Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

INTEGRASI SISTEM RAGAWI


ACARA 5 : FISIOLOGI I
(Sistem Saraf Otot dan Sistem Sirkulasi)

NAMA : Khilmi Fuadah


NIM LENGKAP : 20/464456/SV/18775

PRODI DIPLOMA IV TEKNOLOGI VETERINER


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN
VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
ACARA 5 : FISIOLOGI 1

Lengkapi gambar, keterangan, dan jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar.

No. Gambar Keterangan


1. (Gambarkan sel syaraf dan beri Mescher A.L (2013) dalam buku Junqueira’s Basic
keterangan serta fungsi setiap Histology: Text and Atlas 13th Edition, menyebutkan
bagiannya) bahwa: Unit fungsional baik dalam SSP maupun
SST adalah neuron atau sel saraf. Kebanyakan
neuron terdiri atas tiga bagian yaitu badan sel
(perikarion), dendrit, dan axon.
1. Badan Sel (Perikarion)
Badan sel, atau perikarion, adalah bagian neuron
yang mengandung inti dan sitoplasma di
sekelilingnya, Badan sel, atau perikarion, merupakan
pusat trofik atau sintesis untuk keseluruhan neuron.
Gambar 1 : Neuron (Sel Saraf) Badan sel dapat diibaratkan sebagai mesin yang
bertanggungjawab atas kehidupan sel yang berperan
dalam sintesis protein. Fungsi badan sel adalah untuk
menerima impuls (rangsangan) dari dendrit dan
meneruskannya ke neurit (akson). Badan sel terdiri
atas : nucleus, sitoplasma, neurofibril dan membran
sel.
a. Nukleus
Merupakan inti dari badan sel yang mengandung
kromosom.
b. Sitoplasma
Merupakan cairan bening seperti jelly, dan terdiri
dari beberapa organ yaitu mitokondria, apparatus
golgi, REK (Retikulum Endoplasma Kasar), dan
ribosom yang berperan dalam proses sintesis protein.
c. Neurofibril
Terdiri dari neurofilamen dan neurotubulus.
d. Membran sel
Berfungsi untuk menyelubungi neuron dan terdiri
dari dua lapis molekul lemak (lipid) dan membrane
semipermiabel yang digunakan untuk menyeleksi
substansi yang boleh keluar atau masuk.
2. Dendrit
Dendrit, merupakan prosessus panjang yang
dikhususkan untuk menerima stimulus dari
lingkungan, sel-sel epitel sensorik, atau dari neuron
lain di situs yang disebut sinapsis. Dendrit (Yun.
dendron, pohon) umumnya pendek dan bercabang-
cabang mirip pohon. Dendrit sering di selubungi oleh
banyak sinaps dan merupakan tempat penerimaan
sinyal dan pemrosesan utama di neuron. Kebanyakan
sel saraf memiliki banyak dendrit, yang sangat
memperluas daerah penerimaan sel. Percabangan
dendrit memungkinkan sebuah neuron untuk
menerima dan mengintegrasi sejumlah besar ujung
akson dari sel saraf lain.
3. Akson
Akson merupakan suatu prosessus tunggal (lebih
panjang dari dendrit) yang dikhususkan untuk
menciptakan atau menghantarkan impuls saraf ke
sel-sel lain (sel saraf, sel otot, dan sel kelenjar).
Akson dapat juga menerima informasi dari neuron
lain; informasi ini terutama memodifikasi transmisi
potensial aksi ke neuron tersebut.
Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus
oleh lapisan Schwan. Akson besar memiliki lapisan
dalam yang disebut mielin, yang merupakan suatu
kompleks lipoprotein yang dibentuk membrane
plasma sel-sel schwan.
Bagian bagian akson :
a. Mielin berfungsi sebagai isolator listrik dan
mempercepat hantaran impuls saraf.
b. Axon Hillock, bagian berbentuk kerucut
pada pertemuan axon dan soma sel
c. Nodes of Ranvier, merupakan bagian axon
yang tidak diselubungi myelin dan tertanam
pada sitoplasma sel schwan (Mescher A.L,
2013).

