TGL __/__/__
ACC LAB
LAPORAN PRAKTIKUM ACC ASISTEN
GEOMORFOLOGI NILAI
(GEL0102)
Disusun oleh:
Nama : Salma Nabila Fauziah
NIM : 19/438819/GE/08954
Hari/Tanggal : Kamis
Waktu : 13.00 – 15.00
Asisten : 1. Asri Abidatillah
2. Novanda Nurul Aini Puspitasari
Judul
Acara 7 dan 8 : Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional
Tujuan
Tujuan dari pratikum acara Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional,
diantaranya:
1. Mengenali dan menganalisis berbagai macam mekanisme proses denudasional dan
solusional
2. membuktikan keberadaan bentukan-bentukan asal proses denudasional & solusional
yang dihasilkan melalui pengamatan hasil proses baik melalui pengamatan kenampakan
pada citra
Cara Kerja
Cara kerja pada pratikum acara Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional,
diantaranya:
1. Hasil Praktikum
1.1. Deliniasi bentuklahan asal proses denudasional dan solusional pada citra
(terlampir)
1.2. Tabel Hasil Pengamatan Bentuklahan denudasional dan solusional (terlampir)
2. Pembahasan
Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhi bentuk lahan,
serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses di dalam susunan
keruangan (Verstappen, 1983). Bentuklahan denudasional merupakan bentuklahan yang terbentuk
karena adanya proses pengelupasan batuan induk yang telah mengalami proses pelapukan yang
diakibatkan oleh pengaruh air sungai, panas matahari, angin, hujan, embun beku, mass wasting
dan es yang bergerak ke laut (Mustofa, 2011). Menurut Lihawa (2009), bentuk lahan denudasional
adalah merupakan salahsatu bentuk lahan yang terbentuk akibat adanya adanya proses agradasi
dan degradasi lanjut. Berdasarkan dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa bentuklahan
denudasional yaitu bentuklahan yang terbentuk karena adanya proses pelapukan pada batuan
induk yang berupa wilayah pegunungan dan perbukitan sehingga menciptakan relief yang kasar
pada perbukitan dan pegunungan. Pada dasarnya semua bentuk muka bumi telah atau sedang
mengalami proses denudasional (Brahmayanto dan Budi, 2006). Proses denudasional erat
kaitannya dengan 3 proses yang meliputi pelapukan (weathering), erosi (erosion) dan gerak massa
batuan (mass wasting). Pelapukan adalah agregat fisik dan perubahan kimia yang terjadi pada
bahan yang terpapar di permukaan bumi (Hapke, 2001). Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah
atau sedimen karena tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah
atau dasar perairan
(Poerbandono dkk., 2006). Pelapukan merupakan proses pembentukan tanah dari batuan melalui
proses perubahan mineral utama menjadi mineral sekunder (Permanajati dkk,2018).
Bentuklahan asal proses denudasional dapat diidentifikasi melalui kegiatan interpretasi
citra. Proses identifikasi dilakukan dengan mengamati berdasarkan teori dan melakukan delineasi
bentuklahan asal proses denudasional. Proses identifikasi menggunakan kunci-kunci interpretasi
yang meliputi rona dan warna, bentuk, pola, tekstur, situs, dan asosiasi. Ada beberapa macam
bentuklahan denudasional, diantaranya perbukitan denudasional, pegunungan denudasional,
gawir, kipas koluvial, kerucut koluvial, dan kaki lereng. Gambar 1.1 menyajikan hasil delineasi
bentuklahan asal proses denudasional. Bentuklahan yang teridentifikasi meliputi gawir, kerucut
koluvial, kipas koluvial, dan kaki lereng. Pada citra kenampakan denudasional Brazil dapat
diidentifikasi bentuklahan berupa gawir. Identifikasi dilakukan dengan mengamati unsur
interpretasi berupa rona dan bentuk. Gawir menunjukkan kenampakan rona cerah dengan benuk
bukitan yang memanjang dan terjal dengan pola memanjang dan berkelok. Terjal yang dimaksud
yaitu memiliki perbedaan ketinggian yang ekstrim. Hal itu yang menjadi ciri – ciridari
bentuklahan gawir.Pada gambar 1.1 dapat diidentifikasi kenampakan pegunungan denudasional.
Identifikasi pegunungan denudasional menggunakan kunci interpretasi rona dan bentuk. kerucut
koluvial terletak pada dasar lereng yang curam. Perbedaan kerucut koluvial dan kipas koluvial
terletak pada kemiringan lereng. Kerucut koluvial kemiringan lerengnya lebih besar dibandingkan
dengan kipas koluvial. Kaki lereng adalah daerah memanjang dengan ukuran yang relatif sempit
terletak pada perbukitan atau pegunungan dengan topografi landau hingga terkikis (Alfatun,
2014).
Solusional merupakan salah satu bentang lahan yang ada di permukaan bumi. Solusional
atau karst merupakan medan bumi dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari adanya
batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik (Fords dan
William, 1982). Bentuk lahan karst dicirikan dengan terdapatnya cekungan tertutup dan lembah
kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai
permukaan, dan terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah (Eko dan Cahyo, 2004).
Bentuk lahan solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah
berbatuan karbonat (CaCO3) atau zat kapur. Hal penting pada pelarutan adalah adanya unsur yang
menjadi pelarut dan adanya unsur yang terlarut. Menurut Bloom (1979), unsur pelarut berasal dari
air, sedangkan unsur terlarut berupa batuan yang mudah larut, contohnya batugamping. Semakin
tinggi kadar zat kapur maka semakin tinggi pula tingkat pelarutannya. Salah satu bentuk lahan
solusional yang paling banyak dijumpai adalah kenampakan perbukitan atau pegunungan
solusional berbatuan gamping atau akrab dikenal dengan pegunungan karst.
Daftar Pustaka
Aflatun, Oke. 2014. Peta Bentuklahan Asal Denudasional. Laboratorium Geologi Tata
Lingkungan Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya, 9-14.
Permanajati, Indra. 2018. Kajian Petrografi Pada Zona Pelapukan Breksi Piroklastik .
Terhadap Longsoran Gunung Pawinihan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa .
Tengah.
Poerbandono, A. Basar, A.B. Harto, dan P. Rallyanti. 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku .
Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Jurnal .
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan .II(2).
Ritter, Dale. 1986. Process Geomorphology. United State of America: Wm. C. Brown
Publishers
Verstappen, H. Applied Geomorphology, Geomorphological Surveys For Environmental
Development. Amsterdam: Elsivier, 1983.
2. Aspek Morfogenesis
Gawir yang aktif biasanya terbentuk melalui
perpindahan tektonik, seperti saat gempa bumi
mengubah ketinggian permukaan, dan dapat disebabkan
oleh jenis sesar manapun, termasuk sesar yang
pergerakannya horizontal
3. Aspek Morfoaransemen
Fault scarps, Trianggular Facet
4. Aspek Morfokronologi
Terbentuk karena adanya peristiwa erosi dan pergeseran
lempeng yang memakan waktu yang lama
2 Kerucut koluvial 1. Aspek Morfologi
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan
lereng curam
2. Aspek Morfogenesis
Fragmen batuan penyusun bervariasi dari ukuran pasir
hingga blok, tergantung dengan besarnya cliff dan
batuan yang hancur
3. Aspek Morfoaransemen
Berada di puncak gunung
4. Aspek Morfokronologi
Terbentuk akibat adanya erosi yang disebabkan oleh
angina dan gaya gravitasi
3 Kaki lereng 1. Aspek Morfologi
Mempunyai daerah memanjang dan relative sempit
terletak di pegunungan atau perbukitan dengan topografi
landau hingga sedikit terkikis.
2. Aspek Morfogenesis
Permukaan kaki langsung berada pada batuan induk. Di
permukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil
pelapukan daerah diatasnya yang diangkut oleh tenaga
air ke daerah yang lebih rendah
3. Aspek Morfoaransemen
Terletak di suatu perbukitan pada kaki pegunungan,
lembah atau dasar cekungan (basin)
4. Aspek Morfokronologi
Terbentuk karena proses pelapukan oleh tenaga air
2. Aspek Morfogenesis
terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain,
terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam
evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika
seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan
granit
3. Aspek Morfoaransemen
Puncak perbukitan kars
4. Aspek Morfokronologi
bentukan sisa proses pelarutan batuan CaCO3