Anda di halaman 1dari 14

TUUGAS PAPER

MATA KULIAH PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN


“ANALISIS SPASIAL”
Dosen Pengajar :
Drs. F Singkoh, M.Si
Dr. Drs. A. B Pati, M.Si

Oleh Kelompok 3
Anggota :
Annisatul Mujahidah 18081103001
Gracia Sumayku 18081103033
Ichiko Silangen 18081103025
Gabriel Ponto 18081103085
Joshua Nanne 18081103
Deni Prayogo 17081103

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen
Keuangan Pemerintah. Dengan adanya makalah ini, kami sebagai penyusun
mengharapkan semoga apa yang dibahas dalam makalah ini dapat membantu para
pembaca dlaam memahami Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggran.
Akhir kata, kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga
menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat
menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

A. Konsep Dasar Ruang dalam Suatu Wilayah............................................................1

A. Sistem Informasi dan Data Spasial...........................................................................1

B. Analisis Spasial dalam Dua Perspektif Keilmuan : Geografi vs Sosial Ekonomi. .3

1) Perspektif Geografi..................................................................................................3

2) Perspektif Sosial-Ekonomi.......................................................................................5

C. Analisis Spasial Wilayah Deskriptif dalam Perspektif Geografi Kuantitatif........6

1) Analisis Bentuk Kekompakan Wilayah (Compactness index)..................................6

2) Analisis Pendugaan Sebaran Peluang dan Ketidakteraturan.....................................7

3) Analisis Pusat Sebaran Spesial.................................................................................8

4) Analisis Pendugaan Pemusatan dan Dispersi Spasial...............................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
A. Konsep Dasar Ruang dalam Suatu Wilayah
Istilah “ruang” lebih dilihat sebagai tempat kehidupan, sehingga pengertian ruang
tidak lain adalah biosphere yang terdiri atas sebagian dari geosphere (permukaan
kulit bumi hingga kedalaman kira-kira 3 m dalam tanah dan 200 m di bawah muka
laut) dan atmosphere (hingga kira-kira 30 m di atas permukaan tanah). Konsep ruang
kehidupan (biosphere) belakangan ini disesuaikan menjadi ruang yang didasarkan
pada kemampuan teknologi manusia dalam mengakses dan memanfaatkan sumber
daya yang ada di alam.
Hukum Geografi Pertama “Tobler” mengatakan :
‘Setiap hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya, namun yang lebih berdekatan
memiliki keterkaitan lebih dari lainnya’. Dalam Ilmu Wilayah, interaksi antarwilayah
dihipotesiskan sebagai fungsi dari jarak atau aksesibilitas. Interaksi Wilayah yang
bersebelahan (seperti Jakarta dan Bogor) akan cenderung lebih tinggi dibanding
dengan wilayah yang lebih jauh dan tidak bersebelahan.
Perencanaan pembangunan wilayah memerlukan perencanaan tapak yang dikenal
sebagai Rencana Tata Ruang. Salah satu produk perencanaannya adalah perencanaan-
perencanaan pembangunan infrastruktur fisik (bangunan jalan, jembatan, dan lain-
lain) yang harus ditempatkan pada lokasi-lokasi terbaik sesuai dengan daya dukung
lahan yang ditempati dan mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas
berdasarkan analisis social-ekonomi wilayah.

