Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN

ACARA II
HANTARAN HIDROLIK (HIDRAULIC CONDUCTIVITY)

Oleh:
Kristianti Rahmawati Dewi
A1D016168/ 7

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I.

30
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki jenih tanah yang beraneka ragam. Keberagaman ini

menyebabkan perbedaan sifat tanah di daerah satu dengan daerah lainnya. Setiap

tanah apapun jenisnya memiliki pori-pori yang berperan dalam sirkulasi udara dan

air. Keberadaan pori tanah ini biasa disebut dengan porositas tanah. Meskipun

dimiliki oleh semua jenis tanah, pori-pori tanah ini memiliki keadaan yang

berbeda sesuai dengan jenis tanahnya. Misalnya tanah pasir, memiliki porositas

yang tinggi sehingga sulit untuk menahan air dan mudah mengalami kekeringan.

Sebaliknya, tanah liat memiliki porositas yang rendah sehingga mudah tergenang

oleh air.

Setiap tanah memiliki kemampuan yang berbeda dalam meloloskan air. Hal

ini dalam ilmu tanah disebut sebagai hantaran hidrolik (hidrolic conductivity).

Melalui hantaran hidrolik ini dapat diketahui kondisi pori-pori dan agregat tanah.

Hantaran hidrolik suatu tanah sangat penting dipelajari terutama pada saat akan

membuat saluran drainase. Saluran drainase diperlukan untuk menciptakan

kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Sebab tanah yang

digenangi oleh air akan menghambat pertumbuhan akar bahkan dapat

menyebabkan pembusukan akar.

Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai hantaran hidrolik tanah,

dalam praktikum ini akan dipelajari cara pengukuran hantaran hidrolik suatu

tanah. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah invers auger hole.

31
Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan cara mengukur penurunan air

dalam suatu periode yang telah ditentukan.

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini yaitu:

1. Mengetahui kemampuan suatu tanah dalam meloloskan atau melewatkan

air.

32
II. TINJAUAN PUSTAKA

Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah

meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi

sehingga menurunkan laju air larian. Tanah memilki kemampuan untuk

melewatkan air yang sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah dan potensial

hidrolik tanah. Konduktifitas hidrolik tanah dibedakan menjadi dua, yakni

konduktifitas hidrolik tanah tidak jenuh dan konduktifitas hidrolik tanah jenuh

(Kurnia et al., 2006). Pada kondisi tanah jenuh yang berperan adalah potensial

tekanan dan potensial gravitasi, sedangkan pada kondisi tanah tidak jenuh yang

berperan adalah potensial matriks.

Konduktivitas hidrolik pada keadaan jenuh diisebut dengan permeabilitas

tanah. Permeabilitas tanah didefinisikan sebagai kecepatan bergeraknya cairan

dalam keadaan jenuh. Konduktivitas hidrolik ini dijelaskan oleh hukum Darcy

unutk satu dimensi yaitu aliran secara vertikal. Ada beberapa metode laboratorium

untuk menetapkan konduktivitas ini diantaranya constand head method, constan

head soil, fallimg head soil core dan steady flow soil column method. Sementara

untuk metode di lapangan yaitu auger hole, inverse auger hole, dan peizometer

(Dariah et al., 2006)

Permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik

melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal.

Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan.

Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga

33
dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang

memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut

permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun

dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah liat). Jadi, tanah

yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda (Sari et al., 2014).

Setiap jenis tanah mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap erosi.

Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diartikan sebagai mudah tidaknya tanah

tererosi atau erodibilitas. Empat sifat tanah yang penting dalam menentukan

erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, unsur organik, struktur tanah, dan

permeabilitas tanah (Suharta dan Prasetyo, 2008).

Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir

melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.

Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan

tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah

atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh

walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Tinggi

muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga

berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat

juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan

kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya

dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air

tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat

air (Supardi, 2000).

34
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang

dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah.

Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan

makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir

kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah

dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau

tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada

permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang

bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured) (Asdak,

2002).

35
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum acara 2 yaitu lahan/ tanah, tali dan

air.