2. (Jelaskan alat dan bahan (+fungsi) Alat dan Bahan :


serta cara kerja dan interpretasi 1. Hewan coba : Dua ekor katak kodok sawah
pada pengujian syaraf dan otot pada (Fejervarya canrivora) sebagai objek yang akan
katak secara lengkap) diteliti dengan dirusak sarafnya.
2. Sonde (jarum penusuk) otak katak
Merupakan jarum yang digunakan untuk menusuk
serta mengorek bagian spinal katak.
3. Papan katak
Sebagai alas yang digunakan untuk membedah katak
4. Beberapa buah jarum pentul digunakan untuk
menusuk kulit katak yang akan di sayat.
5. Dissecting set dan gunting
Digunakan untuk memotong jaringan atau bagian
pada katak yang diamati.
6. Larutan garam faali :NaCl 0,65% atau larutan
Ringer, merupakan sumber elektrolit untuk katak
agar katak tidak dehidrasi selama proses pengamatan
atau pembedahan.
7. Gelas arloji atau cawan petri digunakan sebagai
wdah katak saat dilakukan pembedahan.
8. Pinset Galvanis digunakan untuk menahan katak
agar tidak melompat selama praktikum, juga untuk
menjepit jaringan ada katak yang diamati.
10. Kristal garam dapur atau gliserin untuk pengawet
11. Cuka glasial untuk pengencer atau pencampur
bahan kimia
12. Gelas pengaduk sebagai pencampur bahan kimia
13. Korek api untuk membakar bahan kimia.

Cara Kerja :
A. Mematikan Katak untuk dilakukan percoban
1. Pegang katak dengan cara memegang kepala katak
dengan menempatkan kepala katak diantara telunjuk
dan jari tengah, fiksir katak dengan ketiga jari
lainnya. Kemudian kepala katak dibengkokkan.
2. Pada bagian kepala katak tusuk otak katak dengan
sonde atau jarum penusuk yang tajam pada foramen
oksipitalenya (pada sudut medial antara garis tulang
kepala dengan garis tulang punggung)
3. Masukan sonde ke ruang tengkorak, putar kekiri
dan kekanan ke atas dan ke bawah.
4. Amati mata hewan percobaan, bila setengah
menutup dan tidak ada reaksi lagi terhadap sentuhan,
maka hentikanlah pengrusakan.
5. Langkah selanjutnya adalah merusak sumsum
punggungnya dengan menusukkan sonde ke arah
belakang ke dalam kanalis vetebralis.
6. Pastikan bahwa sonde masuk kedalam rongga
sumsum tulang punggung tersebut. Tusukkan
sedalam mungkin. Perhatikan kaki katak yang
bereaksi sewaktu sonde ditusukan sebagai tanda
medula spinalis tertusuk.
7. Lepaskan sonde, kaki-kaki katak menjadi lemas.
B. Membuka preparat syaraf otot
Membuat sediaan otot saraf (atau disebut juga
preparat saraf otot)
1. Letakan katak yang telah dimatikan pada cara
kerja pertama, di atas papan katak.
2. Buka kulit dan otot perut.
3. Hilangkan bagian jeroan.
4. Perhatikan keluarnya n. ischiadicus dari susum
tulang belakang.
5. Amati masing-masing n. ischiadicus.
6. Potong n. ischiadicus pada bagian cranial.
7.Badan katak dibalikkan.
8. Tulang ekor diangkat tinggi-tinggi, lalu di potong
ke arah cranial sejauh mungkin.
9. Perhatikan n. ischiadicus ke atas sambil
menggunting otot-otot disebelah atasnya.
10. Sayat fasia antara m. Biceps femoris dengan m.
Semimembranosus, tampaklah n. ischiadicus dan a.
Femoralis setelah kedua otot tadi dikuakkan.
11. Potong paha di atas seperempat bagian bawah (n.
Ischiadicus jangan terpotong)
12. Lepaskan m. gastrocnemius dari tulangnya
(buang tulangnya).
13. Potong tendo achilles maka akan didapatkan
preparat otot saraf yang terdiri dari :
a. Sepertiga bagian bawah paha
b. n. ischiadicus
c. m. gastrocnemius
C. Percobaan Rangsangan pada Sediaan Otot Saraf
1. Rangsangan mekanis
a. Pijitlah pangkal n. ischiadicus dengan batang
korek api atau gelas pengaduk.
2. Rangsangan Galvanis.
a. Tempelkan kaki-kaki pinset Galvanis pada saraf.
Saraf harus di basahi oleh larutan garam faali.
b. Coba tempelkan satu kaki pinset pada saraf, kaki
satunya pada medium garam
faali.
c. Sekarang tempelkan kaki-kaki pinset pada
mediumnya saja sementara saraf
berada pada diantaranya.
d. Perhatikan pada saat satu kaki diangkat dari
medium dan pada saat ditempelkan
pada medium. Apakah terjadi kontraksi otot?
3. Rangsangan osmotis.
a. Dengan kertas atau gelas pengaduk tempelkan
sejumlah kecil serbuk garam
dapur pada pangkal saraf.
b. Tunggu beberapa menit, perhatikan sifat
kontraksi.
c. Jika tidak ada garam dapur bisa menggunakan
gliserin.
4. Rangsangan kimiawi.
a. Celupkan sepotong kertas atau kapas ke dalam
cuka glasial dan tempelkan pada
pangkal saraf.
5. Rangsangan panas.
a. Nyalakan sebatang korek api, padamkan lalu
segera tempelkan pada pangkal
saraf.
b. Atau rendamlah gelas pengaduk dalam air
mendidih. Hati-hati angkat dan
tempelkan pada pangkal saraf.
6. Rangsangan Faradis.
a. Rangsanglah saraf dengan rangsangan tunggal
dengan elektroda dari suatu stimulator. Atur
kekuatan rangsangannya (voltasenya).
Perbandingan dengan literatur lainnya pada literature
Anggraeni, S. “Pengaruh Pemberian Larutan Asam
Cuka Pekat dan Pemberian Variasi Voltase Listrik
Terhadap Gerak Refleks Kodok”. Jurnal Fisiologi
Hewan. 2017 1 (1) : 1-5. Disebutkan bahwa
penelitian respon saraf pada katak dengan pemberian
larutan asam cuka pekat tata caranya sama dengan
praktikum. Pada percobaan pengaruh variasi voltase
listrik juga memiliki prosedur atau cara kerja yang
sama. Dari kedua sumber baik praktikum ataupun
jurnal dapat ditarik kesimpulan bahwa, Gerak reflex
adalah gerak spontan yang tidak melibatkan kerja
otak. Gerak ini terjadi di bawah kesadaran. Reflek
sendiri sebenarnya dalah suaru respon atau
tanggapan terhadap suatu rangsangan.

3. (Carilah literatur gambar komponen Darah tersusun dari beberapa komponen, yaitu
darah dan jelaskan fungsi masing- komponen cair (plasma darah) sebanyak (55%) dan
masing komponennya) komponen padatan (sel darah) berjumlah (45%).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua
bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah
terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah
satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima
liter. (Evelyn C. Pearce, 2006)
Plasma darah merupakan komponen 55% 1. Plasma Darah
darah Plasma merupakan komponen darah non seluller
yang berupa cairan, plasma membentuk sekitar 55%
bagian dari darah. Plasma mengandung berbagai
macam molekul makro dan mikro baik yang bersifat
larut dalan air (hidrofilik) maupun yang tidak larut
dalam air (Hidrofobik), berupa organic maupun non
organik dan atom – atom atau ion. Plasma darah
mengandung sekitar 90% air dan berbagai macam
Eritrosit zat terlarut di dalamnya (Nugraha, 2015).
Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi
penting adalah serum. Serum merupakan plasma
darah yang dikeluarkan atau dipisahkan
fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam
sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan
mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi
untuk menghancurkan protein asing yang masuk ke
dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam
tubuh disebut antigen. Berdasarkan cara kerjanya,
antibodi dalam plasma darah dapat dibedakan
sebagai berikut:
Neutrofil
Aglutinin : menggumpalkan antigen
Presipitin : mengendapkan antigen
Antitoksin : menetralkan racun
Lisin : menguraikan antigen
Plasma darah mengandung sejumlah protein plasma,
di antaranya yang terpenting yaitu :
a. Albumin
Limfosit
Merupakan protein yang membeantuk lebih dari
50 % protein plasma, (Indriasari, 2009). Albumin
merupakan protein terbanyak dalam plasma yang
berperan dalam proses penyembuhan penyakit atau
pemulihan setelah tindakan pembedahan. Albumuin
berperan dalam mempertahankan tekanan osmotic
koloid darah.
b. Globulin
Merupakan protein yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam garam. Protein ini banyak ditemukan
Monosit
sebagai antibodi (γ-globulin) yang disebut
imunnoglobin.Selain ditemukan sebagai antibodi,
protein ini juga ditemukan sebagai carrier untuk
transportasi lipid, hormone, dan zat lain dalam darah
(ɑ- dan β-globulin). Protein ini membentuk 30%
plasma darah.
c. Fibrinogen
Merupakan protein yang diproduksi secara alami di
dalam plasma darah dan berperan dalam proses
pembekuan darah.
Ada beberapa fungsi dari protein plasma, antara lain
(Desmawati, 2013) :
1) Menghambat pengeluaran berlebihan plasma dari
kapiler ke dalam cairan intertisium dan dengan
demikian membantu mempertahankan volume
plasma.
Eusinofil
2) Menyangga perubahan pH darah.
3) Menentukan viskositas darah.
4) Menghasilkan energi bagi sel.

2. Eritrosit (Red Boold Cell)


Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis sel
darah yang memiliki fungsi utama yang relatif
sederhana. Yang terdiri atas fungsi menyampaikan
oksigen kepada jaringan dan membantu
mengeluarkan CO2 serta proton yang terbentuk oleh
metabolisme jaringan. Sel darah merah berbentuk
Basofil cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,6
mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian
tengahnya 1 mikron atau kurang. Bentuk bikonkaf
akan meningkatkan sel darah merah terhadap
volumenya, sehingga memperlancar pertukaran gas
dan. Eritrosit tersusun atas membran yang sangat
tipis dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel
(Desmawati, 2013).
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang dalam waktu 7
hari. Rerata usianya adalah 120 hari, setelah 120 hari
eritrosit akan dihancurkan di hati dan limpa. Proses
penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan
(senescene) dan proses patologis atau hemolisis.
Hemolisis inilah yang nantinya akan menyebabkan
terurainya komponen hemoglobin yaitu heme (Fe)
dan protein (globin). Hemoglobin (Hb) merupakan
komponen terpenting dalam eritrosit. Hemoglobin
merupakan pigmen merah yang membawa oksigen
dalam eritrosit, haemoglobin berbentuk bulat dan
terdiri dari 4 subunit setiap sub unit terdiri atas heme
(zat besi, Fe) yang berkonjugasi dengan satu
polipeptida yang secara kolektif disebut globin
(protein). Hemoglobin berfungsi mengikat dan
membawa O2 dari paru ke jaringan serta mengikat
dan membawa CO2 dari jaringan ke paru.
Hemoglobin mengikat O2 membentuk
oksihemoglobin. Bentuk haemoglobin ditentukan
oleh sitoskeletal (Kosasih E.N dan Kosasih A.S,
2008).
3. Leukosit (White Boold Cell)
Leukosit atau sel darah putih mempunyai peranan
penting, leukosit menyediakan pertahanan yang
cepat dan kuat terhadap setiap infeksi yang mungkin
terjadi. Leukosit disebut juga sel darah putih, sel ini
memiliki inti tetapi tidak memiliki bentuk sel yang
tetap dan tidak berwarna. Mempunyai granula
spesifik (granulosit), inti bentuk bulat seperti ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit agranuler :
a. limfosit (25 – 40% dari total leukosit)
Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak
setelah neutrofil.Limfosit merupakan sel berinti
bulat. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas
limfosit B dan limfosit T. Limfosit B matang pada
sumsum tulang sedangkan limfosit T matang dalam
thymus. Limfosit B memerankan peran penting pada
imunitas humoral Fungsi utama sel B adalah untuk
membuat antibodi melawan antigen. Limfosit T
memerankan peran penting dalam imunitas seluler.
(Farieh, 2008)
b. monosit (2 – 8% dari total leukosit)
Monosit memiliki dua fungsi yang pertama sebagai
fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan
bakteri) yang kedua berperan dalam reaksi imun.
Monosit dihasilkan dalam sumsum tulang. Monosit
merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling
besar yaitu sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk
seperti ginjal atau biji kacang, sitoplasma tidak
mengandung granula dengan masa hidup 20-40 jam
dalam sirkulasi.
Terdapat tiga jenis leukosit granuler:
a. neutrofil ( 50 – 70%)
Merupakan sel pemakan yang bentuknya berubah –
ubah seperti amoeba. Berfungsi untuk menghentikan
inflamasi dengan cara memakan bakteri (fagositosi)
dan makrofag jaringan. Neutrofil bersifat aktif dan
bekerja tanpa oksigen. Neutrofil yang sudah mati
akan membntuk nanah. Neutrofil adalah jenis sel
leukosit yang paling banyak yaitu sekitar 50-70%
diantara sel leukosit yang lain. Ada dua macam
netrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan neutrofil
segmen (polimorfonuklear).
b. basofil, (Kurang dari 1%)
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit
jumlahnya yaitu kira-kira kurang dari 1% dari
jumlah keseluruhan leukosit. Basofil memiliki
granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan
seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna
kebiruan disebabkan karena banyaknya granula yang
berisi histamin. Basofil berperan dalam reaksi
hipersensitifitas atau anafilatik yaitu reaksi alergi
yang berhubungan dengan imunoglobulin E (IgE)
(Kiswari,2014).
c. asidofil atau eosinofil (1 – 4%)
Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6% dari
keseluruhan jumlah leukosit. Berfungsi sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen yang dikeluarkan oleh parasit. Masa hidup
eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12
jam (Kiswari, 2014).
4. Trombosit (Keping darah)
Trombosit atau bisa juga disebut Platelet adalah
fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti
dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang
berukuran 2-4 um, berbentuk cakram bikonkaf.
Setelah keluar sumsum tulang, sekitar 20-30%
trombosit mengalami sekuestrasi di limpa
(Wulandari dan Zulaikah, 2012). Jumlah trombosit
adalah 150.000-450.000 sel/mm3darah. Masa
hidupnya 8-10 hari, setelah itu keping darah akan
dibawa ke limpa untuk dihancurkan. Sisa-sisa sel
tersebut akan dimakan oleh makrofag. Fungsi utama
trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis
selama respon hemostatik normal terhadap luka
vaskuler. Trombosit juga penting untuk
mempertahankan jaringan apabila terjadi luka.
4. (Gambarkan skema mekanisme Mekanisme pembekuan darah berlangsung secara
pembekuan darah dan jelaskan) bertahap sedemikian rupa sehingga salah satu faktor
koagulasi diubah menjadi aktif diakhiri dengan
pembentukan fibrin (bekuan). Faktor koagulasi
darah adalah protein yang terdapat dalam plasma
darah. Proses pembekuan darah bertujuan untuk
mengatasi vascular injury sehingga tidak terjadi
pendarahan berlebihan. (Bakta, 2013)
1. Saat tubuh mengalami luka, maka trombosit
pecah dan mengeluarkan darah. Proses
trombokinase ini mengeluarkan protambin
yang mengandung Ca2+ dan Vitamin K.
(Trombosit berperan membantu metode
pembekuan darah, memperlambat dan
menghentikan pendarahan serta
menyembuhkan luka.)
2. Protombin berubah menjadi trombin yang
berangsur membekukan darah yang akan
membentuk helai fibrin atau benang fibrin.
Protein menjadi faktor koagulasi yang
membuat helai fibrin semakin kuat untuk
menutup area yang luka.
Atau secara sederhananya mekanisme pembekuan
darah dapat ditulis :
1. Terjadi luka
2. Darah keluar
3. Kemudian keping darah atau trombosit pecah
4. Lalu menghasilkan enzim trombokinase
5. Bersama ion dan vitamin K mengubah
protombin menjadi thrombin
6. Memengaruhi fibrinogen membentuk benang
benang fibrin
7. Darah yang membeku dibendung
8. Luka tertutup.
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan adalah
protein yang mana berguna untuk proses pembekuan
darah yang di produksi di hati. Faktor pembekuan
menurut Ronald A.Sacher (2012) yaitu :
Faktor I (fibrinogen) adalah suatu glikoprotein 340
kilodalton (kd) dan terdiri dari tiga pasang rantai
polipeptida.
Faktor II (prothrombin) adalah suatu glikoprotein
Zat ini berkaitan erat dengan faktor VII, IX, dan X
Bersama- sama membentuk faktor dependen vitamin
K
Faktor III (faktor jaringan atau tromboplastin
jaringan). Zat ini merupakan suatu glikoprotein
dengan berat molekul 44 kd yang berikatan erat
dengan fosfolipid.
Faktor IV atau kalsium terionisasi, penting untuk
pengaktifan faktor IX, faktor X untuk konversi
prothrombin menjadi thrombin oleh Xa, dan untuk
polimerisasi monomer fibrin.
Faktor V juga merupakan ko-faktor penting pada
kemampuan protein C aktif (activated protein C,
(APC) untuk berfungsi sebagai antikoagulan
fisiologik.
Istilah “faktor VI” tidak digunakan
Faktor VII adalah glikoprotein rantai tunggal dengan
berat molekul 50 kd. Faktor ini paling cepat menurun
setelah pemberian antagonis vitamin K seperti
antikoagulan oral
Faktor VIII (faktor antihemofilik) adalah suatu
molekul besar berat molekul 330 kd yang memiliki
beberapa fungsi fisiologik.
Faktor von Willebrand (vWF) adalah faktor yang
memperbaiki gangguan waktu perdarahan pada
penyakit von Willebrand.
5. (Jelaskan alat dan bahan (+fungsi) Alat dan Bahan :
serta cara kerja uji waktu pembekuan 1. Jarum Franke : merupakan jarum yang
darah dan bandingkan dengan digunakan sebagai alat pengambilan darah.
literatur) 2. Lanset : merupakan alat yang digunakan
untuk mengambil sampel darah yang keluar.
3. Kapas : berfungsi untuk mengusapkan
alkohol pada ujung jari.
4. Tusuk gigi : berfungsi untuk meratakan
sampel darah pada kaca benda guna
mengecek fibrin yang terbentuk.
5. Kaca benda : berfungsi sebagai tempat darah
diteteskan.
6. Alkohol 70% : bahan yang digunakan untuk
menyeterilkan area penusukan, sehingga
resiko infeksi bisa dikurangi.
Cara Kerja :
1. Menyiapkan jarum franke
2. Ujung jari ke- 3 dan ke- 4 dibersihkan dengan
menggunakan alcohol 70% dan ditusuk
dengan jarum franke, 2 tetes darah yang
pertama keluar dibuang.
3. Meneteskan darah pada kaca benda
4. Tiap 30 detik, darah ditarik-tarik dengan
menggunakan tusuk gigi hingga terbentuk
benang fibrin, waktu terbentuknya dicatat.
Perbandingan dengan literatur Koagulasi Darah serta
Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel darah Putih
Praktikum Fisiologi Hewan ITS, Miftahur Rohmah
2015 No. 1 : (1-3). Tata cara praktikum koagulasi
darah hamper sama, namun pada literature ini
disampaikan bahwa lokasi pengambilan darah
adalah lengan bagian sinister (kiri). Hal tersebut
karena lapisan epidermisnya lebih tipis dan aliran
darah pada lengan sebelah kiri lebih tinggi karena
letak jantung yang agak di sebelah kiri. Pada literatur
ini juga disebutkan bahwa tetesan darah yang
pertama dan kedua dibuang atau tidak digunakan.
Hal tersebut karena darah yang keluar pertama kali
ini merupakan plasma darah yang 90% nya terdiri
dari air, sehingga di khawatirkan jika menggunakan
darah yang pertama kali keluar akan sulit membeku.
Disini juga disebutkan bahwa untuk menghitung
lama waktu pengukuran adalah dengan
menggunakan stopwatch tetapi pada video
praktikum tidak disebutkan, hanya disebutkan
bahwa tiap 30 detik sampel darah ditarik dengan
menggunakan tusuk gigi.
Pada literatur lain yaitu Uliyanti, dan Henry
Larashanty. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi
Alkohol 70%, Inframerah, Autoklaf dan Ozon
terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis.
Jurnal Sain Vet. Vol. 25 No. 1 Th. 2007. Yogyakarta
(2007). Disebutkan bahwa penggunaan 70% alkohol
untuk mensterilkan jari digunakan agar darah yang
yang diperoleh tidak terkontaminasi, karena alcohol
dengan konsentrasi 70% efektif memecah protein
yang ada dalam mikroorganisme.
Pada literature lain juga disebutkan bahwa alat yang
digunakan untuk menempatkan sampel darah bisa
menggunakan gelas arloji berlapis paraffin dan juga
pipa kapiler untuk mengalirkan darah, sedangkan
pada praktikum hanya ditunjukkan dengan
menggunakan kaca benda sebagai alat yang
digunakan untuk menampung darah.
6. Jelaskan alat dan bahan (+fungsi) Pengukuran Tekanan Darah Pada Manusia dengan
serta cara kerja pengukuran tekanan Sphygmomanomer Digital
darah dan bandingkan dengan Alat dan Bahan
literatur 1. Sphygmomanomer Digital yang digunakan
sebagai alat pengukur tekanan darah.
2. Manset merupakan benda yang dililitkan di
lengan probandus dan dihubungkan dengan
selang yang akan di tanvapkan pada
Sphygmomanomer digital.
3. Probandus, sebagai objek yang digunakan
untuk diukur tekanan darahnya (praktikan itu
sendiri maupun orang lain).
Cara Kerja :
1. Persiapan alat yaitu sphygmomanomer
digital dan manset.
2. Langkah awal yang dilakukan adalah
memasukkan colokan manset kedalam
lubang sphygmomanomer digital.
3. Manset ditempatkan di lengan sinister (kiri)
probandus (manusia), dengan memastikan
bahwa arah anak panah yang berada di
manset mengarah ke bawah dan ditempatkan
tepat di bagian tengah siku.
4. Jika sudah tepat manset dililitkan di lengan
kiri probandus, dengan syarat tidak terlalu
longgar dan juga tidak terlalu rapat atau harus
pas dan tepat.
5. Menekan tombol start pada
sphygmomanomer digital untuk memulai
pengukuran
6. Selama pengukuran berlangsung manset
akan mengembang dengan sendirinya hingga
pengukuran selesai.
7. Hasil pengukuran tekanan darah akan
muncul pada layar sphygmomanometer
digital. Tulisan DYS menunjukkan tekanan
diastole, SYS menunjukkan pengukuran
tekanan systole, dan Pulse menunjukkan
jumlah denyutan jantung selama satu menit
8. Untuk memulai kembali pengukuran tekan
tombol stop.

Pengukuran Tekanan Darah Pada Manusia dengan


Sphygmomanomer Manual

Alat dan Bahan :


1. Sphygmomanomer Manual (merkuri) yang
digunakan untuk mengukur tekanan aliran
darah.
2. Manset merupakan alat yang dililitkan di
lengan probandus dan nantinya akan
mengembang ketika pengukuran.
3. Stetoskop digunakan untuk mendengarkan
bunyi denyutan pada manset ketika
pengukuran tekanan darah.
4. Probandus, sebagai objek yang digunakan
untuk diukur tekanan darahnya (praktikan itu
sendiri maupun orang lain).
Cara Kerja :
1. Untuk menghidupkan alat, arahkan huruf ON
dengan cara menggeser tombol ON/OFF ke
arah kiri.
2. Proses pengukuran diawali dengan
menentukan Arteri brachialis pada lengan
kiri probandus.
3. Setelah itu lilitkan manset di lengan
probandus dan tempatkan stetoskop di atas
Arteri brachialis tepat dibawah tepi manset
untuk mendengar denyutannya.

4. Manset kemudian dipompa sampai


mengembang dan ketinggian air raksa
menunjukkan 170 mmHg.

5. Turunkan tekanan udara pada manset secara


perlahan sambil dengarkan dengan stetoskop.
Suara detak pertama adalah tekanan sistol
dan saat detak hilang adalah tekanan diastole.

Pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh


beberapa faktor. Disini akan dilakukan percobaan :
1. Pengukuran tekanan darah dengan kondisi
terlentang (mengukur tekanan darah dengan
sphygmomanometer ketika kondisi
probandus sedang berbaring atau terlentang,
menentukan tekanan diastole, sistol dan
pulse atau denyut jantung).
2. Pengukuran tekanan darah dengan posisi
tegak. (mengukur tekanan darah dengan
sphygmomanometer ketika kondisi
probandus sedang dalam posisi tegak,
menentukan tekanan diastole, sistol dan
pulse atau denyut jantung).
3. Pengukuran tekanan darah setelah
melakukan aktivitas (olahraga).
Hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan aktivitas berlari selama 5 menit.
Setelah berlari selama 5 menit probandus
diukur tekanan darahnya dengan
sphygmomanometer dan menentukan
tekanan sistol, diastole dan pulse atau denyut
jantung).
4. Pengukuran tekanan darah pada suhu dingin
Hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengoles es batu di bagian lengan kiri
probandus. Kemudian melakukan
pengukuran tekanan darah setelah diberi
perlakuan suhu dingin dengan
sphygmomanometer dan menentukan
tekanan sistol, diastole dan pulse atau denyut
jantung).
Perbandingan dengan literatur lain :
Berdasarkan literature dari Amirudin, MA et. all.
“Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara
Posisi Duduk dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa
Semester VII (Tujuh) Fakultas Kedokteran
Universitas SAM Ratulangi”. Jurnal e-Biomedik
(eBm). 2015. 3(1) : 125-130. Dapat dibandingkan
bahwa prosedur praktikum dan alat yang digunakan
adalah sama yaitu Sphygmomanometer sebagai alat
pengukuran tekanan darah dan juga stetoskop untuk
mendeteksi denyutan. Yang menbedakan disini
adalah pada jurnal tersebut selain berdasarkan
pengelompokan posisi tubuh, pengukuran tekanan
darah juga dikelompokkan berdasarkan usia.
Disebutkan bahwa usia juga merupakan salah satu
factor yang mempengaruhi tekanan darah.Dapat
disimpulkan baik dalam praktikum dan dalam jurnal
bahwa posisi tubuh seseorang mempengaruhi
tekanan darah seseorang. Pada posisi duduk
didapatkan hasil pengukuran tekanan darah terendah
yaitu pada saat posisi duduk.
Berdasarkan literatur kedua yaitu Sari, MK et. all.
“Hubungan Lingkar Abdomen dengan Tekanan
Darah”. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016 5(2) : 456-
458. Prosedur pengukuran dan juga alat yang
digunakan sudah sama, yang membedakan disini
adalah variable penelitian. Pada jurnal ini variabel
penelitian yang digunakan adalah ukuran lingkar
abdomen atau lingkar perut. Dalam jurnal ini
disebutkan bahwa ukuran lingkar abdomen juga
mempengaruhi jumlah tekanan darah. Semakin
meningkat ukuran lingkar abdomen maka resiko
peningkatan darah akan meningkat.

