Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH

(PT 144)

Dosen Pengampu :

1. Dr.Ir.EllyRoza, MS.
2. Dr.Ir.Arief, MS
3. Dr.HildaSusanty, S.Pt,M.Si
4. Eli Ratni,S.Pt,MP

Oleh:

HASIM RAHMAN

1910612045

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karuniaNya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Praktikum Ilmu
dan Teknologi Produksi Ternak Perah” dengan tepat waktu. Selama penulisan laporan banyak
sekali hambatan yang saya alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya beranggapan bahwa laporan ini
merupakan karya terbaik yang dapat saya persembahkan. Tetapi saya menyadaribahwa tidak
menutup kemungkinan didalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

PEKANBARU, 21 Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil protein hewani yang dalam
pemeliharaannya selalu diarahkan pada produksi susu. Salah satu jenis ternak penghasil susu
yang banyak tersebar di Indonesia adalah sapi Friesian Holstein (FH). Sapi FH banyak dipelihara
karena produksi susu yang tinggi serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Iklim
tropis di Indonesia menyebabkan berkurang dan menurunnya produksi susu sapi FH
dibandingkan di negara yang beriklim sub tropis yang merupakan asal daerahnya. Produksi susu
dapat ditingkatkan dengan adanya manajemen pemeliharaan yang baik dalam usaha peternakan
sapi perah, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan pemberian pakan yang berkualitas
dan menjaga kesehatan sapi perah. Faktor lingkungan memegang peranan penting terhadap
proses perkembangan fisiologis tubuh sapi perah, sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi
kapasitas produksi susu. Faktor iklim masih dapat diatasi dan tidak banyak berpengaruh apabila
sapi perah tersebut diberi pakan yang berkualitas tinggi sehingga dapat berproduksi sesuai
dengan kemampuannya. Ternak perah mempunyai memampuan khusus untuk menghasilkan air
susu dari bahan ibaku berupa hijauan yang mempunyai kandungan energi atau protein tinggi.
Kemampuan ini dapat ditunjukkan pada saat laktasi yaitu setelah ternak tersebut beranak. Susu
merupakan salah satu bahan makanan alami yang sempurna. Susu merupakan sumber makanan
utama bagi semua hewan mamalia yang terlahir dan bagian penting dalam makanan manusia.
Komposisinya yang mudah tercerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi,
menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel.

1.2 TUJUAN

Dari paparan diatas, penulis dapat menyimpulkan tujuan dari laporan ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui suatu kegiatan dan kondisi suatu peternakan.

2. Untuk mempelajari bagaimana caranya beternak dengan baik

1.3 MANFAAT

1. Memberikan info suatu kegiatan dan kondisi dalam suatu peternakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SAPI PERAH FRISIAN HOLSTEIN

Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan persilangan antara


sapi Friesian Holstein (FH) dengan sapi lokal Indonesia (Affandi, 2009). Karakteristik pada sapi
PFH adalah memiliki corak belang hitam putih atau merah putih, punggung agak melengkung ke
atas, bentuk ambing seperti cawan dengan puting susu yang kecil dan bervariasi teksturnya,
pada dahi terdapat bulu putih yang berbentuk segitiga (Makin, 2011).

2.2 KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

Sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemantapan ketahanan
pangan hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat dipedesaan dapat memacu pengembangan
wilayah (Nasution, 2016). Arifin dalam Labodu et al. (2015) menambahkan bahwa agribisnis
berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika lahan menjadi
terbatas,karena sistim usaha tani memerlukan lahan yang besar namun ketersediaan lahan yang
terbatas akan memicu efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan tersebut. Sapi perah merupakan
salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu. Usaha sapi perah untuk menghasilkan
susu segar sangat prospektif karena masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara
ketersediaan dan permintaan susu. Kebutuhan protein hewani yang berasal dari susu di Indonesia
sebesar 5kg/kapita/tahun, tetapi hanya sekitar 32 % dipenuhi dari produksi dalam negeri dan
sisanya sekitar 68 % harus diimpor. Perkembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia
terus meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya akibat peningkatan permintaan susu dan
daging. Peningkatan permintaan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran
masyarakat terhadap gizi seimbang akan sumber protein hewani (Londa et al., 2013). Usaha
ternak sapi perah adalah usaha yang mempunyai sifat maju, yang secara selektif menggunakan
masukan teknologi sehingga secara proporsional mampu meningkatkan produksi akan tetapi
dalam praktek peternak tidak sepenuhnya memahami penggunaan teknologi tersebut.
Pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat masih menggunakan teknologi yang bersifat
sederhana dalam pemeliharaan sapi perah, dimana pengetahuan pemeliharaan sapi perah
peternak masih didapat secara turun temurun, dan merupakan usaha sambilan.

2.3 PEMELIHARAAN DALAM SAPI PERAH

Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah bangsa sapi Frisian
Holstein (FH). Friesian Holstein atau FH merupakan sapi perah berasal dari Belanda dengan
prospek keunggulannya yang baik terhadap produksi susu. Sapi Frisian Holstein memiliki ciri –
ciri antara lain warna hitam belang putih, kepala panjang lebar dan lurus, tanduk pendek
menghadap ke muka, memiliki sifat temprament tenang dan jinak (Siregar, 1993). Karakteristik
yang dimiliki oleh sapi FH dengan warna bulu hitam dan putih atau merah dan putih yang
berbatasan dengan jelas (Sudono, 1999). Lingkungan sapi perah dapat mempengaruhi
produktivitas terutama pada suhu. Suhu lingkungan sapi perah berkisar antara 24 – 34°C dan
kelembaban 60 –90% (Yani dkk., 2007). Sapi perah menghasilkan susu paling optimal pada suhu
berkisar antara 10 – 15,56 ºC dengan kelembaban udara berkisar antara 50 – 79% dan produksi
masih cukup tinggi di suhu 21,11 ºC (Ensminger dan Tyler, 1971). Manajemen pemeliharaan
perlu diperhatikan untuk mendapatkan produktivitas yang optimal diantaranya manajemen pakan
yang baik, kandang, dan pemeliharaan kesehatan ternak. Sapi perah jenis Frisian Holstein cocok
dipelihara didaerah Indonesia namun produksi susu yang relatif rendah dibandingkan dengan
negara asalnya (Atabany dkk., 2011). Tinggi rendahnya produksi suatu peternakan tergantung
pada periode pembesaran bibit baik pedet maupun dara yang digunakan sebagai replacement
stock dalam usaha peternakan. Pemeliharaan bibit harus diperhatikan secara intensif untuk
menghasilkan performans ternak yang baik berdampak pula terhadap produktivitas susu. Bibit
berasal dari induk dengan produktivitas tinggi dan pejantan unggul maka akan menurun kepada
keturunannya dengan produktivitas yang tinggi pula (Sudono Dkk., 2003). Strategi dalam
pemeliharaan sapi dara diantaranya meliputi pemberian pakan, peningkatan manajemen
pengawasan, penggunaan konsentrat, dan penyediaan kandang yang memadai. Pemeliharaan sapi
dara yang baik dapat ditunjang melalui pemberian pakan yang baik dan cukup nutrisinya.
Perawatan dengan pemotongan kuku secara rutin dapat menjaga kuku tetap sehat. Sapi perlu
dimandikan untuk menjaga tetap bersih agar terhindar dari berbagai penyakit dan dapat
meningkatkan nafsu makan yang dilakukan pada pagi hari. Penyakit sebagai ancaman yang perlu
diwaspadai, sebab dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan walaupun tidak
langsung mematikan ternak, menghambat petumbuhan ternak, dan dapat mengurangi pendapatan
(Sarwono dan Arianto, 2002).

2.4 PERKANDANGAN

Perkandangan sebagai aspek penting dalam usaha peternakan, yang terdiri dari bangunan
kompleks sebagai tempat tinggal ternak dan pengelola guna untuk melakukan kegiatan proses
produksi ternak. Sistem perkandangan sapi perah ada dua jenis stanchion barn dan loose housing.
tanchion barn dengan sistem perkandangan yang ternak diikat sehingga gerakan ternak terbatas
sedangkan, loose housing sistem yang dibiarkan bergerak dengan batas – batas tertentu. Kandang
memberikan perlindungan bagi ternak dalam proses produksi. Kandang bentuk bebas secara
umum digunakan untuk pedet dan dara sebab belum cukup umur untuk dikawinkan (Djaja dkk.,
1997). Kandang sapi dara sering menggunakan sistem kelompok untuk mempermudah dalam
pemberian pakan (Sudono dkk., 2003). Konstruksi kandang dibangun kuat dan tahan lama untuk
memberikan kenyamanan pada ternak dan pekerja dalam proses produksi. Keadaan suhu udara
umumnya di Indonesia tinggi dapat menyebabkan cekaman terhadap ternak. Upaya untuk
menurunkan suhu dalam kandang biasa dilakukan sistem ventilasi agar pertukaran udara masuk
dan keluar dapat mengikuti pola aliran dan distribusi udara. Sudut kemiringan atap untuk sapi
perah 30º. Bahan lantai kandang dibuat dari beton kasar dengan kemiringan 5º, bahan lantai
kandang berupa beton. Perlengkapan dalam kandang tempat pakan dan tempat minum, dapat
dibuat dari tembok beton dengan bentuk cekungan memiliki lubang bawah untuk pembuangan,
atau bisa juga tempat pakan terbuat dari papan atau kayu dan tempat minum menggunakan
ember.

2.5 MANAJEMEN KESEHATAN PETERNAKAN

Kebersihan dalam peternakan perlu diperhatikan untuk pencapaian produksi. Peternakan


dengan manajemen yang baik dapat menekan kematian serendah – rendahnya 1% (Sudono dkk.,
2003). Manajemen kesehatan lebih ditekankan untuk mencegah penyakit pada ternak terutama
kebersihan kandang (Subronto dan Tjahjati, 2004). Kandang sebagai tempat dalam produksi
ternak yang perlu di perhatian ekstra sebab kotoran dan urine sapi akan segera terinjak-injak oleh
sapi lainya yang dapat menyebabkan pertumbuhan bibit penyakit (Abidin, 2002).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Kegiatan praktikum kali ini dilakukan via online atau secara virtual melalui media zoom
bersama dengan owner dan founder Lassy Dairy Farm. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 26
April 2021 pada pukul 12.45 WIB siang hingga 15.00 WIB sore

3.2 METODE PENELITIAN

Metode wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui kontak atau
hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 HASIL WAWANCARA DAN PEMBAHASAN

Bisnis ternak perah ini telah didirikan sejak 2012 dengan nama pemilik bapak Suhatril, ia
adalah lulusan Teknik Pertambangan dan Bachelor Minyak ITB. Meskipun dia tidak memiliki
latar belakang akademis dari dunia ternak tetapi salah satu alasan dia membuka bisnis di sektor
ini karena ia telah menerima banyak pengalaman dalam membantu orang tuanya berkebun dan
beternak . bapak Suhartil membesarkan Bisnis ternak yang berlokasi di Lasi Tuo, Kabupaten
Agam dengan nama Lassy Dairy Farm. Dengan jumlah ternak sekitar 25 ekor pedet ( anak sapi )
dan 40 ekor sapi dewasa. Untuk satu hari, bisnis ternak ini dapat menghasilkan sekitar 500 liter
susu, dengan detail 320 liter di pagi hari dan 200 liter pada sore hari. Kendala Mr. Suhatril dalam
menjalankan bisnis ini adalah kesulitan dalam pemasaran dan distribusi susu di Sumatera Barat,
biaya produksi yang tinggi dan keterbatasan bahan baku yang ada.

1. Pengembangbiakan dan produksi :

• Bangsa sapi yang dipelihara : sapi FH murni lokal yang berasal dari daerah Padang
Panjang,Pekalongan,dan Batu raden.
• Cara seleksi : dilihat dari bentuk luar tubuh yang sehat dan tidak cacat, kesehatan dari sapi, dan
banyaknya produksi susu pada sapi.

• Cara kawin : pada Lassy Dairy Farm teknik yang dilakukan dengan cara IB ( Inseminasi buatan
) dari BIB/dinas yang terkait.

• Pengetahuan birahi : menurut peternak tanda tanda birahi yang dapat beliau perhatikan adalah
kurangnya nafsu makan pada ternak, turunnya produksi susu pada ternak, ternak gelisah,
kemaluan pada ternak berwarna merah dan berlendir.

• Umur beranak pertama : pada Lassy Dairy Farm, umur beranak pertama pada usia 31-36 bulan.

• Setelah beranak dikawinkan pada umur : 61-90 hari setelah beranak.

• Calving interval : selama 13-18 bulan lamanya

2. Makanan dan minuman

Cara pemberian hijauan : diberikan pada ternak setelah habis diperah. – jumlah dan kualitas
hijauan : rumput gajah mini dan silase jagung yang berkualitas baik ( 8-10 Kg/hari/ekor ).

• Frekuensi pemberian hijauan : 2 kali/ hari tepat waktu yaitu pada pagi dan sore hari.

• Cara pemberian konsentrat : setelah sapi diperah.

• Jumlah dan kualitas konsentrat : 2 kali/hari/ekor (8-10kg) dengan baik.

• Cara mendapatkan konsentrat : buatan pabrik dan buatan sendiri

• Cara pemberian air minum : peternak menyediakan ad libitum di dalam kandang dapi.

3. Pengelolaan

• Membersihkan sapi : 2kali/ hari setalah diperah. – cara membersihkan sapi : sekitaran ambing
saja – membersihkan kandang : 2kali/hari setelah diperah.

• Cara pemerahan : dilakukan setiap pagi dan sore hari.

• Penanganan pasca panen : dilakukan pendinginan pada susu dan memerikas susu dengan baik
dan benar.

• Kandang untuk pedet : dipisah dari induknya


• Pemberian susu pada pedet : seiap pagi dan sore, setiap bulannya ditambah banyaknya.

• Pemisahan kandang pedet dan induknya berlangsung selama : kurang lebih 4 bulan.

• Pengeringan sapi laktasi : dilakukan 1 bulan sebelum laktasi

• Pencatatan usaha : ada, baik dan lengkap

• Manajemen kotoran : feses sapi diolah dan dimanfaatkan menjadi pupuk.

4. Kesehatan pada Hewan

• Penyakit yang kerap menyerang ternak : mastitis,bloat, dan penyakit pada kuku.

• Pencegahan penyakit : vaksinasi secara teratur.

• Pengobatan penyakit : dilakukan dengan bernar oleh peternak itu sendiri, dengan injeksi
antibiotik.

• Pemberian obat cacing : sekali setahun

• Jenis obat yang diberikan : tidak ada data yang diberikan oleh peternak
BAB V

KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemantapan ketahanan
pangan hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat dipedesaan dapat memacu pengembangan
wilayah (Nasution, 2016). Arifin dalam Labodu et al. (2015) menambahkan bahwa agribisnis
berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika lahan menjadi
terbatas, karena sistim usaha tani memerlukan lahan yang besar namun ketersediaan lahan yang
terbatas akan memicu efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan tersebut. Sapi perah merupakan
salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu. Usaha sapi perah untuk menghasilkan
susu segar sangat prospektif karena masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara
ketersediaan dan permintaan susu.

• Aspek pembibitan dan reproduksi mendapatkan poin sebanyak : 3,8 (penerapan aspek Teknis
baik)

• Aspek pakan dan minum mendapat poin sebanyak : 4,00 (penerapan aspek teknis baik)

• Aspek konsentrat mendapat poin sebanyak : 4,00(penerapan aspek teknis baik)

• Aspek pemberian minum sebanyak : 4,00 (penerapan aspek teknis baik)

• Aspek pengelolaan sebanyak : 3,3 (penerapan aspek teknis baik)

• Aspek kandang dan peralatan : kurang diketahui karena tidak ada data yang diberikan oleh
narasumber/peternak.

• Aspek kesehatan ternak : 3,00 (cukup baik)

• Aspek animal welfare : kurang diketahui karena tidak ada data yang diberikan oleh
narasumber/peternak.
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, 2014. Mengurai Lingkaran Setan Sapi Perah. Tabloit Agribisnis Dwi Mingguan.Inspirasi
Agribisnis Indonesia.

Bamualim, A.M., Kusmartono dan Kuswandi. 2009. Aspek Nutrisi Sapi Perah. Dalam (K.A.
Santosa, K. Diwiyanto, dan T. Toharmat, Editor), hlm: 165-208. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.

Buckle, K., A. R. Edwards, G. H. Fleet, dan Wooton. 1989. Ilmu Pangan.Penerjemah Hari
Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Bylund, G. 1995. Dairy Processing Handbook. Tetra Pak Processing Systems AB. Lund,
Sweden.

Chandan, R. C. dan Kirala, A. 2011. Dairy Ingredients for Food Processing. A John Wiley and
Sons, Inc.,Publication, New York, USA.

Collier, R. J. 1985. Nutritional, Metabolic, and Environmental Aspects of

Lactation in Lactation. Larson, B. L. (Ed.) First Eds.

Djaja. W, R.H Matondang dan Haryono, 2009. Aspek Manajemen Usaha Sapi Perah. Profil
Usaha Peternakan Sapi Perah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Ketut,dkk, 2015. Ilmu Produksi Ternak Perah. Universitas Udayana.

Widitya, 2018. Diktat Praktikum Ilmu Pascapanen Peternakan. Universitas Tidar


LAMPIRAN
.

Anda mungkin juga menyukai