Alat yang digunakan pada praktikum acara 2 yaitu bor tanah, pelampung,

mistar rol 2 meter, besi penyangga, ember, gayung air, jerigen, pipa paralon,

stopwatch, alat tulis, dan lembar pengamatan.

B. Prosedur Kerja

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Tanah dibor dengan menggunakan bor tanah sampai kedalaman 75 cm

(horizon B).

3. Lubang disiram dengan air sampai penuh.

4. Lubang permukaan tanah diukur diameternya.

5. Besi penyangga diletakkan di atas lubang.

6. Pelampung yang telah dikaitkan dengan meteran diletakkan di atas

penyangga.

7. Lubang yang telah dibor diisi air kemudian turunkan alat penampung dengan

posisi meteran diatas tiang penyangga.

36
8. Penurunan permukaan diukur untuk setiap periode waktu tetentu (1 menit

diulang 5 kali, 2 menit diulang 1 kali, 3 menit diulang 3 kali dan 5 menit

diulang 3 kali).

9. Data yang diperoleh dicatat untuk menghitung nilai K.

37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 2.1. Perhitungan waktu dan penurunan air.


t (x) Δt h (y) Δh
1 1 28 3
2 1 30 2
3 1 31 1
4 1 33 2
5 1 34 1
7 2 37 3
10 3 39 2
13 3 41 2
16 3 44 3
21 5 46 2
26 5 50 4
31 5 52 2
ket : N : Jumlah data

r : Jari-jari biopori

Ʃµ𝑦=Ʃ𝑥𝑦−Ʃ𝑥Ʃ𝑦/𝑁

Ʃµ𝑦=1342−(31×465)/(12×5)

= 1342-(14415/60)

= 1342-240,25

= 1101,75

Ʃµ²=Ʃ𝑥²−(Ʃ𝑥)²/𝑁

Ʃµ²=111−[(31)²/60]

=111-16,0166667

= 94,983333

38
Tabel 2.2.Perhitungan nilai hantaran hidrolik.
x y x² xy
1 28 1 28
1 30 1 30
1 31 1 31
1 33 1 33
1 34 1 34
2 37 4 74
3 39 9 117
3 41 9 123
3 44 9 132
5 46 25 230
5 50 25 250
5 52 25 260
Ʃ 31 465 111 1342
tan⁡α=(Ʃµ𝑦)/(Ʃµ²)

= 1101,75/94,983333

= 11,599403

K=1.15 r tan α

= 1,15 × 5 × 11,599403

= 66, 696722

Kesimpulan: Nilai HC yang diperoleh sebesar 66, 696722 yang termasuk kedalam

kategori sedang (s).

B. Pembahasan

Hantaran hidrolik adalah perbandingan antara debit terhadap gradient

hidrolik atau sudut pengaliran dan kurva gradient. Hantaran hidrolik jenuh adalah

pengukuran secara kuantitatif kemampuan tanah yang dijenuhi air kiriman jika

dihubungkn dengan gradient hidrolik. Hantaran hidrolik jenuh dipengaruhi oleh

tanah dan sifat-sifat cairan. Hal ini bergantung pada ukuran pori dan juga

kekentalan cairan dan kerapatan. Hantaran hidrolik jenuh untuk suatu tanah

39
tertentu menjadi lebih rendah jika cairan lebih kental daripada air (Lubis, 2007).

Hantaran hidrolik merupakan salah satu sifat fisik tanah yang berpengaruh

langsung terhadap ketersediaan air bawah tanah.

Hantaran hidrolik memiliki nilai yang beragam pada tiap jenis tanah

(Syahadat et al., 2011). Menurut Dariah et al. (2006) Hantaran hidrolik

(permeabilitas) tanah didefinisikan oleh hukum Darcy untuk satu dimensi yaitu

aliran secara vertikal. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh geometri (ruang) pori dan

sifat dari cairan yang mengalir didalamnya. Ukuran pori dan adanya hubungan

antar pori-pori tersebut sangat menentukan apakah tanah mempunyai

permeabilitas rendah atau tinggi. Air dapat mengalir dengan mudah di dalam

tanah yang mempunyai pori-pori besar dan mempunyai hubungan antar pori yang

baik. Pori-pori yang kecil dengan hubungan antar pori yang seragam akan

mempunyai permeabilitas lebih rendah, sebab air akan mengalir melalui tanah

lebih lambat. Kemungkinan tanah-tanah yang pori-porinya besar,

permeabilitasnya mendekati nol (hampir tidak ada aliran), yaitu jika pori-pori

tersebut terisolasi (tidak ada hubungan) sesamanya.

Menurut Darmansyah (2004) berbagai sifat-sifat tanah pengaruhnya tidak

sama, diduga sifat fisik mempunyai pengaruh yang paling menentukan terhadap

hantaran hidrolik. Secara umum hantaran hidrolik dipengaruhi oleh:

1. Tekstur tanah

Tekstur tanah mempunyai hubungan yang erat dengan hantaran hidrolik,

karena tekstur berhubungan erat dengan distribusi ukuran pori. Air bergerak

cepat melalui pori makro dan lambat melaui pori mikro. Ukuran pori yang

40
besar diantara partikel pasir mempengaruhi kecepatan air bergerak. Tanah yang

bertekstur lempung, lempung berliat, dan liat dapat memperlambat pergerakan

air.

2. Porositas dan Distribusi Ukuran Pori

Porositas dan distribusi ukuran pori mempunyai hubungan yang erat

dengan hantaran hidrolik. Porositas tanah yang tinggi tidak menjamin hantaran

hidrolik yang tinggi, tergantung dari ukuran pori dan kesinambungan pori.

Tanah-tanah yang mempunyai porositas total tinggi tidak selalu mempunyai

hantaran hidrolik yang tinggi, terutama jika tanah didominasi oleh pori-pori

mikro. Tanah yang mempuyai ruang pori berukuran besar dan sinambung,

seperti pasir mempunyai hantaran hidrolik lebih tinggi, walaupun pori totalnya

rendah. Pori halus dan tidak sinambung yang ditemui pada tekstur sedang atau

halus akan menahan pergerakan air.

3. Struktur dan Kemantapan Agregat

Struktur tanah sangat penting peranannya dalam menentukan hantaran

hidrolik, karena struktur yang mantap dapat mempertahankan kemantapan

ruang pori sehingga air akan mudah bergerak.

Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi hantaran hidrolik adalah

penggunaan lahan. Menurut Winarni (2007) menyatakan bahwa penggunaan

lahan dapat mempengaruhi hantaran hidrolik karena berkaitan dengan vegetasi

dan teknik pengelolaan lahan. Perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi serta teknik

pengelolaan lahan yang berbeda pada penggunaan suatu lahan dapat menyebabkan

pengaruh yang berbeda terhadap hidrolik tanah. Vegetasi berperan menghalangi

41
butiran air hujan supaya tidak langsung ke permukaan tanah sehingga kekuatan

menghancurkan tanah berkurang, menghambat aliran permukaan dan

meningkatkan infiltrasi (Hardjowigeno, 2003).

Pengukuran pergerakan air dalam tanah kondisi jenuh atau biasanya disebut

Konduktivitas Hidrolik Jenuh tanah (KHJ). KHJ berperan penting dalam

penentuan limpasan air, infiltrasi, dan juga perkolasi. Besarnya infiltrasi sangat

mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah dan tentunya infiltrasi sangat

dipengaruhi oleh sifat fisik tanah itu sendiri, sehingga ketersediaan air dalam

tanah juga tergantung dari sifat fisik tanah yang berhubungan dengan kemampuan

tanah dalam menyerap air dan kemampuannya dalam menghantarkan air

(Rosyidah dan Ruslan, 2013).

Beberapa metode laboratorium yang dapat digunakan untuk menetapkan

konduktivitas hidrolik tanah dalam keadaan jenuh, diantaranya: (1) metode tinggi

air konstan/constan head method (Klute dan Dirksen, 1986); (2) metode tinggi air

konstan di dalam tangki/constan head soil core/tank method (Reynold dan Elrick,

2002); (3) metode tinggi air terjun di dalam tangki/falling head soil core/tank

method (Reynold dan Elrick, 2002); dan (4) metode aliran air dalam kondisi

kesetimbangan/steady flow soil column method (Boolthink dan Bouma, 2002).

