Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLOGI

INFILTRASI & KURVA INFILTRASI MODEL HORTON

Oleh:
ROHMAD
A1H014005

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi terdiri atas daratan dan lautan. Air merupakan kebutuhan pokok bagi

makhluk hidup, Untuk menjamin keberlangsungan kehidupan di bumi, makhluk

hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan mutlak membutuhkan air sebagai

kebutuhan primernya. Tidak ada kehidupan makhluk yang tidak terkait langsung

atau tidak langsung dengan sumberdaya air. Tanpa air, mikroorganisme yang

mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan

pernah ada siklus materi dan energi, dengan demikian tanpa air tidak akan pernah

ada kompleksitas ekosistem. Sehingga dapat dipastikan bahwa jika tidak ada air,

maka kehidupan diatas permukaan bumi ini akan terancam kepunahan (Asdak dan

salim, 2006)

Air yang terdapat dalam permukaan bumi berputar melalui siklus hidrologi.

Dalam siklus hidrologi, ada beberapa tahapan, yaitu:

1. Evaporasi adalah penguapan oleh lautan, danau maupun sungai.

2. Traspirasi adalah penguapan oleh tumbuhan.

3. Kondensasi adalah pengendapan uap air yang menyublim di awan.

4. Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang

berupa hujan salju, kabut, embun, dan hujan.

Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah.

Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run

off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah (

Hardjowigeno,1993)

Infiltrasi ini terjadi karena beberapa faktor meliputi Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju infiltrasi adalah tekstur tanah, kerapatan massa (bulk density),

permeabilitas, kadar air tanah dan vegetasi. Semakin rendah nilai kerapatan massa

(bulk density) tanah, semakin besar volume pori tanah, dan semakin remah

tanahnya maka laju infiltrasi akan semakin besar. Bila ditinjau dari sudut vegetasi

maka semakin besar penetrasi akar, semakin besar daya serap akar, semakin tinggi

akumulasi bahan organik tanah maka laju infiltrasi akan semakin besar.

Secara umum laju infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal

pengukuran, kemudian secara perlahan mengalami penurunan sejalan dengan

bertambahnya waktu dan akhirnya akan mencapai kecepatan yang hampir

konstan. Hal ini terjadi karena semakin lama proses infiltrasi semakin meningkat.

Artinya air semakin lama semakin banyak yang tertampung kedalam tanah, dan

ketika tanahnya mulai jenuh pergerakan air ke bawah profil tanah hanya

ditimbulkan oleh gaya tarik gravitasi (Hillel, 1987).

Laju infiltrasi adalah jumlah ( volume ) air yang melewati suatu

luasan penmpang permukaan tanah perwaktu dengan satuan m3/m2/det, atau

sama dengan satuan kecepatan = meter/detik. Bila suatu saat air mulai

menggenang dipermukaan tanah, berarti laju penambah air dipermukaan tanah

telah melampaui laju infiltrasi tertinggi.

Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara kapasitas

infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan.
Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, tetapi

semakin lama kapasitasnya akan menurun hingga mencapai konstan. Besarnya

penurunan ini dipengaruhi bebagai faktor, seperti kelembaban tanah, kompaksi,

penumpukan bahan liat dan lain-lain.

Menurut Knapp (1978) untuk megumpulkandata infiltrasi dapat dilakukan

dengan tiga cara: (1) inflow-outflow (2) Analisis data hujan dan hidrograf, dan (3)

menggunakan double ring infiltrometer. Cara yang terakhir sering digunakan

karena mudah dalam pengukuran dan alatnya mudah dipindah-pindah.


B. Tujuan

Adapun tujua dari praktikum ini adalah :

1. Melatih mahasiswa agar mengetahui peralatan dan cara kerja pegukuran

infiltrasi

2. Melatih mahasiswa agar mengetahui cara pengukuran infiltrasi

3. Mahasiswa mampu menentukan nilai parameter infiltrasi

4. Mahasiswa mampu menetapkan persamaan penduga dan membuat kurva

infiltrasi model horton

5. Mahasiswa dapat menghitung volume infiltrasi total selama waktu (t) tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA

Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)

masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke

tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke

dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan

dikenal sebagai proses perkolasi. Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam

tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas

hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah.

Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju

infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan

dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter

perjam (Asdak, 1995).

Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah

dan menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton,

2004). Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan

kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka

kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water)

(Jury dan Horton, 2004).

Proses tahapan infiltrasi ini melibatkan tiga proses yaitu (asdak, 2004):

1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah menurut


baramankusumah (1978), jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah
jumlah pori-pori yang berukuran besar. Makin besar pori maka kapasitasi

infiltrasi semakin besar pula.

2. Tertampungnya air hujan tersebut kedalam tanah.

3. Proses mengalirnya air tersebut ketempat lain (bawah, samping dan atas)

Kurva kapasitas infiltrasi merupakan hubungan antara kapasitas infiltrasi

dengan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah terjadinya

hujan.Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadi nya hujan

,akan tetapi semakin lama kapasitas nya maka akan mencapai penurunan hingga

mencapai titik konstan.

Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

1. Kelembapan tanah

2. Kompaksi

3. Penumpukan bahan liatan

4. Tekstur tanah

5. Struktur tanah

Model persamaan kurva kapasitas infiltrasi yang dikemukakan oleh

Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton

mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya

waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa

penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di

permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Faktor yang

berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh
koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan

lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan.

Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan sebagai

beikut :

f =fc + (fo-fc)e-Kt
Keterangan;

f : laju infiltrasi nyata (cm/h)

fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)

fo : laju infiltrasi awal (cm/h)

k : konstanta geofisik

t : waktu dari awal hujan (menit)

e : 2,718

Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan.

Kelemahan utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan

k dan ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan

sistem komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet

sederhana.

Untuk memperoleh nilai konstanta K untuk melengkapi persamaan kurva

kapasitas infiltrasi, maka persamaan Horton diolah sebagai berikut :

f = fc + (fo - fc) e-Kt

f - fc = (fo - fc) e-Kt

dilogaritmakan sisi kiri dan kanan,

log (f - fc ) =log (fo - fc) e-Kt atau

log (f - fc ) =log (fo - fc)- Kt log e


log (f - fc ) - log (fo - fc) = - Kt log e

maka,

t = (-1/(K log e)) [log (f - fc ) - log (fo - fc)]

t = (-1/(K log e)) log (f - fc ) + (1/(K log e)) log (fo - fc)

Menggunakan persamaan umum liner, y = m X + C, sehingga :

y=t

m = -1/(K log e)

X = log (f - fc )

C = (1/K log e) log (fo - fc)

Mengambil persamaan, m = -1/(K log e), maka

K = -1/(m log e) atau K = -1/(m log 2,718)

atau

K = -1/0,434 m

dimana m = gradient

Penentuan besarnya infiltrasi dapat dilakukan dengan menggunakan tiga

metode atau cara yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian

pada percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode

simulasi laboratorium).

2. Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran lapangan).


3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode

separasi hidrograf).

Infiltrasi dapat diukur dengan cara berikut :

a. Dengan infiltrometer

Infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja

yang ditekankan kedalam tanah.Permukaan tanah di dalam tabung diisi air.Tinggi

air dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air

yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus

diukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke

samping di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari

banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan

waktu.

b. Dengan testplot

Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap

luasan yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap

besarnya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas.

Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi

air. Daya infiltrasinya didapat dari banyaknya air yang ditambahkan agar

permukaannya konstan. Jadi testplot sebenarnya adalah infiltrometer yang

berskala besar.

c. Lysimeter

Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam

dalam tanah diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi
dengan fasilitas drainage dan pemberian air. Untuk mencapai tujuan ini lebih baik

digunakan lysimeter timbang, dengan lysimeter timbang besarnya infiltrasi

dengan kondisi curah hujan yang sebenarnya dapat dipelajari. Curah hujan harus

diukur dengan alat pencatat hujan (recording rain gauge) yang harus ditemptkan

di dekat lysimeter tersebut.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Double ring infiltrometer

2. Ember/jerigen

3. Pengukur tinggi muka air

4. Stopwatch

5. Alat Tulis

6. Laptop

7. Microsoft Excel

B. Cara Kerja

1. Pilih daerah yang mewakili untuk diukur

2. Catat tentang :

A. Bekas perlakua apa

B. Berbongkah, berkerak, atau retak

3. Pasang tabung infiltrometer tegak lurus permukaan tanah dengan

kedalaman 10 cm. Dalam pemasangan ini diusahakan jangan sampai

merusak kondisi permukaan tanah

4. Pasang silinder pelindung dengan kedalaman 5 cm

5. Isi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai setinggi 5 cm dan

dipertahankan mempunyai kedalaman tetap selama pengukuran


6. Isi bagian silinder dengan air, cara pengisian harus hati – hati jangan

sampai merusak lapisan permukaan tanah. Isi silinder pengukur sesuai

dengan kedalaman yang dikehendaki

7. Catat jam dan waktu pengukuran

8. Awasi penurunan air dengan interval tertentu (lihat table pengamatan

infiltrasi). Pengamatan dilakukan sampai infiltrasi hampir konstan

9. Membuat tabel seperti dibawah ini :

waktu f Persamaan
fc f-fc log(f-fc) K
(t) (cm/menit) Horton
0 18 5 13 1,113943352 25,79262673 18
2 14 5 9 0,954242509 25,79262673 5
4 11,7 5 6,7 0,826074803 25,79262673 5
6 10 5 5 0,698970004 25,79262673 5
8 8,3 5 3,3 0,51851394 25,79262673 5
10 7 5 2 0,301029996 25,79262673 5
12 5,9 5 0,9 -0,045757491 25,79262673 5
14 5 5 0 #NUM! 25,79262673 5

10. Buat tabel dan input data kedalam program Microsoft Excel

11. Persamaan linier regresi y = m X + C atau y = t dan X = log (f-fc) dengan

memplot hubungan t dan log (f-fc) pada kertas grafik atau menggunakan

kalkulator maka diperoleh persamaan dan grafik sebagai berikut :

kurva kapasitas infiltrasi


15 y = -11.194x + 13.11
R² = 0.9697
10
Waktu

kurva kapasitas infiltrasi


5
Linear (kurva kapasitas
infiltrasi)
0
-0.5 0 0.5 1 1.5
Log (f-fc)
12. Mencari gradien dari persamaan linier tersebut misalnya dalam grafik

diatas diperoleh gradien, m = -11,194 dengan menggunakan rumus K=-

1/0,434 m, maka K = 3,06

13. Setelah diketahui fc, fo dan K, lalu masukkan kedalam persamaan f = fc +

(fo - fc) e-Kt

14. Lalu dibuat grafik persamaan Horton

Persamaan Horton
20
18
16 y = -1.0833x + 11.5
14 R² = 0.3333
12
Waktu

10 Persamaan Horton
8
6 Linear (Persamaan
4 Horton)
2
0
0 2 4 6 8 10
Horton

15. Kemudian menghitung volume infiltrasi dengan persaman :

(fo – fc)

V(t) = fc.t + --------------- (1 – e-Kt)

Penyelesaian :

(18 – 5 )

a. Jumlah tinggi air (14 menit ) = 5 . 14 + --------------- (1 – 2.718-3,06.14)

3,06
13

= 70 + --------------- (1- 2,49317900E-19)


3.06

70 + 4,24 (1)

74, 24 mm

7,424 cm = 0,07424 m

b. Volume air infiltrasi selama 14 menit adalah

V = 0,07424 x 104 m3 = 742,4 m3


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil praktikum yang saya lakukan menghasilkan beberapa

data yang akurat untuk dipertanggung jawabkan yaitu :

Tabel 4.1 Data infiltometer (double ring)

t (menit) 0 2 4 6 8 10 12 14

f(cm/menit) 18 14 11,7 10 8,3 7 5,9 5

Tabel 4.2 Perhitungan parameter infiltrasi

waktu Persamaan
f (cm/menit) fc f-fc log(f-fc) K
(t) Horton

0 18 5 13 1,113943352 25,79262673 18

2 14 5 9 0,954242509 25,79262673 5

4 11,7 5 6,7 0,826074803 25,79262673 5

6 10 5 5 0,698970004 25,79262673 5

8 8,3 5 3,3 0,51851394 25,79262673 5

10 7 5 2 0,301029996 25,79262673 5

12 5,9 5 0,9 -0,045757491 25,79262673 5

14 5 5 0 #NUM! 25,79262673 5
Data grafik 4.1 kurva gradien m atau kapasitas infiltrasi :

kurva kapasitas infiltrasi


16
14 y = -11.194x + 13.11
12 R² = 0.9697
10
Waktu

8 kurva kapasitas infiltrasi


6
4 Linear (kurva kapasitas
2 infiltrasi)
0
-0.5 0 0.5 1 1.5
Log (f-fc)

Data grafik 4.2 kurva model Horton :

Persamaan Horton
20
18
16 y = -1.0833x + 11.5
14 R² = 0.3333
12
Waktu

10 Persamaan Horton
8
6 Linear (Persamaan
4 Horton)
2
0
0 2 4 6 8 10
Horton
B. Pembahasan

Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)

masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke

tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke

dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan

dikenal sebagai proses perkolasi. Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam

tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas

hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah.

Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju

infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan

dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter

perjam (Asdak, 1995).

infiltrasi adalah aliran air kedalam tanah melalui permukaan tanah.

Didalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)

menuju mata air, danau dan sungai; atau secara vertikal atau yang dikenal dengan

perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori –

pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi

menyebabkan aliran air selalu menuju ketempat yang lebih rendah, sedangkan

gaya kapiler menyebabkan pergerakan air bergerak kesegala arah. Air kapiler

selalu selalu bergerak dari tempat daerah basah menuju daerah yang lebih kering.

Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya

tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah. Selain itu, gaya


kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung

daripada tanah berbutir kasar pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui

permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada

permukaan tanah. Setelah tanah menjadi basah gerak kapiler berkurang karena

berkurangnya gaya kapiler. Hal ini menurunkan laju infiltrasi, sementara aliran

kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi

berlanjut mengisi pori pori permukaan tanah. Dengan terisinya pori – pori tanah,

laju infiltrasi berkurang secara berangsur – angsur sampai dicapai kondisi

konstan; dimana laju infiltrasi sama dengan laju perkolasi melalui tanah.

Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap kedalam tanah dalam waktu

tertentu. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah,

kadar materi trrsuspensi dalam air dan juga waktu. Laju infiltrasi tertinggi dicapai

saat air pertama kali masuk kedalam tanah dan menurun dalam bertambahnya

waktu. Data laju infiltrasi dapat dimanfaatkan untuk menduga kapan suatu

limpasan permukaan (run-off) akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima

sejumlah air tertentu, baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu tandon

air dipermukaan tanah. Menurut knaap (1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi

dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Inflow-outflow

2. Analisis data huja dan hidrograf

3. Double ring infiltrometer

Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan dalam pengukuran

infiltrasi dilapangan yaitu dengan metode Double ring infiltrometer. Double ring
infiltrometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran

yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari, inilah

yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.

Proses terjadinya infiltrasi dimulai Ketika air hujan menyentuh permukaan

tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut masuk ke dalam tanah melalui

pori-pori permukaan tanah. Proses masuknya air hujan ke dalam tanah disebabkan

oleh potensial gravitasi dan potensial matriks tanah. Laju air infiltrasi yang

dipengaruhi oleh potensial gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori

tanah. Di bawah pengaruh potensial gravitasi, air hujan mengalir tegak lurus ke

dalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang lain, potensial matriks bersifat

mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah, dan ke arah horizontal.

Potensial matriks tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori relatif kecil,

pada tanah dengan pori-pori besar potensial ini dapat diabaikan pengaruhnya dan

air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gravitasi. Dalam

perjalanannya, air juga mengalami penyebaran ke arah lateral akibat tarikan gaya

kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih kecil. Asdak

kemudian menyimpulkan bahwa mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses yang

tidak saling mempengaruhi: (a) proses masuknya air hujan melalui pori-pori

permukaan tanah, (b) tertampungnya air hujan tersebut ke dalam tanah, (c) proses

mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping, atas). (Asdak, 1995).
Pengaplikasian infiltrasi dalam kehidupan sehari hari berguna untuk Vegetasi dan

lapisan serasah melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air

hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan

tanah. Hancuran partikel tanah dapat menyebabkan penyumbatan pori tanah

makro sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan

akan meningkat. Peran lapisan serasah dalam melindungi permukaan tanah sangat

dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap pelapukan. Serasah berkualitas tinggi

(mengandung hara, terutama N tinggi) akan mudah melapuk sehingga fungsi

penutup permukaan tanah tidak bertahan lama (Asikin, 2006).

Vegetasi pada permukaan tanah itu pada umumnya dapat mencegah atau

mengurangi berlangsungnya erosi, akan tetapi karena tanaman itu berjenis-jenis

maka pengaruh dan hasilnyapun berbeda-beda pula. Rumput-rumputan atau

tanaman rimbun yang tumbuh rapat mempunyai kemampuan mencegah

berlangsungnya erosi yang lebih besar dibanding dengan tanaman-tanaman yang

tumbuh jarang serta tidak berdaun lebat (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Kerapatan pohon akan mempengaruhi hambatan terhadap air hujan dalam

luas yang lebih besar, sehingga populasi tanaman yang jarang akan menimbulkan

erosi yang lebih besar. Populasi yang jarang ini terutama disebabkan oleh

penebangan yang liar, pembakaran dan pengusahaan tanah garapan lainnya

(Sarief, 1985).

Selain itu kegunaan dari infiltrasi ini adalah untuk mementukan jenis

tanaman apa yang cocok ditanam disuatu jenis tanah sesuai dengan kebutuhan

kadar air suatu tanaman tersebut, apabila salah dalam mengidentifikasi tanah
dengan kadar air maka sangat berisiko untuk menanam di areal tersebut.

Disamping itu infiltrasi juga mempunyai fungsi untuk menentukan seberapa

besarkah suatu jenis tanah dapat menyerah air kedalam tanah jika tanah tersebut

dapat menyerap air kedalam tanah dengan maksimal maka tanah tersebut dapat

dikategorikan baik dilihat dari sudut pandang laju infiltrasi.

Ada beberapa faktor faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu sebagai

berikut :

1. Topografi

Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan

kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar, sehingga air

kekurangan waktu untuk infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi

aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga

mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi.

2. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi, jika

intensitas curah hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi

aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar

dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas

infiltrasi.

Intensitas hujan merupakan faktor yang menentukan apakah suatu lokasi

akan mengalami penggenangan atau banjir. Apakah banjir dikaitkan dengan laju

infiltrasinya. Artinya bila intensiatas hujan lebih besar dari laju infiltrasinya.

(Basak, 1999)
3. Tekstur Tanah

Menurut Hardjowigeno (2007), kelas tekstur tanah menunjukkan

perbandingan butir-butir pasir (0,005-2 mm), debu (0,002-0,005 mm), dan liat <

0,002 mm) di dalam fraksi tanah halus. Tekstur menentukan tata air, tata udara,

kemudahan pengelolaan, dan struktur tanah. Penyusun tekstur tanah berkaitan erat

dengan kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman, kelengasan tanah,

perkembangan akar tanaman, dan pengelolaan tanah. Berdasarkan persentase

perbandingan fraksi-fraksi tanah, maka tekstur tanah dapat dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu halus, sedang, dan kasar. Makin halus tekstur tanah mengakibatkan

kualitas tanah semakin menurun karena berkurangnya kemampuan tanah dalam

menghisap air.

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir

(sand) (berdiameter 2,00 -0,20 mm atau 2000-200 𝜇𝑚, debu (silt) (berdiameter

0,20-0,002 mm atau 200-2 𝜇𝑚) dan liat (clay) (<2 𝜇𝑚) (Hanafiah, 2005).

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah

primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu tanah. Partikel-partikel tanah

itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat digolongkan ke

dalam tiga fraksi seperti tersebut di atas. Ada yang berdiameter besar sehingga

dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada juga yang

sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang (Sarief, 1986).


Partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki luas permukaan

yang kecil dibandingkan dengan partikel debu dan liat. Oleh karena itu, maka

peranan partikel pasir dalam ikut mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil

sekali, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam mana

disekelilingnya terdapat partikel-partikel liat dan debu yang lebih aktif. Tanah-

tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat.

Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air

tersedia untuk tanaman (Hakim, dkk., 1986).

Tanah yang bertekstur kasar mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi;

sedangkan tanah yang bertekstur tanah halus mempunyai kapasitas infiltrasi kecil,

sehingga dengan curah hujan yang cukup rendah pun akan menimbulkan limpasan

permukaan (Utomo, 1989).

Tanah berpasir mempunyai kemampuan infiltrasi dan hantaran hidrolik

tinggi serta daya menahan air rendah, sehingga pergerakan air jenuh lebih mudah

dan cepat. Sebaliknya, tanah yang bertekstur halus mempunyai kapasitas total

menahan air tertinggi, tetapi jumlah air tersedia tertinggi dipunyai oleh tanah

bertekstur sedang. Pengaruh bahan organik bukan semata-mata disebabkan oleh

kemampuan bahan organik menahan air, tetapi juga peranannya dalam

pembentukan struktur dan porositas tanah. Selain itu tanah yang bertekstur halus

umumnya mempunyai perkolasi air rendah, karena penyumbatan pori oleh

pembengkakan koloid tanah, serta adanya udara yang terjepit (Hakim, dkk., 1986).
Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, yaitu berupa

kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Terjadi

tidaknya aliran permukaan, tergantung kepada dua sifat yang dipunyai oleh tanah

tersebut, yaitu;

1. Kapasitas infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk meresapkan air,

diukur dalam mm setiap satuan waktu.

2. Permeabilitas dari lapisan tanah yang berlainan, yaitu kemampuan tanah

untuk meluluskan air atau udara ke lapisan bawah profil tanah (Suripin, 2004).

Tanah-tanah yang bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil

mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan jika tanah tersebut dalam, maka

erosi dapat diabaikan. Tanah bertekstur halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi

yang cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halus

akan mudah terangkut. Tanah-tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang

tinggi dapat tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya dan pori-

pori lapisan permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat. Hal ini menyebabkan

terjadinya aliran permukaan dan erosi yang hebat (Harahap, 2007).

Besar dari pori tanah tergantung dari ukuran partikel tanah. Tanah yang

liatnya tinggi memiliki pori-pori tanah yang sempit. Sedangkan tanah yang

mengandung banyak pasir memiliki pori-pori yang kecil, tetapi luas atau banyak.

Air akan mengalir deras pada tanah yang memiliki pasir yang tinggi dan ini

disebut dengan macropori. Pori-pori yang kecil atau yang sering disebut sebagai

micropori mampu untuk menahan air. Kedua ukuran pori tanah tersebut sangat
penting, dimana untuk menahan air dibutuhkan tanah yang mikropori dan untuk

makropori untuk menahan udara (Plaster, 1992).

Tipe-tipe partikel tanah (pasir, liat, dan debu) dapat mengontrol laju

infiltrasi. Sebagai contoh, permukaan tanah yang berpasir secara umum memiliki

laju infiltrasi yang tinggi dari pada tanah yang permukaannya liat. Dan

kenyataannya juga pada beberapa pengamatan memang kapasitas infiltrasi pada

fraksi pasir adalah lebih besar dibandingkan dengan fraksi liat, hal ini memang

dipengaruhi oleh karena liat kaya akan pori yang halus tetapi miskin akan pori

yang besar. Sebaliknya pasir miskin akan pori halus, namun kaya akan pori yang

besar (Kartasapoetra, 1989).

Air bergerak lebih cepat melalui pori-pori dan ruang pori yang besar pada

tanah berpasir dari pada melalui pori-pori yang kecil pada tanah liat. Ketika

kandungan bahan organik tanah rendah, akan berpengaruh signifikan dalam hal

kerentanan terhadap pengerasan fisik tanah (Soil Quality Institute et.al, 2001).

4. Kerapatan Massa (Bulk Density)

Kerapatan massa adalah perbandingan dari massa tanah kering dengan

volume total tanah (termasuk volume tanah dan pori) (Hillel, 1971). Setiap

perubahan dalam struktur tanah mungkin untuk mengubah jumlah ruang-ruang

pori dan juga berat per unit volume. Bila dinyatakan dalam 𝑔𝑐𝑚3􀵗 kerapatan

massa tanah-tanah liat yang ada di permukaan dengan struktur granular besarnya

berkisar 1,0 sampai 1,3. Tanah-tanah di permukaan dengan tekstur kasar

mempunyai kisaran 1,3 sampai 1,8. Perkembangan struktur yang lebih besar pada
tanah-tanah dipermukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya

lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah berpasir (Foth, 1991).

𝜌𝑏= 𝑀𝑠𝑉𝑡= 𝑀𝑠𝑉𝑠+ 𝑉𝑎+ 𝑉𝑤

............................................................................... (7)

Dimana :

𝜌𝑏 = Kerapatan massa (bulk density) (𝑔𝑐𝑚3􀵗)

Ms = massa tanah (g)

Vt = volume total tanah (volume ring)(𝑐𝑚3)

5. Kerapatan Partikel (Particel Density)

Tanah permukaan (top soil) biasanya mempunyai kerapatan yang lebih

kecil dari sub-soil, karena berat bahan organik pada tanah permukaan lebih kecil

daripada berat benda padat tanah mineral dari sub soil dengan volume yang sama,

dan top soil banyak mengandung bahan organik sehingga particle densitynya

rendah. Oleh karena itu partikel density setiap tanah merupakan suatu tetapan dan

tidak bervariasi menurut jumlah partikel.

Berat jenis butir adalah berat bagian padat dibagi dengan volume bagian

padat dari tanah tersebut. Berat jenis butir tanah pada umumnya berkisar antara

2,6-2,7 𝑔/𝑐𝑚3. Dengan adanya kandungan bahan organik pada tanah maka nilai

menjadi lebih rendah. Istilah kerapatan ini sering dinyatakan dalam istilah berat

jenis atau specific gravity, yang berarti perbandingan kerapatan suatu benda

tertentu terhadap kerapatan air pada keadaan 4ºC dengan tekanan udara biasa,

yaitu satu atmosfer.


6. Ruang Pori atau Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang dapat

ditempati oleh udara dan air, serta merupakan indikator kondisi drainase dan

aerasi tanah. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro) dan

pori-pori halus (mikro). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang

mudah hilang karena gaya gravitasi), sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler

atau udara. Tanah- tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada

tanah liat. Tanah yang banyak mengandung pori-pori kasar sulit menahan air

sehingga tanahnya mudah kekeringan. Tanah liat mempunyai pori total (jumlah

pori-pori makro ditambah pori-pori mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir

(Hardjowigeno 2007).

7. Bahan Organik Tanah

Tanah tersusun oleh bahan padatan, air dan udara.Bahan padatan ini

meliputi bahan mineral berukuran pasir, debu, dan liat, serta bahan organik.Bahan

organik tanah biasanya menyusun 5% bobot total tanah, meskipun hanya sedikit

tetapi memegang peran penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara

fisik, kimiawi maupun secara biologis tanah.Komponen tanah yang berfungsi

sebagai media tumbuh, maka bahan organik juga berpengaruh secara langsung

terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan mikrobia tanah, yaitu

sebagai sumber energi, hormon, vitamin, dan senyawa perangsang tumbuh

lainnya.Secara fisik bahan organik berperan dalam menentukan warna tanah

menjadi coklat-hitam, merangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi

tanah (Brady, 1984), memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah sehingga
laju infiltrasi lebih tinggi, dan meningktakan daya tanah menahan air sehingga

drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil.

Kurva kapasitas Infiltrasi adalah kurva batas yang menggambarkan laju

peresapan air maksimum dengan waktu untuk jenis tanah tertentu (termasuk jenis

penurup tanahnya). Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara

kapasitas infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan.

Kapasitas infiltrasi seacara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan tetapi

semakin lama kapasitasnya akan menurun hingga mencapai konstan. Besarnya

penurunan ini dipengaryhi beberapa faktor seperti kelembaban tanah, kompaksi

(pemadatan tanah karena udara menguap ke atmosfer), penumpukan bahan liat

dan lain-lain.

Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan

tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan

lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju

curah hujan. Data laju infiltrasi dapat dimanfaatkan untuk menduga kapan suatu

limpasan permukaan (run-off) akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima

sejumlah air tertentu baik melalui aliran hujan ataupun irigasi dari suatu tondon

air dipermukaan tanah.

Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

1. Kelembapan tanah

2. Kompaksi

3. Penumpukan bahan liatan

4. Tekstur tanah
5. Struktur tanah

Pada praktikum ini, dalam menentukan kurva kapasitas infiltrasi,

digunakan pendekatan model Horton. Konsep ini diperkenalkan pertama kali oleh

Horton pada tahun 1993. Menurut konsep ini, aliran air permukaan terjadi saat

intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi tanah. Aliran permukaan dianggap

sebagai lapisan tipis yang menutupi secara merata seluruh permukaan. Khusus

untuk model Horton, proses fitting mengacu pada rumus ft = fc + (f0 – fc) e –Kt.

Nilai fc diestimasi dari hasil penggambaran (plotting) hubungan antara laju

infiltrasi dan waktu (sebagai absis). Setelah fc ditetapkan, maka dapat dihitung

nilai K dan F0. Nilai Ksecara khusus dapat dihitung dengan menggunakan rumus.

Model persamaan kurva kapasitas infiltrasi yang dikemukakan oleh Horton

adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui

bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga

mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa penurunan

kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah

dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Faktor yang berperan untuk

pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan

pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan dan

pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Model

Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan sebagai beikut :

f =fc + (fo-fc)e-Kt
Keterangan;

f : laju infiltrasi nyata (cm/h)

fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)

fo : laju infiltrasi awal (cm/h)

k : konstanta geofisik

t : waktu dari awal hujan (menit)

e : 2,718

Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan

utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan

ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem

komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana.

Untuk memperoleh nilai konstanta K untuk melengkapi persamaan kurva

kapasitas infiltrasi, maka persamaan Horton diolah sebagai berikut :

f = fc + (fo - fc) e-Kt

f - fc = (fo - fc) e-Kt

dilogaritmakan sisi kiri dan kanan,

log (f - fc ) =log (fo - fc) e-Kt atau

log (f - fc ) =log (fo - fc)- Kt log e

log (f - fc ) - log (fo - fc) = - Kt log e

maka,

t = (-1/(K log e)) [log (f - fc ) - log (fo - fc)]

t = (-1/(K log e)) log (f - fc ) + (1/(K log e)) log (fo - fc)
Menggunakan persamaan umum liner, y = m X + C, sehingga :

y=t

m = -1/(K log e)

X = log (f - fc )

C = (1/K log e) log (fo - fc)

Mengambil persamaan, m = -1/(K log e), maka

K = -1/(m log e) atau K = -1/(m log 2,718)

atau

K = -1/0,434 m
dimana m = gradient

Hujan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dengan berbagai cara. Pemadatan

oleh hujan secara drastis dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air

dengan menghilangkan pori kapiler (Lee, 1990),

Intensitas curah hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi, jika

intensitas curah hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi

aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar

dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas

infiltrasi. Kapasitas infiltrasi curah hujan dari permukaan tanah ke dalam tanah

sangat berbeda-beda, karena bergantung pada kondisi tanah di tempat yang

bersangkutan. Bilamana curah hujan mencapai permukaan tanah, maka seluruh

atau sebagiannya akan diabsorbsi ke dalam tanah. Bagian yang tidak diabsorbsi

akan menjadi limpasan permukaan (surface runoff). Curah hujan yang mencapai

permukaan tanah akan bergerak sebagai limpasan permukaan atau infitrasi. Air
yang menginfiltrasi ke dalam tanah meningkatkan klembaban tanah atau terus ke

air tanah.

Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan

tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan

lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju

curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan

satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam).

Berdasarkan praktikum yang telah saya lakukan yaitu infiltrasi dan kurva

infiltrasi jenis Horton kami memperoleh data yang akurat berdasarkan breberapa

indikator yaitu jenis tanah , waktu dan indikator lainya. Langkah pertama saat

praktikum kami mengamati jenis lokasi serta jenis tanah yang akan dibuat

praktikum infiltrasi setelah itu pasang alat double ring infiltrometer tancapkan

dengan kedalaman sekitar 10 cm dibawah permukaan tanah. Lalu isi air dibagian

lubang paling luar sampai penuh, setelah penuh tunggu air tersebut terinfiltrasi

kedalam sampai tanah tersebut benar – benar jenuh. Setelah sekiranya tanah

tersebuk sudah jenuh maka tinggal memasukan air ke lubang bagian dalam lalu

ukur ketinggian air tersebut dengan mistar besi. Setelah itu selang interval waktu

2 menit ukur perubahan ketinggian air lalu catat perubahan ketinggian dengan

interval waktu 2 menit kedalam tabel. Biarkan air di ring bagian dalam benar

benar tidak bisa terinfiltrasi kedalam tandanya itu infiltrasi saat konstan, setelah

itu input data dalam tabel tersebut kedalam aplikasi pemrograman ms. Excel lalu

ubah kedalam format grafik persamaan horton dan kurva kapasitas infiltrasi.
Kendala kendala yang kami alami saat praktiku adalah mencari jenis tanah

yang baik untuk praktikum karena kami sering menemui tanah yang tidak cocok

saat praktikum terlebih lagi sebelum praktikum terjadi hujan jadi menambah

ketidaknyamanan saat praktikum ditambah lagi praktikumnya sore sampai

magrib.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktilum ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa

1. Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah.

2. Proses – proses yang terlibat didalam infiltrasi meliputi masuknya air

hujan melalui pori – pori permukaan tanah, tertampungnya air hujan itu

kedalam tanah melalui proses perkolasi, lalu mengalirnya air tersebut

ketempat lain (bawah, samping dan atas)

3. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses infiltrasi diantaranya sebagai

berikut yaitu topografi, intensitas curah hujan, tekstur tanah, kerapatan

massa, kerapatan partikel, ruang pori (porositas), bahan organik tanah.

4. Kurva kapasitas infiltrometer adalahlaju infiltrasi yang meresap kedalam

tanah.

5. Laju infiltrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus model Horton

f= fc + (fo – fc)e-kt ; i> fc

Kapasitas infiltrasi memiliki hubungan dengan hujan yaitu keduanya

saling mempengaruhi laju infiltrasi semakin besar intensitas suatu hujan

maka laju infiltrasi semakin besar.


B. Saran

Kalo praktikum itu jangan sampai larut malam dan seharusnya waktunya

dan tempatnya harus sesuai dengan kondisi praktikum


DAFTAR PUSTAKA

Asdak dan Salim. 2006. Daya Dukung Sumberdaya Air Sebagai Pertimbangan

Penataan Ruang. Jurnal Teknik Lingkungan

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akademika

Pressindo, Jakarta.

Jury, WA, dan Horton, R. 2004. Soil Physics. John Willey & Sons. New Jersey.

Hillel, D., 1987. Soil and Water Physical Principles and Processes. Academic

Press, New York.

Knapp, B.J, (1978). Infiltration and stotage of soil water. Dalam Hillslope

Hydrology, M.J. Kirkby (ed).

Anda mungkin juga menyukai