Anda di halaman 1dari 12

DITERIMA

TGL __/__/__
ACC LAB
LAPORAN PRAKTIKUM ACC ASISTEN
GEOMORFOLOGI NILAI

(GEL0102)

ACARA VII DAN VIII


BENTUK ASAL PROSES DENUDASIONAL DAN SOLUSIONAL

Disusun oleh:
Nama : Salma Nabila Fauziah
NIM : 19/438819/GE/08954
Hari/Tanggal : Kamis
Waktu : 13.00 – 15.00
Asisten : 1. Asri Abidatillah
2. Novanda Nurul Aini Puspitasari

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI LINGKUNGAN DAN


MITIGASI BENCANA
DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
Nama : Salma Nabila Fauziah Nilai
NIM : 19/438819/GE/08954
Asisten : 1. Asri Abidatillah
2. Novanda Nurul Aini Puspitasari
Hari Praktikum :Kamis jam : 11.00 – 13.00

Judul
Acara 7 dan 8 : Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional

Tujuan
Tujuan dari pratikum acara Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional,
diantaranya:
1. Mengenali dan menganalisis berbagai macam mekanisme proses denudasional dan
solusional
2. membuktikan keberadaan bentukan-bentukan asal proses denudasional & solusional
yang dihasilkan melalui pengamatan hasil proses baik melalui pengamatan kenampakan
pada citra
Cara Kerja
Cara kerja pada pratikum acara Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional,
diantaranya:

Citra satelit kenampakan bentanglahan denudasional


dan solusional, software Corell Draw, laptop

Mendeleniasi citra satelit kenampakan bentanglahan denudasional dan


solusional menggunakan software Corell Draw

Mengidentifikasi hasil deleniasi citra satelit bentang lahan


denudasional dan solusional berdasarkan kunci interpretasinya dan
menganalisis aspek geomorfologinya

Tabel hasil identifikasi


Tabel hasil identifikasi
bentuklahan asal proses
Hasil deleniasi citra bentuk bentuklahan asal proses
denudasional berupa
lahan denudasional dan solusional berupa aspek
aspek geomorfologinya
solusional geomorfologinya melalui
melalui interpretasi citra
interpretasi citra satelit
satelit
Hasil danInput
PembahasanProses Output

1. Hasil Praktikum
1.1. Deliniasi bentuklahan asal proses denudasional dan solusional pada citra
(terlampir)
1.2. Tabel Hasil Pengamatan Bentuklahan denudasional dan solusional (terlampir)
2. Pembahasan

Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhi bentuk lahan,
serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses di dalam susunan
keruangan (Verstappen, 1983). Bentuklahan denudasional merupakan bentuklahan yang terbentuk
karena adanya proses pengelupasan batuan induk yang telah mengalami proses pelapukan yang
diakibatkan oleh pengaruh air sungai, panas matahari, angin, hujan, embun beku, mass wasting
dan es yang bergerak ke laut (Mustofa, 2011). Menurut Lihawa (2009), bentuk lahan denudasional
adalah merupakan salahsatu bentuk lahan yang terbentuk akibat adanya adanya proses agradasi
dan degradasi lanjut. Berdasarkan dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa bentuklahan
denudasional yaitu bentuklahan yang terbentuk karena adanya proses pelapukan pada batuan
induk yang berupa wilayah pegunungan dan perbukitan sehingga menciptakan relief yang kasar
pada perbukitan dan pegunungan. Pada dasarnya semua bentuk muka bumi telah atau sedang
mengalami proses denudasional (Brahmayanto dan Budi, 2006). Proses denudasional erat
kaitannya dengan 3 proses yang meliputi pelapukan (weathering), erosi (erosion) dan gerak massa
batuan (mass wasting). Pelapukan adalah agregat fisik dan perubahan kimia yang terjadi pada
bahan yang terpapar di permukaan bumi (Hapke, 2001). Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah
atau sedimen karena tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah
atau dasar perairan
(Poerbandono dkk., 2006). Pelapukan merupakan proses pembentukan tanah dari batuan melalui
proses perubahan mineral utama menjadi mineral sekunder (Permanajati dkk,2018).
Bentuklahan asal proses denudasional dapat diidentifikasi melalui kegiatan interpretasi
citra. Proses identifikasi dilakukan dengan mengamati berdasarkan teori dan melakukan delineasi
bentuklahan asal proses denudasional. Proses identifikasi menggunakan kunci-kunci interpretasi
yang meliputi rona dan warna, bentuk, pola, tekstur, situs, dan asosiasi. Ada beberapa macam
bentuklahan denudasional, diantaranya perbukitan denudasional, pegunungan denudasional,
gawir, kipas koluvial, kerucut koluvial, dan kaki lereng. Gambar 1.1 menyajikan hasil delineasi
bentuklahan asal proses denudasional. Bentuklahan yang teridentifikasi meliputi gawir, kerucut
koluvial, kipas koluvial, dan kaki lereng. Pada citra kenampakan denudasional Brazil dapat
diidentifikasi bentuklahan berupa gawir. Identifikasi dilakukan dengan mengamati unsur
interpretasi berupa rona dan bentuk. Gawir menunjukkan kenampakan rona cerah dengan benuk
bukitan yang memanjang dan terjal dengan pola memanjang dan berkelok. Terjal yang dimaksud
yaitu memiliki perbedaan ketinggian yang ekstrim. Hal itu yang menjadi ciri – ciridari
bentuklahan gawir.Pada gambar 1.1 dapat diidentifikasi kenampakan pegunungan denudasional.
Identifikasi pegunungan denudasional menggunakan kunci interpretasi rona dan bentuk. kerucut
koluvial terletak pada dasar lereng yang curam. Perbedaan kerucut koluvial dan kipas koluvial
terletak pada kemiringan lereng. Kerucut koluvial kemiringan lerengnya lebih besar dibandingkan
dengan kipas koluvial. Kaki lereng adalah daerah memanjang dengan ukuran yang relatif sempit
terletak pada perbukitan atau pegunungan dengan topografi landau hingga terkikis (Alfatun,
2014).

Solusional merupakan salah satu bentang lahan yang ada di permukaan bumi. Solusional
atau karst merupakan medan bumi dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari adanya
batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik (Fords dan
William, 1982). Bentuk lahan karst dicirikan dengan terdapatnya cekungan tertutup dan lembah
kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai
permukaan, dan terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah (Eko dan Cahyo, 2004).
Bentuk lahan solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah
berbatuan karbonat (CaCO3) atau zat kapur. Hal penting pada pelarutan adalah adanya unsur yang
menjadi pelarut dan adanya unsur yang terlarut. Menurut Bloom (1979), unsur pelarut berasal dari
air, sedangkan unsur terlarut berupa batuan yang mudah larut, contohnya batugamping. Semakin
tinggi kadar zat kapur maka semakin tinggi pula tingkat pelarutannya. Salah satu bentuk lahan
solusional yang paling banyak dijumpai adalah kenampakan perbukitan atau pegunungan
solusional berbatuan gamping atau akrab dikenal dengan pegunungan karst.

Identifikasi bentuklahan asal proses solusional dapat dilakukan melalui kegiatan


interpretasi citra. Hal yang diamati untuk mengidentifikasi bentuklahan asal proses solusional
adalah dengan kunci – kunci interpretasi. Kunci interpretasi yang digunakan, antara lain rona dan
warna, bentuk, pola, tekstur, situs, dan asosiasi. Bentuklahan asal proses solusional meliputi
kubah karst, Menara karst, polje, dan goa karst. Pada gambar 1.2 Citra Kenampakan Karst di
Ponjong terdapat tiga bentuklahan solusional, di antaranya polje, kubah karst, dan dataran karst.
Identifikasi polje pada citra dilakukan dengan mengamatin kunci interpretasi berupa rona/warna,
bentuk, tekstur, dan asosiasi. Rona polje pada citra agak cerah dan bentuknya seperti daratan luas.
Teksturnya agak halus dan berasosiasi dengan perbukitan karst yang berada disekeliling
perbukitan karst. Polje merupakan cekungan maupun lembah tertutup yang luas dan memanjang
di daerah topografi  yang memiliki dasar yang mendatar dan dinding sekelilingnya terjal (Ritter,
1979). Menurut White (1988), kubah karst merupakan kenampakan permukaan karst yang
berbentuk seperti kerucut yang membentuk proses pelarutan bukit. Proses identifikasi kubah karst
pada citra melibatkan kunci interpretasi warna/rona dan bentuk. Kubah karst pada citra memiliki
rona agak cerah dan bentuk lingkaran. Kemudian ada dataran karst, yaitu sebuah
Kesimpulan
Kesimpulan dari pratikum acara Bentuklahan Asal Proses Solusional dan Denudasional,
diantaranya:
1. Bentuk lahan denudasional adalah merupakan salahsatu bentuk lahan yang terbentuk
akibat adanya adanya proses agradasi dan degradasi lanjut dimana proses tersebut diawali
dengan proses pelapukan. Berikutnya adalah bentuk lahan solusional, bentuk lahan
solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan
karbonat (CaCO3) atau zat kapur. Semakin tinggi kadar zat kapur maka semakin tinggi
pula tingkat pelarutannya. Solusional atau karst merupakan medan bumi dengan kondisi
hidrologi yang khas sebagai akibat dari adanya batuan yang mudah larut dan mempunyai
porositas sekunder yang berkembang baik.
2. Contoh bentuk lahan denudasional adalah perbukitan denudasional, pegunungan
denudasional, gawir, kipas koluvial, kerucut koluvial, dan kaki lereng. Contoh
bentuklahan Solusional adalah doline, kubah karst, cockpit, uvala, dan polje.

Daftar Pustaka

Aflatun, Oke. 2014. Peta Bentuklahan Asal Denudasional. Laboratorium Geologi Tata
Lingkungan Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya, 9-14.

Bloom, Benyamin S. (1979). Taxonomy of Educational Objective. New York: Longman.


Brahmayanto, Budi dan Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk
Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang.
Jurnal Geoaplika. 1(2). Hal 071-078.
Ford, D. and Williams, P. 1982. Karst Geomorphology and Hydrology, Chapman and Hall,
London
Hapke, Bruce. 2001. Space weathering from Mercury to the asteroid belt. Journal of .
Geophysical Research. 106(E5). Hal 10,039-10,073.
Haryono, Eko dan Tjahyo Adji. 2004. Geomorfologi Dan Hidrologi Karst. Yogyakarta: . Karst
Research Group Fak. Geography UGM.
Lihawa, Fitryane. 2009. Pendek~Tan Geomorfologi dalam Survei Kejadian Erosi. Jurnal
Pelangi Iimu Volume 2 No. 5, 14-16.

Mustofa. 2011. Geomorfologi Dasar. Pontianak: SKIP PGRI Pontianak.

Permanajati, Indra. 2018. Kajian Petrografi Pada Zona Pelapukan Breksi Piroklastik .
Terhadap Longsoran Gunung Pawinihan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa .
Tengah.
Poerbandono, A. Basar, A.B. Harto, dan P. Rallyanti. 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku .
Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Jurnal .
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan .II(2).
Ritter, Dale. 1986. Process Geomorphology. United State of America: Wm. C. Brown
Publishers
Verstappen, H. Applied Geomorphology, Geomorphological Surveys For Environmental
Development. Amsterdam: Elsivier, 1983.

White, R.T. 1988. Learning Science. New York: Basil Blackwill


Hasil Praktikum

Gambar 1.1 Deleniasi Citra 2 Kenampakan Denodasional, Brazil

Gambar 1.2 Deleniasi Citra Kenampakan Karst, Ponjong


Tabel Identifikasi Kenampakan Bentuk Lahan Denudasional

No Kenampakan Gambar Proses


1 Gawir, Gunung 1. Aspek Morfologi
Roraima (Brazil) Gunung Roraima, bagian dari Taman Nasional
Canaima, Venezuela seluas 30.000 kilometer persegi.
Dicirikan dengan bukit memanjang dengan perbedaan
ketinggian yang cukup ekstrim antara bagian yang datar
dan bagian bukit

2. Aspek Morfogenesis
Gawir yang aktif biasanya terbentuk melalui
perpindahan tektonik, seperti saat gempa bumi
mengubah ketinggian permukaan, dan dapat disebabkan
oleh jenis sesar manapun, termasuk sesar yang
pergerakannya horizontal

3. Aspek Morfoaransemen
Fault scarps, Trianggular Facet

4. Aspek Morfokronologi
Terbentuk karena adanya peristiwa erosi dan pergeseran
lempeng yang memakan waktu yang lama
2 Kerucut koluvial 1. Aspek Morfologi
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan
lereng curam

2. Aspek Morfogenesis
Fragmen batuan penyusun bervariasi dari ukuran pasir
hingga blok, tergantung dengan besarnya cliff dan
batuan yang hancur

3. Aspek Morfoaransemen
Berada di puncak gunung

4. Aspek Morfokronologi
Terbentuk akibat adanya erosi yang disebabkan oleh
angina dan gaya gravitasi
3 Kaki lereng 1. Aspek Morfologi
Mempunyai daerah memanjang dan relative sempit
terletak di pegunungan atau perbukitan dengan topografi
landau hingga sedikit terkikis.

2. Aspek Morfogenesis
Permukaan kaki langsung berada pada batuan induk. Di
permukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil
pelapukan daerah diatasnya yang diangkut oleh tenaga
air ke daerah yang lebih rendah

3. Aspek Morfoaransemen
Terletak di suatu perbukitan pada kaki pegunungan,
lembah atau dasar cekungan (basin)

4. Aspek Morfokronologi
Terbentuk karena proses pelapukan oleh tenaga air

Tabel Identifikasi Kenampakan Bentuk Lahan Solusional


No Kenampakan Gambar Proses
1 Polje 1. Aspek Morfologi
Morfografi: berbentuk datar, batasan terjal, dasarnya tertutup deposit
alluvium
2. Aspek Morfoaransemen
Pemunculan mataair menjadikan air permukaan di Polje Ponjong
melimpah dan oleh penduduk setempat digunakan untuk air irigasi.
Dengan demikian penggunaan lahan dominan di Poje Ponjong berupa
sawah irigasi.

2 Kubah Karst 1. Aspek Morfologi


Mempunya lereng landai-curam, bentukan seperti
kubah,terpisah satu sama lain

2. Aspek Morfogenesis
terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain,
terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam
evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika
seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan
granit

3. Aspek Morfoaransemen
Puncak perbukitan kars
4. Aspek Morfokronologi
bentukan sisa proses pelarutan batuan CaCO3

3 Dataran Karst 1. Aspek Morfologi


Morfografi: kawasan dataran yang berupa batu gamping

Anda mungkin juga menyukai