2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan
dibilas berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai.
Botol sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml.
Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom berbahan latex
yang dijual bebas (kecuali dengan menggunakan kondom yang diproduksi
khusus untuk penampungan sperma / condom sperm friendly). Gelas
penampung ditutup cukup dengan kertas biasa (atau menggunakan wadah
penampung khusus sperma / andrology pack #1 (sterile semen container).
3. Sperma yang sudah tertampung segera dalam waktu setengah jam sudah di
serahkan kepada petugas Laboratorium. Dalam perjalanan menuju
Laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35oC, misalnya dalam
kantong pakaian yang dikenakan.
ANALISA SPERMA
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen
berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat
kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang
di dalam semen disebut sperma.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan
kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada
sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu
diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan
karena ketidaksuburan pasangan prianya.
Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap
pemeriksaan sperma.
Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam
keadaan letih atau lapar.
2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas
seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari
harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun.
3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan
tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.
4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll.
Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.
Beberapa hal yang diperiksa antara lain :
Hitung Sperma (Sperma Count)
Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya
bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan
kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan
(tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita).
Hasil pemeriksaan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu : bentuk normal, kepala tidak
normal, ekor tidak normal, dan sel sperma yang belum matang (immature germ cells, IGC).
Gerakan Sperma (Sperm Motility) dikatakan normal jika 40% atau lebih sperma dapat
bergerak normal. tetapi, beberapa pusat laboratorium mengatakan bahwa nilai normal adalah
60% atau lebih.
H O M E
A K U P U N K T U R
I L M U B E D A H
I L M U K E S E H A T A N A N A K
I L M U K E S E H A T A N J I W A
I L M U P E N Y A K I T D A L A M
I L M U P E N Y A K I T K U L I T
I L M U P E N Y A K I T M A T A
I L M U P E N Y A K I T T H T
I L M U S A R A F
O B S T E T R I G I N E K O L O G I
P A T O L O G I K L I N I K
R A D I O L O G I
R E Q U E S T O R D E R
Lupus Kutaneus →
↓ Jump to Comments
Bahkan ketika sperma tidak ada, beberapa jenis sel non-sperma yang ditinggalkan oleh pelaku (epitel,
leukosit, sel germinal belum matang) dan merupakan sumber yang layak untuk analisis DNA. Sel-sel ini
biasanya ditemukan di sekitar 15% dari bahan sperma yang disediakan oleh kelenjar prostat dan vesikula
seminalis. Azoospermia dilaporkan oleh Willott sekitar 1,9% dari bercak air mani yang ditemukan pada
swab kasus serangan seksual.
1. Alternating least squares (ALS)
Mirip dengan darah, air mani juga dapat dideteksi menggunakan alternating least squares (ALS) seperti
sinar ultraviolet. Ini merupakan prosedur rutin untuk mencari air mani dan cairan lainnya di TKP
menggunakan metode yang sederhana dan non-destruktif. Wood’s Lamp (WL) adalah perangkat khusus
yang memancarkan panjang gelombang 320-400 nm, dengan ukurannya yang kecil, murah, aman, dan
mudah digunakan.
Namun ketika WL diuji terhadap cairan lainnya, alat tersebut menjadi tidak spesifik dan bahkan kadang-
kadang tidak mendeteksi noda air mani, dan memberikan hasil positif palsu terhadap salep dan krim. Alat
ALS komersial lainnya, BluemaxxTM BM500, diuji dengan cara yang sama dan hasilnya 100% sensitif
terhadap noda air mani. Dan juga para dokter yang menggunakan ALS mampu membedakan semen
dengan cairan lainnya dengan waktu 83% setelah menerima pelatihan tentang bagaimana menggunakan
perangkat tersebut. Perangkat ALS lainnya yang digunakan untuk pemeriksaan cairan termasuk air mani
adalah Polilight1 yang memiliki rentang panjang gelombang 415-650 nm cahaya putih ultraviolet.
Air mani dari pria azoospermia masih akan berisi antigen ini yang hadir dalam plasma mani; cairan tubuh
lainnya mengandung tingkat PSA yang sangat rendah. Kadar PSA yang rendah mengakibatkan tes PSA
tidak terlalu sensitif sehingga tidak dapat mengakibatkan hasil positif palsu. Konsentrasi PSA pada urin
laki laki adalah 800 ng/ml. PSA tidak terdeteksi pada urine dilusi laki laki di atas 1/200.7Sebuah aspek
penting untuk pendeteksian PSA melibatkan kemampuan yang baik untuk mendeteksi sampel yang
terkontaminasi atau sulit seperti kain yang telah dicuci dan mayat yang membusuk.
Menurut beberapa penelitian, PSA dapat ditemukan dalam cairan tubuh wanita.Breul menyatakan bahwa
konsentrasi PSA di urin perempuan rata rata adalah 3,72 ng/ml. Pembentukan protein PSA dipengaruhi
oleh steroid; Oleh karena itu, dapat dikembangkan dalam berbagai jaringan tubuh termasuk jaringan
perempuan. Walaupun begitu, konsentrasi PSA di urin perempuan sangatlah rendah, sehingga tidak
terdeteksi oleh rapid test PSA karena di bawah cut-off point dari perangkat. Dengan demikian, hasil positif
palsu yang disebabkan oleh urin perempuan bisa dihilangkan.
Metode yang melibatkan immunoelectrophoresis atau ELISA, dan beberapa teknik khusus immunoassay
dot blot dengan metode radiolabeled Protein Aserta dot-immunobinding disebut juga membrane
aspiration test (MAT). Tes lainnya mengunakan thin-layer immunoassay (TIA) dan tidak menunjukkan
hasil positif palsu dengan darah, air liur, urine, keringat, dan air mata. Sekarang telah terdapat beberapa
alat tes yang bergantung pada reaksi antigen-antibodi dan jauh lebih cepat dan lebih mudah digunakan.
Pemeriksaan PSA dalam cairan mani kuantitatif relatif sulit dan cukup mahal, sehingga tidak pernah
dilakukan di Indonesia. Untungnya, ada rapid test untuk memeriksa PSA, yang sangat praktis, cepat,
mudah digunakan, murah, dan cukup sensitif dan spesifik. Namun, rapid test ini dirancang untuk
memeriksa konsentrasi PSA dalam darah, plasma, dan serum.
Salah satu alat yang tersedia secara komersial adalah tes Biosign1 PSA, dan alat tersebut lebih murah untuk
digunakan daripada metode tradisional ELISA. The OneStep ABAcard1 adalah alat test komersial lainnya.
Alat ini juga bergantung pada teknik antibodi mobile monoclonal anti-human PSA yang mengikat PSA
manusia dan bermigrasi sepanjang alat strip ke antibodi polyclonal anti-human PSA imobile dan
membentuk garis. PSA dalam air mani yang diencerkan 106 kali mampu dideteksi dengan tes ini, dan
hanya sampel urin pria memberikan hasil positif palsu.
Gambar 6. Pemeriksaan ABAcard (hasil positif dan negative)
Tes komersial lainnya yang telah dikembangkan meliputi Chembio, Medpro, Onko–screen, PSAcheck-
1, Seratec1 PSA Semiquant dan Phosphatesmo KM PaperR _ test.5,10 Alat test Seratec1 ditemukan
menunjukkan positif palsu dengan sampel cairan vagina bebas semen. Sebuah studi perbandingan
antaraPSA Rapid Test Kit, Rapid PSA, dan SMITEST menetapkan bahwa tiga alat tersebut memiliki
spesifisitas yang sama, tetapi SMITEST memiliki sensitivitas terbesar. Alat tes otomatis yang
memungkinkan analisis simultan adalahHybritech Tandem-E PSA Immunoenzymetric Assay karena
menggunakan lebih sedikit tenaga kerja dan dana daripada metode tradisional.
Gambar 7. Pemeriksaan PSA hasil positif dengan Seratec
MHS-5, yang juga dikenal sebagai immunoglobulin G1 dan seminal vessel specific antigen (SVSA),
merupakan antigen yang hanya akan bereaksi dengan epitel di vesikula seminalis manusia. Protein utama
pembentuk gel dalam air mani manusia, semenogelin I dan semenogelin II, keduanya mengandung SVSA
dan dapat dideteksi oleh antibody MHS-5 monoklonal. Sema1 adalah alat tes ELISA yang dirancang untuk
mendeteksi keberadaan semen berdasarkan reaksi antara antibody MHS-5 dan SVSA. Metode ini sensitif
untuk sampel semen yang diencerkan sebanyak 106 kali, tapi tidak sama spesifik dengan tes PSA dan tidak
lagi digunakan. Metode imunologi lain yang telah dikembangkan untuk mendeteksi air mani melibatka
semenogelin, semenogelin II, 19-OH F1A / F2a prostaglandin, dan antibodi monoklonal yang disebut 1E5.
Akhirnya, teknik ELISA untuk mendeteksi antibodi monoklonal untuk SAP telah dikembangkan yang tidak
menunjukkan hasil positif palsu dengan cairan tubuh lainnya dan sensitif dengan pengenceran air mani
hingga 1: 100.000.
13. Isozim LDH dan Isozim lainya
Seperti disebutkan sebelumnya dalam diskusi tentang mengkonfirmasikan adanya darah, suatu isozim
LDH juga dapat berperan dalam mengkonfirmasikan kehadiran air mani. LDH isozym memiliki properti di
antara LDH-3 dan LDH-4 dan dinamakan LDH-X. Hal ini unik terhadap sperma manusia, bagaimanapun,
teknik pewarnaan Christmas tree, metode LDH hanya akan bekerja jika air mani donor mengandung
sperma. Isozim terdeteksi dengan elektroforesis, dan teknik ini akan memberikan hasil positif pada
pewarnaan setidaknya setelah 30 minggu dan pada swab vagina pasca-coital. Sperma bahkan dapat
dideteksi dalam campuran dengan darah dan cairan vagina menggunakan metode ini. Metode ini tidak
umum digunakan di laboratorium forensik modern.
Isozim lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi air mani adalah g-glutamil transpeptidase (GGT).
Isozym ini jauh lebih aktif dalam plasma mani dari cairan tubuh lain.. Beberapa isozim lainnya telah
dipelajari seperti ” sperm” diaphorase,creatine phosphokinase (CPK), dan berbagai esterase, tetapi metode
ini belum terbukti sama efektifnya dengan tes PSA yang lebih populer.
Tabel 2. Ringkasan Pemeriksaan Sperma Model Lama
Tabel 3. Ringkasan Pemeriksaan Sperma Model Baru
14. SPERM HY-LITER
SPERMA HY-LITER TM dikembangkan dan divalidasi untuk analisis mikroskopik spermatozoa manusia
dari bukti serangan seksual. Kekhasan metode ini dilakukan dengan fluorescent antibodi monoklonal Alexa
488 (flourescein isotiosianat hijau – FITC), yang secara khusus menargetkan antigen pada membran inti
sel sperma. Dalam hubungannya dengan Alexa 488, perwarnaan inti biru, 40,6-diamidino-2-phenylindole
(DAPI), juga dimasukkan sebagai bagian dari pewarnaan tersebut. Akibatnya, semua sel yang mengandung
inti kaya DNA dapat divisualisasikan melalui penggunaan selektif DAPI kompatibel penyaring fluoresent.
Hal ini memungkinkan untuk memvisualisasikan berbagai sel tanpa perlu degradasi selektif epitel / sel
vagina oleh proteinase K sebelum analisis mikroskopis. Karena fluoresensi intens, sedikitnya satu sel
sperma dapat diidentifikasi antara sampel padat sel epitel vagina yang sering ditemukan pada swab
serangan seksual.
Gambar 8. Sampel analisis mikroskopik SPERM HY-LITER.
Percobaan dilakukan menunjukkan bahwa uji Sperma Hy-LiterTM adalah (1) sangat spesifik dan valid
(tidak ada gangguan dari semen diperoleh dari berbagai hewan dan tidak adanya sinyal fluoresensi positif
di semua slide control dari swab darah, ragi, urin, epitel vagina sel atau feces), (2) sensitif dan dapat
diandalkan (spermatozoa terdeteksi pada swab vagina dilarutkan dalam pengenceran semen 1: 1000 dan 1:
10.000; spermatozoa terdeteksi lebih efektif dalam sampel mengandung beberapa spermatozoa
dibandingkan menggunakan mikroskop), (3 ) cepat (1 menit dibandingkan rata-rata 10 menit atau lebih
menggunakan mikroskop untuk spermatozoa < 10), (4) kuat (spermatozoa dideteksi pada noda semen
berusia 24 tahun, bebas dari spermisida, pelumas, kondom fluorescent dan non-fluorescent dan krim anti-
jamur) dan (5) sederhana untuk digunakan.
15. Skoring Sperma
Metode yang paling banyak digunakan untuk mengklasifikasikan kehadiran spermatozoa dengan
visualisasi dikembangkan pada tahun 1974 oleh Davies dan Wilson. Metode menggunakan serangkaian
plus (+) untuk merekam jumlah spermatozoa yang diamati. Sebutan digunakan adalah:
Metode skoring sperma saat ini sangat subjektif dengan % RSD slide sangat tinggi dengan jumlah sperma
rendah secara keseluruhan. Selain itu, rekaman ekor tidak menambah nilai teknik skoring sperma.
Penelitian lebih lanjut mungkin meningkatkan objektivitas penilaian sperma dan keandalan pencatatan
ekor sperma.
16. Sperm-elution
Secara historis, metode yang paling umum untuk menghilangkan sel-sel dari sampel dikirimkan untuk
dilakukan pemeriksaan elusi air. Ketika sel merupakan campuran, biasanya epitel dan spermatozoa, slide
elusi dan sentrifugasi disiapkan dan jika spermatozoa ditemukan, ekstraksi preferensial ini dapat dilakukan
sebelum profiling DNA.
Ekstraksi preferensial memisahkan fraksi spermatozoa dan sel epitel, paling sering memproduksi dua profil
DNA; satu terutama dari bahan epitel dan lainnya dari laki-laki (spermatozoa).
Proses ini bukan tanpa keterbatasan. Menurut AFSP Body Fluid Forum (BFF) menunjukkan bahwa
pemulihan awal spermatozoa dalam sel pelet yang dihasilkan oleh metode ekstraksi air adalah 20%.
Penilaian jumlah pulih spermatozoa pada slide mikroskop dapat terhambat oleh kehadiran sel-sel epitel
berinti (NECs) yang dapat menyembunyikan spermatozoa sehingga sulit untuk ditemukan. Jika pemulihan
spermatozoa rendah dan pemisahan fraksi mani dan epitel sulit, kemungkinan menghasilkan profil DNA
mani yang dilaporkan sangatlah kecil.
Orchid Cellmark (Cellmark) telah mengembangkan protokol elusi dua tahap; Sperma Elusi©. Metode ini
memungkinkan pelepasan NECs utuh dan beberapa spermatozoa terutama pada fase pertama dan fase
kedua. Pelet mani terdiri dari NECs utuh jumlah terbatas dan sel debris kecil, menghasilkan slide yang
lebih mudah mencari rendahnya spermatozoa juga menghasilkan fraksi mani mengandung DNA epitel.
1. Slide dari sampel elusi air Cellmark ( pembesaran ×400 ).
2. Slide dari elusi sperma ( pembesaran ×400).
Gambar 9. Persentase rata rata recovery dari swab polyester Scenesafe® ketika
spermatozoa dalam jumlah ‘tinggi’ (sekitar 4700) dan jumlah ‘rendah’ (sekitar 470) (n = 10
swab per metode elusi).
17. Metode RT-PCR
Bagian berikut akan menjelaskan teknik-teknik baru dalam unit forensik yang mendeteksi semen. Seperti
dengan darah, kebanyakan tehnik ini melibatkan penanda imunologis dan sekaligus dapat mengidentifikasi
spesies dari sampel air mani yang tidak diketahui.
Banyak metode baru yang dikembangkan untuk mengidentifikasi semen dengan melibatkan penanda
mRNA dan metode yang sama telah disebutkan untuk mendeteksi noda darah. Ulasan Bauer mengenai
penggunaan RNA dalam ilmu forensik juga mencakup metode pendeteksi air mani. Metode ko-isolasi RNA
dan DNA yang dijelaskan oleh Alvarez et al. juga dapat diterapkan untuk sampel air mani. Protamine 1
(PRM1) adalah penanda semen khusus yang masih diselidiki dalam penelitian ini.
Metode RT-PCR yang diusulkan oleh Juusola dan Ballantyne pada tahun 2005 juga dapat digunakan untuk
memeriksa semen. Proses ini melibatkan deteksi gen spesifik air mani-PRM1 dan protamin 2 (PRM2).
Metode paten mulai dikembangkan untuk teknik yang sama. Sensitivitas untuk sampel air mani adalah
yang tertinggi di antara cairan tubuh lainnya yang terdeteksi dengan kurang dari 200 pg RNA yang
diperlukan untuk hasil yang positif untuk kedua gen. Spesivitas terbukti saat gen ini hanya terdeteksi
dalam sampel air mani.
Metode RT-PCR octaplex tidak menghasilkan positif palsu, tidak ada negatif palsu, dan tidak ada gen
tunggal drop out. Versi terbaru percobaan ini disajikan pada tahun 2007 melibatkan sistem tripleks, dan
gen yang terlibat yaitu gen semen PRM1 dan PRM2 bersama dengan gen GAPDH. Sebuah studi serupa
dilakukan pada tahun 2008 dengan menggunakan gen semen yang sama PRM1 dan PRM2 dimana
dilakukan oleh Juusola dan Ballantyne, dan ditemukan bahwa hasil positif pada semen yang berusia hingga
15 bulan.
Pendekatan RT-PCR yang dikembangkan oleh Nussbaumer et al. pada tahun 2006 berfokus pada kallikrein
3 (KLK) penanda untuk semen (juga dikenal sebagai PSA). Tidak ada reaktivitas silang dengan sampel dari
cairan lain seperti darah, cairan vagina, dan air liur, dan tidak ada dari sampel ini menunjukkan hasil
positif untuk uji KLK. Juga, penanda semen mRNA khusus ini menunjukkan stabilitas yang besar dan
sama-sama terdeteksi setelah 10 hari penyimpanan pada suhu kamar tanpa adanya buffer stabil. Teknik ini
terbukti lebih sensitif dibandingkan tes berbasis protein PSA.
Gambar 10. Pakaian putih dan hitam mengandung semen diiluminasi dengan Lumatec
Superlight 400 at 550 nm. Alat ini mengunakan gelombang 320 – 700 nm.
Mirip darah, Trombka et al. telah memperkenalkan metode identifikasi semen non destruktif. Metode
melibatkan teknologi NASA yang unik, melibatkan XRF portabel yang dapat mendeteksi zat Seng dalam
bercak air mani, dan juga memiliki potensi untuk menjadi bantuan berharga dalam identifikasi semen di
TKP karena perangkatnya yang portabel. Proses ini hanya membutuhkan waktu sekitar satu menit, dan
memiliki presisi baik lebih dari 10% dalam mengukur 1 ml air mani dalam area 40 cm 2. Metode non-
destruktif akan sangat membantu dalam kasus-kasus kekerasan seksual yang mengandalkan bukti DNA
yang tidak hancur akibat tes skrining awal.
19. Lumatec Superlight 400
Akhirnya, tes terbaru dikembangkan untuk pemeriksaan bercak air mani adalah sumber cahaya UV-
vis disebut Lumatec Superlight 400. Alat tesebut memancarkan cahaya 320-700 nm dan dilakukan uji
pada sampel air mani manusia dan babi pada jenis dan warna kain yang berbeda. Gambar. 10
menunjukkan hasil bercak bercahaya pada kain terang dan gelap dengan filter yang berbeda. Superlight
mampu mendeteksi bercak baik di kegelapan dan di siang hari; waktu penyimpanan 3 dan 5 minggu tidak
menunjukkan perbedaan dalam hasil. Semen paling baik dideteksi menggunakan cahaya kisaran 415-490
nm dengan kacamata oranye atau merah. Hasil buruk diperoleh pada kain gelap dan pada kain yang telah
dicuci, tetapi berbagai jenis kain menunjukkan hasil yang sama.
Gambar 11. Lumatec Superlight 40
20. Metode non destruktif
Tabel 2 menunjukkan bahwa banyak metode identifikasi cairan tubuh menggunakan tes kimia yang
bersifat destruktif untuk mengidentifikasi komponen-komponen tertentu di setiap cairan. Melihat Tabel 3,
jelas bahwa banyak teknik yang muncul menggunakan metode mRNA yang sangat spesifik. Kecuali profil
DNA secara bersamaan dianalisis seperti yang diusulkan oleh Alvarez et al., bahan sampel tambahan akan
diperlukan untuk melakukan tes DNA kedua. Seperti disebutkan sebelumnya, kemampuan untuk
mengidentifikasi cairan tubuh di TKP dengan cara non-destruktif sangat penting untuk melestarikan
sampel dan bukti DNA. Selain menjadi tak rusak, tes yang bisa dilakukan di TKP akibat dari pemeriksaan
terbatas di laboratorium sangat penting dilakukan karena memberikan jawaban instan.
Hal ini memberikan informasi berharga pada para peneliti tentang bercak yang sulit diketahui seketika
sehingga mereka dapat mengubah penyelidikan mereka. Ada beberapa metode non destruktif yang telah
disebutkan, namun terdapat dua metode yang memiliki kemampuan terbaik untuk mengkonfirmasi setiap
cairan. Kedua metode baru tersebut melibatkan spektroskopi fluoresensi dan spektroskopi Raman, dimana
masih dalam tahap percobaan pengembangan dan saat ini tidak sedang digunakan untuk pengujian
forensik.
Harapannya adalah bahwa teknik ini pada akhirnya akan diterima oleh komunitas forensik dan akan dapat
memberikan konfirmasi, identifikasi non-destruktif dari cairan tubuh di TKP tanpa perlu pengujian
laboratorium yang panjang. Mungkin ada kebutuhan untuk duplikat pengujian di laboratorium dalam
tahap awal penerapan metode ini untuk menunjukkan hasil yang handal dan cocok untuk kesaksian
pengadilan, tetapi akhirnya metode baru harus mampu menghasilkan hasil yang dapat diterima, cara kerja
otomatis dan sederhana untuk digunakan oleh penyidik dan polisi di TKP.
20.1. Fluorescence spectroscopy
Spektroskopi fluoresensi adalah teknik sensitif yang menggunakan fluorophore, merupakan kelompok
kimia suatu analit yang menyerap radiasi (biasanya di daerah ultraviolet) dan memancarkan cahaya
dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini tidak menggunakan reagen perusak dan tidak
menyebabkan kontak dengan sampel, tetapi sifat non-destruktif dipertanyakan karena kemungkinan
adanya fotodegradasi setelah terpapar sinar ultraviolet.
Sebuah metode mendeteksi air liur menggunakan spektroskopi fluoresensi telah dibahas sebelumnya.
Selain itu, Powers dan Lloyd menunjukkan bahwa spektroskopi fluoresensi ultraviolet dapat diterapkan
untuk mengidentifikasi beberapa cairan tubuh. Kemampuan setiap tes yang akan diterapkan ke beberapa
cairan merupakan karakteristik berharga karena menghilangkan dugaan mengenai tes apa yang akan
digunakan berdasarkan cairan apa yang mungkin tidak diketahui. Banyak komponen yang ditemukan
dalam cairan tubuh dapat menunjukkan fluoresensi seperti asam nukleat, protein dan lipid, produk
metabolit dalam urin, heme dalam darah, air mani kering.
Komposisi cairan masing masing individu (lihat Tabel 1) adalah unik, dan sidik jari kimia akan sesuai
dengan karakteristik spektrum emisi. Gambar.12menunjukkan spektrum emisi dari semen, darah, air liur,
dan urin diukur dengan panjang gelombang eksitasi 260 nm. Eksitasi panjang gelombang terendah yang
digunakan adalah 260 nm, dan tidak jelas apakah panjang gelombang ini akan merusak bukti DNA mirip
dengan kerusakan yang diamati dalam penelitian lain menggunakan eksitasi 255 nm. Teknik ini sangat
ideal karena dapat dengan cepat memindai area bahan bernoda yang luas dan sangat sensitif. Penggunaan
beberapa panjang gelombang eksitasi dan deteksi fluoresensi atas berbagai panjang gelombang
memungkinkan untuk identifikasi cairan tubuh tertentu tanpa tumpang tindih karakteristik masing
masing.
Gambar 12. Spektrum fluoresensi emisi semen (—), skin oil (-..-..), blood (- – -), saliva (-.-.),
and urine (———)260 nm.
Studi independen lain memperkenalkan alat fluoresensi genggam yang berpotensi dapat digunakan di TKP
untuk memberikan umpan balik instan tentang identitas cairan tubuh. Alat ini dirancang pada tahun 2003
untuk mendeteksi mikroba contamina tion, tetapi sensitivitas tinggi akan membuatnya ideal untuk aplikasi
deteksi cairan tubuh ketika digabungkan dengan perangkat lunak yang tepat.
Sangat sedikit atau tidak ada persiapan sampel yang dibutuhkan, dan jumlah bahan uji yang diperlukan
oleh mikroskop Raman sebanyak picograms atau femtoliter. Spektrum Raman terdiri dari beberapa band
yang sempit dan memberikan getaran unik. Tidak seperti spektroskopi absorpsi IR, jenis lain dari
spektroskopi vibrasi, spektroskopi Raman menunjukkan sedikit gangguan air, yang membuatnya menjadi
teknik analisis cairan tubuh yang hebat. Biasanya, spektroskopi Raman non resonansi tidak merusak
sampel.
Bercak atau swab dapat diuji di lapangan dan masih dapat digunakan lebih lanjut di laboratorium untuk
analisis DNA, dan yang sangat penting untuk aplikasi forensik. Desain spektrometer Raman portabel
adalah realitas kemampuan untuk membuat identifikasi di lapangan. Gambar.13 menunjukkan foto
instrumen Raman portabel yang dirancang untuk mengidentifikasi narkotika, bahan peledak, bubuk putih,
senjata kimia, dan industri kimia yang ditemukan di TKP. Sekali lagi, dengan software yang tepat dan
implementasi database, perangkat portabel ini berpotensi dapat digunakan untuk mendeteksi cairan tubuh
di lapangan.
Gambar 13. Spektometer Raman portabel
Microspectroscopy Raman memanfaatkan cahaya inframerah pendek non-actinic(non-destruktif) untuk
eksitasi, baru-baru ini diterapkan untuk analisis cairan tubuh yang mengering termasuk darah, air mani,
air liur, cairan vagina, dan keringat. Hasil yang dilaporkan sangat menjanjikan dan menunjukkan spektrum
Raman mengidentifikasikan setiap cairan tubuh yang berbeda. Komposisi yang berbeda dari masing-
masing cairan yang tercantum dalam Tabel 1 membuat setiap cairan itu unik, dan variasi ini menghasilkan
karakteristik spektrum Raman.
Sifat spektrum Raman memiliki puncak tajam yang berbeda dengan luas puncak spektrum emisi
fluoresensi membuat metode spektroskopi Raman jauh lebih selektif dan spesifik, dan teknik ini berpotensi
lebih berguna untuk tujuan forensik. Pekerjaan masa depan berupa mengevaluasi potensi spektroskopi
Raman sangat diperlukan untuk menganalisa campuran cairan tubuh serta bercak pada berbagai substrat.
Potensialnya campuran dari beberapa cairan tubuh dapat dikarakteristikan dengan spektroskopi Raman
menggunakan analisis statistik canggih seperti significant factor analisis (SFA) dan alternating least
squares (ALS) menggunakan perangkat lunak seperti MATLAB 7.0.
Spektrum Raman cairan tubuh setiap individu memiliki puncak sesuai dengan komponen biologis tertentu,
dan campuran cairan akan menghasilkan spektrum yang merupakan kombinasi dari semua puncak ini
yang dapat diselesaikan secara matematis menjadi spektrum secara individual. Selain itu, spektroskopi
Raman mampu membedakan antara semen manusia dan anjing. Kemampuan untuk membedakan jenis
cairan tubuh di TKP juga sangat penting, dan beberapa teknik yang disebutkan sebelumnya dapat
melakukan tugas ini hanya dengan cara destruktif. Studi lain tidak dapat membedakan kucing, anjing, dan
sampel darah manusia menggunakan spektroskopi Raman. Penelitian lebih banyak diperlukan untuk
menentukan kemampuan metode ini untuk mengidentifikasi spesies yang berbeda.
Gambar 14.Spektrum Raman pada mani, cairan vagina, air liur, keringat, dan darah
dengan eksitasi 785-nm
20.3 Kombinasi fluorescence in situ hybridisation dan laser microdissection
Murray et al. menjelaskan menggabungkan fluoresensi in situ hibridisasi (FISH) dan laser
microdissection (LMD) untuk mengidentifikasi dan mengisolasi sel laki-laki dari campuran sel laki-laki
dan perempuan. Sampel intim harus diperoleh beberapa jam setelah hubungan seksual. Penerapan teknik
ini terbatas pada sejumlah kecil kasus dengan persyaratan sampel yang akan diambil dalam waktu 24 jam
dari kejadian. Teknik ini juga bergantung pada sampel kualitas yang baik dan sel utuh; Oleh karena itu,
penting bahwa sel tidak mengalami lisis.
FISH / LMD memerlukan penggunaan 34 siklus PCR; Namun, kajian independen menegaskan bahwa
teknik LCN DNA yang digunakan oleh FSS adalah bentuk bukti divalidasi dan cocok untuk tujuan.
Gambar 15. Sel wanita dan pria dengan pewarnaan fluorescence in situ hybridisation.
Chromosom X (orange) dan chromosom Y (hijau) diwarnai dengan alat Vysis CEP1X
Spectrum OrangeTM/Y Spectrum GreenTM DNA.
21. Pemeriksaan DNA
Sampel dari kasus serangan-seksual sering ditandai dengan campuran seimbang dari sel epitel dan sperma,
dengan campuran cairan tubuh korban, yang mengakibatkan rasio yang tidak menguntungkan DNA laki
laki : perempuan. Menurut beberapa penelitian, komponen DNA autosomal laki-laki dari campuran terlalu
rendah untuk dideteksi di atas rasio laki-laki : DNA perempuan 1 : 10 – 1 : 20. Pada dasarnya adalah karena
kompetisi primer selama amplifikasi PCR, yang mengarah ke amplifikasi preferensial komponen utama
dari campuran. Dalam kasus tersebut, penggunaan penanda genetik Ychromosome, seperti short
tandem repeats (STR), memungkinkan amplifikasi jumlah rendah dari DNA laki-laki yang bebas dari DNA
korban. Namun, profil Y-STR tidak informatif sebagai profil STR autosom. Pertama, hubungan paternal
pada laki-laki tidak dapat dibedakan. Kedua, frekuensi profil Y-STR di populatio bisa relatif tinggi,
menghambat diskriminasi beberapa laki-laki yang tidak terkait. Ketiga, profil Y-STR tidak masuk dalam
database DNA nasional. Oleh karena itu, profil Y-STR yang diperoleh secara umum hanya dapat
dibandingkan dengan profil Y-STR dari suspek yang dikenal.
Oleh karena itu, laboratorium forensik-genetika mencoba untuk memisahkan cairan laki-laki dari cairan
wanita untuk meningkatkan peluang mendapatkan profil autosomal pelaku. Beberapa teknik pemisahan sel
yaitu: lisis diferensial, yang bergantung pada ketahanan diferensial spermatozoa dan sel epitel terhadap
bahan kimia; laser microdissection, yang memungkinkan eksisi dan koleksi spermatozoa, tidak bergantung
dari bahan selular sekitarnya; membran filtrasi dan pelatan mikro yang mengeksploitasi perbedaan antara
ukuran dan bentuk sel-sel; dan aliran cytometry, yang mengambil keuntungan dari protein membran
tertentu untuk menandai dan memisahkan sel. Kebanyakan laboratorium forensik menggunakan ekstraksi
DNA diferensial, yang tidak memerlukan peralatan yang mahal dan cepat dicapai. Secara singkat, teknik ini
termasuk langkah lisis sel ringan yang memungkinkan pemulihan fraksi sel-epitel diperkaya dengan DNA
sel-sel epitel wanita dan leukosit. Lisis sel yang kuat kemudian digunakan untuk memecahkan membran
spermatozoa dan memulihkan fraksi DNA sperma.
JAN
3
Analisa Sperma dalam Kimia Klinik
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
Yang diartikan mani atau semen (sperma) ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan
keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma
merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas
seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh
keturunan. Sudah jelas bagi kita semua bahwa seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau
dengan kata lain steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena
hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat
kesuburannya.
Andrologi
Menurut kamus kedokteran artinya ilmu tentang pria dengan objek sistem reproduksi pria. Jadi Andrologi
adalah disiplin ilmu kedokteran yang bergerak dalam bidang sistem reproduksi pria, dimulai dari
kandungan sampai dewasa, berbagai kelainan bawaan/ kelainan dapatan, terapi infertilitas dan gangguan
fungsi seks serta pengaturan fertilitas pada pria.
Setiap pemeriksaan andrologi seyogyanya dilengkapi dengan pemeriksaan sperma, sebab hasil-hasilnya
mempunyai arti penting dalam diagnosa andrologi. Karena pemeriksaan sperma bertujuan untuk meneliti
segala unsur-unsur sperma.
Komposisi sperma
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma
(plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika
seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.
Spermatozoa
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang ± 50 µ, kepala berbentuk oval (lonjong), berisi
nukleus, lebar 2,5-3,5 µ dan panjang 4-5 µ. Akrosom adalah suatu massa yang terdapat pada bagian
anterior spermatozoa yang merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala
spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase, CPE (corona penetrating enzyme).
Akrosin adalah enzim proteolitik untuk menembus zona pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus
ooforus dan CPE untuk menembus corona radiata.
Spermatozoa abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi karena gangguan pada waktu
spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-sebab : faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi,
penyakit.
Plasma semen
Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak dikeluarkan sekaligus
sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau fraksi yaitu :
1. Fraksi Pre ejakulasi
Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini dikeluarkan dari penis jauh
sebelum ejakulasi, volume ± 0,2 ml. Diduga berfungsi untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina
waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir mengandung berbagai
zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang berasal dari epididimis.
Volume ± 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali spermatozoa (yang non motil).
Volume ± 0,5 ml.
BAB II
PERSIAPAN DAN SAMPLING
Wadah Penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau plastik yang bermulut lebar dan
yang lebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Wadah harus dapat ditutup dengan baik untuk menjaga
jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai
menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat
waktu pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.
Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat pengeluaran sperma dan
lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula ditetapkan. Hal ini tergantung dari kesiapan pasien
dan kesiapan laboratorium. Kalau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita maupun
laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan
diatas 40OC, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.
Hal-hal lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia janganlah minum obat - obat
apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum atau semacamnya. Hal ini diperlukan agar
benar-benar sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat – obatan. Kalau perlu dicatat obat yang
dimakan dalam 1-2 minggu sebelum analisis dilakukan.
BAB III
PEMERIKSAAN SPERMA
Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia sperma. Dalam
pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah mengukur parameter yang diperlukan
sebagai dasar umum untuk mendiagnosis keadaan andrologis, serta yang mudah dilakukan dengan tidak
memakai alat-alat serta pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira 20 menit setelah
dikeluarkan. Adapun pemeriksaan mikroskopis yang umum dilakukan meliputi :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk pembuahan.
Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian tengah itu dapat diibaratkan
generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor
bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan. Pertama, gerakan bergelombang keujung ekor.
Gelombang itu makin ke ekor makin lemah. Gerakan kedua bersifat sirkuler. Energi yang keujung ekor itu
tidak lurus kebelakang tapi arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah, terus keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas spermatozoa, seluruh tubuh spermatozoa mulai
dari kepala sampai ke ekor bergerak melingkar pada as-nya dan ke depan. Hal ini menyebabkan gerak
lurus ke depan aktif, lincah dengan irama getar ekor yang teratur.Irama getar ekor spermatozoa normal
manusia ialah 15x/detik. Pada sapi getaran itu kira-kira 20 x/detik.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal saja yang dapat bergerak normal
pula. Sebab andaikata bentuk kepala spematozoa tak normal katakanlah bentuk terato maka arah gerakan
tak mungkin lurus ke depan sebab bagian depan sedemikian tak ideal untuk memperoleh gerak lurus .
Demikian pula andaikata terdapat bagian tengah yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian
kepala yang masih tertempel oleh sisa sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan terganggunya
gerak lurus ke depan dan lincah.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas spermatozoa, yaitu :
Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik, dianggap spermatozoa
dengan motilitas kurang baik atau jelek.
Yang termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah :
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya bergetar
kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan
morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh
gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak teratur.
Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi
tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga memyebabkan motilitasnya
melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri,
amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor
asimetri terjadi motilitas dengan arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena adanya beban
droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum
masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur.
Demikian pula andaikata sisa sitoplasma terletak dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang
timbul akan bermacam-macam.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain (aglutinasi sejati)
atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu.
Tergantung macam aglutinasi (kepala-kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan
berlainan pula.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami likuefaksi total,
meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa
motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat ekor
teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga
energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain
ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
c. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada gelas obyek.
Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak sama besarnya
pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda. Terdapat beberapa cara untuk
mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk setiap sperma
harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar. Sebab kalau sebuah pipet telah pernah
digunakan untuk satu sperma, kemudian dipergunakan untuk sperma lainnya akan ada unsur pada sperma
pertama yang terpindahkan ke sperma kedua. Kalau misalnya sperma yang kedua azoospermi maka
kemungkinan akan dinilai tidak azoospermi sebab telah tercampur oleh spermatozoa dari sampel pertama.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang gelas tidak
sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila sperma kental tetesan akan
berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma
banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari kontaminasi sperma
lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah itu dapat
dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas) spermatozoa dan jumlah
prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat : - Objek Glass - Pipet tetes
- Cover glass - Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
• Bergerak aktif (%)
• Bergerak tidak aktif (%)
• Tidak bergerak (%)
Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan hasil dinyatakan
dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Catatan :
- Spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat warna masuk ke
dalam sel.
- Spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna karena dinding sel masih utuh, tak dapat ditembus zat
warna.
- Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru, jangan terlalu kental dan jangan
banyak endapan.
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sperma yang terdapat dalam sampel sperma yang diperiksa.
Prinsip : Sampel sperma diencerkan dalam pipet lekosit dengan larutan pengencer tertentu, diperiksa
dalam bilik hitung.
Alat : - Kamar hitung Improved Neubauer atau Burker
- Pipet Thoma leukosit atau eryhtrosit
- Kertas saring / tissue
Reagensia :
Larutan Pengencer Sperma :
- NaHCO3 ...............................5 gram
- Formalin 5%,..............................1 ml
- Larutan Eosin 2%.......................5 ml
- Aquadest add.........................100 ml
Prosedur :
Cara Pipet Thoma :
- Isap sperma dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat.
- Isap larutan Pengencer Sperma sampai tanda 11 tepat.
- Kocok selama 2 menit, buang cairan 3-4 tetes, masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer
dengan menempelkan ujung pipet ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Cara Tabung dengan Clinipette :
- Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan clinipette.
- Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
- Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan pengencer.
- Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus (vibrator).
- Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung clinipette ditepi kaca
penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 – 70 juta / ml
Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan pipet eryhtrosit sebagai pipet
pengencer dan sperma diisap sampai 0,5 tepat dan pengencer 101. pengenceran pipet 200x dikalikan
untuk perhitungan.
- Untuk pengenceran yang lebih teliti sebaiknya menggunakan pengenceran menggunakan Clinipette
dalam tabung. Pengenceran dapat diubah sesuai dengan keinginan.
- Menurut R. Gandasoebrata bila tidak memiliki larutan pengencer Natrium bikarbonat maka dapat
digunakan aquadest sebagai larutan pengencer.
5. Aglutinasi Spermatozoa
Aglutinasi spermatozoa ialah penggumpalan atau perlekatan antara satu spermatozoa dengan beberapa
spermatozoa yang lain. Aglutinasi spermatozoa dapat disebabkan oleh faktor imunologis dan non-
imunologis. Cara membedakan keduanya dengan mengukur titer antibodi yang terdapat pada pasangan
suami isteri. Namun guna informasi pendahuluan proses aglutinasi spermatozoa, dapat dilakukan cara :
Satu tetes sperma diberi garam fisiologis.
Kalau terjadi aglutinasi sejati, spermatozoa akan tetap melekat satu dengan yang lain. Kalau dengan
penambahan garam fisiologis spermatozoa lepas satu dengan yang lain, maka aglutinasi tersebut adalah
aglutinasi palsu.
Cara lain oleh Hellinga (1976)
Setetes sperma segar, setelah likuefaksi total, diletakkan pada objek glass, lalu ditutup dengan gelas
penutup. Sediaan dibiarkan tidak disentuh sedikitpun selama paling tidak 1 jam. Pada sperma tertentu
akan terjadi penggumpalan satu dengan yang lain.
Macam-macam aglutinasi atau penggerombolan spermatozoa tersebut yaitu :
a. Aglutinasi ekor dan ekor
Pada keadaan ini ujung atau bagian ekor yang lebih proksimal bersentuhan atau berlekatan satu dengan
yang lain, sedangkan kepalanya bebas bergerak. Ini dinamakan tail to tail agglutination (TT).
b. Aglutinasi kepala dan kepala
Pada keadaan ini kepala spermatozoa saling berlekatan atau bergerombol, sedangkan kepalanya bebas
bergerak. Ini dinamakan head to head agglutination (HH).
c. Aglutinasi kepala dengan ekor
Pafa keadaan ini kepala satu spermatozoa atau lebih berlekatan dengan ekor sebuah spermatozoa atau
lebih. Ini dinamakan head to tail agglutination (HT).
d. Spermatozoa saling menggerombol atau melekat pada suatu sel muda spermatozoa, epitel atau lain-lain
benda pada sperma.
e. Spermatozoa dapat menggerombol seperti benang pada pinggir daerah sperma tertentu. Ini dinamakan
aglutinasi rantai (string agglutination).
C. Pemeriksaan Kimia
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai korelasi positif dengan
kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada
reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan menyusun warna merah.
Parameter : Penetapan Fruktosa
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan kadar fruktosa dalam semen yang bertalian dengan kadar
testosteron.
Prinsip : Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan pemanasan, furfural yang terjadi
akan berkondensasi dengan resorsinol menyusun senyawa yang berwarna merah.
Reagensia :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam 1000 ml aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan bila disimpan dalan
lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. a. Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam benzoat 0,2%.
b. Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan dengan aquadest
sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.
Prosedur Kerja :
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0,1 ml mani
dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campur, tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4,
campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2 ml cairan atas dari langkah 1,
tabung S diisi 2 ml standard fruktosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml air/ aquadest.
Blanko Standard Sampel
Aquadest 2 ml -- --
Standard -- 2 ml --
Sampel -- -- 2 ml
Resorsinol 2 ml 2 ml 2 ml
HCl 6 ml 6 ml 6 ml
Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu berasal dari vesiculae
seminales. Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya fruktosa dalam mani juga
mengalami perubahan oleh proses-proses dalam vesiculae seminales dan ductuli ejaculatorii, pada
hipoplasia dan radang vesiculae seminales dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii kadar
fruktosa menurun. Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa dalam mani
menjadi nol.
BAB IV
TERMINOLOGI
BAB V
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui tingkat
kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan
seorang pria untuk memperoleh keturunan. Seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau steril
sulit baginya untuk memperoleh keturunan. Oleh karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang
pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pantangan
(abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan
menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk
sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus
diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan
diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjoro Soehadi.T, K.M.Arsyad, Analisis Sperma, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, FK Univ.
Sriwijaya Palembang .Juli 1982.
IDI, Pengaruh pajanan Pb terhadap kualitas spermatozoa, Majalah Kedokteran Indonesia (The Journal of
the Indonesian Medical Association), Vol.51 .No.5,Mei 2001.
Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Lab.kes,1997.
Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1995
Diktat Kimia Klinik Jilid I, Pusdiknakes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989
Diktat Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Muhamad Muslim, SMAK Depkes Banjarmasin, Banjarbaru, 1991
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
Thanks for paper : Triya Kurniawan, AMd.AK (Lab.RS Ansari Saleh Banjarmasin), M.Wahyuni, AMd.AK
(Puskesmas Mungkur Angung, Tabalong) dan M.Rusbandi Thabit, AMd.AK (Puskesmas Nagara, HSU)
Yang akan dibahas berikut adalah pemeriksaan parameter-parameter sperma pada analisa
sperma dasar (rutin. Analisis sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah pe-nampung :
1. Ada/tidaknya koagulum
2. Warna sperma
3. Bau sperma
4. Proses likuefaksi sperma
2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pergerakan spermatozoa
2. Kepadatan spermatozoa
3. Morfologi spermatozoa
4. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
5. Adanya sel bundar (Round cells)
6. Mikroorganisme
7. Partikel lepasan dan kristal
INTERPRETASI SPERMIOGRAM
Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni :
1. Jumlah spermatozoa/ml
2. Persentase spermatozoa motil
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal
Dengan perkataan lain, penilaian dititik beratkan pada spermatozoa. Walaupun demikian,
parameter-parameter sperma yang lain tidak selalu dapat kita abaikan nilainya. Misalnya
sperma yang tidak mengandung spermatozoa dengan volume kecil dan pH asam, memberikan
dugaan suatu kelainan kongenital tertentu dari sistem reproduksi pria.
Jumlah spermatozoa/ml
Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi pegangan untuk dikatakan cukup, kurang ataupun
berlebih adalah 20 juta/ml. Istilah yang dipakai adalah sbb :
0 Juta/ml disebut Azoospermia
0 - 5 juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas yang normal.
Bila sperma immotil > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)
Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila ≥ 50% spermatozoa
mempunyai morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan
ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut
teratozoospermia.
Dengan pegangan ketiga parameter pokok tersebut di atas, maka didapat kesan atau
“diagnosis” spermatologis dalam istilah-istilah sbb :
Oligozoospermia
Extrimoligozoospermia
Astenozoospermia< Ekstrimoligoastenozoospermia Oligoastenozoospermia
Oligoastenoteratozoospermia Astenoteratozoospermia Poliastenozoospermia Azoospermia
Parameter sperma yang lainnya juga mempunyai nilai informatif untuk penilaian fungsi
kelenjar Seks asesori pria, sehingga perlu dicantumkan dalam spermiogram. Parameter-
parameter tersebut adalah : 1. Volume : Umumnya 2 – 4 ml. 2. Warna : Lazimnya putih
keabuan agak keruh, atau sedikit kekuningan. 3. Bau : Khas spesifik sperma, atau “langu” 4.
pH : 7.2 – 7.7 5. Koagulum : Normal terdapat sesaat setelah sperma diejakulasi dan tidak
tampak lagi setelah 20 menit, oleh karena proses likwefaksi telah selesai. Bila proses likuefaksi
belum selesai/sempurna dalam waktu 20 menit, kita sebut waktu likuefaksi memanjang. 6.
Viskositas : - Normal : waktu tetesan 1 – 2 detik 7. Aqlutinasi : - Normal : tidak terdapat
aqlutinasi sejati. 8. Lekosit : - sebagai batasan, sperma normal tidak mengandung lekosit lebih
dari satu juta/ml. Sperma yang mengandung lebih dari 1 juta lekosit per ml disebut sebagai
sperma yang mengalami pencemaran.
Faktor – faktor Kebiasaan buruk dan kerusakan sperma – dr. Dicky
270 Replies
Berbagai masalah pada sistem reproduksi pria terutama produksi sperma yang berkualitas dan kuantitas
yang cukup, ternyata dapat di timbulkan oleh beberapa kebiasaan buruk yang mungkin saja dilakukan oleh
seorang pria. Kebiasaan buruk yang mengancam kesehatan sperma tersebut antara lain :
Testis sebagai pabrik sperma ternyata sangat peka akan terjadinya peningkatan suhu disana. Kebiasaan
berendam air hangat/panas secara teratur dalam waktu yang cukup lama, dapat berakibat buruk pada
produksi sperma.
2. Memangku laptop
Panas yang di pancarkan lewat laptop yang sedang dipangku juga mengancam kesehatan sperma.
Biasanya kebiasaan ini tidak disadari berlangsung dalam waktu yang cukup lama karena saking asyiknya
berselancar dengan laptop yang terpangku.
3. Kurang istirahat
Kurang istirahat juga dapat mengancam kesehatan tubuh secara keseluruhan, demikian juga dengan
kesehatan sperma. Kelelahan kronis dan stres yang berkepanjangan dapat memacu kenaikan kadar
hormon kortisol dan ini berdampak buruk pada produksi sperma.
Kebiasaan olah raga ternyata mampu meningkatkan kerja darai berbagai sistem di tubuh kita termasuk
sistem hormon reproduksi. Sehingga diharapkan olahraga ringan seperti jalan kaki 30 menit selama 5 kali
seminggu dapat memperbaiki hormon reproduksi yang kurang optimal
Kalau yang ini jelas sekali dampak buruknya bagi tubuh, termasuk juga mengancam kesehatan reproduksi
pria. Keseimbangan hormon akan terganggu. Bila sampai menyebabkan gangguan fungsi hati juga bisa
berakibat ke fungsi reproduksi.
6. Merokok
Kebiasaan merokok dalam jumlah yang cukup besar dapat merusak kualitas sperma terutama gerakan
lincah sperma akan terganggu.