Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


ILMU TERNAK PERAH

NAMA : KASPIYANI
NIM : I011 18 1048
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : HASRIANI

LABORATORIUM TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sapi perah adalah ternak dan bibit sapi yang dipelihara dengan tujuan

untuk menghasilkan susu. Saat ini sebagian peternakan sapi perah telah dikelola

dalam bentuk usaha peternakan sapi perah komersial dan sebagian lagi masih

berupa peternakan rakyat yang dikelola dalam skala kecil, populasi tidak

terstruktur dan belum menggunakan sistem breeding yang terarah, walaupun

dalam hal manajemen umumnya telah bergabung dalam koperasi.

Meningkatkan kapasitas produksi susu dalam negeri diperlukan

peningkatan jumlah populasi sapi perah dan produktivitas sapi perah dalam

negeri. Produktivitas sapi perah sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya kualitas genetik ternak, tata laksana pemberian pakan, umur beranak

pertama, periode laktasi, frekuensi pemerahan, masa kering kandang, dan

kesehatan. Sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah sapi perah

Friesian Holstein (FH).

Pengolahan susu pada skala industri rumah tangga dapat memberikan nilai

tambah yang besar bagi peternak sapi dan kambing perah, dan susu dalam bentuk

olahan merupakan alternatif untuk mengkonsumsi susu dalam bentuk lain, karena

sebagian masyarakat kurang suka mengkonsumsi susu dalam bentuk segar. Hal

inilah yang melatarbelakangi diadakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah.


Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah di Desa Cendana

Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang yaitu untuk mengetahui bangsa-bangsa

dan tipe sapi perah, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia

peternakan sapi perah, metode pemerahan, produksi dan kualitas susu dan

pengolahan air susu.

Kegunaan dilakukannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah yaitu sebagai

informasi kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai bangsa-bangsa dan tipe

sapi perah, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia peternakan sapi

perah, metode pemerahan, produksi dan kualitas susu dan pengolahan air susu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bangsa – Bangsa Sapi Perah

Bangsa sapi perah dibagi menjadi dua yaitu Bos taurus dan Bos indicus.

Bos taurus adalah bangsa sapi yang hidup didaerah subtropis atau daerah yang

mempuyai empat musim (musim salju, panas, semi, dan gugur). Ciri utamanya

adalah tidak memiliki punuk di punggungnya. Beberapa contoh yang termasuk

kedalam bangsa Bos taurus adalah sapi Shorthorn (Inggris), Guernsey (Inggris),

Friesian Holstein/Fries Holland atau FH (Belanda), Ayshire (Scotlandia selatan),

Red Danish (Denmark), Draughmaster (Australia), sapi Israeli (Israel).

Sementara bangsa sapi Bos indicus adalah bangsa sapi yang hidup di daerah tropis

atau beriklim panas. Ciri utamanya adalah mempunyai punuk di punggungnya.

Beberapa contoh sapi perah yang termasuk ke dalam Bos indicus adalah sapi Zebu

(India), Red Sindhi (India), Grati (persilangan antara FH dan sapi jawa atau

Madura), serta Sahiwal Cross (persilangan Sahiwal dengan FH) (Ako, 2015).

a. Gambaran Umum Sapi

1. Sapi Red Sindhi


Berasal dari India (Karachi) dan Pakistan (Hyderabad). Ciri

khas sapi Red Sindhi ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari

sapi Sahiwal, berwarna merah dari warna merah tua sampai

merah terang, warna putih kadang-kadang tampak pada depan

muka, bentuk ambing tampak bulat, penghasil susu yang baik,

produksi 1250-1800 kg/laktasi, umur beranak pertama 39-50

bulan dan selang beranak 425-540 hari. Sapi Red Sindhi

dieskspor ke Srilangka, Tanzania, Filipina, Amerika, Malaysia,

Irak, Burma, Indo-China, Red Sindhi betina digunakan dalam

Cross Breeding dengan Brown Swiss dan Jersind di India

(Badriyah, 2014).

Ciri-ciri fisik sapi Red Sindhi antara lain warnanya uniform,

yaitu merah tua, tubuhnya lebih kecil dari sapi Sahiwal, potongan

tubuh kuat, kokoh dan kaki pendek, berat badan sapi dewasa :

jantan 450-500 kg, betina 300-350 kg, ukuran ambing besar dan

produksi susu 1700 kg/laktasi dengan kadar lemak 4%. Sifat-sifat

sapi Red Sindhi antara lain lambat dewasa, yakni sekitar 25

bulan dan produksi susu 2000 liter permasa laktasi (Leondro,

2009).

2. Sapi Sahiwal
Sapi Sahiwal merupakan tipe perah dari daerah tropis yang

terbaik di daerah asalnya. Kadar lemak 3,7%, produksi susu

1400-2500 kg/laktasi. Umur beranak pertama 37-48 bulan,

selang beranak 430-560 hari. Sahiwal diekspor ke Sri Lanka,

Kenya, India Barat dan banyak negara di Amerika Latin (Hendri,

2013).

Ciri-ciri Fisik sapi Sahiwal antara lain warnanya coklat

muda sampai kemerahan, bulunya sangat halus, potongan

tubuhnya besar, kakinya pendek, ambing besar dan

menggantung, berat badan sapi dewasa : jantan 500-600 kg,

betina 450 kg dan produksi susu 2500-3000 kg/laktasi dengan

kadar lemak 4-5%. Sifat-sifat sapi Sahiwal antara lain proses

kedewasaan lebih cepat dan dapat bertahan hidup di daerah

yang curah hujannya tidak begitu tinggi (Leondro, 2009).

3. Sapi Damascus
Sapi Damascus merupakan satu bangsa perah terbaik di

Asia Barat. Betina menghasilkan 1500-3000 kg/laktasi, lama

Iaktasi 200-300 hari, kadar lemak 4-5 %. Bangsa sapi Damascus

didapatkan di Syiria, Turki, Irak, Cyprus dan Mersir.

Dikembangkan di Ghutta, Oasis Of Damascus, dan menyebar ke

daerah-daerah lain. Ciri-ciri sapi Damascus antara lain ukuran

tubuh medium, sempit dengan kaki yang panjang dan lurus.

Warna kulit kemerahan hingga cokelat tua. Kepala panjang dan

sempit dengan tanduk pendek. Damascus berkembang baik

khususnya pada betina. Ambing ukuran medium dengan puting

kecil panjang (Lestari, 2013).

4. Sapi Peranakan Friesian Holstein

Sapi ini adalah hasil persilangan antara sapi asli Indonesia,

yaitu sapi Jawa dan Madura dengan sapi FH murni. Hasil

persilangan tersebut kini popular disebut dengan sapi Grati dan

banyak diternakkan di daerah Jawa Timur, yaitu di daerah Grati.

Sapi ini telah terkenal dengan nama sapi Grati. Karena sapi
tersebut terjadi dari persilangan antara bangsa-bangsa sapi asli

Indonesia (Jawa dan Madura) dengan sapi FH, dimana darah FH

nampak lebih menonjol di daerah Grati (Jawa Timur). Ciri-ciri sapi

ini menyerupai sapi FH, badannya lebih kecil dari FH. Produksi

susunya pun lebih rendah dari sapi FH. Produksi susu sapi PFH

2500-3000 liter/laktasi (Leondro, 2009).

b. Bangsa – Bangsa Sapi Perah Subtropis

1. Sapi Fries Holland (Holstein Friesian)

Bangsa sapi Fries Holland (FH) berasal dari Belanda, ciri-ciri dari sapi

Fries Holland adalah berwarna belang hitam putih, mempunyai tanda segitiga

pada dahi, kaki bagian bawah dan ekor berwarna putih dan tanduk kecil pendek

menjurus ke depan, tenang jinak, tidak tahan panas, tetapi mudah beradaptasi

dengan lingkungannya, produksi susu 4500-5500 liter per satu masa laktasi (305

hari) (Ako, 2015).

2. Sapi Jersey
Bangsa Sapi ini terbentuk di Pulau Jersey, Inggris selatan. Ciri-ciri umum

sapi jersey yaitu warna bervariasi mulai kelabu-keputihan, cokelat muda, cokelat

kekuningan, cokelat kemerahan sampai merah gelap, dan pada bagian tertentu ada

warna putih, mulut berwarna hitam, jantan berwarna gelap dibanding dengan

betina, ukuran tanduk sedang, lebih panjang dari pada FH menjurus ke atas,

produksi susu sekitar 2500 per masa laktasi, kadar lemak susu tinggi sekitar

4,85%, berat badan jantan 625 kg, betina 425 kg, agak tahan panas, tetapi tidak

begitu jinak (Ako, 2015).

B. Potensi Sumber Daya Alam dan Potensi Sumber Daya Manusia

Peternakan Sapi Perah

Penyediaan hijauan sebagian besar di peroleh dari hasil

garapan sawah dan ladang yang sangat dipengaruhi oleh musim.

Pada musim penghujan pakan hijauan sangat melimpah

terutama pada saat musim tanam padi dan palawija sedangkan

pada musim kemarau hanya sebagian kecil wilayah di Kabupaten

Enrekang yang berkontribusi terhadap penyediaan pakan ternak


terutama daerah yang sumber airnya mencukupi (Suryatmo,

2010).

Produksi hijauan pada musim kemarau hanya sekitar 35-40

persen yaitu 57 770 ST, sedangkan produksi hijauan saat musim

hujan sebesar 160 589 ST. Strategi dalam manajemen

pengelolaan ternak saat musim hujan dan musim kemarau,

manajemen pengelolaan sumber daya lahan pada saat musim

penghujan dan pengawetan hijauan, melakukan perencanaan

penanaman tanaman yang dapat berkontribusi dalam

penyediaan hijauan pakan pada saat musim kemarau. Faktor lain

yang menjadi penyebab menurunnya ketersediaan pakan adalah

pergeseran lahan-lahan garapan penghasil limbah pertanian

(Wiyatna dkk, 2012).

Sumber daya alam dapat mendukung mata pencaharian

masyarakat sebagian besar peternak, tergantung pada peternak

dalam pengolahannya. Program pemerintah dalam kebijakannya

berusaha hingga saat ini untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat peternak. Kebijakan tersebut dapat di

lakukan melalui pemberian modal, bibit ternak dan kredit dengan

bunga rendah terjangkau oleh peternak. Indonesia merupakan

Negara pengekspor dan sekaligus pengimpor produk hasil

perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan, baik bahan

olahan maupun jadi. Upaya pemerintah untuk menciptakan


berbagai produk hasil peternakan dapat bersaing dan mampu

memotori industrialisasi pedesaan (Adji, 2015)

Keberhasilan suatu usaha peternakan diantaranya

dipengaruhi oleh umur peternak, tingkat pendidikan, dan

pengalaman beternak. Sebagian peternak responden berumur

15-55 tahun, sisanya 11.09% berumur 55 tahun. Umur produktif

petani merupakan salah satu faktor penting dalam usaha

budidaya ternak potong karena membutuhkan fisik yang kuat

dan sehat. Keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan erat

kaitannya dengan pengetahuan, motivasi, dan partisipasi.

Adanya pengetahuan pada peternak tentang budidaya dan

peluang usaha peternakan itu akan melahirkan perilaku dan

sikap positif terhadap kegiatan usaha peternakan. Kemudian

motivasi yang ada pada peternak akan memberikan dorongan

apakah ia akan melakukan kegiatan itu dengan sungguh-

sungguh atau tidak (Wiyatna dkk, 2012).

Keberhasilan usaha ternak sapi perah tergantung dar i

faktor sumber daya manusia dan sumber daya alam. Di samping itu

juga, pengembangan usaha sapi perah dan peningkatan produksi

susu memerlukan dorongan baik dari pihak pemerintah ataupun

swasta seperti industri-industri persusuan dan sarana-sarana lain

yang diperlukan dan prospek atau masa depan pengembangan

usaha ternak sapi perah. Disamping nilai gizi yang tinggi, prod uk
olahan susu ini disukai oleh masyarakat kabupaten Enrekang

karena penduduk Enrekang tidak terbiasa mengkonsumsi susu

segar (Nurani, 2011).

Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia

utamanya peternak sapi perah adalah tidak mungkin saat ini

dilakukan dengan pendidikan langsung akan tetapi dengan

mengembangkan pelatihan-pelatihan. Untuk itu dalam

pelaksanaan program pembangunan peternakan di Kabupaten

Enrekang masih terdapat berbagai masalah karena masih

sebagai usaha sampingan dan belum menerapkan teknologi

maju sehingga diperlukan adanya standar kualitas dalam upaya

pemenuhan kebutuhan konsumen sehingga dengan kegiatan

tersebut peternak akan meningkat pengetahuan dan

ketrampilannya. Dalam pelaksanaan kegiatan ini peran

kelompok ternak sangat aktif dimana setiap kelompok ternak

usaha sapi perah yang ada di Kabupaten Enrekang mengikuti

kegiatan tersebut dengan dana dari kelompok tersebut secara

swadaya (Sirajuddin dkk., 2010).

C. Sistem Perkandangan Sapi Perah

Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan

perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak positif baik

bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal

karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada akhirnya ternak
bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang yang baik (Suretno dan Basri,

2008).

Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang

kelengkapan dalam suatu peternakan. Kandang merupakan suatu bangunan yang

memberikan rasa aman dan nyaman bagi ternak. Kandang berfungsi untuk

melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan. Lokasi kandang harus

dekat dengan sumber air, tidak membahayakan ternak dan tidak berdekatan

dengan pemukiman penduduk (Albiantono, 2016).

Sistem perkandangan sapi perah ada 3, yaitu (1) Conventional

type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat diantara sapi sehingga ternak

tidak bisa bergerak dengan bebas, (2) Loose housing dimana ternak dilepas di

kandang yang luas dan dapat bergerak bebas kemana-mana, (3) sistem kandang

freestall pada prinsip nya sama dengan kandang loose housing. Pada kandang

freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi yang disekat – sekat untuk tiap satu

ekor sapi (Muljana, 1985). Ukuran kandang seharusnya memberikan luas daerah

sekitar 3 m2 untuk satu sapi. Kandang freestall baik loose housing untuk sapi

yang berproduksi tinggi karena sapi dapat selalu bergerak bebas yang menjaga

kesehatan tulang dan mencegah kelumpuhan pada sapi (Albiantono, 2016).

Syarat kandang yang baik seperti adalah adanya ventilasi, type dinding

sesuai fungsinya dan atap, lantai, adanya tempat makan dan minum,

parit/drainase, letak bangunan. Kandang sapi perah harus selalu bersih, sebaiknya

dicuci minimal 2 kali sehari, tiap ada kotoran yang abru keluarsebaiknya segera
dibersihkan dan diangkat agar tidak ditiduri. Bila ada laba-laba hendaknya juga

dibersihkan. Kandang yang kotor akan menjadi sarang bakteri dan ini akan

mencemari susu. Bak makanan dan minuman selalu bersih, seluruh lantai kandang

harus disikat supaya tidak licin (Sarifah, 2014).

D. Metode Pemerahan

Setiap peternak sapi perah dalam melakukan pemerahan harus berupaya

untuk mendapatkan hasil susu yang bersih dan sehat. Kuantitas dan kualitas hasil

pemerahan tergantung pada tatalaksana pemeliharaan dan pemerahan yang

dilakukan. Kebersihan peralatan yang dipakai khususnya ember penampung hasil

perahan sangat mempengaruhi kebersihan dan kesehatan susu. Peralatan yang

kotor akan mencemari susu sehingga mempercepat proses pembusukan (Navyanti,

2015).

Di negara berkembang seperti Indonesia, petani peternak pada umumnya

melakukannya secara alami (menggunakan tangan). Teknik pemerahan dengan

tangan ada 2 cara (Ako, 2015):

1. Menggunakan 2 jari (Strip Method)

Cara ini dilakukan dengan memegang pangkal putting susu antara ibu jari

dengan jari tengah, kedua jari ditekan dan sedikit ditarik kebawah sampai air susu

terpancar keluar, teknik ini dilakukan pada sapi yang puting susunya pendek.

2. Menggunakan 5 jari (Full Hand Method)

Teknik ini dilakukan dengan memegang putting antara ibu jari dengan

keempat jari lainnya, keempat jari tangan tersebut ditekan dan diawali pada jari
yang paling atas, kemudian diikuti oleh jari lain yang ada dibawahnya sampai air

susu terpancar keluar, tangan kiri dan kanan memerah susu secara bergantian,

kuartir depan diperah terlebih dahulu.

E. Produksi Susu dan Kualitas Susu

Produksi dan kualitas susu dipengaruhi pleh jenis pakan yang diberikan pada

sapi perah, serta dapat berpengaruh terhadap kesehatan sapi perah. Pakan untuk

sapi perah yang laktasi terdiri atas sejumlah hijauan dan konsentrat. Peranan

hijauan pakan menjadi lebih penting karena berpengaruh terhadap kadar lemak

susu yang dihasilkan. Pemberian hijauan yang lebih banyak menyebabkan kadar

lemak susu tinggi karena kadar lemak dalam susu tergantung dari kandungan serat

kasar dalam pakan (Riski, 2016).

Produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi

keduanya. Musim, curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban, tahun

pemeliharaan dan peternakan juga merupakan faktor lingkungan yang banyak

mempengaruhi performan produksi susu, dan pada kenyataannya faktor-faktor

tersebut seringkali berkaitan satu sama lain dalam menimbulkan keragaman

produksi susu (Pasaribu, 2015).

Kualitas susu dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kandang yang tidak

bersih. Keadaan kandang yang kotor, masih adanya feses, urin dan kotoran lain

dalam kandang dapat mencemari susu yang dihasilkan. Angka reduktase peternak

dan TPS lebih rendah (P < 0,05) dari susu KUD. Sedangkan tidak ada perbedaan
nyata antara angka reduktase antara peternak dan TPS (P > 0,05). Hal ini

disebabkan oleh faktor penananganan di KUD susu telah mengalami perlakuan

dingin sehingga bakteri mengalami dorman, berbeda dengan susu yang berasal

dari peternak dan TPS yang tidak ada perlakuan pendinginan pada susu sehingga

didapatkan nilai reduktase yang lebih rendah yang diprediksikan jumlah bakteri

lebih tinggi daripada jumlah bakteri KUD (Yudonegoro, 2014).

F. Pengolahan Air Susu

Menurut Resnawati (2020) susu dapat diolah dalam beberapa bentuk

olahan seperti sebegai berikut:

a. Susu pasteurisasi

Pasteurisasi merupakan salah satu usaha pengolahan susu dengan cara

pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu. Usaha ini adalah

proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat dalam air susu.

Susu pasteurisasi merupakan bentuk lain dari susu segar dan sebagai usaha untuk

memperpanjang daya tahannya. Pasteurisasi susu perlu dilakukan untuk mencegah

pemindahan penyakit dan mencegah kerusakan selama enzimatis.

b. Yoghurt

Salah satu cara pengawetan susu adalah dengan mengasamkan melalui

proses fermentasi oleh bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus

bulgaricus yang menghasilkan konsistensi menyerupai pudding. Yoghurt

bermanfaat bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (laktosa) yang dikenal

sebagai penderita lactose intolerance karena selama proses pembuatan yoghurt,

kadar gula susu diturunkan sampai seperempatnya.Komponen susu yang paling


berperan dalam pembuatan yoghurt adalah laktosa dan kasein. Laktosa digunakan

sebagai sumber energi dan karbon selama pertumbuhan biakan yoghurt dan proses

selanjutnya menghasilkan asam laktat. Terbentuknya asam laktat akan

meningkatkan keasaman susu. Kasein yang merupakan bagian terbanyak dalam

susu mempunyai sifat sangat peka terhadap perubahan keasaman sehingga dengan

menurunnya pH susu menyebabkan kasein tidak stabil dan terkoagulasi menjadi

yoghurt.

Beberapa produk yang dapat dibuat dari bahan baku susu Susu tersusun

atas krim dan susu skim. Krim merupakan bagian susu yang banyak mengandung

lemak yang timbul ke bagian atas dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan

dengan alat pemisah. Susu skim adalah bagian susu yang banyak mengandung

protein, sering disebut “serum susu” dan mengandung hanya 55% dari seluruh

energi susu. Susu skim mengandung semua zat gizi dari susu kecuali lemak dan

vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Produksi krim dan susu skim

memerlukan alat utama yang disebut cream separator yang bekerja berdasarkan

gaya sentrifugasi. Pemisahan keduanya dapat terjadi karena perbedaan berat jenis.

Krim berberat jenis rendah karena banyak mengandung lemak. Sedangkan susu

skim mempunyai berat jenis lebih tinggi karena banyak mengandung protein,

sehingga saat disentrifugasi akan berada di bagian dalam (mengendap)

(Hartayanie, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. P., Firmansyah., N. Idris. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.18(1):28-35.

Ako, A. 2015. Ilmu Ternak Perah Dasar Tropis. IPB Press : Bogor.

Albiantono. L. 2016. Manajemen perkandangan pada sapi perah


di cv. capita farm, desa sumogawe, kecamatan getasan,
kabupaten semarang, jawa tengah. Tugas Akhir. Fakultas
Peternakan Dan Pertanian. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Arief. R. W., N. Santri., Robet Asnawi. 2018. Pengenalan Pengolahan Susu


Kambing Di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
Teknologi & Industri Hasil Pertanian. 23(1):45-56.

Hartati., Sumadi., T. Hartatik. 2010. Identifikasi Karakteristik Genetik Sapi


Peranakan Ongole Di Peternakan Rakyat Buletin Peternakan. 33(2):64-73.

Hartayanie.L dan I. Sulistyawati. 2010. Teknologi & Lingkungan .Pusata Percik.


Semarang.

Leondro, H. 2009. Dasar Ternak Perah. Fakultas Peternakan


Universitas As Kanjuruhan. Malang

Navyanti, F., dan R.Adriyani. 2015. Higiene sanitasi, kualitas fisik dan
bakteriologi susu sapi segar perusahaan susu x di surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 8 (1) : 36–47.

Resnawati. H. 2020. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan Dan Penyimpanan.


Semiloka Nasional Prospek Industri. 3(1):497-502.

Riski.P., B. P. Purwanto ., A. Atabany. 2016. Produksi dan Kualitas Susu Sapi


FH Laktasi yang Diberi Pakan Daun Pelepah Sawit. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(3): 345-9.
Suretno, D.N., E. Basri. 2008. Tata laksana perkandangan ternak kambing di dua
lokasi prima tani propinsi lampung. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2008 : 545-551

Suriasi. K., Wayan S., L. D. Saribu. 2015. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bandung.

Suryatmo. 2010. Kualitas Susu Sapi dan Kambing. Kanikius. Jakarta.

Yudonegoro. R. J., Nurwantoro dan D. W. Harjanti, 2014. Kajian Kualitas Susu


Segar Dari Tingkat Peternak Sapi Perah, Tempat Pengumpulan Susu Dan
Koperasi Unit Desa Jatinom Di Kabupaten Klaten. Animal Agriculture
Journal. 3(2): 323-333.

Anda mungkin juga menyukai