Beberapa metode yang digunakan dalam pengukuran hantaran hidrolik

sebagai berikut:

1. Metode Shallow Well Pump-In

Titik pada lokasi yang diukur diambil secara acak, lalu titik tersebut

dilubangi sedalam 20 cm dengan menggunakan bor belgi. Alat permeameter diisi

42
air sampai penuh, kemudian pada ujungnya ditutup dengan kertas tisu. Lubang

yang telah dibuat di tanah diisi air hingga penuh, lalu permeameter dimasukan ke

dalam lubang tersebut. Kran dibuka pada ujung permeameter agar air di dalam

permeameter mulai turun. Penurunan air tersebut dicatat per satuan waktu

tertentu. Pengukuran terus dilakukan sampai mencapai keadaan konstan, yaitu

pada saat air yang turun pada permeameter dengan kecepatan tetap. Hal ini

merupakan kondisi dimana tanah di dalamnya sudah jenuh air (Syahadat et al.,

2011).

2. Metode tinggi air konstan (contant head soil method)

Sebuah rak dari kayu atau metal dibuat untuk menyangga 6-12 ring sampel,

ditempatkan dalam satu baris. Air dialirkan melewati siphon yang

menghubungkan ring dengan ring berikutnya. Sistem aliran air dapat dibuat satu

arah atau secara berputar (circulating water-supply system). Sistem satu arah,

kelebihan air (over flow) langsung mengalir menuju saluran pembuangan,

sedangkan pada sistem beputar, kelebihan air ditampung dalam suatu penampung,

selanjutnya dialirkan kembali melewati siphon dengan menggunakan pompa. Air

yang berhasil melalui masa tanah dari masing-masing contoh tanah ditampung

dalam wadah, misalnya gelas piala atau labu untuk selanjutnya diukur dengan

menggunakan gelas ukur (Dariah et al., 2004).

3. Metode Auger Hole

Metode Auger Hole adalah metode yang paling banyak digunakan dalam

penentuan konduktivitas hidrolik tanah jenuh. Suatu lubang di dalam penampang

tanah dibuat dengan bor tanah sampai melampaui kedalaman permukaan air tanah.

43
Air yang ada di dalam lubang pemboran dikuras menggunakan suatu pompa,

kemudian lubang akan terisi kembali oleh air tanah. Keadaan seimbang

(equilibrium), permukaan air tanah di dalam lubang akan sama dengan permukaan

air tanah (water table). Kecepatan naiknya permukaan air di dalam lubang

digunakan sebagai dasar untuk menghitung konduktivitas hidrolik tanah. Metode

ini biasanya dipakai untuk daerah-daerah yang permukaan air tanahnya (ground

water) berada agak dangkal (tidak terlalu dalam) dengan demikian pengukuran

hanya sedalam profil. Metode ini biasanya digunakan untuk daerah pertanian.

Prinsip metode ini ialah pengukuran kenaikan permukaan air (Marshal dan

Holmes, 1998).

Metode ini biasanya dipakai untuk daerah-daerah yang permukaan air

tanahnya (ground water) berada agak dangkal (tidak terlalu dalam) dengan

demikian pengukuran hanya sedalam profil. Metode ini biasanya digunakan untuk

daerah pertanian. Prinsip metode ini yaitu pengukuran kenaikan permukaan air.

Metode ini kurang sesuai jika dipakai pada profil tanah yang homogen, tekstur

kasar dan berbatu, pada tempat-tempat dimana terdapat sumber artesis.

Komponen-komponen yang diukur dalam metode ini adalah kedalaman lubang,

kedalaman muka air tanah, jari-jari lubang, jarak dasar lubang denagn lapisan

kedap air, jarak atas mula-mula dengan permuakan air, jarak atas dengan

permukaan air setelah ditimba, kedalaman lubang dikurangi kedalaman muka air

tanah (Arsyad, 2010).

44
4. Metode Inverse Auger Hole (kebalikan Auger Hole)

Metode ini digunakan jika permukaan air sangat dalam, pada metode ini

yang diukur adalah penurunan permukaan air pada lubang setelah tanah dibuat

dalam keadaan jenuh. Pengukuran hantaran hidrolik pada horizon tanah diatas

permukaan tanah (ground water). Persyaratan daerah sama dengan metode Auger

Hole (Marshal dan Holmes, 1998).

5. Metode Piezometer

Metode ini digunakan untuk tanah yang mempunyai permukaan air tanah

tinggi (tergenang) dan tanah dengan nilai hantaran hidrolik sangat tinggi. Metode

ini banyak dipakai untuk daerah pasang surut. Pipa paralon yang dipasang di

dinding lubang bor adalah untuk mengurangi kecepatan kenaiakan permuakan air

tanah dalam lubang (kenaikan air diusahakan tidak melalui sisa-sisa lubang)

(Marshal dan Holmes, 1998).

Hantaran hidrolik dapat ditentukan dengan metode pendugaan (metode

kolerasi) dan dapat melalui pengukuran. Pendugaan kehantaran hidrolik melalui

metode kolerasi dilakukan dengan memakai metode distribusi ukuran butir atau

metode permukaan spesifik. Kedua metode dapat digunakan untuk pendugaan

kehantaran hidrolik karena adanya hubungan yang erat antara ukuran dan jumlah

pori serta ukuran butir dengan kehantaran hidrolik. Penetapan nilai kehantaran

hidrolik melalui pengukuran dapat dapat dilakukan di laboratorium atau lapangan.

Metode yang sering digunakan adalah metode Constand Head, Falling Head, dan

Ring Sample (di laboratorium). Sedangkan di lapangan dipergunakan metode

Auger Hole, Inverse Auger Hole dan Peizometer (Kurnia et al., 2006).

45
Menentukan konduktivitas hidrolik dengan metode Auger Hole kita dapat

menghitung nilai debit air dan menghitung kecepatan aliran air dalam tanah. Hal

tersebut memungkinkan bagi kita untuk menentukan lahan mana yang potensial

untuk digunakan untuk sumber air tanah dan sebagai patokan penggunaan air di

suatu lahan tersebut sudah tidak memungkinkan lagi untuk diambil sumber airnya

(Lubis, 2007). Prinsip umum metode ini sangat sederhana: sebuah lubang

dipersiapkan dengan menggunakan bor sampai kedalaman tertentu di bawah

permukaan air tanah. Ketika keseimbangan air dengan lingkungan telah tercapai,

sebagian air dari lubang tadi dikeluarkan. Air akan merembes kembali ke dalam

lubang, dan laju naiknya muka air tanah di dalam lubang sejalan dengan waktu

dicatat. Dengan menggunakan formula yang sesuai, data pengamatan tersebut

dapat digunakan untuk menentukan keterhantaran hidraulik tanah (K) (Rauf,

2009). Metode Auger Hole memberikan nilai permeabilitas rata-rata lapisan tanah

dari muka air tanah sampai beberapa sentimeter dibawah lubang auger. Jika ada

lapisan kedap pada dasar lubang auger maka nilai K ditentukan oleh lapisan-

lapisan di atas lapisan kedap ini. Jari-jari kolom tanah dimana permeabilitas ini

(Juliandri, 2013). Sedangkan penentukan konduktivitas hidrolik dengan metode

pengukuran permeabilitas tanah (metode invers auger hole) menurut Werdiningsih

(2013), berdasarkan kepadatan bangunan dan lereng, pengukuran kedalaman

muka air tanah, cek digitasi lapangan dan penggunaan lahan, serta profil tanah.