7 Carilah literatur mengenai uji waktu Berdasarkan literatur Wulansari, R. Suwono, W.


pembekuan darah dan jelaskan efek “Perbedaan Nilai Masa Pembekuan Darah (Clotting
jika waktu pembekuan kurang/lebih Time) dengan Menggunakan Tabung Kaca dan
dari waktu normal pembekuan. Tabung Plastik Metode Lee and White”. Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa. 2019 1(1) : 1-3. Pada
jurnal tersebut disebutkan bahwa masa pembekuan
darah adalah waktu yang diperlukan untuk
mengukur lamanya darah membeku. Nilai normal
masa pembekuan darah adalah 2-6 menit.
Jika lama waktu pembekuan darah pada seseorang
melebihi waktu tersebut atau lebih dari 2-6 menit
maka kondisi yang akan terjadi adalah kondisi
hemofilia, hemofilia merupakan kondisi gangguan
pembekuan darah dimana ketika seseorang
mengalami perdarahan, maka sulit untuk
menghentikan perdarahan tersebut. Berdasarkan
literatur Yantie, VK. Ariawati K. “Inhibitor pada
Hemofilia”. Jurnal Ilmiah Kedokteran (Medicina).
2012. 43(1): 31-36. Disebutkan bahwa Hemofilia
adalah penyakit perdarahan akibat kelainan faal
koagulasi yang bersifat herediter dan diturunkan
secara X-linked recessive sehingga hanya
bermanifestasi pada laki-laki, sedangkan wanita
hanya menjadi karier atau pembawa sifat penyakit
ini. Dikenal tiga tipe hemofilia yaitu hemofilia A, B,
dan C yang secara klinis ketiganya tidak dapat
dibedakan. Hemofilia terjadi oleh karena adanya
defisiensi atau gangguan fungsi salah satu faktor
pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A serta
kelainan faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI
pada hemofilia C.
Jika lama waktu pembekuan darah lebih cepat dari
waktu normal, maka yang akan terjadi asalah kondisi
trombofilia, Trombofilia merupakan salah satu
penyakit kelainan pada darah dimana darah tersebut
lebih cepat membeku dari waktu normal pembekuan
darah. Trombofolia juga disebut sebagai
hiperkoagulasi, hiperkoagulasi sendiri merupakan
sindrom kekentalan darah dimana sangat mudah
sekali terjadi penggumpalan darah. Faktor V adalah
salah satu faktor protein yang bertanggung jawab
untuk pembekuan. Bagi orang yang memiliki
kelainan genetika ini, tubuh mereka tidak dapat
“mematikan” protein faktor V sehingga
menyebabkan pembekuan darah yang berlebihan.
Hemofilia diturunkan disebabkan oleh adanya
mutasi genetik yang diturunkan dari kedua orang tua.
Mutasi genetik tersebut diduga menyebabkan
abnormalitas produksi senyawa kimia seperti di
bawah ini:
a. Faktor V Leiden: merupakan tipe trombofilia
diturunkan yang paling sering, dimana
jumlah faktor V Leiden meningkat.
b. Protrombin: merupakan protein yang
membantu proses pembekuan darah. Pada
trombofilia, produksi prothrombin
bertambah banyak
c. Protein C, protein S, dan antithrombin:
merupakan senyawa alami yang mencegah
pembekuan darah. Produksinya menurun
pada trombofilia sehingga tidak ada yang
membatasi proses pembekuan daraah
(Agustianingsih, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, MA et. all. “Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Duduk
dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester VII (Tujuh) Fakultas Kedokteran
Universitas SAM Ratulangi”. Jurnal e-Biomedik (eBm). 2015. 3(1) : 125-130.

Anggraeni, S. “Pengaruh Pemberian Larutan Asam Cuka Pekat dan Pemberian Variasi
Voltase Listrik Terhadap Gerak Refleks Kodok”. Jurnal Fisiologi Hewan. 2017 1 (1) :
1-5.

Koagulasi Darah serta Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel darah Putih Praktikum
Fisiologi Hewan ITS, Miftahur Rohmah 2015 No. 1 : (1-3).

Mescher A.L (2013) Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas 13th Edition Alih
bahasa Gramedia Jakarta.

Sari, MK et. all. “Hubungan Lingkar Abdomen dengan Tekanan Darah”. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2016 5(2) : 456-458.

Uliyanti, dan Henry Larashanty. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol 70%,


Inframerah, Autoklaf dan Ozon terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis. Jurnal
Sain Vet. Vol. 25 No. 1 Th. 2007. Yogyakarta (2007).

Anda mungkin juga menyukai