Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ZOOTEKNIK

ACARA I

TLTH DAN TPH PADA REPTIL ( ULAR, IGUANA DAN KURA-KURA)

Disusun Oleh :

Nama : Khilmi Fuadah

NIM : 20/464456/SV/18775

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI VETERINER

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
Laporan Praktikum Zooteknik

Acara 1

TLTH & TPH pada Reptil (Iguana, Kura-Kura dan Ular)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui behavior dan hal- hal yang harus diwaspadai dari setiap
hewan
2. Mengetahui teknik handling dan restrain pada hewan reptil dengan
baik dan benar
3. Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk restrain serta cara
penggunaannya
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Handling dan contohnya

Handling merupakan cara penanganan hewan sebelum diperiksa dengan cara


menghalangi gerak aksi dari hewan secara fisik, tanpa alat bantu apapun dan
bertujuan untuk membuat hewan merasa tidak terancam dan merasa nyaman agar
tidak melukai operator ataupun hewan itu sendiri. (Lane, 2004).

Contoh Handling :

Handling pada kucing.

Kucing dengan kondisi yang tidak sehat dapat di Handling dengan cara sebagai
berikut :

1. Menjangkau kucing ke bawah dan memegang tengkuk dari leher


kucing.
2. Memegang atau menyangga kaki belakang kucing dengan tangan. Hal
ini biasanya dilakukan pada kucing dewasa karena kucing dewasa
biasanya tidak kooperatif.
3. Biasanya kucing yang berusia kurang dari satu tahun akan terkulai
lemas seperti pada saat mereka dibawa induknya. (Eldredge, 2008)

2. Pengertian Restraint dan contohnya

Restraint adalah upaya atau penanganan yang dilakukan untuk membatasi


aktivitas suatu hewan secara verbal, fisikal, dan atau famakologis supaya hewan
tersebut dicegah dari melukai diri serta yang berada di sekelilingnya, dengan
menggunakan alat Restraint.

Contoh Restraint pada kucing

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan Restraint pada kucing
adalah:

a. Menggunakan handuk untuk menutupi (menggulung) tubuh kucing.


Biasanya cara ini digunakan pada kucing yang sedang ketakutan dengan
cara sebagai berikut:
1. Menutup kucing dengan handuk atau kain selama satu atau dua
menit sampai kucing menjadi tenang.
2. Setelah itu, geser sisi handuk ke bagian bawah tubuh kucing dan
angkat kucing seperti sebuah bungkusan.
3. Metode ini juga dapat digunakan untuk kucing yang agresif, tetapi
pada kucing agresif perlu ditambahkan tali pengikat pada bagian atas
kepala atau leher kucing supaya kucing tidak memberontak ataupun
melukai dirinya sendiri dan orang disekitarnya (Eldredge, 2008).
b. Menggunakan Cat Restrain Bag.
c. Menggunakan penutup kepala kucing (Muzzles).
d. Menggunakan Cat Lasso (Lane, 2004)
3. Alat Restraint Ular, Kura- Kura dan Iguana beserta fungsinya

Alat Restraint Ular

a. Lifting Hook (Snake Hook)

Lifting Hook dapat digunakan untuk menggerakkan ular dengan jarak yang
pendek seperti memasukkan ular ke dalam Snack Sack. Alat ini bekerja
dengan cara mengait kepala ular atau bagian sepertiga pertama sampai
setengah dari panjang ular untuk mengambilnya. Pengait ular harus selalu
dimiringkan ke bawah dari pawang. Jika tidak ular bisa meluncur menuju
pawang. (C.B.Chastain, 2018).

Menempatkan ular dari


Snake Hook Ke karung

b. Pinning Hook

Pinning hook atau kait penjepit adalah tongkat berbentuk Y dengan pipa untuk
bantalan yang dapat digunakan untuk memperkenalkan keberadaan pawang dan
juga jika perlu, digunakan untuk menyematkan kepala ular. Kait penjepit harus
digunakan saat ular berada di permukaan yang empuk dengan tujuan mengurangi
risiko cedera pada ular. Kepala ular dapat dipindahkan dengan cara menekan karet
gelang tepat di belakang kepala lalu mendorong kepala ke bawah dan
menjebaknya hingga kepala dapat dipegang dengan tangan. Untuk ular yang
agresif mungkin diperlukan dua kait penjepit. Untuk memegang kepala ular dapat
dilakukan dengan menggenggam kepala ular diantara ibu jari dan tengah jari
dengan jari telunjuk di atas kepala dan pengaitnya dilepas (C.B.Chastain, 2018).

(Pinning Hook)

c. Shields and Squeeze box

Merupakan sebuah kotak dengan kaca plexiglass atau pelindung kawat dengan
pegangan dapat digunakan untuk menjepit ular sampai kepalanya dapat ditahan.
Kaca plexiglass berventilasi yang dipasang dengan benar atau tutup jarring kawat
pada kotak dapat digunakan untuk menahan pergerakan ular saat perisai turun ke
dalam kotak untuk menekannya dan untuk memberikan obat suntik atau
Chemichal Restraint. Bagian bawah Squeeze box harus empuk (C.B.Chastain,
2018).

d. Transparent, flexible tubes

Biasanya digunakan untuk Restraint ular kecil dan berbisa. Ular dimasukkan
kedalam suatu tabung untuk membatasi pergerakannya. Tabung harus cukup
besar untuk menampung bagian tubuh ular. Tabung bekerja paling baik untuk ular
berbisa karena bentuknya yang lebar, kepala segitiga. Ketika ular telah memasuki
satu-sepertiga dari jarak tabung, ular dan tabung itu digenggam untuk menjebak
ular (C.B.Chastain, 2018).
e. Capture Pole

Merupakan alat restrain ular berupa tiang penangkap yang dibuat dari tiang
kayu sepanjang 3 kaki atau 1m, sekrup dan kabel panjang. Salah satu ujung
kabel diikat atau dikaitkan ke ujung tiang. Ujung kabel yang lain dijalankan
dari skrup mata ysng ditempatkan 2,5 cm dari ujung tiang tempat ujung kabel
dipasang. Loop penangkap kemudian dibuat kembali antara ujung tetap dan
sekrup mata. Lingkaran dijatuhkan di sekitar leher ular dan loop ditutup di
leher dengan menarik kabelnya. Risiko melukai ular lebih besar daripada
dengan kail, tetapi jika tekanan lembut diterapkan dengan simpul dan
pengekangan pendek, tiang penangkap bisa aman dan efektif (C.B.Chastain,
2018).

f. Capture Tongs

Penjepit tangkap merupakan instrument logam bergagang panjang yang pada


ujungnya terdapat sebuah alat seperti penjepit, untuk menjepit leher ular. Sulit
untuk mengukur tekanan yang diberikan dengan penjepit, sehingga risiko
cedera ular bisa sangat besar. Penjepit bisa membuat ular meronta dan
menggigit dirinya sendiri. Penjepit tangkap seharusnya tidak menjadi satu-
satunya alat Restraint ular, tetapi penjepit dapat berguna untuk membantu
menangani dengan kail (C.B.Chastain, 2018).
Alat Restraint Kura-kura

a. Sebuah cangkir ditempatkan di atas kepala dapat digunakan sebagai


'moncong' darurat untuk prosedur diagnostik atau penanganan singkat
pada kura-kura (Christian Pollock, 2017).

b. Menempatkan mangkuk, atau bisa diganti dengan handuk gulung dan


ditempatkan di bawah cangkang bawah atau plastron, dapat mengangkat
keempat kaki kura-kura, sehingga kura-kura tetap berada di satu tempat
(Christian Pollock, 2017).

c. Spekulum oral digunakan untuk melakukan pemeriksaan mulut lengkap


(Christian Pollock, 2017).
Alat Restraint Iguana

a. Sarung tangan kulit dan jaket berlengan panjang harus digunakan jika
iguana memiliki cakar yang panjang (Judah V, 2016).

b. Handuk dapat digunakan sebagai tudung atau pembungkus untuk


membatasi gerak iguana saat dibutuhkan (Judah V, 2016).
c. Jerat dapat dibuat dari kabel tebal untuk menjerat iguana yang
menghindari penangkapan tangan dengan cepat. Jaring dapat digunakan
untuk menangkap kasus-kasus sulit (Judah V, 2016).
d. Seekor iguana ditahan untuk pengobatan oral melalui jarum gavage
stainless steel (Judah V, 2016).

4. Karakteristik Hewan
a. Ular ( Perbedaan Ular Venomous dan Non Venomous)
Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa (Venomous) dan ular tidak berbisa
(nonvenomous).

Ciri-ciri ular berbisa (Venomous) adalah bentuk kepala segitiga, dua gigi taring
besar di rahang atas, dan bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi
taring.Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring
tersebut terdapat saluran untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya
secara subkutan atau intramuskular. Ular berbisa memiliki pupil elips. Tubuhnya
biasanya memiliki warna mencolok (Hendra & Leni, 2017).

Ciri-ciri ular tidak berbisa (nonvenomous) adalah bentuk kepala segiempat


panjang, gigi taring kecil, dan bekas gigitan berupa luka halus berbentuk
lengkungan. Ular (nonvenomous) memiliki pupil bulat. Tubuhnya kebanyakan
memiliki pola dengan warna sederhana. (Hendra & Leni, 2017).

b. Iguana ( Perbedaan Jantan dan Betina)


Pada iguana hijau, jantan cenderung memiliki kepala besar dengan dewlaps besar,
sisik operkulum, dan duri punggung, semuanya dianggap sebagai karakteristik
yang terkait dengan jantan. Betina memiliki kepala yang lebih kecil dan dewlaps
yang lebih kecil (Dugan, 1982; Fitch dan Hen- derson, 1977).
Pori-pori femoralis yang besar dapat dengan mudah diamati pada banyak spesies
jantan dewasa. Sedangkan betina memiliki pori-pori femoralis yang lebih kecil
dibandingkan dengan jantan (Dellinger dan von Hegel, 1990).

Perbedaan lain datang dari keberadaan alat kelamin jantan yaitu hemipenes yang
terletak pada aspek ventral pangkal ekor ekor hingga lokasi lubang angin.
Tonjolan hemipenal dapat diamati pada jantan dewasa (Dugan, 1982; Fitch dan
Hen- derson, 1977).

c. Bagian – bagian Plastron dan Karapas kura-kura


1. Karapas adalah bagian punggung cembung (punggung) kura-kura, terdiri
dari tulang rusuk keras yang menyatu dengan tulang kulit. Perkembangan
tulang belakang dan tulang rusuk bersatu melalui proses osilasi
(pengerasan tulang) dengan lempeng dermal di belakang kulitnya
membentuk cangkang yang keras. Bagian luar kulit ditutupi oleh skut,
yaitu lempengan keras yang terbuat dari keratin. Ini membantu
melindungi karapas dari luka korosif dan tergores.
Karapas terbagi atas: Cervical, Costal, Nuchal, Marginal, Vertebral,
Pleural, Peripheral, Suprapygal, dan Pygal (White, A. & Georges, A,
1997).

2. Plastron adalah bagian bawah dari kura kura yang biasa kita sebut dengan
dada kura kura
Plastron terbagi atas: Gular, Intergular, Epiplastron, Entoplastron,
Hypoplstron, Xiphiplastron, Humeral, Pectoral, Abdominal, Femoral dan
Anal (White, A. & Georges, A, 1997).

Karapas (White, A. & Georges, A, 1997). Plastron (White, A. & Georges, A,


1997).

C. HASIL PRAKTIKUM

1. Ular

a. Handling dengan satu tangan

Handling ular dengan satu tangan bertujuan untuk membatasi gerak ular, agar ular
tetap berada di satu tempat yaitu tangan kita. Flower (2008) mengungkapkan
bahwa handling ular dengan satu tangan dapat dilakukan dengan menekan kepala
ular dengan ibu jari dan telunjuk sementara jari yang lain mengikuti. Biarkan
tubuh ular melilit salah satu lengan. Cara seperti ini bisa dengan udah dilakukan
pada ular yang tidak berbisa.
b. Handling dengan dua tangan

Handling ular dengan dua tangan umumnya dilakukan pada ular yang memiliki
ukuran kecil sampai dengan medium. Caranya adalah dengan satu tangan
memegang kepala ular tepatnya di bawah leher ular sedikit dan harus pas agar
tidak tergigit dan satu tangan lainnya memegang atau mengangkat bagian tubuh
ular.

c. Restraint dengan Snake Hook

Lifting Hook atau Snake Hook dapat digunakan untuk menggerakkan ular dengan
jarak yang pendek seperti memasukkan ular ke dalam Snack Sack. Alat ini cocok
digunakan karena tidak melukai ular. Setelah ular tertangkap dengan snake hook
segera lakukan handling dengan tangan yaitu dengan cara memegang kepala dan
leher ular tersebut.

d. Restraint dengan Grab Stick


Grab stick berfungsi untuk menangkap dan memegang ular dari jarak jauh. Alat
ini bekerja dengan cara menjepit tubuh ular. Dan memindahkan ular dengan jarak
yang jauh. Alat ini digunakan untuk keamanan agar ular tidak menyerang dan
pawang bisa mengendalikan ular.

2. Iguana
a. Cara mengangkat iguana

Cara mengangkat iguana yaitu dengan memegang kedua ekstremitas belakang dari
atas dengan menggunakan satu tangan kemudian tangan yang lain memegang
ekstremitas depan dari bawah dengan mengedepankan ekstremitas depan. Kaki-
kaki iguana harus diperhatikan agar tidak melukai kita.

b. Restraint iguana

Dengan menggunakan handuk, handuk dapat digunakan sebagai tudung atau


pembungkus untuk membatasi gerak iguana saat dibutuhkan. Caranya adalah
dengan menggelar handuk di atas meja lalu meletakkan iguana di atas handuk
kemudian membungkus sebua bagian tubuh iguana kecuali kepala dengan handuk.
Perlu diperhatiksn ke empat kaki iguana harus tertutupi atau terbungkus oleh
handuk.
3. Kura-kura
a. Handling dengan Satu Tangan

Cara memegang kura-kura dengan satu tangan adalah sebagai berikut 1 tangan
berada di antara ekstremitas belakang kura-kura dengan 4 jari menopang pada
bagian plasastron atau bawah kura-kura sedangkan ibu jari berada di bagian
karapas atau bagian cangkang atas kura-kura. Hal ini dilakukan untuk memegang
kura-kura yang berukuran kecil serta dapat dijangkau oleh satu tangan.

b. Handling dengan dua tangan

Cara memegang kura-kura dengan dua tangan yaitu 2 tangan berada di ekstremitas
belakang kura-kura dan 8 jari memegang pada bagian plastron atau bahwa kura-
kura Jangan dua ibu jari berada di bagian rangka rapat atau bagian cangkang atas
kura-kura tujuan memegang kura-kura dengan dua tangan adalah agar tidak
terkena cakaran kuku kura-kura maupun gigitan kura-kura.

c. Membuka mulut kura-kura


Pegang kepala kura-kura dengan meletakkan jari telunjuk atau jari tengah di satu
sisi tengkorak di belakang kondilus oksipital dan ibu jari di sisi lain
kepala.Tekanan yang stabil dapat membuka rahang atas dan rahang bawah kura-
kura serta dapat digunakan untuk membuka mulut kura-kura, setelah mulut kura
kura terbuka Speculum Oral atau Prop dapat dimasukkan kedalam mulut kura-
kura.

d. Pengambilan darah kura-kura

Pengambilan darah pada kura-kura dilakukan di Saccus Nuchalis, V. Femoralis,


V.Brachialis, dan Intrakardia. Saccus Nuchalis terletak pada bagian leher atas
kura-kura disana nanti terdapat vena yang merupakan lokasi pengambilan darah
pada hewan.

D. KESIMPULAN
1. Setiap hewan memiliki Behavior dan juga tingkah laku yang harus
diwaspadai agar terhindar dari bahaya. Dengan mengetahui cara Handling
dan Restraint yang tepat pada setiap hewan maka akan meminimalisir
terjadinya bahaya akibat serangan hewan sehingga, dapat dilakukan
pemeriksaan maupun penanganan medis lebih lanjut pada hewan.
2. Teknik Handling pada ular dapat dilakukan dengan menggunakan satu
tangan maupun dua tangan dan Restraint pada ular dapat dilakukan
dengan bantuan alat seperti Snake Hook maupun Grab Stick. Sedangkan
teknik Handling pada iguana adalah dengan memegang kedua ekstremitas
belakang dari atas dengan menggunakan satu tangan kemudian tangan
yang lain memegang ekstremitas depan dari bawah dan teknik Restraint
pada iguana adalah dengan menggunakan handuk, handuk dapat
digunakan sebagai tudung atau pembungkus untuk membatasi gerak
iguana saat dibutuhkan. Yang terakhir adalah Handling pada kura-kura
dapat dilakukan dengan menggunakan satu tangan ataupun dua tangan
dengan jempol berada di bagian karapas dan jari yang lain memegang
plastron. Sedangkan Restraint pada kura-kura dapat dilakukan dengan
handuk yang di gulung ataupun menggunakan mangkok untuk berikutnya
diletakkan kura-kura di atasnya.
3. Alat-alat Restraint ular berupa Snake Hook maupun Grab Stick digunakan
untuk memindahkan ular dari satu tempat ke tempat yang lain. Alat
Restraint iguana yang berupa handuk digunakan untuk membatasi gerak
iguana. Alat Restraint kura-kura berupa mangkuk dan handuk digunakan
untuk membatasi gerak kura-kura. Dengan melakukan praktikum ini kita
bisa mengetahui teknik Handling dan Restraint yang benar pada ular,
kura-kura dan iguana dengan begitu kita bisa memberikan penanganan
yang tepat pada hewan-hewan tersebut.

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Chastain.C. B. 2018. Animal Handling and Physical Restraint. Edition
number I, Taylor & Francis Group, LLC. Boca Raton, Florida, USA.
2. Flower. M. E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic
Animals. Edition number V, Blackwell Publishing. Lowa, USA.
3. Reza. F. 2018 Keanekaragaman Ular Pitviper Sumatera (Serpentes:
Viperidae: Crotalinae) Berdasarkan Ketinggian di Sumatera Barat
Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology Vol. 3 (1) : 49-46
4. Setiadi. A. E. 2015 Identifikasi dan deskripsi karakter morfologi kura-
kura air tawar dari Kalimantan Barat Majalah Ilmiah Al Ribaath,
Universitas Muhammadiyah Pontianak Vol. 12 (1) :29-34
5. Subroto. H & Lismayanti. L. 2017 Snake Bite with Disseminated The
Journal of Medicine and HealthVol.1(5) : 487-489

Anda mungkin juga menyukai