A. Sistem Informasi dan Data Spasial


Sebagai objek analisis, dan data, informasi spasial memiliki karakteristik tertentu
dan memerlukan pendekatan khusus dalam proses analisisnya dibanding data dan
informasi non spasial.
Secara teknis analisis spasial selalu berhadapan dengan pengelolahan informasi
dan data spasial, sehingga pemahaman mengenai kekhususan data spasial dibanding
data pada umumnya sangat diperlukan. Data merupakan suatu representasi numerik
atau simbol-simbol penyederhanaan karakteristik manusia, organisasi, objek, kejadian
atau konsep. Sedangkan informasi merupakan data yang telah terstruktur (yang telah
dikonversi) sebagai upaya membuat gambaran/pemahaman yang lebih mendekati
suatu fenomena.
Sistem informasi didasarkan atas suatu proses transformasi data secara sistematik
yang ditujukan untuk menyediakan dukungan analitik kepada para perencana dan
pembuat keputusan. Dalam hal manfaat, nilai manfaat suatu sistem informasi
ditentukan oleh :
1. Accesibility, atau kemudahan untuk memperoleh informasi.
2. Comprehensiveness, atau kelengkapan informasi.
3. Accuracy, atau keakuratan suatu informasi.
4. Appropriateness, atau ketepatgunaan.
5. Timeliness, atau ketepatan waktu.
6. Flexibility, atau kelenturan.
7. Verifability, atau kemudahan informasi tersebut untuk diuji kembali.
8. Freedom from bias, atau bebas dari bias-bias.
9. Quantifability, atau dapat digunakan untuk penghitungan.
Dalam proses analisis ilmiah yang umum, data digunakan untuk menguji
hipotesis yang dikembangkan dari suatu kerangka teori atau kerangka berpikir logis.
Dalam perspektif analisis kuantitatif, kerangka hipotesis biasanya diterjemahkan
dalam model kuantitatif yang terdiri atas parameter dan variabel. Variabel adalah data
empiric (hasil observasi) yang dikumpulkan dengan metode tertentu. Parameter
merupakan informasi yang menggambarkan hubungan antar-variabel yang berarti
menggambarkan hiubungan-hubungan antara fenomena yang ada.
Pengukuran data dapat dilakukan dalam berbagai skala harkat data :
1. Skala Kualitatif (non metrik), terbagi atas skala nominal dan skala ordinal.
2. Skala Kuantitatif (metrik), terbagi atas skala interval dan skala ratio.
Data yang melekat dengan posisi permukaan bumi (data spasial atau geo-
referenced data) memiliki karakteristik yang khusus karena sifat alamiahnya
memiliki korelasi spasial (spatial intercorrelation). Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Fischer et al. (1996), kerumitan spasial muncul berkaitan dengan
ketergantungan spasial (spatial dependence) dan heterogenitas spasial (spatial
heterogeneity).
Efek-efek spasial di atas menyebabkan tidak dipenuhinya asumsi-asumsi standar
prosedur-prosedur statistika pada umumnya dan apabila dipaksakan dapat
menghasilkan parameter-parameter yang bias. Berikut suatu data spasial yang
setidaknya menyediakan dua jenis unsur ditemukan oleh Fischer et al :
1. Data yang mendeskripsikan secara spesifik lokasi di dalam ruang beserta
topologinya, disebut sebagai data posisi dan topologis (positional and
topological data).
2. Data yang mendeskripsikan atribut-atribut non spasial, disebut sebagai data
atribut atau data tematik.

B. Analisis Spasial dalam Dua Perspektif Keilmuan : Geografi vs Sosial


Ekonomi
Pengertian analisis spasial dipahami secara berbeda antara ilmuwan geografi dan
ilmuwan bidang social (termasuk ekonomi). Perbedaan keduanya bersumber dari
perbedaan dalam dua hal, yang pertama perbedaan pengertian kata spasial atau ruang
itu sendiri, dan yang kedua perbedaan focus kajiannya.
1) Perspektif Geografi
Dari pandangan geografi pengertian spasial adalah pengertian yang bersifat
rigid (kaku), yaitu segala hal yang menyangkut lokasi dan tempat. Definisi suatu
“tempat” atau lokasi secara geografi sangat jelas, tegas, dan lebih terukur karena
setiap lokasi di permukaan bumi dalam ilmu geografi dapat diukur secara
kuantitatif.
Dalam kerangka konsep geografis, analisis spasial atau analisis data spesial
telah lama dikembangkan oleh para ahli geografi untuk memenuhi kebutuhan
pemodelan dan analisis spasial. Analisis spasial lebih terfokus pada kegiatan
investigasi pola-pola dan berbagai atribut atau gambaran dalam studi
kewilayahan dengan menggunakan berbagai keterkaitan pemodelan dan
tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan prediksi atau peramalan.
Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif, menurut Haining
(1995), tujuan analisis spasial adalah :
1. Mendeskripsikan kejadian-kejadian dalam ruang geografis (termasuk
deskripsi pola) secara cermat dan akurat.
2. Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antarkejadian
atau objek dalam ruang.
3. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi dan pengendalian
kejadian-kejadian dalam ruang geografis.
Sedangkan berdasarkan aplikasinya, menurut Fischer et al. (1996), model
spasial digunakan untuk tiga tujuan, yakni : (1) peramalan dan penyusunan
scenario, (2) analisis dampak terhadap kebijakan, dan (3) penyusunan kebijakan
dan desain.
Analisis spasial berkembang seiring dengan perkembangan geografi
kuantitatif dan ilmu wilayah (regional science) pada awal tahun 1960-an. Analisis
spasial secara kuantitatif, memiliki dua kajian studi yang bisa dibedakan :
(1)Analisis statistik data spasial, terdiri dari kajian-kajian untuk menemukan
metode-metode dan kerangka analisis guna memodelkan efek spasial dan
proses spasial.
(2)Permodelan spasial, terdiri dari permodelan deterministik atau stokastik
untuk memodelkan kebijakan lingkungan, lokasi-alokasi, interaksi
spasial, pilihan spasial, dan ekonomi regional.
Penyederhanaan model merupakan upaya menggambarkan fenomena dunia
nyata yang kompleks. Secara ringkas asumsi-asumsi yang diinginkan untuk
membangun model adalah sebagai berikut :
(1)Permukaan lahan yang datar tak terbatas serta homogen yaitu :
a. Permukaan lahan yang datar sempurna, tidak ada hambatan untuk
bergerak, serta pergerakan bisa dilakukan ke semua arah.
b. Biaya transportasi proposional terhadap jarak serta sistem transportasi
seragam dan tunggal.
c. Sumberdaya fisik terdistribusi sama di semua tempat, seperti tingkat
kesuburan tanah yang sama, bahan baku yang ada di semua tempat
serta biaya yang sama.
(2)Kehidupan masyarakat di atas permukaan lahan yang dicirikan oleh :
a. Tempat tinggal yang terdistribusi secara merata.
b. Memiliki tingkat pendapatan, permintaan dan selera masyarakat yang
homogen.
c. Produsen dan konsumen telah memiliki pengetahuan yang sempurna
dan bertindak rasional dalam mengambil keputusan (pada produsen
yaitu maksimalisasi keuntungan, sedangkan konsumen yaitu
minimalisasi pengeluaran).
2) Perspektif Sosial-Ekonomi
Perspektif ilmu sosial-ekonomi dalam analisis spasial lebih menekankan
tentang “apa yang menjadi masalah” (what) dan “mengapa masalah itu terjadi”
(why). Aspek-aspek spasial tidak didefinisikan dalam bahsa yang memiliki
pengertian posisi/lokasi kuantitatif, melainkan lebih pada permasalahannya.
Karena lebih fokus pada pemahaman terhadap penyebab permasalahan, konteks
spasial lebih sering menggunakan istilah-istilah yang memiliki “arti” dalam
perspektif ilmu sosial-ekonomi,, seperti desa, kota, wilayah, pusat, dan
hinterland (daerah belakang).
Lemahnya pendekatan-pendekatan spasial (analisis spasial) dalam bidang
ilmu-ilmu kewilayahan (regional science) yang dilakukan para peneliti atau para
ahli yang menekuni bidang regional science dan ekonomi regional
mengakibatkan berbagai kajian yang dilakukan seolah-olah menjadi tidak
signifikan (tidak berbeda) dengan ilmu-ilmu atau studi pembangunan pada
umumnya atau studi ekonomi pada khususnya.
Perkembangan mutakhir analisis spasial yang lebih mengawinkan perspektif
geografi dan perspektif sosial tercermin dari lahirnya pendekatan-pendekatan
baru seperti lahirnya spatial econometrics. Hal ini didorong oleh perkembangan
teknologi computer yang makin canggih, cepat, dan mudah serta teknologi
informasi spasial (SIG dan remote sensing) serta analisis-analisis spasial
kuantitatif standar (spatial statistics, dan geostatistics).
C. Analisis Spasial Wilayah Deskriptif dalam Perspektif Geografi Kuantitatif
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik analisis spasial kuantitatif deskriptif
yang umum digunakan.
1) Analisis Bentuk Kekompakan Wilayah (Compactness index)
Salah satu konsep spasial penting yang seringkali kurang diperhatikan adalah
analisis bentuk suatu wilayah. Pengukuran bentuk wilayah dapat digunakan
sebagai indikator potensi aksesibilitas internal wilayah. Semakin kompak bentuk
wilayah mengindikasikan semakin baik aksesibilitas internal wilayah tersebut.
Bentuk wilayah hanya menggambarkan potensi aksesibilitas internal secara
umum sehingga analisis jaringan jalan tetap diperlukan untuk mengetahui tingkat
aksesibilitas aktual.
Bentuk wilayah dapat diukur dengan pendekatan compactness index.
Semakin kompak bentuk wilayah maka nilai compactness index tersebut semakin
besar. Smith (1995) memformulasikan compactness index (C) sebagai berikut :
Di
Ci=
D'i

Ai
Di=2 (
√ ∂
)

Keterangan :
Ci = compactness index ke-i
Di = diameter lingkaran sempurna yang memiliki luas area yang
sama dengan luas wilayah ke-i
Di' = garis lurus terpanjang yang menghubungkan dua titik pada
batas wilayah ke-i
A = luas area wilayah ke-i
Nilai compactness index berada pada kisaran angka 0 sampai 1.
Compactness index bernilai nol jika wilayah yang dianalisis berbentuk garis.
Dalam hal ini luas wilayah diasumsikan sebesar nol karena bentuk garis hanya
berdimensi satu. Nilai maksimal compactness index sama dengan satu jika
wilayah yang dianalisis berbentuk lingkaran sempurna.
2) Analisis Pendugaan Sebaran Peluang dan Ketidakteraturan
Pendugaan sebaran peluang pencampuran, keragaman, dan ketidakteraturan
sumberdaya wilayah dapat dilakukan dengan pengukuran nilai entropy. Semakin
banyak jumlah pilihan yang terlibat dalam seleksi kejadian dan semakin rata
sebaran pelluang munculnya jenis kejadian di suatu wilayah maka nilai entropy
wilayah tersebut semakin besar.
Shanon dan Weaver (1949) memformulasikan nilai entropy (H) sebagai
berikut :
n
Hi=K ∑ p ij log p ij ❑
j=1

X ij ' Hi
Pij = H i=
Xi H i max

H i max ¿ log (N )

Keterangan :
Hi = entropy wilayah ke-i
Hi' = entropy relative wilayah ke-i
Hi max = entropy maksimal
N= jumlah jenis kejadian
K =konstanta pembobot positif, bernilai 1 jika tidak dilakukan pembobotan
Pij=peluang munculnya jenis kejadian ke-j di wilayah ke-I, proporsi jenis
kejadian ke-j di wilayah ke-i
Xij = nilai jenis kejadian ke-j di wilayah ke-i
Xi = nilai total kejadian di wilayah ke-i
Besarnya nilai entropy memiliki kisaran 0 sampai log n. Entropy suatu
wilayah bernilai nol apabila wilayah tersebut hanya terdapat satu jenis kejadian
sumberdaya. Entropy maksimal diperoleh apabilah peluang munculnya semua

1
jenis kejadian sama besar atau bernilai .
n
3) Analisis Pusat Sebaran Spesial
Pusat sebaran merupakan sepasang koordinat spasial yang menggambarkan
posisi suatu titik yang diasumsikan paling mewakili sebaran lokasi fenomena.
Pusat sebaran dalam buku ini ditentukan dengan pendekatan spasial mean atau
mean center dan median center. Mean center merupakan sepasang koordinat
spasial yang menyatakan posisi pusat dari sebaran fenomena tiap wilayah. Nilai
koordinat mean center ( x c , y c ) merupakan rataan nilai koordinat fenomena yang
diukur pada sumbu x dan y sehingga koordinasi mean center sangat sensitif
terhadap nilai ekstrim (Smith, 1995). Dalam pertemuan koordinat mean center,
sebaiknya dipertimbangkan apakah posisi-posisi pencilan dari sebaran fenomena
diikut sertakan dalam perhitungan atau tidak.
1. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data koordinat fasilitas
fisik di daerah.
Koordinat mean center ( x c , y c )diformulasikan sebagai berikut :

n n

∑ xi ∑ yi
i=1
x c= ; y c = i=1
n n

Keterangan :
Xc = koordinat mean center pada sumbu x.
Yc = koordinat mean center pada sumbu y.
Xi = koordinat fasilitas ke-i pada sumbu x.
Yi = koordinat fasilitas ke-i pada sumbu y.
2. Median center didefinisikan sebagai perpotongan dari dua garis yang
masing-masing membagi pola sebaran titik menjadi dua. Nilai koordnat
median center ( x m , y m ) merupakan setengah dari jumlah nilai maksimal
dan minimal dari koordinat pada sumbu x dan y (Smith, 1995).
Koordinat median center ( x m , y m ) difomulasikan sebagai berikut :
x max + x min
x m=
2

y max + y min
ym=
2

Keterangan :
Xmax = koordinat fasilitas maksimal pada sumbu x.
Xmin = koordinat fasilitas minimal pada sumbu x.
Ymax = koordinat fasilitas maksimal pada sumbu y.
Ymin = koordinat fasilitas minimal pada sumbu y.
4) Analisis Pendugaan Pemusatan dan Dispersi Spasial
Sebaran fenomena dalam suatu wilayah dapat mengindikasikan pemusatan
dan dispersi. Fenomena pemusatan ditunjukkan oleh penggerombolan mendekati
pusat sebaran. Fenomena dispersi ditunjukkan oleh penyebaran menjauhi pusat.
Pemusatan dan disperse dapat diduga dengan pendekatan spatial standard
distance. Spatial standard distance hanya menggambarkan kecenderungan
sebaran data terpusat atau terdispersi. Spatial standard distance tidak mampu
menunjukkan arah disperse.
Spatial standard distance merupakan akar kuadrat dari rataan kuadrat jarak
dari pusat (Smith, 1995), diformulasikan sebagai berikut :
Dw = √ Sw x + Sw y
2 2
n

S w x=
√ ∑ ( xi −x c ) ❑2
i=1
n

S w y=

Keterangan :
∑ ( yi − y c ) ❑2
i=1
n

Dw = spatial standard distance.


S wx = spatial standard distance pada sumbu x.
Sw y = spatial standard distance pada sumbu y.
Xc = koordinat mean center pada sumbu x.
Yc = koordinat mean center pada sumbu y.
Xi = koordinat fasilitas ke-i pada sumbu x.
Yi = koordinat fasilitas ke-i pada sumbu y.
DAFTAR PUSTAKA

Rustiadi, Erman, dkk. 2011. Perencanaan Dan Pengebangan Wilayah. Bogor:


Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai