tujuan forensik. Pekerjaan masa depan berupa mengevaluasi potensi spektroskopi
Raman sangat diperlukan untuk menganalisa campuran cairan tubuh serta bercak pada berbagai substrat.
Potensialnya campuran dari beberapa cairan tubuh dapat dikarakteristikan dengan spektroskopi Raman
menggunakan analisis statistik canggih seperti significant factor analisis (SFA) dan alternating least
squares (ALS) menggunakan perangkat lunak seperti MATLAB 7.0.
Spektrum Raman cairan tubuh setiap individu memiliki puncak sesuai dengan komponen biologis tertentu,
dan campuran cairan akan menghasilkan spektrum yang merupakan kombinasi dari semua puncak ini
yang dapat diselesaikan secara matematis menjadi spektrum secara individual. Selain itu, spektroskopi
Raman mampu membedakan antara semen manusia dan anjing. Kemampuan untuk membedakan jenis
cairan tubuh di TKP juga sangat penting, dan beberapa teknik yang disebutkan sebelumnya dapat
melakukan tugas ini hanya dengan cara destruktif. Studi lain tidak dapat membedakan kucing, anjing, dan
sampel darah manusia menggunakan spektroskopi Raman. Penelitian lebih banyak diperlukan untuk
menentukan kemampuan metode ini untuk mengidentifikasi spesies yang berbeda.

Gambar 14.Spektrum Raman pada mani, cairan vagina, air liur, keringat, dan darah
dengan eksitasi 785-nm
20.3 Kombinasi fluorescence in situ hybridisation dan laser microdissection
Murray et al. menjelaskan menggabungkan fluoresensi in situ hibridisasi (FISH) dan laser
microdissection (LMD) untuk mengidentifikasi dan mengisolasi sel laki-laki dari campuran sel laki-laki
dan perempuan. Sampel intim harus diperoleh beberapa jam setelah hubungan seksual. Penerapan teknik
ini terbatas pada sejumlah kecil kasus dengan persyaratan sampel yang akan diambil dalam waktu 24 jam
dari kejadian. Teknik ini juga bergantung pada sampel kualitas yang baik dan sel utuh; Oleh karena itu,
penting bahwa sel tidak mengalami lisis.
FISH / LMD memerlukan penggunaan 34 siklus PCR; Namun, kajian independen menegaskan bahwa
teknik LCN DNA yang digunakan oleh FSS adalah bentuk bukti divalidasi dan cocok untuk tujuan.

Gambar 15. Sel wanita dan pria dengan pewarnaan fluorescence in situ hybridisation.
Chromosom X (orange) dan chromosom Y (hijau) diwarnai dengan alat Vysis CEP1X
Spectrum OrangeTM/Y Spectrum GreenTM DNA.
21. Pemeriksaan DNA
Sampel dari kasus serangan-seksual sering ditandai dengan campuran seimbang dari sel epitel dan sperma,
dengan campuran cairan tubuh korban, yang mengakibatkan rasio yang tidak menguntungkan DNA laki
laki : perempuan. Menurut beberapa penelitian, komponen DNA autosomal laki-laki dari campuran terlalu
rendah untuk dideteksi di atas rasio laki-laki : DNA perempuan 1 : 10 – 1 : 20. Pada dasarnya adalah karena
kompetisi primer selama amplifikasi PCR, yang mengarah ke amplifikasi preferensial komponen utama
dari campuran. Dalam kasus tersebut, penggunaan penanda genetik Ychromosome, seperti short
tandem repeats (STR), memungkinkan amplifikasi jumlah rendah dari DNA laki-laki yang bebas dari DNA
korban. Namun, profil Y-STR tidak informatif sebagai profil STR autosom. Pertama, hubungan paternal
pada laki-laki tidak dapat dibedakan. Kedua, frekuensi profil Y-STR di populatio bisa relatif tinggi,
menghambat diskriminasi beberapa laki-laki yang tidak terkait. Ketiga, profil Y-STR tidak masuk dalam
database DNA nasional. Oleh karena itu, profil Y-STR yang diperoleh secara umum hanya dapat
dibandingkan dengan profil Y-STR dari suspek yang dikenal.
Oleh karena itu, laboratorium forensik-genetika mencoba untuk memisahkan cairan laki-laki dari cairan
wanita untuk meningkatkan peluang mendapatkan profil autosomal pelaku. Beberapa teknik pemisahan sel
yaitu: lisis diferensial, yang bergantung pada ketahanan diferensial spermatozoa dan sel epitel terhadap
bahan kimia; laser microdissection, yang memungkinkan eksisi dan koleksi spermatozoa, tidak bergantung
dari bahan selular sekitarnya; membran filtrasi dan pelatan mikro yang mengeksploitasi perbedaan antara
ukuran dan bentuk sel-sel; dan aliran cytometry, yang mengambil keuntungan dari protein membran
tertentu untuk menandai dan memisahkan sel. Kebanyakan laboratorium forensik menggunakan ekstraksi
DNA diferensial, yang tidak memerlukan peralatan yang mahal dan cepat dicapai. Secara singkat, teknik ini
termasuk langkah lisis sel ringan yang memungkinkan pemulihan fraksi sel-epitel diperkaya dengan DNA
sel-sel epitel wanita dan leukosit. Lisis sel yang kuat kemudian digunakan untuk memecahkan membran
spermatozoa dan memulihkan fraksi DNA sperma.

JAN

3
Analisa Sperma dalam Kimia Klinik

BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian
Yang diartikan mani atau semen (sperma) ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan
keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma
merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas
seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh
keturunan. Sudah jelas bagi kita semua bahwa seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau
dengan kata lain steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena
hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat
kesuburannya.

Andrologi
Menurut kamus kedokteran artinya ilmu tentang pria dengan objek sistem reproduksi pria. Jadi Andrologi
adalah disiplin ilmu kedokteran yang bergerak dalam bidang sistem reproduksi pria, dimulai dari
kandungan sampai dewasa, berbagai kelainan bawaan/ kelainan dapatan, terapi infertilitas dan gangguan
fungsi seks serta pengaturan fertilitas pada pria.
Setiap pemeriksaan andrologi seyogyanya dilengkapi dengan pemeriksaan sperma, sebab hasil-hasilnya
mempunyai arti penting dalam diagnosa andrologi. Karena pemeriksaan sperma bertujuan untuk meneliti
segala unsur-unsur sperma.

Komposisi sperma
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma
(plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika
seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.

Spermatozoa
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang ± 50 µ, kepala berbentuk oval (lonjong), berisi
nukleus, lebar 2,5-3,5 µ dan panjang 4-5 µ. Akrosom adalah suatu massa yang terdapat pada bagian
anterior spermatozoa yang merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala
spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase, CPE (corona penetrating enzyme).
Akrosin adalah enzim proteolitik untuk menembus zona pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus
ooforus dan CPE untuk menembus corona radiata.

Spermatozoa abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi karena gangguan pada waktu
spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-sebab : faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi,
penyakit.
Plasma semen
Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak dikeluarkan sekaligus
sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau fraksi yaitu :
1. Fraksi Pre ejakulasi
Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini dikeluarkan dari penis jauh
sebelum ejakulasi, volume ± 0,2 ml. Diduga berfungsi untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina
waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir mengandung berbagai
zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang berasal dari epididimis.
Volume ± 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali spermatozoa (yang non motil).
Volume ± 0,5 ml.

Kandungan zat kimia semen


1. Fruktosa
- Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
- Berada dalam plasma semen
- Sumber energi bagi motiitas spematozoa
- 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menjaga keseimbangan osmotik semen
- Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar prostat.
- Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion Ca.
3. Spermin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
- Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
- Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi kelangsungan hidup spermatozoa.
6. Prostaglandin
- Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
- Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan untuk vasodilatasi
pembuluh darah.
- Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan mengurangi gerakan
uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
- Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.

BAB II
PERSIAPAN DAN SAMPLING

Persiapan dan Persyaratan


Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pantangan
(abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan
menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk
sampel yang baik. Tetapi untuk baiknya pasien diminta supaya tidak mengadakan kegiatan seksual selama
3-5 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktifitas, sedekat
mungkin sebelum pemeriksaan laboratorium.

Cara memperoleh Sperma


Banyak penderita tidak mengerti bagaimana cara memeriksakan sperma. Kita harus maklum, bahwa
pemeriksaan sperma lain dengan pemeriksaan kencing atau tinja, karena bahan-bahan yang terakhir itu
dengan wajar dapat dikeluarkan oleh penderita. Tetapi masalah memperoleh sperma yang akan diperiksa
merupakan persoalan tersendiri untuk penderita. Hal ini dapat dimengerti, sebab tidak pada setiap
kesempatan seseorang dapat mengeluarkan sperma. Adapun cara-cara yang digunakan untuk
memperoleh sampel sperma yaitu dengan :
1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan. Tindakan ini berupa menggosok
kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang, sampai terjadi ketegangan dan pada klimaks akan keluar sperma.
Sebelum melakukan masturbasi hendaknya penis dicuci dahulu agar tidak tercemar oleh kotoran. Untuk
mempermudah masturbasi kadang-kadang dalam menggosok penis diberi pelicin misalnya sabun, krim
atau jelly. Tetapi saat dipakai jangan sampai mencapai lubang keluarnya sperma. Kebaikan dari cara ini, di
samping menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, juga pencemaran sperma dari
zat-zat yang tak diinginkan dapat dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknya dari botol kaca yang
bersih, kering dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat lain dengan syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus Interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan keluar sperma. Walaupun
cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh sampel sperma untuk diperiksa, namun cara ini kurang baik
karena hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil pemeriksaannya mendapatkan
hasil dimana jumlah spermatozoanya di bawah kriteria normal (oligosperma). Tetapi cara ini kelemahannya
dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam vagina sehingga tidak sesuai lagi untuk pemeriksaan.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sperma yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi
beberapa tahap, paling sedikit dua tahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat yang mengandung
spermatozoa yang terbanyak, sedangkan tahap yang kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit saja
atau bahkan sering tidak dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi fruktosa yang terbanyak. Dalam
pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus tidak menjamin bahwa sebagian besar atau
sebagian kecil terlanjur dikeluarkan di vagina sehingga mengakibatkan kita memperoleh sampel sperma
yang tidak lengkap, sehingga memberikan hasil yang tidak sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom untuk menampung mani tidak
dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-zat pada permukaan karet kondom mengandung suatu
bahan yang bersifat spermicidal yang mempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh spermatozoa,
biarpun kondom sudah dicuci dan dikeringkan. Selain daripada itu kemungkinan terjadi tumpahnya sperma
sewaktu pelepasan kondom atau menuangkan ke botol penampung. Tetapi ada beberapa kondom khusus
yang dipergunakan untuk keperluan penampungan sperma, karena bahan dipakai tidak bersifat
spermasida.
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah dengan vibrator. Alat ini mempunyai
berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan permukaan halus, dapat digerakkan dengan baterai yang
menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis, akan menimbulkan rasa seperti
mastrubasi dan dengan fibrasi yang cukup lama, diharapkan sperma akan keluar.
5. Refluks Pasca Sanggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. Cara ini tidak dianjurkan karena dipergunakan cairan
fisiologis untuk pembilasan, dan sperma tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil
yang tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.

Wadah Penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau plastik yang bermulut lebar dan
yang lebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Wadah harus dapat ditutup dengan baik untuk menjaga
jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai
menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat
waktu pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.

Penyerahan sampel sperma


Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya diserahkan kepada petugas
laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan karena beberapa parameter sperma mempunyai sifat mudah
berubah oleh karena pengaruh luar. Sperma yang dibiarkan begitu saja akan berubah pH, viskositas,
motiltas dan berbagai sifat biokimianya.

Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat pengeluaran sperma dan
lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula ditetapkan. Hal ini tergantung dari kesiapan pasien
dan kesiapan laboratorium. Kalau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita maupun
laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan
diatas 40OC, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.

Hal-hal lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia janganlah minum obat - obat
apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum atau semacamnya. Hal ini diperlukan agar
benar-benar sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat – obatan. Kalau perlu dicatat obat yang
dimakan dalam 1-2 minggu sebelum analisis dilakukan.

BAB III
PEMERIKSAAN SPERMA

Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia sperma. Dalam
pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah mengukur parameter yang diperlukan
sebagai dasar umum untuk mendiagnosis keadaan andrologis, serta yang mudah dilakukan dengan tidak
memakai alat-alat serta pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma

B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)

C. Pemeriksaan Kimiawi dan enzim


1. Kadar Fruktosa
2. Acid Phospatase/ACP (khusus)
A. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan volume, warna kekeruhan dan kentalnya mani, selain itu
biasanya pH juga diperiksa. Mengukur volume dilakukan dengan memindahkan ejakulat kedalam gelas
ukur 5 atau 10 ml sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
1. Likuefaksi (pencairan)
Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan diantara lendir putih yang cair.
Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain
enzim seminin. Untuk sperma yang normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20 menit.
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti terjadi gangguan pada kelenjar
prostat dan defisiensi enzim seminin.
2. Pemeriksaan Viscositas (Kepekatan)
Setelah terjadi likuefaksi, biasanya cairan sperma menjadi homogen, tetapi tetap menunjukkan suatu sifat
kepekatan. Untuk mengukur suatu viscositas dari sperma yang termudah dengan jalan menyentuh
permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik, maka akan terjadi benang yang
panjangnya antara 3-5 cm. makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viscositasnya.
Pengukuran viscositas seperti tersebut diatas sifatnya sangat subyektif dan tergantung dari keterampilan si
pemeriksa. Ada suatu cara yang lebih tepat untuk mengukur suatu viscositas dengan mempergunakan
suatu pipet standar yang disebut Pipet Elliasson. Pipet ini mempunyai volume 0, 1 ml.
Prosedur :
- Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
- Kemudian tekanan dilepaskan.
- Tetesan pertama diukur dengan stopwatch.
Normal : 1-2 detik
Catatan :
Baik liquefaction maupun viscositas tergantung dari daya kerja enzim-enzim kelenjar prostat. Perlu
ditekankan bahwa viscositas sangat erat hubungannya dengan motilitas spermatozoa, artinya viscositas
yang tinggi sering disertai dengan motilitas yang rendah.
Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat kurang berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang <> 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia tambahan atau
epiddiymitis. Sedang pada pH <> 6 ml
Hypospermia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Sampel tumpah karena tidak hati-hati, ini disebut kesalahan tehnis.
- Gangguan patologis dan genetis pada organ genitalia
- Vesicula seminalis tidak berfungsi
- Gangguan hormonal atau akibat radang.
Hyperspermia disebabkan oleh abstinensi yang terlalu lama dan kelenjar genitalia tambahan terlalu aktif.

B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira 20 menit setelah
dikeluarkan. Adapun pemeriksaan mikroskopis yang umum dilakukan meliputi :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk pembuahan.
Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian tengah itu dapat diibaratkan
generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor
bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan. Pertama, gerakan bergelombang keujung ekor.
Gelombang itu makin ke ekor makin lemah. Gerakan kedua bersifat sirkuler. Energi yang keujung ekor itu
tidak lurus kebelakang tapi arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah, terus keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas spermatozoa, seluruh tubuh spermatozoa mulai
dari kepala sampai ke ekor bergerak melingkar pada as-nya dan ke depan. Hal ini menyebabkan gerak
lurus ke depan aktif, lincah dengan irama getar ekor yang teratur.Irama getar ekor spermatozoa normal
manusia ialah 15x/detik. Pada sapi getaran itu kira-kira 20 x/detik.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal saja yang dapat bergerak normal
pula. Sebab andaikata bentuk kepala spematozoa tak normal katakanlah bentuk terato maka arah gerakan
tak mungkin lurus ke depan sebab bagian depan sedemikian tak ideal untuk memperoleh gerak lurus .
Demikian pula andaikata terdapat bagian tengah yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian
kepala yang masih tertempel oleh sisa sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan terganggunya
gerak lurus ke depan dan lincah.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas spermatozoa, yaitu :
Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik, dianggap spermatozoa
dengan motilitas kurang baik atau jelek.
Yang termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah :
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya bergetar
kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan
morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh
gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak teratur.
Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi
tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga memyebabkan motilitasnya
melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri,
amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor
asimetri terjadi motilitas dengan arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena adanya beban
droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum
masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur.
Demikian pula andaikata sisa sitoplasma terletak dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang
timbul akan bermacam-macam.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain (aglutinasi sejati)
atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu.
Tergantung macam aglutinasi (kepala-kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan
berlainan pula.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami likuefaksi total,
meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa
motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat ekor
teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga
energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain
ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
c. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada gelas obyek.
Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak sama besarnya
pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda. Terdapat beberapa cara untuk
mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk setiap sperma
harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar. Sebab kalau sebuah pipet telah pernah
digunakan untuk satu sperma, kemudian dipergunakan untuk sperma lainnya akan ada unsur pada sperma
pertama yang terpindahkan ke sperma kedua. Kalau misalnya sperma yang kedua azoospermi maka
kemungkinan akan dinilai tidak azoospermi sebab telah tercampur oleh spermatozoa dari sampel pertama.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang gelas tidak
sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila sperma kental tetesan akan
berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma
banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari kontaminasi sperma
lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah itu dapat
dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.

Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas) spermatozoa dan jumlah
prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat : - Objek Glass - Pipet tetes
- Cover glass - Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
• Bergerak aktif (%)
• Bergerak tidak aktif (%)
• Tidak bergerak (%)

d. Penilaian motilitas spermatozoa


Penilaian motilitas spermatozoa dilakukan sebagai berikut :
• Spermatozoa yang bergerak aktif adalah spermatozoa yang bergerak cepat ke depan, lincah dan aktif
(%)
• Spermatozoa yang kurang aktif bergerak adalah spermatozoa yang bergerak berputar di tempat (%)
• Spermatozoa tidak bergerak (%).
• Jumlah spermatozoa yang aktif ditentukan dalam persen (%). Misalnya : jumlah spermatozoa 110 yang
bergerak aktif 50 maka spermatozoa yang aktif adalah 50/110 x 100% = 45,5%
• Besar kecilnya tetesen dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh pada motilitas spermatozoa.
Sebelum diteteskan sperma terlebih dahulu diaduk rata sehingga homogen. Motilitas spermatozoa
biasanya dilihat setelah terjadi likuefaksi lengkap.
• Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah gelas obyek ditempelkan. Bila terlalu lama dibiarkan baru
kemudian diperiksa akan terjadi perbedaan dalam miotilitas spermatozoa.
• Untuk tahap permulaan sediaan diperiksa dengan pembesaran objektif 10 x. Setelah itu diganti dengan
pembesaran objektif 40 x
• Dalam keadaan normal yang motil aktif harus diatas 70%, yang motil lemah dibawah 20% dan tidak motil
dibawah 0%.
e. Berkurangnya derajat motilitas
Spermatozoa akan berkurang motilitasnya bila dibiarkan setelah ejakulasi. Angka yang dilaporkan perlu
dihubungkan dengan waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, semakin banyak waktu lewat, semakin
berkurang motilitas spermatozoa. Penilaiannya :
- Biasanya didapat bahwa sampai 1 jam setelah dikeluarkan, mani berisi 70% atau lebih spermatozoa aktif,
angka itu terus menerus menurun sehingga menjadi 50% sekitar 5 jam lewat ejakulasi.
- Pada keadaan normal kemunduran motilitas terjadi kira-kira 10-20% dalam waktu 2-3 jam.
- Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini temperatur laboratorium harus dijaga agar
konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
- Dalam pemeriksaan rutin tidak banyak gunanya mengikuti penyusutan motilitas dari jam ke jam,
berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel.

2. Pemeriksaan Vitalitas Spermatozoa


Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak cocok, spermatozoa
tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika baik, ada kemungkinan spermatozoa
bergerak lagi. Maka dari itu perlu dibedakan lagi antara spermatozoa yang hidup dengan spermatozoa
yang mati. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan vitalitas spermatozoa.
Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan pengecatan vital atau vital staining. Cara ini digunakan
untuk memastikan diagnosa nekrozoospermia.
Metode : Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang mati dan yang
hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.

Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan hasil dinyatakan
dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Catatan :
- Spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat warna masuk ke
dalam sel.
- Spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna karena dinding sel masih utuh, tak dapat ditembus zat
warna.
- Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru, jangan terlalu kental dan jangan
banyak endapan.

3. Pemeriksaan Jumlah Spermatozoa


Menghitung jumlah spermatozoa dapat dilakukan dengan metode hemocytometer biasa menggunakan
pipet Thoma atau dengan modifikasi hemocytometer dengan pengenceran dalam tabung menggunakan
Clinipette. Larutan yang biasa yang dipergunakan ialah larutan pengencer 5% Natrium bikarbonat dalam
aquadest ditambah dengan formaldehide 1 ml.
Larutan pengencer ini juga bertindak sebagai zat spermisida yang mematikan spermatozoa, serta
merupakan garam fisiologis. Dengan demikian spermatozoa yang terdapat didalam kamar hitung dapat
lebih cermat dihitung.
Jumlah spermatozoa dihitung menurut beberapa cara :
1. Jumlah Spermatozoa per ml ejakulat.
2. Jumlah Spermatozoa per volume ejakulat.
Namun yang umum dipakai adalah spermatozoa per ml ejakulat. Bilamana menghendaki perhitungan
untuk seluruh ejakulat, tinggal mengalikan dengan volume ejakulat.

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sperma yang terdapat dalam sampel sperma yang diperiksa.
Prinsip : Sampel sperma diencerkan dalam pipet lekosit dengan larutan pengencer tertentu, diperiksa
dalam bilik hitung.
Alat : - Kamar hitung Improved Neubauer atau Burker
- Pipet Thoma leukosit atau eryhtrosit
- Kertas saring / tissue
Reagensia :
Larutan Pengencer Sperma :
- NaHCO3 ...............................5 gram
- Formalin 5%,..............................1 ml
- Larutan Eosin 2%.......................5 ml
- Aquadest add.........................100 ml
Prosedur :
Cara Pipet Thoma :
- Isap sperma dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat.
- Isap larutan Pengencer Sperma sampai tanda 11 tepat.
- Kocok selama 2 menit, buang cairan 3-4 tetes, masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer
dengan menempelkan ujung pipet ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Cara Tabung dengan Clinipette :
- Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan clinipette.
- Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
- Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan pengencer.
- Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus (vibrator).
- Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung clinipette ditepi kaca
penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 – 70 juta / ml

Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan pipet eryhtrosit sebagai pipet
pengencer dan sperma diisap sampai 0,5 tepat dan pengencer 101. pengenceran pipet 200x dikalikan
untuk perhitungan.
- Untuk pengenceran yang lebih teliti sebaiknya menggunakan pengenceran menggunakan Clinipette
dalam tabung. Pengenceran dapat diubah sesuai dengan keinginan.
- Menurut R. Gandasoebrata bila tidak memiliki larutan pengencer Natrium bikarbonat maka dapat
digunakan aquadest sebagai larutan pengencer.

4. Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa


Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang didasarkan
atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa mempunyai beberapa macam
bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan abnormal.
Bentuk yang normal adalah spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang
panjang. Untuk pemeriksaan morfologi ini dimulai dengan pembuatan preparat smear di atas objek glass,
yang dibiarkan kering dalam temperatur kamar. Setelah preparat smear tersebut kering, maka selanjutnya
dilakukan prosedur pewarnaan.
Agar memperoleh hasil yang baik pemeriksaan morfologi spermatozoa dilakukan pengecatan khusus.
Terdapat berbagai macam pengecatan guna memeriksa morfologi spermatozoa, diantaranya Giemsa,
Wright, Romanowsky, May Grunwald, Kiewit de Jong.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan morfologi sperma dalam sampel yang diperiksa.
Prinsip : Sperma dibuat hapusan diwarnai dengan giemsa, dicuci, dikeringkan dan diperiksa morfologi
sperma dibawah mikroskop dengan anisol perbesaran 10 x 100.
Alat – alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Rak dan Bak pewarnaan
- Mikroskop
- Botol semprot
- Lampu spritus
Reagensia : Karbol Fuchsin 0,25 %
Cara Kerja :
a. Cara Karbol Fuchsin
- Setetes sperma dibuat hapusan diatas objek glass.
- Difiksasi dengan nyala api 2 – 5 kali
- Diwarnai dengan carbol fuchsin 0,25% selama 5 Menit, dicuci dengan air.
- Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
b. Cara Giemsa
- Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 10 menit.
- Sisa metanol dibuang, sediaan dibiarkan kering di udara.
- Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5 ml aquades) selama 20
menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan. diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100
dalam 100 spermatozoa
c. Cara Hematoxilin Meyer
- Sediaan hapus ditetesi larutan formalin 10% selama 1 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest.
- Sediaan dicat dengan hematoksilin menurut Meyer selama 2 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x
100 dalam 100 spermatozoa
d. Cara O.Steeno
- Sediaan hapus dimasukkan ke dalam larutan metanol selama 5 menit dan dikeringkan diudara.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan safranin 0,1% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dalam air buffer dua kali.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan kristal violet 0,25% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x
100 dalam 100 spermatozoa
e. Cara lain dengan Fast Green, Wright, Bryan/leishman, Papanicolou, Romanowsky dan lainnya.
Morfologi spermatozoa :
• Spermatozoa Normal :
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan mempunyai ekor
tak melingkar dengan panjang 45 um.
• Spermatozoa Abnormal :
Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian spermatozoa yang abnormal.
Jadi meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
Abnormalitas kepala
- Kepala oval besar
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang kepala >5µ dan lebar >3 µ
- Kepala oval kecil
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang kepala <3>2 µ.
- Kepala pipih (tapering head = lepto)
Kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk ramping dan agak
panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head)
Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air, bagian runcing berhubungan
dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato)
Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh.
Abnormalitas bagian tengah
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah
Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin
Spermatozoa imatur
Spermatozoa yang masih mengandung sisa sitoplasma, yang paling tidak besarnya separuh dari ukuran
kepala dan masih terikat, baik pada kepala, bagian tengah maupun pada ekor spermatozoa.

• Leukosit dalam sperma :


Dalam sperma kecuali terdapat spermatozoa juga terdapat rundzellen / round cell atau sel bundar yang
terdiri dari leukosit dan sel-sel spermiogenesis. Dalam keadaan biasa terdapat leukosit dalam sperma,
jumlahnya meningkat melebihi normal akan berpengaruh terhadap gambaran spermiogenesis, sehingga
perlu dilakukan penghitungan leukosit.
• Menghitung rundzellen (sel bundar) :
Karena terdiri dari dua sel yaitu sel muda sperma dan leukosit, maka untuk membedakannya dapat
dilakukan penghitungan sebagai berikut :
- 1 tetes sperma ditambah 1 tetes larutan Sedicolor (larutan Methylen Blue) diaduk rata diobjek glass,
dibiarkan beberapa menit, diperiksa di mikroskop dengan pembesaran 400-600 kali.
- Dilakukan diferensiasi antara sel spermatozoa muda dan leukosit yang dinyatakan dalam 100%.
- Ciri-ciri sel :
Sel spermiogenesis : Dinding sel tampak tebal dengan inti yang kompak.
Leukosit : Dinding kelihatan tipis dengan inti yang khas untuk leukosit.
- Dihitung 100-200 sel bundar dan cara ini dilakukan jika junlah sel bundar per Lp lebih dari 6-10.
Jika pada sediaan jelas terlihat adanya leukosit maka dapat dipakai cara tanpa pengecatan, yaitu :
- 0,1 ml sperma diteteskan diatas objek glass lalu ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa dengan
pembesaran 400-600 kali.
- Jika didapat sel leukosit 6-10/Lp atau lebih, kemungkinan menunjukkan adanya infeksi pada traktus
genitalis.

5. Aglutinasi Spermatozoa
Aglutinasi spermatozoa ialah penggumpalan atau perlekatan antara satu spermatozoa dengan beberapa
spermatozoa yang lain. Aglutinasi spermatozoa dapat disebabkan oleh faktor imunologis dan non-
imunologis. Cara membedakan keduanya dengan mengukur titer antibodi yang terdapat pada pasangan
suami isteri. Namun guna informasi pendahuluan proses aglutinasi spermatozoa, dapat dilakukan cara :
Satu tetes sperma diberi garam fisiologis.
Kalau terjadi aglutinasi sejati, spermatozoa akan tetap melekat satu dengan yang lain. Kalau dengan
penambahan garam fisiologis spermatozoa lepas satu dengan yang lain, maka aglutinasi tersebut adalah
aglutinasi palsu.
Cara lain oleh Hellinga (1976)
Setetes sperma segar, setelah likuefaksi total, diletakkan pada objek glass, lalu ditutup dengan gelas
penutup. Sediaan dibiarkan tidak disentuh sedikitpun selama paling tidak 1 jam. Pada sperma tertentu
akan terjadi penggumpalan satu dengan yang lain.
Macam-macam aglutinasi atau penggerombolan spermatozoa tersebut yaitu :
a. Aglutinasi ekor dan ekor
Pada keadaan ini ujung atau bagian ekor yang lebih proksimal bersentuhan atau berlekatan satu dengan
yang lain, sedangkan kepalanya bebas bergerak. Ini dinamakan tail to tail agglutination (TT).
b. Aglutinasi kepala dan kepala
Pada keadaan ini kepala spermatozoa saling berlekatan atau bergerombol, sedangkan kepalanya bebas
bergerak. Ini dinamakan head to head agglutination (HH).
c. Aglutinasi kepala dengan ekor
Pafa keadaan ini kepala satu spermatozoa atau lebih berlekatan dengan ekor sebuah spermatozoa atau
lebih. Ini dinamakan head to tail agglutination (HT).
d. Spermatozoa saling menggerombol atau melekat pada suatu sel muda spermatozoa, epitel atau lain-lain
benda pada sperma.
e. Spermatozoa dapat menggerombol seperti benang pada pinggir daerah sperma tertentu. Ini dinamakan
aglutinasi rantai (string agglutination).

6. Benda-benda khusus spermatozoa


Didalam sperma kecuali spermatozoa dan spermatozoa muda, terdapat benda-benda khusus lainnya.
Benda-benda itu berasal dari saluran genital atau kelenjar asesoria atau benda-benda lain baik hidup
maupun benda mati.
a. Benda-benda mati
-Sel epitil
Biasanya berupa sel epitil pipih, yang berasal dari lepasan sel pada saluran urogenitalis. Sel pada traktus
urogenitalis memang mudah lepas, apalagi kalau terjadi proses keradangan, sehingga tambahan
diagnostik untuk sesuatu keradangan.
-Kristal-kristal
Kristal-kristal ini berasal dari kelenjar-kelenjar asesoria.kristal yang banyak dijumpai pada sperma : fosfat,
urat dan sitrat.
-Lemak
Lemak dalam sperma berasal dari kelenjar prostat, berbentuk bundar jernih. Benda ini tak banyak artinya
dalam klinis.
-Benda prostat
Berasal dari prostat, berbentuk bundar tepinya tidak rata, serta tidak berinti.
b. Benda-benda hidup
-Bakteri
Bakteri ini berasal dari infeksi traktus urogenitalis, benruknya tak nampak jelas.
-Protozoa
Infeksi traktus urogenitalis oleh protozoa sering terjadi, misal Trichomonas, amoeba dan Clamydia
trachomatis.
-Jamur
Dapat dijumpaipad pasien yang dermatitis didaerah genitalia atau perineum.

C. Pemeriksaan Kimia
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai korelasi positif dengan
kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada
reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan menyusun warna merah.
Parameter : Penetapan Fruktosa
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan kadar fruktosa dalam semen yang bertalian dengan kadar
testosteron.
Prinsip : Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan pemanasan, furfural yang terjadi
akan berkondensasi dengan resorsinol menyusun senyawa yang berwarna merah.
Reagensia :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam 1000 ml aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan bila disimpan dalan
lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. a. Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam benzoat 0,2%.
b. Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan dengan aquadest
sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.

Prosedur Kerja :
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0,1 ml mani
dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campur, tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4,
campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2 ml cairan atas dari langkah 1,
tabung S diisi 2 ml standard fruktosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml air/ aquadest.
Blanko Standard Sampel
Aquadest 2 ml -- --
Standard -- 2 ml --
Sampel -- -- 2 ml
Resorsinol 2 ml 2 ml 2 ml
HCl 6 ml 6 ml 6 ml

3. Kepada tabung T, S dan B masing dibubuhkan 2 ml resorsinol dan 6 ml HCl.


4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90OC selama 10 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200 = mg / dl fruktosa mani.

Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu berasal dari vesiculae
seminales. Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya fruktosa dalam mani juga
mengalami perubahan oleh proses-proses dalam vesiculae seminales dan ductuli ejaculatorii, pada
hipoplasia dan radang vesiculae seminales dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii kadar
fruktosa menurun. Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa dalam mani
menjadi nol.

BAB IV
TERMINOLOGI

Berikut beberapa terminalogi yang dipergunakan dalam spermatologi :


1. Azoospermia : Dalam ejakulat tidak terdapat / ditemukan sperma
2. Aspermatogenesis : Tidak terjadi pembuatan spermatozoa di dalam testis.
3. Aspermia : Tidak terdapat ejakulat
4. Normospermia : Jumlah volume sperma 2-5 ml.
5. Hypospermia : Volume ejakulat kurang dari 1 ml
6. Hyperspermia : Volume ejakulat lebih dari 6 ml
7. Hypospermatogenesis : Proses pembentukan spermatozoa sangat sedikit didalam testis.
8. Oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah kriteria normal (di bawah 20 juta tiap ml sperma)
9. Normozoospermia : Jumlah spermatozoa dalam batas normal berkisar antara 40-200 juta/ml.
10. Asthenospermia : Jumlah spermatozoa yang bergerak dengan baik di bawah 50%.
11. Necrospermia : Semua spermatozoa dalam keadaan mati.
12. Extrem oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah 1 juta untuk tiap 1 ml ejakulat.
13. Asthenozoospermia : Spermatozoa yang lemah sekali gerak majunya.
14. Teratozoospermia : Bentuk spermatozoa yang abnormal lebih dari 40%.
15. Nekrozoospermia : Bila semua spermatozoa tidak ada yang bergerak atau hidup.
16. Kriptozoospermia : Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sedimen
sentrifugasi sperma.
17. Polizoospermia : Bila jumlah spermatozoa lebih dari 250 juta per ml sperma
18. Leukospermia : Warna sperma putih keruh serupa susu karena terdapat leukosit yang banyak.
19. Hemospermia : Warna sperma kemerahan karena terdapat erythrosit yang banyak.
20. Residual Body : Sisa sitoplasma yang melekat pada spermatozoa yang belum matur.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan sampel.


-Bila pengambilan dengan cara masturbasi, jangan sampai ada sperma yang tertumpah keluar wadah atau
sperma tidak semuanya dikeluarkan. Semua sperma dikeluarkan sampai tetes terakhir.
-Sperma yang telah berhasil dikeluarkan, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat yang telah
ditentukan karena sifat sperma, khususnya spermatozoa mudah rusak karena pengaruh luar.
-Penyerahan sampel sperma ke laboratorium harus segera karena beberapa parameter sperma
mempunyai sifat mudah berubah karena pengaruh luar . sperma yang dibiarkan begitu saja akan berubah
pH, viskositas , motilitas spermatozoanya dan berbagai sifat biokimianya.
-Bila setelah senggama ke-1, kemudian penderita mengalami mimpi basah (night pollution), maka jarak
abstinensia dihitung sejak mimpi basah. Hal ini perlu diutarakan sebab waktu 3 – 5 hari abstinensia sudah
cukup untuk memulihkan kembali semua unsur sperma, baik dari sekret kelenjar asesoris alat kelamin laki
– laki maupun jumlah spermatozoa dari kegiatan tubuli seminiferi.
-Abstenentia yang kurang atau lebih dari waktu yang ditentukan akan mempunyai nilai lain, dan ini
menjadikan nilai hasil pemeriksaan sperma tidak sepenuhnya benar.
Pemeriksaan ulang dapat dilakukan karena pemeriksaan yang hanya satu kali belum mencerminkan
spermiogram ( Gambaran ) rata – rata.
-Segera setelah di terima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar.
-Hal lain yang perlu diberitahukan kepada pasien ialah pada waktu abstensia janganlah minum obat-obat
apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum, atau semacamnya. Hal ini agar diperlukan
benar-benar sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

B. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan motilitas sperma


-Tetesan pada objek glass diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak
sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda
-Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi tiap sampel sperma untuk
memperoleh hasil pemeriksaan yang cermat, sebab besar kecilnya tetesan dan berat ringannya gelas
penutup berpengaruh pada motilitas spermatozoa.
-Pemeriksaan harus dilakukan setelah gelas objek ditempelkan. Bila terlalu lama dibiarkan, baru kemudian
diperiksa, akan terjadi perbedaan dalam motilitas spermatozoa.
-Pemeriksaan motilitas sperma biasanya dilaksanakan setelah liquefaksi terjadi keseluruhan. Pada saat itu
sperma telah homogen, sehingga spermatozoa dapat lebih bebas. Liquefaksi sempurna biasanya terjadi
15- 30 menit setelah ejakulasi.
-Pemeriksaan motilitas berurutan sampai 2-3 jam seteleh ejakulasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat
penurunan motilitas spermatozoa. Sebab pada keadaan normal, kemunduruan motilitas terjadi kira-kira 10-
20 % dalam waktu 2 – 3 jam. Tetapi kalau dalam waktu tersebut turunnya motilitas lebih dari 20 %, berarti
daya tahan motilitas spermatozoa itu berkurang.
-Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini, temperatur laboratorium harus dijaga agar
konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
-Sperma yang diteteskan pada gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penutup. Menutupnya harus
baik agar jangan sampai ada gelembung udara di dalamnya atau jangan sampai tetesan sperma luber
keluar gelas penutup.
-Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi setiap sampel sperma. Untuk
maksud itu tidak boleh sembarang ukuran gelas penutup dipergunakannya. Gelas penutup harus yang
sama ukurannya yaitu 18 mm x 18 mm.
C. Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan vitalitas
-Spermatozoa yang hidup (Viable) tidak berwarna, dengan latar belakang kemerahan, sedangkan
spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat warna masuk
kedalam sel, sel berwarna merah. Spermatozoa hidup tetap tak berwarna karena dinding sel masih utuh,
tidak dapat ditembus zat warna.
-Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru jangan terlalu kental dan jangan
banyak endapan.

D. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan jumlah sperma


-Biasanya didapat 70 juta atau lebih banyak spermatozoa per ml ; kalau jumlah kurang dari 20 juta per ml ,
ada kemungkinan mati itu kurang memadai dalam hal fertilitas.
-Tetapi kita harus berhati – hati dalam mengambil kesimpulan seperti itu. Tidak jarang dilihat bahwa hasil
pemeriksaan mani berikutnya atau yang mendahuluinya berbeda jauh. Dapat juga dilakukan pada
pemeriksaan motilitas hanya sedikit sekali spermatozoa kelihatan bergerak aktif.

E. Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan morfologi sperma


-Untuk sperma dengan kepadatan tinggi, tetesan dibuat kecil dan hapusannya lebih cepat dan berat dan
untuk spermatozoa kepadatan rendah dibuat tetesan lebih besar dan hapusannya lebih lambat dan ringan.
-Jika jumlah kepadatan spermatozoa kurang dari 10 juta / ml sediaan hapus dibuat dari sentrifugasi
dengan 2000 rpm selama 15 menit.
-Sediaan / hapusan sperma dapat diwarnai dengan cat : Giemsa, Mayer, O. Steeno, Fast green, Wright,
Bryan / leishman dan papanocolou.
-Sel-sel bundar terdapat pula pada ejakulat, dan dapat diamati pada analisis sperma. Pada pemeriksaan
sperma dengan pengecetan sederhana, yakni dengan metilin blue, sel – sel tersebut telah tampak sel-sel
itu ialah lekosit, polimorfonuklear dan monosit.

F. Hal – hal yang harus diperhatikan pada perlakuan mikroskop


-Letakkan mikroskop ditempat yang datar dan tidak licin.
-Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut yang dibasahi dengan xylol setiap kali setelah
selesai bekerja.
-Jangan merendam/membersihkan lensa dengan alkohol atau sejenisnya karena akan melarutkan
perekatnya sehingga lensa dapat lepas.
-Bersihkan dan lumari penyangga setiap minggu.
-Periksa kelurusan sumbu kondensor setiap bulan.
-Simpanlah mikroskop ditempat yang tingkat kelembabannya rendah, dapat dengan cara memberikan
lampu wolfram atau dengan silica gel.
-Jangan menyentuh lensa objektif dengan jari.
-Jangan biarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau objektif, karena kotoran akan mudah masuk.
-Saat mikroskop disimpan, lensa objektif 40 x atau 100 x tidak boleh berada lurus dibawah kondensor,
karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir mikrometer atau makrometernya rusak.

BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat
kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan
seorang pria untuk memperoleh keturunan. Seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau steril
sulit baginya untuk memperoleh keturunan. Oleh karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang
pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pantangan
(abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan
menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk
sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan
diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro Soehadi.T, K.M.Arsyad, Analisis Sperma, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, FK Univ.
Sriwijaya Palembang .Juli 1982.
IDI, Pengaruh pajanan Pb terhadap kualitas spermatozoa, Majalah Kedokteran Indonesia (The Journal of
the Indonesian Medical Association), Vol.51 .No.5,Mei 2001.
Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Lab.kes,1997.
Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1995
Diktat Kimia Klinik Jilid I, Pusdiknakes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989
Diktat Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Muhamad Muslim, SMAK Depkes Banjarmasin, Banjarbaru, 1991
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

LAMPIRAN

Daftar Nilai normal pemeriksaan spermatozoa :


1. Volume : 2-5 ml
2. Warna : berwarna putih seperti kanji, putih keabuan, putih kekuningan
3. Bau : Berbau khas seperti bunga akasia
4. pH : 6,8-7,8
5. Koagulum : Ada saat sperma baru keluar berupa gumpalan putih.
6. Liquefaksi : likuefaksi 15-20 menit.
7. Viskositas : Waktu 1 tetesan 1-2 detik. Lebih 2 detik viskositas tinggi
8. Aglutinasi : Baik aglutinasi sejati atau palsu tidak ada.
9. Leukosit : Jika lebih dari 1.000/mm ada infeksi atau pencemaran pada traktus genitalis dan atau kelenjar
asesoria.
10. Motilitas : Motil aktif > 60-70%, motil tak aktif <20-30% dan tidak motil <10%.
11. Jumlah : 20-70 juta spermatozoa/ml ejakulat.
12. Viabilitas : Diatas 75% atau lebih yang hidup.
13. Morfologi Normal : Yang normal morfologinya harus diatas 75%.
14. Fruktosa : 150 – 450 mg/dl fruktosa

Thanks for paper : Triya Kurniawan, AMd.AK (Lab.RS Ansari Saleh Banjarmasin), M.Wahyuni, AMd.AK
(Puskesmas Mungkur Angung, Tabalong) dan M.Rusbandi Thabit, AMd.AK (Puskesmas Nagara, HSU)

Diposkan 3rd January 2010 oleh Ripani_Musyaffa


Klinik Andrologi
Men's Health, Fertility, Sexual & Anti Aging
 Home
 About me
 Photos
 Support
Membaca Hasil Analisa Sperma
Minggu,15JuniDiposkan oleh Anton Darsono Wongso di 12.46.00Label: Andrology Laboratory

PEMERIKSAAN PARAMETER SPERMA


Parameter-parameter sperma dapat dinyatakan secara :
1. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/ml, kadar fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya viskositas sperma, motilitas spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma.

Yang akan dibahas berikut adalah pemeriksaan parameter-parameter sperma pada analisa
sperma dasar (rutin. Analisis sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah pe-nampung :
1. Ada/tidaknya koagulum
2. Warna sperma
3. Bau sperma
4. Proses likuefaksi sperma

Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :


1. Volume sperma
2. pH sperma
3. Kekerasan dan warna sperma
4. Viskositas sperma

2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pergerakan spermatozoa
2. Kepadatan spermatozoa
3. Morfologi spermatozoa
4. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
5. Adanya sel bundar (Round cells)
6. Mikroorganisme
7. Partikel lepasan dan kristal
INTERPRETASI SPERMIOGRAM
Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni :
1. Jumlah spermatozoa/ml
2. Persentase spermatozoa motil
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal

Dengan perkataan lain, penilaian dititik beratkan pada spermatozoa. Walaupun demikian,
parameter-parameter sperma yang lain tidak selalu dapat kita abaikan nilainya. Misalnya
sperma yang tidak mengandung spermatozoa dengan volume kecil dan pH asam, memberikan
dugaan suatu kelainan kongenital tertentu dari sistem reproduksi pria.
Jumlah spermatozoa/ml
Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi pegangan untuk dikatakan cukup, kurang ataupun
berlebih adalah 20 juta/ml. Istilah yang dipakai adalah sbb :
0 Juta/ml disebut Azoospermia
0 - 5 juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas yang normal.

PROSENTASE SPERMATOZOA MOTIL


Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan
pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III).
Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang
digunakan adalah Astenozoospermia.

Bila sperma immotil > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)
Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila ≥ 50% spermatozoa
mempunyai morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan
ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut
teratozoospermia.
Dengan pegangan ketiga parameter pokok tersebut di atas, maka didapat kesan atau
“diagnosis” spermatologis dalam istilah-istilah sbb :
Oligozoospermia
Extrimoligozoospermia
Astenozoospermia< Ekstrimoligoastenozoospermia Oligoastenozoospermia
Oligoastenoteratozoospermia Astenoteratozoospermia Poliastenozoospermia Azoospermia
Parameter sperma yang lainnya juga mempunyai nilai informatif untuk penilaian fungsi
kelenjar Seks asesori pria, sehingga perlu dicantumkan dalam spermiogram. Parameter-
parameter tersebut adalah : 1. Volume : Umumnya 2 – 4 ml. 2. Warna : Lazimnya putih
keabuan agak keruh, atau sedikit kekuningan. 3. Bau : Khas spesifik sperma, atau “langu” 4.
pH : 7.2 – 7.7 5. Koagulum : Normal terdapat sesaat setelah sperma diejakulasi dan tidak
tampak lagi setelah 20 menit, oleh karena proses likwefaksi telah selesai. Bila proses likuefaksi
belum selesai/sempurna dalam waktu 20 menit, kita sebut waktu likuefaksi memanjang. 6.
Viskositas : - Normal : waktu tetesan 1 – 2 detik 7. Aqlutinasi : - Normal : tidak terdapat
aqlutinasi sejati. 8. Lekosit : - sebagai batasan, sperma normal tidak mengandung lekosit lebih
dari satu juta/ml. Sperma yang mengandung lebih dari 1 juta lekosit per ml disebut sebagai
sperma yang mengalami pencemaran.
Faktor – faktor Kebiasaan buruk dan kerusakan sperma – dr. Dicky
270 Replies

Berbagai masalah pada sistem reproduksi pria terutama produksi sperma yang berkualitas dan kuantitas
yang cukup, ternyata dapat di timbulkan oleh beberapa kebiasaan buruk yang mungkin saja dilakukan oleh
seorang pria. Kebiasaan buruk yang mengancam kesehatan sperma tersebut antara lain :

1. Berendam air hangat atau panas.

Testis sebagai pabrik sperma ternyata sangat peka akan terjadinya peningkatan suhu disana. Kebiasaan
berendam air hangat/panas secara teratur dalam waktu yang cukup lama, dapat berakibat buruk pada
produksi sperma.

2. Memangku laptop

Panas yang di pancarkan lewat laptop yang sedang dipangku juga mengancam kesehatan sperma.
Biasanya kebiasaan ini tidak disadari berlangsung dalam waktu yang cukup lama karena saking asyiknya
berselancar dengan laptop yang terpangku.

3. Kurang istirahat

Kurang istirahat juga dapat mengancam kesehatan tubuh secara keseluruhan, demikian juga dengan
kesehatan sperma. Kelelahan kronis dan stres yang berkepanjangan dapat memacu kenaikan kadar
hormon kortisol dan ini berdampak buruk pada produksi sperma.

4. Malas olah raga

Kebiasaan olah raga ternyata mampu meningkatkan kerja darai berbagai sistem di tubuh kita termasuk
sistem hormon reproduksi. Sehingga diharapkan olahraga ringan seperti jalan kaki 30 menit selama 5 kali
seminggu dapat memperbaiki hormon reproduksi yang kurang optimal

5. Minuman keras dan narkoba

Kalau yang ini jelas sekali dampak buruknya bagi tubuh, termasuk juga mengancam kesehatan reproduksi
pria. Keseimbangan hormon akan terganggu. Bila sampai menyebabkan gangguan fungsi hati juga bisa
berakibat ke fungsi reproduksi.

6. Merokok

Kebiasaan merokok dalam jumlah yang cukup besar dapat merusak kualitas sperma terutama gerakan
lincah sperma akan terganggu.

Anda mungkin juga menyukai