Jenis tanah yang digunakan pada saat praktikum termasuk ke dalam jenis

tanah andosol, dengan ciri-ciri yaitu Tanah memiliki beberapa ciri khas yang

selalu berbeda dalam tiap daerah. Tanah andosol atau dapat disebut tanah

46
vulkanik yaitu tanah yang tercipta dari proses andosolization. Proses ini adalah

proses yang terjadi akibat pengendapan mineral dari sebuah pelapukan vulkanik

dan campuran logam komplek serta humus. Karakteristik yang tanah andosol

miliki yang membedakan dengan jenis tanah lain yaitu berkepadatan rendah

massal, mempunyai retensi sulfat yang kuat, thixtotropy, karakteristik dari

variabelnya. Selain itu sifat atau ciri-ciri tanah andosol yang lain adalah

konstituen koloid tanah andosol yang berguna untuk membantu identifikasi

andosol tersebut. Namun, ada satu ciri tanah andosol yang utama yaitu memiliki

bahan induk andosol tephra. Tephra tersebut terbentuk dari hasil campuran dari

vulkanik ejecta. Yang merupakan salah satu sisa vulkanik yang dapat dihitung

komposisi, ukuran, dan morfologinya. Tephra atau kaca vulkanik ini dapat

mengalami defresiansi. Hal tersebut dapat dilihat perbadaan banyaknya

kandungan dasit, andesit, basalt, dan riolit. Adapun kandungan mineral pada sifat

atau ciri-ciri tanah andosol. Banyak mineral-mineral yang cukup dominan yang

terkandung dalam tanah andosol. Selain bahan tephra yang mempunyai

konsentrasi tinggi ada juga beberpa logam dalam kandungan andosol yaitu

alumunium (Al), besi (Fe), dan Si. Mineral dominan lainnya yaitu berupa

imogolite, ferihidrit, haloisit, dan alofan ( Susanto, 2007).

Praktikum hantaran hidrolik ( Hidraulic Conductivity) kali ini dilakukan

dengan mengunakan metode pengukuran HC di lapang, yaitu dengan

menggunakan metode Inverse Auger Hole. Praktikum kali ini menggunakan

peralatan dan bahan seperti bor tanah, pelampung, mistar rol 2 meteran, tali,

ember, dan gayung air. Kegiatan yang kemudian dilakukan untuk menentukan

47
pengukuran HC adalah dengan mengebor tanah sampai kedalaman tertentu,

kemudian menyiram lubang dan tanah sekitarnya. Setelah itu diisi lubang dengan

air dan turunkan alat pelampung. Selanjutnya diukur penurunan permukaan air

untuk setiap periode tertentu dan dicatat setiap data yang diperoleh. Berdasarkan

praktikum yang dilakukan dalam pengukuran hantaran konduktivitas yang

dilakukan dalam waktu 35 menit dimana menit 1 dilakukan 5 kali, menit 2

dilakukan 1 kali, menit 3 dilakukan 3 kali dan menit 5 dilakukan 3 kali. Praktikum

yang dilakukan memperoleh hasil K = 1,15 dan tan = 5 karena jari-jari (r)

diketahui sehingga didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan air pada tanah

yang sudah diamati didapatkan hasil 66, 696722 cm/dt. Perolehan yang didapat

tersebut termasuk dalam kategori sedang. Menurut Uhland dan O’Neal (1951)

dalam Darmansyah (2004), berdasarkan kecepatannya, hantaran hidrolik jenuh

tanah dapat dibagi menjadi beberapa kelas hantaran hidrolik yaitu sangat lambat <

0,125; lambat 0,125-0,50; agak lambat 0,50-2,00, sedang 2,00-6,250; agak cepat

6,25-12,5, cepat 12,0-25,0 dan sangat cepat > 25,0.

Hantaran hidrolik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kapasitas infiltrasi tanah, makin tinggi hantaran hidrolik makin tinggi pula

kapasitas infiltrasi yang akan terjadi. Baver (1972) dalam Darmansyah (2004)

mengemukakan bahwa tanah dengan hantaran hidrolik lambat lebih mudah

tererosi daripada tanah dengan hantaran hidrolik cepat. Namun sebaliknya,

hantaran yang terlalu besar akan menurunkan produktivitas lahan pertanian akibat

proses pencucian unsur hara tanah. Oleh karena itu perlu adanya

pengaturan jumlah, waktu aliran dan kualitas air sejauh mungkin melalui cara

48
pengelolaan dan penggunaan tanah yang baik. Menurut Putra dan Slamet (2008),

cara kerja metode inverse auger hole adalah pengeboran tanah pada zona tidak

jenuh, kemudian diisi air dan dicatat penurunan/peresapan air tanah per satuan

waktu untuk mencari koefisien permeabilitas (K). Penentukan hantaran hidrolik

dilakukan dengan mudah di bawah permukaan tanah, seperti dengan metode

lubang bor atau dengan metode piezometer. Cara lain dengan metode tabung

ganda, metode pemompaan dalam sumur dangkal dan dengan metode

permeameter lapangan (Lubis, 2007).

Menurut Manita (2017), nilai hantaran hidrolik tanah pada penggunaan

lahan semak nyata lebih tinggi (4.13 cm/jam) dibandingkan dengan kebun

campuran (1.76 cm/jam) dan tegalan (0.60 cm/jam). Hal ini disebabkan karena

pada penggunaan lahan semak memiliki kadar C-organik yang tinggi sebesar

5.35%, Ruang Pori Total (RPT) yang tinggi sebesar 57.06%, Indeks Stabilitas

Agregat (ISA) yang tinggi sebesar 603.39, dan pori drainase yang tinggi sebesar

24.05% dibandingkan dengan kebun campuran dan tegalan. Menurut Wahjunie et

al. (2008), pori drainase sangat berpengaruh terhadap pergerakan air tanah pada

kondisi jenuh akibat berbagai macam pengelolaan tanah dan tanaman. Pori

drainase yang tinggu pada lahan semak menyebabkan hantaran hidrolik tanah

menjadi tinggi.

Pada semua lokasi, semakin tinggi jumlah pori drainase sangat cepat dan

cepat maka hantaran hidrolik semakin tinggi. Penggunaan lahan tegalan memiliki

hantaran hidrolik yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan kebun campuran

dan semak karena tegalan mengalami pengolahan tanah yang intensif. Pengolahan

49
tanah yang intensif menyebabkan pemadatan tanah dan memecah pori-pori

berukuran besar menjadi pori yang lebih kecil sehingga mengakibatkan hantaran

hidrolik tanah menjadi rendah (Murtilaksono et al., 2011). Tanah dengan

kemiringan lebih tajam memiliki hantaran hidrolik yang lebih besar. Semakin

tinggi kecepatan aliran air semakin besar pula hantaran hidroliknya. Ini terjadi

pada tanah pasir, sebaliknya kecepatan aliran air menurun pada tanah berliat yang

selanjutnya menunjukkan penurunan hantaran hidrolik pada tanah tersebut

(Rachman et al., 2004).

50
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dalam praktikum ini adalah tanah percobaan

memiliki hantaran hidrolik atau mempunyai kemampuan dalam meloloskan air

66, 696722 cm/detik dan termasuk dalam kategori hantaran hidroliknya yaitu

sedang. Kategori ini dapat mengakibatkan pencucian unsur hara yang ada pada

tanah masih dalam taraf yang aman atau sedang.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktum ini asisten menjelaskan jenis tanahnya

agar praktikan lebih paham dan praktikan diharapkan juga lebih memperhatikan

penjelasan asisten sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan praktikum.

51
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press.
Yogyakarta.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press.
Bogor.

Boolthink dan Bouma. 2002. Steady Flow Soil Column Method. Laboratory
Method. p. 812-815. In Campbell et al. (Eds.). Method of Soil Analysis
Part 4. Physical Method.

Dariah, A., Yusrizal, dan Mazwar. 2006. Sifat Fisika Tanah dan Metode
Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Darmansyah, A. 2004. Hantaran Hidrolik Jenuh Tanah Sebagai Akibat Berbagai


Pola Pengelolaan Lahan. IPB Pres. Bogor.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Juliandri, M. 2013. Efektivitas lubang resapan biopori terhadap laju resapan


(infiltrasi). Jurnal Mahasiswa Teknik Lingkungan UNTAN. 1(1): 1-7.

Klute, A. dan Dirksen. 1986. Hidraulic Conductivity and Diffusivity. Second


Edition. Laboratory Method. p. 687-732. In Klute, A. (Ed.). Methods of Soil
Analysis Part I. Physical and Mineralogical Methods.

Kurnia, U., Fahmuddin, A., Abdurachman, A. dan Ai, D. 2006. Sifat Fisik Tanah
dan Metode Analisisnya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Lubis, K. S. 2007. Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas. USU Respority.


Medan.

Marshal, T. J dan W. Holmes. 1998. Soil Physics. Cambridge University Press.


New York.

Manita, R. R. 2017. Analisis Hantaran Hidrolik dan Laju Infiltrasi Tanah Pada
Dua Jenis Tanah dan Beberapa Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor.
Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

52
Murtilaksono, K., W. Darmosarkoro., E. S. Sutarta., H. H. Siregar,. Y. Hidayat,
dan M. A. Yusuf. 2011. Feasibility of soil and water conservation techniques
on oil palm pantation. J. Agrivita. 33(1): 63-69.

Putra, A. dan S. Slamet. 2008. Rancangan sumur resapan di sub DAS Garang
Hilir Kota Semarang, Jawa Tengah. Jurnal Tanah Lingkungan. 1(1): 1-9.

Rachman, A., S. H. Anderson., C. J. Gantzer, dan E. E. Alberts. 2004. Soil


hydraulic properties influenced by stiff-stemmed grass hedge system. Journal
Soil Science Society of America. 68: 1386-1393.

Rauf, A. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan


Upaya Memitigasi Banjir. Jurnal Teknologi Pertanian. 7(4): 67-79.

Reynold, W. D dan D. E. Elrick. 2002. Falling head soil core (tank) method:
Laboratory method. p. 809-812. In D. E. Elrick and Campbell (Eds.). Method
of Soil Analysis Part 4-Physical Method.

Rosyidah, E. dan Ruslan W. 2013. Pengaruh sifat fisik tanah pada konduktivitas
hidrolik jenuh di 5 penggunaan lahan (studi kasus di Kelurahan Sumbersari
Malang). Jurnal AGRITECH. 33(3): 340-345.

Sari, W. Y, N. Oktarina, dan Y. Andriani. 2014. Cara Praktis Pengukuran


Permeabilitas Tanah dengan Menggunakan Ring Sampel. Jurnal Nasional
Ecopedon. 2(2): 46-49.

Suharta dan B. H Prasetyo.2008. Susunan Mineral dan Sifat Fisiko-Kimia Tanah


Bervegetasi Hutan dari Batuan Sedimen Masam di Provinsi Riau. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor.
Bogor.

Supardi, Goeswono. 2000. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor Press.
Bogor.

Susanto, A. N. dan Marten, P. S. 2007. Karakteristik dan Ketersediaan Data


Sumber Daya Lahan Pulau-Pulau Kecil untuk Perencanaan Pembangunan
Pertanian di Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. 23(4): 123-128.

Syahadat, P., Suria, D. T., dan Kukuh, M. 2011. Karakteristik hantaran hidrolik
jenuh tanah pada perkebunan kelapa sawit, PTPN VII Lampung SelatanS.
Jurnal Tanah Lingkungan. 13(2): 58-62.

Wahjunie, E. D., Haridjaja., O. Soedodo, dan H. Sudarsono. 2008. Pergerakan air


pada tanah dengan karakteristik pori berbeda dan pengaruhnya pada
ketersediaan air bagi tanaman. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 28: 15-26.

53
Werdiningsih. 2013. Rancangan Dimensi Sumur Resapan untuk Konservasi Air
Tanah di Kompleks Tambakbayan. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Winarni, M. 2007. Karakteristik Infiltrasi Dan Hantaran Hidrolik Tanah Di Sun


Das Ciliwung Hulu. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

54
LAMPIRAN

A. Lampiran foto

Lampiran 1. Pembuatan lubang dengan Lampiran 2. Pemasukan air kedalam


cara di bor. Lubang.

Lampiran 3. Penetapan titik awal. Lampiran 4. Pengukuran


menggunakan pelampung.

B. ACC

55

Anda mungkin juga menyukai