Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROSTOLOGI

“Pembuatan Silase”

KELOMPOK 3

NAMA : RAMLAH

NIM : 17041104137

KELAS : III A

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga laporan praktikum ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penyusun
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penyusun semoga laporan praktikum ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan praktikum agar menjadi lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penyusun yakin masih


banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan praktikum ini.

Manado, 19 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Pengertian Silase ................................................................................................ 5
B. Prinsip Pembuatan Silase ................................................................................... 5
C. Proses Pembuatan Silase .................................................................................... 9
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................................. 13
A. Waktu dan Tempat ........................................................................................... 13
B. Alat dan Bahan ................................................................................................. 13
C. Prosedur Kerja .................................................................................................. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 14
A. Hasil ................................................................................................................. 14
B. Pembahasan ...................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekurangan hijauan segar sebagai pakan ternak sudah lama dirasakan
oleh peternak di Indonesia pada umumnya daan di NTT khususnya. Seringkali
peternak menanggukanginya dengan cara memberikan pakan seadanya yang
diperoleh dengan mudah dari lingkungan sekitarnya. Pemberian pakan ternak
yang seadanya sangat mempengaruhi produktivitas ternak, terlihat dari
lambatnya pertumbuhan atau minimnya peningkatan berat bada (BB) bahkan
sampai mengalami sakit. Pengawetan hijauan pakan atau limbah pertanian
dalam bentuk silase merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh
terutama untuk mengatasi kesulitan pengadaan pakan di daerah yang
mengalami musim kemarau panjang. Perubahan musim akan mempengaruhi
kualitas hijauan pakan yaitu hilangnya fraksi yang mudah larut atau fraksi non
structural akibat respirasi yang meningkat dan penurunan netto fotosintesis.
Pengawetan hijauan seperti silase diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kekurangan hijauan segar terutama pada musim kemarau yang
selanjutnya dapat memperbaiki produktivitas ternak. Produktivitas ternak
merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitasnya. Ketersediaan
pakan dipengaruhi oleh bebrapa factor diantaranya suhu harian, iklim, dan
ketersediaan air tanah. Factor tersebut sangat mempengaruhi ketersediaan
hijauan pakan ternak yang diharapkan kontinyu sepanjang tahun (Ridwan dan
Widyastuti, 2001)
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pembuatan silase.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Silase
Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses
fermentasi hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi. Silase adalah
pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa
tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya,
dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di
masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa
disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
Silase adalah hijauan makanan ternak (HMT) yang diawetkan dengan
teknologi fermentasi. Pembuatan silase bertujuan untuk mengawetkan dan
mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada
masa mendatang. Silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang
banyak atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan
optimum. Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan
silase lebih mempunyai keunggulan karena kurang tergantung pada kondisi
cuaca harian.
Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti
spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan
kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan
penggunaan bahan tambahan (additive).
B. Prinsip Pembuatan Silase
Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob
dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh
kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam
laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen
kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan
oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut
untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase.
Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6,
setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang
cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan
clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH
yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri.
1. Menghilangkan Oksigen Dari Bahan Silase
Proses ensilase terjadi dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob), bakteri
yang bekerja dalam memproduksi asam laktat adalah bakteri anaerob.
Oksigen yang terdapat pada bahan silase dan silo dapat mempengaruhi
proses dan hasil yang diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap
berlangsung selama masih tersedia oksigen. Respirasi dapat meningkatkan
kehilangan bahan kering, mengganggu proses ensilase, menurunkan nilai
nutrisi dan kestabilan silase.
Respirasi Sel Tanaman. Aktivitas sel tanaman tidak segera terhenti
setelah dipanen, sel meneruskan respirasi selama masih cukup tersedia
hidrat dan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi yang
menghasilkan energi untuk fungsi sel. Karbohidrat dioksidasi oleh sel
tanaman dengan adanya oksigen menjadi karbondioksida (CO2), air
(H2O)danpanas.
Gula + oksigen →Karbondioksida + air + panas
Panas yang dihasilkan selama proses respirasi tidak dapat segera
hilang, sehingga temperatur silase dapat meningkat. Peningkatan
temperatur dapat mempenga-ruhi kecepatan reaksi dan merusak enzim
(McDonald dkk. 1991). Enzim merupakan protein yang akan mengalami
denaturasi pada temperatur tinggi. Peningkatan tempetarur juga dapat
mempengaruhi struktur silase misalnya perubahan warna silase menjadi
gelap (Van Soest 1994).
Beberapa jenis bahan secara alami memperangkap lebih banyak udara
dalam silase. Dengan pengelolaan yang baik, oksigen dapat hilang dari
silase dalam 4 sampai 6 jam (Coblentz 2003). Pembatasan respirasi dapat
dilakukan dengan pemotongan langsung, pemadatan padat dan pelayuan.
Untuk menjamin proses fermenatsi berjalan dengan baik, bahan harus
mengandung kadar air sekitar 60-70%.
Pengaruh Terhadap Fermentasi. Oksidasi gula tanaman melalui proses
respirasi mempunyai pengaruhi negatif terhadap karakterisitik fermentasi.
Gula tanaman berperan sebagai substrat utama bagi bakteri penghasil
asam laktat yang dominan dalam fermentasi silase. Produksi asam laktat
oleh BAL menurunkan pH (menurunkan keasaman) silase dan menjadi
kunci stablitas dan pengawetan silase. Respirasi yang berlebihan atau
dalam waktu lama dapat mengurangi ketersediaan substrat dalam produksi
asam laktat, sehingga dapat menurunkan potensi proses fermentasi yang
baik.
Pengaruh Terhadap Nilai Nutrisi. Respirasi yang berlebihan dapat
mempengaruhi nilai nutrisi silase. Oksidasi gula tanaman menurunkan
energi dan secara tidak langsung meningkatkan komponen serat hijauan.
Temperatur silase yang berlebihan menyebabkan pembentukan produk
reaksi Maillard, dimana senyawa yang mengandung protein yang tidak
tercerna di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Kondisi anaerob
yang lambat tercapai memungkinkan berkembangan bakteri aerob yang
dapat mendegradasi protein menjadi amonia.
Pengaruh Terhadap Kestabilan Silase. Silase yang difermentasi dengan
baik akan menghasilkan pH yang lebih rendah. Kondisi ini dapat
dimaksimalkan jika gula difermentasi menjadi asam laktat. Silase akan
tetap stabil untuk waktu yang tak terbatas selama udara tidak dapat masuk
ke dalam silo. Jika udara (oksigen) dapat masuk, populasi yeast dan jamur
akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses
respirasi. Akibat lain adalah kehilangan bahan kering dan mengurangi
nilai nutrisi silase.Beberapa spesies jamur pada kondisi tersebut dapat
menghasilkan mikotoksin dan substansi lain yang mengganggu kesehatan
ternak.
2. Kadar Air
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah kadar
air hijauan. Secara umum, kadar air optimum untuk dalam pembuatan
silase sekitar 65% (Coblentz 2003). Tingkat kadar ini dapat memudahkan
proses fermentasi dan biasanya membantu menghilangkan oksigen selama
proses pemgemasan
Proses ensilase pada kadar air lebih dari 70% tidak dianjurkan.
Hijauan dengan kadar air tinggi pada proses ensilase menyebabkan silase
menjadikan silase yang dihasilkan tidak disukai. Silase ini kurang masam
dan mempunyai konsentrasi asam butirat dan N-amonia yang tinggi.
Hijauan yang diensilase dengan kadar air yang rendah (dibawah 50%)
akan berakibat fermentasi yang terbatas, sehingga menghasilkan silase
yang kurang stabil dengan konsentrasi asam laktat rendah dan pH lebih
tinggi. Hijauan dengan kadar air rendah lebih sulit untuk menghilangkan
oksigen dari bahan silase sewaktu pemasukan dan pengemasan.
3. Factor Tanaman
Silase dapat dibuat dari berbagai jenis tanaman seperti rumput, legum,
sereal dan hasil ikutan tananam lainnya. Bahan yang baik dijadikan silase
harus mempunyai substrat mudah terfermentasi dalam bentuk WSC yang
cukup, buffering capacity yang relatif rendah dan kandungan bahan kering
di atas 200 g kg-1 (McDonal dkk. 1991). WSC tanaman umumnya
dipengaruhi oleh spesies, fase pertumbuhan, budidaya dan iklim.
Rumput yang dipupuk dengan nitrogen dalam level yang tinggi
umumnya tidak menghasilkan silase yang lebih baik dibandingkan dengan
hijauan yang dipupuk dengan level yang biasa. Rumput yang dipupuk
dengan nitrogen mempu-nyai kandungan protein kasar lebih tinggi dengan
kandungan gula lebih rendah. Tanaman merubah energi dari matahari
menjadi gula sehingga konsentrasi gula secara umum lebih tinggi pada
sore atau malam hari. Konsentrasi gula menurun pada malam hari melalui
proses respirasi dalam tanaman dan lebih rendah lagi pada pagi hari. Fase
pertumbuhan tanaman juga mempengaruhi ratio batang dan daun, yang
akan mempengaruhi kandungan gula tanaman.
4. Aditif Silase
Aditif silase dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu a. stimulan
fermentasi, seperti inokulan bakteri dan enzim; b. inhibitor fermentasi
seperti asam propionat, asam format dan asam sulfat; dan c. substrat
sepertii molases, urea dan ammonia Inokulan BakteriHijauan secara alami
mengandung beberapa tipe bakteri baikKarakteristik dasar yang harus
dimiliki oleh inokulan bakteri antara lain dapat beradaptasi pada bahan
dengan kadar air tinggi, dapat beradaptasi dengan temperatur lingkungan,
toleransi terhadap keasaman, menghasilkan bakteriosin toleransi terhadap
PHAGE, dan berperan sebagai probiotik(Ohmomo dkk. 2002).
C. Proses Pembuatan Silase
1. Penyiapan Silo
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa di tutup dan kedap udara,
artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dar dan ke dalam wadah
tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan. Untuk
memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang
terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun
bahan dari metal, semen dll tetap baik untuk di gunakan. Ukuran di
sesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu
kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan
ketinggian 30 meter. Pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anda. Gentong plastik (biasanya
berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa di kunci dengan rapat,
merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya
yang sedang sehingga mudah untuk di angkat manusia, kemudian dengan
penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekaligus, maka cara
yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan
dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang di jual
meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan
silase pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang
bisa dan akan merusak silase yang telah jadi karena terjadinya proses
aerobic, lihat dip hase-6. Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah
kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti
gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna di
banding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu
wadah/silo. Penyimpanan sisa silase ini , di samping sangat merepotkan
juga sangat riskan terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadi
nya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktive kan bakteri aerob,
(http//ylesman@gmail.com).
2. Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo:
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar
yang langsung di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama
– mengapa – lihat pada Prinsip Dasar Fermentasi Silase.Alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk pembuatan silase: Mesin pemotong rumput
(chopper), Mesin pengaduk (mixer), Mesin pengepres, Pompa vakum,
Silo/kantong plastik dan karet pengikat, Rumput/hijauan lain, Inokulum,
Dedak/konsentrat/tetes.
a. Pemotongan atau Pencacahan Bahan Baku
Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 centimeter, Pemotongan
dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam
silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo
serta memudahkan pemadatan. Jika hendak menggunakan bahan
tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di
aduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo
b. Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi
lapis.
c. Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap,
lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar
padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak
mungkin di kurangi atau di hilangkan sama sekali dari ruang silo.
d. Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada
udara yang bisa masuk kedalam silo -- Lihat Prinsip Dasar
Fermentasi Silase.
e. Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak
terkena matahari atau kena hujan secara langsung, selama tiga
minggu.
f. Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai
pakan ternak.
3. Kriteria Silase yang baik
a. Kewangian
1)Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam.
2)Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya
semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau
b. Rasa
1) Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti
youghurt/yakult.
2) Rasa yang sedap, ada dorongan untuk mencobanya.
c. Warna
1) Hijau kekuning- kuningan
2) Jika warna hitam kecoklat-coklatan silase jelek
d. Sentuhan
1) Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk.
Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak
dicucipun tidak apa-apa.
2) Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau
yang menempel ditangan, itu artinya silase jelek
e. Ciri-ciri lainnya
1) Tekstur lembut
2) Tidak berjamur
3) pH sekitar 3.6 - 4.2
4) Disukai ternak
5) Suhu pada waktu dibuka tidak panas (kurang dari 30oC)

4. Penyimpanan Silase

Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap
berada dalam keadaan kedap udara.
BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum bertempat di
Fakultas Peternakan, tepatnya di Aula Fakultas Peternakan. Pada
hari Rabu Tanggal 7 November 2018 pukul 14.00 sampai dengan
selesai.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan, yaitu :
 Pisau tajam/gunting
 Parang
 Tas plastic jumbo
 Tali rafia
2. Bahan yang digunakan, yaitu:
 Rumput benggala(pannicum maximum)
 Dedak halus
C. Prosedur Kerja
1. Menyediakan alat dan bahan, kemudian rumput benggala
(pannicum maximum) dipotong atau digunting dengan panjang
sekitar 3-5 cm.
2. Setelah rumput dipotong kemudian ditimbang sebanyak kurang
lebih 5 kg.
3. Mencampurkan hingga homogeny, memasukkan kedalam
plastik atau wadah kedap udara.
4. Kemudian diikat sampai tidak ada lagi udara yang masuk.
5. Menimbang kembali berat dari silase tersebut.
6. Menyimpan selama 2 minggu hingga terjadi fermentasi enzim
pada hasil pengamatan.
7. Setelah 2 minggu hasil pengamatan akan berubah warna, bau,
dan telstur dari rumput tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum pembuatan silase ini, yaitu:
a. Aroma : berbau tidak sedap ( busuk )
b. Warna :
c. Tekstur :

B. Pembahasan
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan hijauan pakan ternak
untuk mengatasi kekurangan pakam di musim kering dengan prinsip
pemeraman dalam kondisi anaerob.
a. Aroma / bau

Berdasarkan hasil praktikum pengujian aroma/bau hasil silase rumput


benggala, aroma/bau yang diperoleh yaitu berbau tidak sedap ( busuk ). Hal
ini terjadi karena masih terdapat oksigen saat pemadatan hijauan dalam tas
plastic sehingga dapat mengganggu proses dan hasil yang di peroleh. Hal ini
sesuai dengan pendapat Reksohadiprodjo ( 1998 ) yang menyatakan bahwa
oksigen dalam proses ensilase dapat mempengaruhi proses dan hasil yang di
peroleh karena proses respirasi hijauan akan tetap berlangsung selama masih
tersedia oksigen. Respirasi tersebut dapat meningkatkan kehilangan bahan
kering, mengganggu proses ensilase, menghilangkan nutrisi dan kestabilan
silasse.

b.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob
dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh
kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam
laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen
kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
B. Saran
Laporan praktikum yang dibuat belum sempurna sesuai yang
diharapkan. Masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Karena,
penyusun hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf / kesalahan,
kelebihan itu hanya milik Tuhan semata. Untuk itu, diharapkan kritik dan
saran dari semua pihak atau pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, S.B. 1996. Pengawetan pakan ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Widyaastuti, Y. 2008. Fermentasi Silase dan Manfaat Probiotik Silase bagi


Rouminansia. Media Peternakan.31 (3):225-232.

http://googleweblight.com/i?u=http://mariobanoet.blogspot.com/2013/03/laporan-
praktikum-pembuatan-silase.html?m%3D1&hl=id-ID
http://bertusmau.blogspot.com/2009/10/laporan-pembuatan-silase.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai